Anda di halaman 1dari 9

Uang Muka adalah 

pembayaran uang kepada pihak lain yang belum memberikan


prestasi atau memenuhi kewajiban, misalnya kepada kontraktor pada saat kontrak
ditandatangani atau kepada penjual yang belum menyerahkan barangnya; pembayaran
sebagian dan harga yang telah disepakati oleh pembeli kepada penjual yang merupakan
tanda bahwa perjanjian jual beli yang diadakan telah mengikat.
(https://peraturan.bpk.go.id dan https://www.bi.go.id)
Penjelasan:
Uang Muka yang dimaksud pada tulisan ini ialah pembayaran kepada
kontraktor/penyedia atas kontrak/perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah
sebelum barang/jasa diterima.

Apakah pemberian Uang Muka merupakan hak dari penyedia?


z
(Perpres 16 Tahun 2018 Pasal 11, Pasal 25, dan Pasal 29)
Penjelasan:
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa Uang Muka
bukanlah hak dari penyedia, melainkan tugas/wewenang dari PPK. Yang mana klausul
mengenai pemberian Uang Muka tersebut harus tercantum dalam Rancangan Kontrak
sebelum proses pelelangan/tender. Pencantuman klausul tersebut sangat penting
dilakukan karena pemberian/besaran Uang Muka dapat mempengaruhi
kesediaan/minat dari penyedia yang mengikuti tender dalam melakukan penawaran
terhadap paket pekerjaan pengadaan barang/jasa.

Apa tujuan pemberian Uang Muka dan bagaimana ketentuannya?


Uang Muka dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan. Uang Muka
sebagaimana dimaksud diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.    paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari nilai kontrak untuk usaha kecil;
b.    paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari nilai kontrak untuk usaha non-kecil dan
Penyedia Jasa Konsultansi; atau
c.    paling tinggi 15% (lima belas persen) dari nilai kontrak untuk Kontrak Tahun Jamak.
Pemberian Uang Muka dicantumkan pada rancangan kontrak yang terdapat dalam
Dokumen Pemilihan.
(Perpres 16 Tahun 2018 Pasal 29)
Penjelasan:
Berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 beserta perubahannya, Uang Muka dapat
diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk:
a.    mobilisasi alat dan tenaga kerja;
b.    pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau
c.    persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa.
Sedangkan pada Perpres 16 Tahun 2018 tidak lagi diatur secara rinci, tetapi Uang Muka
tersebut dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan.
Adapun mengenai besaran pemberian Uang Muka untuk kontrak tahun jamak,
berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 beserta perubahannya ada 2 pilihan, yaitu:
a.    20% (dua puluh  perseratus)  dari Kontrak  tahun pertama; atau
b.    15% (lima belas perseratus) dari nilai Kontrak.
Sedangkan pada Perpres 16 Tahun 2018, besaran Uang Muka paling tinggi 15% (lima
belas persen) dari nilai kontrak untuk Kontrak Tahun Jamak.
Kapan Uang Muka dapat diberikan?
Penyedia dapat mengajukan permohonan pembayaran Uang Muka secara tertulis
kepada PPK disertai dengan rencana penggunaan Uang Muka untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai Kontrak.
(Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012 Bab II Bagian C.2.f angka 4)
Uang Muka dapat diajukan oleh Penyedia Jasa, segera setelah Kontrak ditandatangani
dengan batas waktu pengajuan Uang Muka adalah 14 (empat belas) hari setelah tanggal
pekerjaan sesuai kontrak.
(Kepmen Kimpraswil Nomor 349/KPTS/M/2004)
PPK harus mengajukan surat permintaan pembayaran untuk permohonan pengambilan
Uang Muka, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah Jaminan Uang Muka diterima.
(Permen PU Nomor 14/PRT/M/2013, BUKU-PK 01 HS Bab IX-SSUK F.65.1.g)
Penjelasan:
Pembayaran Uang Muka kepada penyedia dapat dilakukan setelah kontrak
ditandatangani. Penyedia dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada PPK
beserta lampiran berupa rencana penggunaan Uang Muka. Setelah PPK menyetujui 
Rencana  Penggunaan  Uang Muka yang diajukan oleh Penyedia Barang/Jasa,
selanjutnya PPK harus mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk
pengambilan Uang Muka kepada PPSM. Pengajuan SPP pengambilan Uang Muka
diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Jaminan Uang Muka diterima.

Apa yang dimaksud dengan Jaminan Uang Muka?


Jaminan Uang Muka adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak
bersyarat (unconditional) yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa kepada PPK
untuk menjamin terpenuhinya kewajiban penyedia barang/jasa sehubungan dengan
pembayaran Uang Muka atas kontrak/perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah.
(PMK 145 Tahun 2017)
Penjelasan:
Cukup jelas

Bagaimana bentuk Jaminan Uang Muka?


Jaminan Uang Muka dapat berupa bank garansi atau surety bond. Bentuk Jaminan
tersebut bersifat:
a.    tidak bersyarat;
b.    mudah dicairkan; dan
c.    harus dicairkan oleh penerbit jaminan paling lambat  14 (empat belas) hari kerja setelah
surat perintah pencairan dari Pokja Pemilihan/PPK/Pihak yang diberi kuasa oleh Pokja
Pemilihan/PPK diterima.
(Perpres 16 Tahun 2018 Pasal 30)
Penjelasan:
Dalam PMK 145 Tahun 2017 Pasal 6 telah dijelaskan secara rinci mengenai
klausula tidak bersyarat dan klausula mudah dicairkan:
a.    Klausula tidak bersyarat yang dimaksud adalah:
1)    dalam penyelesaian Klaim tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu kerugian yang diderita
oleh Penerima Jaminan (Obligee), namun cukup dengan surat pernyataan dari PPK
bahwa telah terjadi pemutusan kontrak antara PPK dengan penyedia barang/jasa
dan/atau penyedia barang/jasa wanprestasi;
2)    dalam hal terdapat sengketa antara penyedia barangjjasa dengan Penjamin atau dengan
PPK, persengketaan tersebut tidak menunda pembayaran klaim;
3)    dalam hal Penjamin mengasuransikan kembali jaminan yang dikeluarkan kepada bank,
perusahaan asuransi, atau perusahaan penjaminan lain (re-insurance/ contra
guarantee), pelaksanaan pencairan surat jaminan tidak menunggu proses pencairan
dari Bank, Perusahaan Asuransi, atau Perusahaan Penjaminan lain tersebut;
4)    Penjamin tidak akan menunda kewajiban pembayaran Klaim jaminan dengan alasan
apapun termasuk alasan sedang dilakukan upaya oleh Penjamin agar pihak Terjamin
(Principal) dapat memenuhi kewajibannya dan/atau pembayaran premi/imbal jasa
belum dipenuhi oleh Terjamin (Principal);
5)    dalam hal terdapat keberatan dari penyedia barang/jasa, keberatan tersebut tidak
menunda proses pencairan dan pembayaran klaim; dan
6)    dalam surat jaminan tidak terdapat klausula yang berisi bahwa Penjamin tidak
menjamin kerugian yang disebabkan oleh praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, yang
dilakukan oleh Terjamin (Principal) maupun oleh Penerima Jaminan (Obligee).
b.    Klausula mudah dicairkan yang dimaksud adalah:
1)    jaminan dapat segera dicairkan setelah Penjamin menerima surat permintaan
pencairan/Klaim dan pernyataan wanprestasi/pemutusan kontrak dari PPK;
2)    dalam pembayaran klaim, Penjamin tidak akan menuntut supaya benda-benda pihak
Terjamin (Principal) terlebih dahulu disita dan dijual guna melunasi hutangnya; dan
3)    Penjamin melakukan pembayaran ganti rugi kepada Penerima Jaminan (Obligee)
akibat ketidakmampuan atau kegagalan atau tidak terpenuhinya kewajiban Terjamin
(Principal) sesuai dengan perjanjian pokok.

Apa saja persyaratan khusus Jaminan Uang Muka yang perlu dicermati?
1.    Masa berlaku Jaminan Uang Muka sekurang-kurangnya sampai dengan berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kontrak.
2.    Masa klaim Jaminan Uang Muka sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari kalender
setelah berakhirnya masa berlaku Jaminan Uang Muka.
3.    Nilai Jaminan Uang Muka sekurang-kurangnya sama dengan besarnya Uang Muka yang
dibayarkan kepada penyedia barang/jasa.
4.    Isi surat Jaminan Uang Muka harus memuat nama dan alamat pengguna barang/jasa,
penyedia barang/jasa yang ditunjuk, dan hak penjamin, nama paket kontrak, nilai
jaminan uang muka dalam angka dan huruf, kewajiban pihak-pihak penjamin untuk
mencairkan surat Jaminan Uang Muka dengan segera kepada pengguna barang/jasa
sesuai dengan ketentuan dalam Jamninan Uang Muka, masa berlaku Jaminan Uang
Muka, mengacu kepada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1831 dan 1832,
dan tanda tangan penjamin.
5.    Jaminan Uang Muka harus mencantumkan ketentuan bahwa Kepala KPPN yang
menerbitkan SP2D Uang Muka, berdasarkan surat kuasa Pemegang Jaminan
atau Obligee dapat mengajukan tuntutan/klaim penagihan kepada Penjamin sampai
dengan berakhirnya masa klaim Jaminan Uang Muka.
(Perdirjen PB Nomor PER-19/PB/2013 Bab III Pasal 3)
Surat Jamlnan dari Perusahaan Asuransi dan surat jaminan dari Perusahaan
Penjaminan dapat digunakan setelah Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Penjaminan
tersebut telah dicatat produknya dan telah mendapatkan izin dari OJK
(PMK 145 Tahun 2017 Pasal 7)
Penjelasan:
Cukup jelas

Siapa yang berhak menerbitkan Jaminan Uang Muka?


Surat jaminan sebagaimana dimaksud diterbitkan oleh:
a.  Bank;
a.  Perusahaan Asuransi; atau
c. Perusahaan Penjaminan.
(PMK 145 Tahun 2017 Pasal 6)
Perusahaan Asuransi, lembaga keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang
pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan
ekspor Indonesia dapat digunakan untuk semua jenis Jaminan.
Perusahaan Penjaminan, Perusahaan Asuransi, dan lembaga keuangan khusus yang
menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk mendorong
ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
lembaga pembiayaan ekspor Indonesia sebagaimana dimaksud adalah Perusahaan
Penerbit Jaminan yang memiliki izin usaha dan pencatatan produk suretyship di
Otoritas Jasa Keuangan.
(Perpres 16 tahun 2018 Pasal 30)
Penjelasan:
Yang berhak menerbitkan Jaminan Uang Muka adalah:
1.    Bank;
2.    Perusahaan Asuransi yang memiliki izin usaha dan pencatatan produk suretyship di
Otoritas Jasa Keuangan; dan
3.    Perusahaan Penjaminan yang memiliki izin usaha dan pencatatan produk suretyship di
Otoritas Jasa Keuangan.

Berapa nilai Jaminan Uang Muka?


Jaminan Uang Muka diserahkan Penyedia kepada PPK senilai Uang Muka. Nilai
Jaminan Uang Muka sebagaimana dimaksud bertahap dapat dikurangi secara
proporsional sesuai dengan sisa uang muka yang diterima.
(Perpres 16 tahun 2018 Pasal 34)
Penjelasan:
Nilai Jaminan Uang Muka adalah senilai Uang Muka yang diberikan kepada Penyedia.

Berapa lama masa berlaku Jaminan Uang Muka?


Untuk kontrak konstruksi, masa berlakunya Jaminan Uang Muka sekurang-kurangnya
sejak tanggal persetujuan pemberian uang muka sampai dengan tanggal penyerahan
pertama pekerjaan (PHO).
(Permen PU Nomor 14/PRT/M/2013, BUKU-PK 01 HS Bab IX-SSUK C.60.7)
Untuk kontrak konsultansi, masa berlaku Jaminan Uang Muka sekurang-kurangnya
sejak tanggal persetujuan pemberian uang muka sampai dengan tanggal penyerahan
pertama pekerjaan.
(Permen PU Nomor 14/PRT/M/2013, BUKU-JK 07 HS Bab VII-SSUK B.18.5)
Penjelasan:
Masa berlaku Uang Muka adalah sejak tanggal persetujuan pemberian Uang Muka
sampai dengan tanggal penyerahan pertama pekerjaan (PHO) untuk kontrak
konstruksi, atau sampai denga  tanggal penyerahan pertama pekerjaan pada kontrak
konsultansi.

Siapa yang berwenang melakukan pengujian dan penatausahaan


terhadap Jaminan Uang Muka?
Tanggung jawab PPK dalam pengujian Jaminan Uang Muka:
1.    PPK bertanggung jawab atas kebenaran dan keabsahan Jaminan Uang Muka.
2.    Dalam rangka menjamin kebenaran dan keabsahan Jaminan Uang Muka, PPK
melakukan pengujian terhadap terpenuhinya syarat-syarat Jaminan Uang Muka.
3.    Dalam hal pengujian sebagaimana dimaksud telah terpenuhi, PPK mengajukan
permintaan pembayaran kepada PP-SPM dengan menerbitkan SPP Uang Muka,
disertai:
a. Asli Jaminan Uang Muka;
b. Asli surat kuasa sebagaimana dimaksud.
(Perdirjen PB Nomor PER-19/PB/2013 Bab V Pasal 6)
Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) melakukan pengujian atas
keaslian dan keabsahan Jaminan Uang Muka dengan ketentuan:
1.    Konfirmasi secara tertulis kepada Penjamin; atau
2.    Konfirmasi melalui laman resmi yang disediakan oleh Penjamin.
Terhadap surat jaminan yang telah dilakukan pengujian sebagaimana dimaksud,
PPSPM melakukan:
1.    Penyimpanan dan penatausahaan terhadap asli Jaminan Uang Muka;
2.    Penyampaian fotokopi Jaminan Uang Muka kepada KPPN sebagai lampiran SPM.
(PMK 145/PMK.05/2017 Pasal 18)
Penjelasan:
Yang berwenang melakukan pengujian dan penatausahaan terhadap Jaminan Uang
Muka adalah PPK dan PSPM.

Bagaimana mekanisme penerbitan SPM untuk pembayaran Uang Muka?


Penerbitan SPM untuk pembayaran Uang Muka adalah sebagai berikut:
1.    Atas pengajuan permintaan pembayaran Uang Muka dari PPK, PPSPM melakukan
pengujian sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pembayaran
dalam rangka pelaksanaan APBN.
2.    Pengujian sebagaimana dimaksud termasuk pengujian atas kebenaran dan keaslian
Jaminan Uang Muka.
3.    Pengujian sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara meninta konfirmasi secara
tertulis kepada Penerbit Jaminan Uang Muka.
4.    Konfirmasi tertulis dari pimpinan Penerbit Jaminan Uang Muka sebagaimana
dimasksud sekurang-kurangnya memuat:
a. Pernyataan kebenaran telah menerbitkan Jaminan Uang Muka berkenaan;
b. Pernyataan kebenaran klausul yang tertuang dalam Jaminan Uang Muka;
c. Pernyataan bahwa Jaminan Uang Muka bersifat mudah dicairkan dan tidak
bersyarat (unconditional).
5.    Konfirmasi tertulis dari pimpinan Penerbit Jaminan Uang Muka sebagaimana dimaksud
dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Perdirjen PB Nomor
PER-19/PB/2013.
6.    PPSPM menerbitkan SPM untuk pembayaran Uang Muka dalam hal hasil pengujian:
a. Telah memenuji persyaratan sebagaimana dimaksud;
b. Jaminan Uang Muka telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud telah
memperoleh konfirmasi tertulis dari pimpinan atau petugas yang ditunjuk pada
Penerbit Jaminan Uang Muka.
7.    PPSPM melakukan pengesahan atas suart konfirmasi yang disampaikan oleh pimpinan
Penerbit Jaminan Uang Muka sebagaimana dimaksud dengan membubuhkan:
a. Stempel “telah disahkan PPSPM di ………. pada tanggal ………..”;
b. Stempel dinas; dan
c. Tanda tangan PPSPM.
Pada halaman kosong di belakang surat konfirmasi.
8.    PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling kurang disertasi dengan:
a. Asli Jaminan Uang Muka;
b. Asli surat kuasa sebagaimana dimaksud’
c. Asli konfirmasi tertulis sebagaimana dimaksud.
9.    Tata cara penerbitan SPM mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai tata cara
pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN.
(Perdirjen PB Nomor PER-19/PB/2013 Bab VI Pasal 7 dan Pasal 8)
Penjelasan:
Cukup jelas

Apa yang dimaksud dengan Pengembalian Uang Muka?


Pengembalian Uang Muka adalah pengembalian Uang Muka yang dilakukan melalui
pemotongan SPM pada saat pembayaran prestasi pekerjaan kepada KPPN.
(Perdirjen PB Nomor PER-19/PB/2013)
Penjelasan:
Cukup jelas

Bagaimana proses pengembalian Uang Muka?


Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia setelah dikurangi angsuran
pengembalian Uang Muka, retensi, dan denda.
(Perpres 16 tahun 2018 Pasal 53)
Pengembalian Uang Muka harus diperhitungkan berangsur-angsur secara proporsional
pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan dan paling lambat harus lunas pada saat
pekerjaan mencapai prestasi 100% (seratus perseratus).
(Permen PU Nomor 14/PRT/M/2013, BUKU-PK 01 HS Bab IX-SSUK F.65.1.i)
Syarat-syarat pengembalian Uang Muka:
1.    Pengembalian Uang Muka dapat dilakukan secara proporsional sesuai dengan
pencapaian prestasi pekerjaan.
2.    Pengembalian Uang Muka paling lambat harus telah lunas pada saat pembayaran
terakhir pengadaan barang/jasa.
(Perdirjen PB Nomor PER-19/PB/2013 Bab III Pasal 4)
Penjelasan:
Pengembalian Uang Muka dapat dilakukan secara proporsional dan paling lambat harus
telah lunas saat pembayaran terakhir pengadaan barang/jasa.

Apa yang harus dilakukan apabila terjadi perpanjangan waktu


penyelesaian pekerjaan?
Penatausahaan Jaminan Uang Muka:
1.    Dalam hal terdapat addendum kontrak perpanjangan jangka waktu penyelesaian
pekerjaan, masa Jaminan Uang Muka harus diperpanjang sesuai dengan masa
penyelesaian pekerjaan setelah addendum kontrak.
2.    Dalam rangka perpanjangan masa Jaminan Uang Muka, diatur sebagai berikut:
a. KPA membuat surat pemberitahuan kepada KPPN mengenai
adanya addendum kontrak perpanjangan jangka waktu penyelesaian pekerjaan.
b. Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud disertai dengan surat pernyataan
tanggung jawab mutlak yang berisi pernyataan:
1)    Perpanjangan masa jaminan Uang Muka diselesaikan paling lambat 14 (empat belas)
hari kalender sejak pengambilan Asli Jaminan Uang Muka dari KPPN;
2)    Bertanggung jawab atas kerugian negara yang timbul dari proses perpanjangan masa
Jaminan Uang Muka.
c. Surat sebagaimna dimaksud, disampaikan oleh PPK atau pejabat/pegawai yang
ditunjuk kepada Kepala KPPN sebagai dasar pengambilan Asli Jaminan Uang Muka.
d. KPPN menyerahkan Asli Jaminan Uang Muka dengan berita acara serah terima
Asli Jaminan Uang Muka.
e. Asli Jaminan Uang Muka yang telah diperbaharui, disampaikan oleh PPK atau
pejabat/pegawai yang ditunjuk kepada KPPN paling lambat 5 (lima) hari kerja yang
disertai dengan Surat Kuasa dan Surat konfirmasi sebagaimana dimaksud yang telah
diperbaharui.
(Perdirjen PB Nomor PER-19/PB/2013 Bab X Pasal 19)
Dalam hal terdapat addendum kontrak/perjanjian berupa perpanjangan jangka waktu
penyelesaian pekerjaan yang pengembalian uang mukanya belum lunas Jaminan Uang
Muka harus diganti/diperpanjang masa berlakunya paling singkat sesuai dengan
perpanjangan jangka waktu penyelesaian pekerjaan tersebut
setelah addendum kontrak/perjanjian.
(PMK 145 Tahun 2017 Pasal 8)
Penjelasan:
Apabila terjanji perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan, maka masa Jaminan Uang
Muka harus diperpanjang sesuai dengan masa penyelesaian pekerjaan
setelah addendum kontrak. Selanjutnya KPA membuat surat pemberitahuan kepada
KPPN mengenai adanya addendum kontrak perpanjangan jangka waktu penyelesaian
pekerjaan.

Kapan Jaminan Uang Muka harus dikembalikan kepada penyedia?


Asli Jaminan Uang Muka dikembalikan oleh PPSPM kepada penyedia barang/jasa
melalui KPA/PPK paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah uang muka telah
diperhitungkan lunas dan/atau sisa uang muka telah disetorkan ke kas negara.
(PMK 145/PMK.05/2017 Pasal 19)
Penjelasan:
Cukup jelas

Bagaimana mekanisme pencairan Uang Muka?


Berdasarkan Surat pernyataan wanprestasi dan/atau pemutusan kontrak, Surat
Penetapan Nilai Pengembalian Kepada Negara (SPNP), dan Surat Perintah Penyetoran
Pengembalian (SP3), penyedia barang/jasa melakukan pengembalian ke kas negara
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah SP3 diterbitkan oleh KPA/PPK.
Dalam hal sampai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud penyedia barang/jasa
tidak melakukan pengembalian ke kas negara, pengembalian kepada negara dilakukan
melalui Klaim jaminan. Klaim Jaminan Uang muka tersebut dilakukan oleh KPA/PPK.
(PMK 145/PMK.05/2017 Pasal 23)
Prosedur Klaim pencairan Jaminan Uang Muka oleh KPA:
1.    KPA menyampaikan surat pernyataan terjadi pemutusan kontrak karena kesalahan
penyedia barang atau jasa kepada Kepala KPPN.
2.    Surat pernyataan sebagaimana dimaksud disampaikan kepada KPPN paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah terjadi pemutusan kontrak.
3.    Batas waktu 5 (lima) hari kerja sebagaimana dimaksud dibuktikan dengan:
a. Tanda terima/resi/cap pos dalam hal melalui pos/jasa pengiriman resmi lainnya;
atau
b. Tanda terima di loket penerima KPPN, dalam hal tidak dikirim melalui pos/jasa
pengiriman resmi lainnya.
4.    Dalam hal surat pernyataan pemutusan kontrak sebagaimana dimaksud disampaikan ke
KPPN melampaui 5 (lima) hari kerja setelah terjadi pemutusan kontrak, satker tidak
diperkenankan mengajukan SPM Uang Muka untuk pengadaan barang atau jasa
berikutnya pada satker berkenaan kecuali mendapat persetujuan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
(Perdirjen PB Nomor PER-19/PB/2013 Bab IX Pasal 11)
Penjelasan:
Cukup jelas

Adakah sanksi bagi penyedia yang tidak melakukan penyetoran Uang


Muka?
Kepada penyedia barang/jasa yang terbukti melakukan wanprestasi dan tidak
melakukan melakukan penyetoran Uang Muka ke kas negara diberikan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah, dan dikenakan sanksi berupa tidak dapat diberikan uang muka
untuk proses pengadaan barang/jasa yang diikutinya.
(PMK 145/PMK.05/2017 Pasal 35)
Penjelasan:
Bagi penyedia yang tidak melakukan penyetoran Uang Muka dikenakan sanksi berupa
tidak dapat diberikan uang muka untuk proses pengadaan barang/jasa yang diikutinya.
Apakah Uang Muka dikenakan potongan berupa PPN dan PPh?
Uang Muka dikenakan potongan berupa PPN dan PPh sesuai peraturan yang berlaku.
Dasar pengenaan pajak PPN dan PPh, diantaranya:
1.    Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
2.    Undang Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
3.    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.
4.    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Penjelasan:
1.    Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 42 Tahun 2009 bahwa tarif Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) adalah 10% (sepuluh persen).
2.    Pada pekerjaan jasa konstruksi, dikenakan pajak penghasilan yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008. Atas penghasilan dari usaha Jasa
Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Tarif Pajak Penghasilan
(PPh) untuk Jasa Konstruksi dalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai