Anda di halaman 1dari 6

Pada dasarnya, pertanyaan seputar tanggung jawab kontraktor yang Anda tanyakan berkaitan

dengan kewajiban penyedia jasa konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan


konstruksi/pembangunan. Hal tersebut diatur dalam UU Jasa Konstruksi jo. UU Cipta Kerja.

Yang dimaksud dengan penyedia jasa konstruksi adalah pemberi layanan jasa konstruksi.
 Adapun jasa konstruksi sendiri adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan
[1]

konstruksi. [2]

Belajar Hukum Secara Online dari Pengajar Berkompeten Dengan Biaya Terjangkau
Mulai Dari
Rp 149.000
Lihat Semua Kelas 

Usaha jasa konstruksi terbagi menjadi 3 jenis, meliputi: [3]

a. usaha jasa konsultansi konstruksi;


b. usaha pekerjaan konstruksi; dan
c. usaha pekerjaan konstruksi terintegrasi, yaitu gabungan antara pekerjaan konstruksi dan
jasa konsultansi konstruksi.
[4]

Dari ketiga jenis usaha jasa konstruksi di atas, yang paling relevan dengan pertanyaan Anda
yaitu usaha pekerjaan konstruksi.

Berita Terkait:

Jika Istri yang Menggugat Cerai, Apakah Dapat Harta Gono-gini?


Mungkinkah Pemerintah Bertanggung Jawab dalam Sengketa Medis?

Tanggung Jawab Perdata Otoritas Bandara dalam Kasus Penemuan Mayat


Perempuan

Langkah Hukum Jika THR Tak Dibayar Penuh hingga Gunakan Harta Hasil
Korupsi, Keluarga Bisa Dipidana?

Adapun para pihak dalam pengikatan jasa konstruksi bisa berbentuk orang perseorangan
maupun badan, yaitu:[5]

a. pengguna jasa; dan


b. penyedia jasa.

Penting untuk diketahui bahwa pengaturan hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia
jasa harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi,  yang dibuat dalam bahasa Indonesia .
[6] [7]

Panduan uraian yang harus dimasukkan dalam kontrak diatur secara lengkap dalam
ketentuan Pasal 47 ayat (1) UU Jasa Konstruksi.

Namun, dari sejumlah ketentuan tersebut, ketentuan-ketentuan berkenaan dengan tanggung


jawab kontraktor yang harus dimasukkan dalam kontrak adalah sebagai berikut.

1. Masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan pemeliharaan


yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa. [8]
2. Hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
jasa konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan, serta
hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya
melaksanakan layanan jasa konstruksi. [9]

3. Wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak
tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan. [10]

4. Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau


pengguna jasa atas kegagalan bangunan dan jangka waktu pertanggungjawaban
kegagalan bangunan. [11]

5. Pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat
kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian atau
menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian. [12]

Tanggung Jawab Kontraktor Jika Terjadi Kegagalan Bangunan

Selain itu, dalam setiap penyelenggaraan jasa konstruksi, pengguna jasa dan penyedia jasa wajib
memenuhi standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan.  Jika
[13]

penyelenggaraan jasa konstruksi tidak memenuhi standar-standar tersebut, pengguna jasa


dan/atau penyedia jasa dapat menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap kegagalan
bangunan. [14]

Kegagalan bangunan yang dimaksud adalah suatu keadaan keruntuhan


bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil jasa
konstruksi.[15]

Adanya kegagalan bangunan tersebut ditentukan oleh penilai ahli yang ditetapkan oleh menteri
paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan
bangunan. [16]

Selanjutnya, penyedia jasa konstruksi wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan bangunan
yang disebabkan kesalahannya.  Pasal 65 UU Jasa Konstruksi kemudian merinci lebih lanjut
[17]

perihal pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan tersebut sebagai berikut.

1. Penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan dalam jangka waktu
yang ditentukan sesuai dengan rencana umur konstruksi.
2. Dalam hal rencana umur konstruksi tersebut lebih dari 10 tahun, penyedia jasa wajib
bertanggung jawab atas kegagalan bangunan dalam jangka waktu paling lama 10 tahun
terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan jasa konstruksi.
3. Pengguna jasa bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang terjadi setelah jangka
waktu yang telah ditentukan di atas.
4. Ketentuan jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus dinyatakan
dalam kontrak kerja konstruksi.

Sanksi Terkait Tanggung Jawab Kontraktor


Setiap penyedia jasa dan/atau pengguna jasa yang tidak memenuhi standar keamanan,
keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dikenai
sanksi administratif berupa: [18]

a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c. penghentian sementara kegiatan konstruksi;
d. layanan jasa pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan perizinan berusaha; dan/atau
f. pencabutan perizinan berusaha.

Lalu, penyedia jasa konstruksi yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti atau
memperbaiki kegagalan bangunan dikenai sanksi administratif berupa: [19]

a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c. penghentian sementara kegiatan layanan jasa konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan izin; dan/atau
f. pencabutan izin.

Di sisi lain, masyarakat yang dirugikan bisa ajukan gugatan dan upaya mendapatkan ganti
kerugian atau kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan jasa konstruksi. [20]

Standar Bangunan Gedung dan Gugatan Konsumen

Selain berdasarkan UU Jasa Konstruksi, jika bangunan konstruksi merupakan sebuah gedung,
terdapat aturan dalam UU Bangunan Gedung yang perlu diperhatikan terkait standar teknis
penyelenggaraan gedung. Penjelasan lebih lanjut tentang standar-standar tersebut dapat Anda
simak dalam Rincian Standar Teknis Bangunan Gedung Menurut UU Cipta Kerja.

Bahkan, terdapat ancaman pidana penjara atau denda bagi yang tidak memenuhi ketentuan UU
Bangunan Gedung dan mengakibatkan kerugian harta benda orang lain, kecelakaan bagi orang
lain yang mengakibatkan cacat seumur hidup, atau mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. [21]

Selain ketentuan di atas, Anda juga bisa menggunakan UU Perlindungan Konsumen.


Konsumen (pengguna jasa) berhak mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.  Caranya dengan mengajukan gugatan ke Badan Penyelesaian Sengketa
[22]

Konsumen atau melalui pengadilan. [23]

Sehingga dapat disimpulkan, terdapat banyak aturan yang mengatur tentang kewajiban penyedia
jasa konstruksi untuk memenuhi standar-standar tertentu, yang jika dilanggar maka penyedia
jasa konstruksi dapat diancam dengan sanksi administratif, digugat, dan bahkan dijerat pidana
sebagaimana yang kami jelaskan.

Dinamisnya perkembangan regulasi seringkali menjadi tantangan Anda dalam memenuhi


kewajiban hukum perusahaan. Selalu perbarui kewajiban hukum terkini dengan platform
pemantauan kepatuhan hukum dari Hukumonline yang berbasis Artificial Intelligence,
Regulatory Compliance System (RCS). Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Demikian jawaban dari kami perihal tanggung jawab kontraktor, semoga bermanfaat.

Dasar Hukum:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;


2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

 Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (“UU Jasa
[1]

Konstruksi”)

[2]
 Pasal 1 angka 1 UU Jasa Konstruksi

[3]
 Pasal 12 UU Jasa Konstruksi

[4]
 Penjelasan Pasal 12 huruf c UU Jasa Konstruksi

[5]
 Pasal 39 ayat (1) dan (2) UU Jasa Konstruksi

[6]
 Pasal 46 ayat (1) UU Jasa Konstruksi

[7]
 Pasal 50 ayat (1) UU Jasa Konstruksi

[8]
 Pasal 47 ayat (1) UU Jasa Konstruksi huruf c

[9]
 Pasal 47 ayat (1) UU Jasa Konstruksi huruf d

[10]
 Pasal 47 ayat (1) UU Jasa Konstruksi huruf g

[11]
 Pasal 47 ayat (1) UU Jasa Konstruksi huruf k

[12]
 Pasal 47 ayat (1) UU Jasa Konstruksi huruf m
  Pasal 52 angka 23 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU Cipta
[13]

Kerja”) yang mengubah Pasal 59 ayat (1) UU Jasa Konstruksi

 Pasal 60 ayat (1) UU Jasa Konstruksi


[14]

 Pasal 1 angka 10 UU Jasa Konstruksi


[15]

 Pasal 60 ayat (2), (3), dan (4) UU Jasa Konstruksi


[16]

 Pasal 63 UU Jasa Konstruksi


[17]

 Pasal 52 angka 30 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 96 ayat (1) UU Jasa Konstruksi
[18]

 Pasal 98 UU Jasa Konstruksi


[19]

 Pasal 85 ayat (1) huruf b UU Jasa Konstruksi


[20]

 Pasal 24 angka 43 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 46 Undang-Undang Nomor 28


[21]

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

 Pasal 4 huruf h Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UU
[22]

Perlindungan Konsumen”)

 Pasal 45 UU Perlindungan Konsumen


[23]

Anda mungkin juga menyukai