Anda di halaman 1dari 4

Resume Dasar Hukum Pengenaan Biaya Pengguna Jasa Konstruksi

Dasar Hukum : UU No 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

Pembiayaan Jasa Konstruksi

Pasal 55

(1) Pengguna Jasa bertanggung Jawab atas biaya Jasa Konstruksi sesiao dengan
kesepakatan Kontrak Kerja Konstruksi.
(2) Biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari dana
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha, dan / atau masyarakat
(3) Tanggung Jawab atas biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibuktikan dengan :
(a) Kemampuan membayar dan/atau
(b) Komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi
(4) Kemampuan membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dibuktikan
dengan dokumen dari lembaga perbankan dan/atau lembaga keuangan bukan bank,
dokumen ketersediaan anggaran, atau dokumen lain yang disepakati dalam Kontrak
Kerja Konstruksi.
(5) Komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf b didukung dengan jaminan melalui perjanjian kerjasama.

→ Dalam Pasal 55 ayat 1 disini menjelaskan bahwa Pengguna Jasa Konstruksi (Pemberi Kerja
/ Customer) diwajibkan untuk membayar biaya Jasa Konstruksi yang diberikan oleh perusahaan
jasa konstruksi.

Pasal 56

(1) Dalam hal tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi dibuktikan dengan kemampuan
membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) huruf a, Pengguna Jasa
wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil pekerjaan Penyedia Jasa
secara tepat jumlah dan tepat waktu.
(2) Pengguna Jasa yang tidak menjamin ketersediaan biaya dan tidak melaksanakan
pembayaran atas penyerahan hasil pekerjaan Penyedia Jasa secara tepat jumlah dan
tepat waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dikenai ganti kerugian sesuai dengan
kesepakatan dalam Kontrak Kerja Konstruksi.

→ Dalam Pasal ini Pengguna Jasa diwajibkan untuk melaksanakan pembayaran kepada
Penyedia Jasa secara tepat waktu sesuai dengan kesepakatan yang dijamin dalam perjanjian
kerjasama untuk menggunakan Jasa dari Perusahaan Jasa Konstruksi. Jika dalam hal ini
pengguna jasa telah menyepakati isi perjanjian dengan menandatangani nya maka secara
keperdataan hubungan kerjasama tersebut sah secara hukum, dan pengguna jasa mengamini
bahwa pengguna jasa dalam hal ini mampu untuk membayar penyedia jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) huruf a, ayat (4) dan ayat (5).

→ Dalam hal Pengguna Jasa belum juga membayar kepada penyedia Jasa Konstruksi,
Penyedia Jasa dapat dikenakan ganti kerugian sebagaiamana diatur dalam perjanjian kerja
sama. Apabila penyedia jasa ingin menuntut pembayaran yang sudah lalu kepada pihak
pemberi kerja / pengguna Jasa Konstruksi, perusahaan penyedia Jasa wajib untuk memeriksa
kelengkapan dokumen dokumen penagihan terlebih dahulu sebagai dasar bahwa benar
pekerjaan yang pernah diberikan oleh pengguna jasa telah selesai dikerjakan.

Dasar Hukum : Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan


Pelaksanaan UU No 2 Tahun 2017

Dalam pelaksanaan bisnis konstruksi yang saling menguntungkan diatur pula didalam PP No 22
Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 2 Tahun 2017.

Kontrak Kerja Konstruksi


Pasal 75
(1) Pengaturan hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus
dituangkan dalam kontrak kerja Konstruksi.
(2) Kontrak kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tunduk pada hukum
yang berlaku di Indonesia.
(3) Bentuk Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengikuti
perkembangan kebutuhan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan.
(4) Bentuk Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan
berdasarkan pemilihan :
(a) Sistem penyelenggaraan Konstruksi
(b) Sistem pembayaran dan
(c) Sistem perhitungan hasil pekerjaan.

→ Dalam Pasal ini menjelaskan tentang arti penting sebuah perjanjian kerjasama, dimana
perjanjian kerjasama wajib tunduk terhadap peraturan - peraturan yang berlaku di Indonesia.
Dalam hal Pihak Penyedia Jasa ingin melakukan penagihan kepada pengguna Jasa,
perusahaan penyedia jasa sudah dilindungi oleh peraturan perundang - undangan secara
berlapis yaitu UU Jasa Konstruksi beserta aturan pelaksana nya dan UU Perdata yang
mengatur secara global tentang hak dan kewajiban para pihak yang diatur dalam Pasal 1320
KUHPER dan 1338 KUHPER (Asas Kebebasan Berkontrak).

Paragraf 4
Sistem Pembayaran

Pasal 81
(1) Sistem pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (4) huruf b dilakukan
secara pembayaran di muka, Progres/bulanan, tahapan/termin, atau pembayaran
sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.
(2) Ketentuan terkait dengan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat :
(a) Jangka waktu pembayaran
(b) Ganti rugi keterlambatan pembayaran
(c) Jaminan dan
(d) Dokumen bukti kemampuan bayar.

→ Rata - Rata dalam kontrak kerjasama jarang sekali ditemukan Pengguna Jasa
mencantumkan denda keterlambatan pembayaran kepada Penyedia Jasa namun sebalik nya
pengguna Jasa hanya mencantumkan denda ganti rugi keterlambatan pekerjaan, namun hal
tersebut dapat kita bantah dengan adanya klausul dalam kontrak bahwa hukum yang berlaku
didalam perjanjian adalah hukum yang tunduk terhadap peraturan perundang - undangan
Indonesia, arti nya apabila penyedia Jasa ingin menagihkan hak nya untuk dibayarkan penyedia
Jasa dapat menggunakan dasar - dasar hukum yang diuraikan dalam UU Jasa Konstruksi dan
Peraturan Pelaksana nya yang sudah diuraikan diatas ditambah penyedia Jasa bertanggung
Jawab selama 10 Tahun atas terjadinya kegagalan bangunan, hal ini diatur dalam Pasal 86
Peraturan Pelaksana. Dengan demikian sangat dimungkinkan apabila Penyedia Jasa ingin
menagihkan hak - hak nya terkait pembayaran yang belum dibayarkan oleh perusahaan
pengguna Jasa (Customer)

Demikian Kami Sampaikan terkait resume Dasar Hukum Pengenaan Biaya Pengguna Jasa
Konstruksi.

Salam

Corporate Secretary - Dept. Legal

Anda mungkin juga menyukai