Anda di halaman 1dari 9

Kondisi konstruksi dewasa ini berkembang dengan sangat pesat, keberadaannya sendiri telah

berlangsung cukup lama akan tetapi kemajuan dalam hal mutu produk belum dapat diraskan secara
optimal produk konstruksi yang dihasilkan acapkali menimbulkan banyak permasalahan. Audit dan
investigasi dari masyarakat,LSM, BPKP, dan pihak lain termasuk aparat penegak hukum sering
memberikan hasil yang kurang menggembirakan . Yang perlu diperhatiakan dalam hal konstruksi adalah
bagaimana mengamankan teknik pelaksanaannya. Untuk itu diperlukan penekanan pada resiko
kegagalan bangunan serta pelanggaran hukum ketingkat yang serendah mungkin dan hal ini diperlukan
penguasaan dimana saja adanya resiko, dalam bentuk apa dan bagaimana tingkat kemungkinan
terjadinya. Juga perlu dimengerti resiko mana banyak menurunkan kepastian dan pada tingkat mana
bisa menimbulkan akibat yang fatal. Dengan mengenal karakter resiko, langkah kongkrit pencegahan
kegagalan dapat diusahakan sedini mungkin, dan berlangsung berkesinambungan disenua tahapan. Dari
pertimbangan semua segi (segi waktu, segi biaya, segi segi reputasi, segi kepercayaan, dan segi kerja
sama), pencegahan lebih baik dari penanggulanganya. Ini sejalan dengan pencegahan datangnya
dispute(perselisihan), datangnya claim, dan counter-claim antara pemilik proyek, konsultan, kontraktor
utama, kontraktor spesialis dan biro asuransi. Dengan demikian pada sekitar konstruksi yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana hasil dari peembangunan dibidang konstruksi telah memenuhi aspek
hukum dan aspek teknis. Adapun regulasi yang terkait dengan kegiatan proyek konstruksi disemua
tahapan (Studi Kelayakan, Perencanaan, Perancangan, Pengadaan Barang Jasa, Pelaksanaan Konstruksi
Operasional dan Pemeliharaan) antara lain adalah regulasi dibidang:

1. Lingkungan Hidup termasuk Bumi, Air dan Udara

2. Pertanahan dan Tata Ruang

3. Kepurbakalaan

4. Jalan, Bangunan Gedung dan Sumber daya Air/irigasi

5. Perhubungan

6. Standarisasi Bahan dan Teknis yang berlaku (SKSNI, SNI, PBI dll)

7. Jasa Konstruksi

8. Pengadaan barang dan Jasa

9. Hukum Kontrak

10. Perpajakan

11 Asuransi

12. Ketenaga kerjaan

13. Paten (HAKI)

14. Perlindungan konsumen


15. Dll

Pengaturan hubungan kerja berdasarkan hukum harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi.
Hubungan kerja dalam kontrak kerja konstruksi menurut KUHPerdata dikategorikan sebagai
pemborongan pekerjaan. Pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si
pemborong (penyedia jasa), mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak
yang lain, pihak yang memborongkan (pengguna jasa) dengan menerima suatu harga yang ditetapkan.
(Pasal 1601 huruf (b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

Adapun yang merupakan unsur hubungan kerja:

a. melakukan pekerjaan

b. di bawah perintah

c. waktu tertentu

d. menerima upah

1. Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus memuat uraian mengenai :

a. Para pihak yang memuat secara jelas identitas para pihak yang meliputi :

1) akta badan usaha atau usaha orang perseorangan.

Yang boleh dilakukan oleh perseorangan selaku pelaksana konstruksi adalah pekerjaan konstruksi yang:

– berisiko kecil

– berteknologi sederhana

– berbiaya kecil

Sedangkan pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau berteknologi tinggi dan/atau yang
berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badna usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau badan
usaha asing yang dipersamakan.

2) nama wakil/kuasa badan usaha sesuai kewenangan pada akta badan usaha atau sertifikat keahlian
kerja dan sertifikat keterampilan kerja bagi usaha orang perseorangan, dan

3) tempat kedudukan dan alamat badan usaha atau usaha orang perseorangan.

Para pihak dalam kontrak kerja konstruksi terdiri dari:

a. pengguna jasa konstruksi (yang memborongkan pekerjaan)

b. penyedia jasa konstruksi (yang menerima pekerjaan)


b. Rumusan pekerjaan yang meliputi :

1) pokok-pokok pekerjaan yang diperjanjikan

2) volume atau besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan

3) nilai pekerjaan dan ketentuan mengenai penyesuaian nilai pekerjaan akibat fluktuasi harga untuk
kontrak kerja konstruksi bertahun jamak

4) tata cara penilaian hasil pekerjaan dan pembayaran,dan

5) jangka waktu pelaksanaan.

c. Pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi meliputi:

1) jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang berkaitan dengan pembayaran uang
muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan pihak ketiga dan kegagalan
bangunan

2) pertanggungan memuat:

a) nilai jaminan

b) jangka waktu pertanggungan

c) prosedur pencairan. dan

d) hak dan kewajiban masing-masing pihak; dan

Dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak kerja konstruksi, pengguna
jasa dapat mencairkan dan selanjutnya menggunakan jaminan dari penyedia jasa sebagai kompensasi
pemenuhan kewajiban penyedia jasa.

d. Tenaga ahli yang meliputi :

1) persyaratan klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli

2) prosedur penerimaan dan atau pemberhentian tenaga ahli yang dipekerjakan, dan

3) jumlah tenaga ahli sesuai dengan jenis pekerjaan

e. Hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak kerja konstruksi meliputi :

1) hak dan kewajiban pengguna jasa, dan

2) hak dan kewajiban penyedia jasa.

f. Cara pembayaran memuat:


1) volume/besaran fisik

2) cara pembayaran hasil pekerjaan

3) jangka waktu pembayaran

4) denda keterlambatan pembayaran, dan

5) jaminan pembayaran.

g. Ketentuan mengenai cidera janji yang meliputi :

1) bentuk cidera janji:

a) oleh penyedia jasa yang meliputi:

– tidak menyelesaikan tugas

– tidak memenuhi mutu

– tidak memenuhi kuantitas, dan

– tidak menyerahkan hasil pekerjaan

b) oleh pengguna jasa yang meliputi :

– terlambat membayar;

– tidak membayar, dan

– terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan, dan

Dalam hal terjadi cidera janji yang dilakukan oleh penyedia jasa atau pengguna jasa, pihak yang
dirugikan berhak untuk memperoleh kompensasi, penggantian biaya dan atau perpanjangan waktu,
perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan atau
pemberian ganti rugi.

h. Penyelesaian perselisihan memuat:

1) penyelesaian di luar pengadilan melalui alternatif penyelesaian (mediator dan konsiliator) dan
sengketa, atau arbitrase, dan

Mediator: fasilitator, mempertemukan, membimbing mengatur jadwal pertemuan.

Konsiliator: menyusun dan menawarkan upaya penyelesaian kepada pra pihak yang bersengketa,

2) penyelesaian melalui pengadilan sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku.

i. Ketentuan pemutusan kontrak kerja konstruksi memuat:


1) bentuk pemutusan yang meliputi pemutusan yang disepakati para pihak atau pemutusan secara
sepihak, dan

2) hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa sebagai konsekuensi dari pemutusan kontrak
kerja konstruksi

j. Keadaan memaksa mencakup kesepakatan mengenai:

1) risiko khusus

2) macam keadaan memaksa lainnya, dan

3) hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa pada keadaan memaksa

k. Kewajiban para pihak dalam kegagalan bangunan meliputi:

1) jangka waktu pertanggungjawaban kegagalan bangunan, dan

2) bentuk tanggung jawab terhadap kegagalan bangunan

l. Perlindungan pekerja memuat:

1) kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

2) bentuk tanggung jawab dalam perlindungan pekerja

m. Aspek lingkungan memuat :

1) kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan undang-undang yang berlaku, dan

2) bentuk tanggung jawab mengenai gangguan terhadap lingkungan dan manusia.

2. Ketentuan tentang Hak (Atas) Kekayaan Intelektual

Kontrak kerja konstruksi harus memuat ketentuan tentang Hak (Atas) Kekayaan Intelektual yang
mencakup:

a. kepemilikan hasil perencanaan, berdasarkan kesepakatan, dan

b. pemenuhan kewajiban terhadap hak cipta atas hasil perencanaan yang telah dimiliki oleh pemegang
hak cipta dan hak paten yang telah dimiliki oleh pemegang hak paten sesuai undang-undang tentang hak
cipta dan undang-undang tentang hak paten.

3. Insentif

Kontrak kerja konstruksi dapat memuat ketentuan tentang insentif yang mencakup persyaratan
pemberian insentif, dan bentuk insentif.

4. Sub-Penyedia Jasa
Kontrak kerja konstruksi dapat memuat ketentuan tentang sub penyedia jasa dan atau pemasok bahan
dan atau komponen bangunan dan atau peralatan mengenai hal-hal:

a. pengusulan oleh penyedia jasa dan pemberian izin oleh pengguna jasa untuk sub penyedia
jasa/pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan.

b. tanggung jawab penyedia jasa dalam kaitan penggunaan sub penyedia jasa/pemasok terhadap
pemenuhan ketentuan kontrak kerja konstruksi. dan

c. hak intervensi pengguna jasa dalam hal :

1) pembayaran dari penyedia jasa kepada sub penyedia jasa/pemasok terlambat; dan

2) sub penyedia jasa/pemasok tidak memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi.

5. Bahasa Kontrak

– Pada kontrak kerja konstruksi dengan mempergunakan 2 (dua) bahasa harus dinyatakan secara tegas
hanya 1 (satu) bahasa yang mengikat secara hukum.

– Kontrak kerja konstruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia.

6. Sanksi

Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi:

a. Sanksi administratif dan/atau

b. Sanksi pidana

Sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada penyedia jasa berupa:

a. peringatan tertulis

b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi

c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi

d. pembekuan izin usaha dan/atau profesi

e. pencabutan izin usaha dan/atau profesi.

Sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada pengguna jasa berupa:

a. peringatan tertulis

b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi

c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi


d. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi

e. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi

f. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi

Kontrak kerja konstruksi pada dasarnya dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan
konstuksi yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, kontrak kerja
konstruksi untuk pekerjaan pelaksanaan, dan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan pengawasan.

Pengecualian: Dalam hal pekerjaan terintegrasi, kontrak kerja konstruksi dapat dituangkan dalam 1
(satu) kontrak kerja konstruksi.

Kontrak kerja konstruksi dibedakan berdasarkan:

a. Bentuk imbalan yang terdiri dari :

1) Lump Sum

2) harga satuan

3) biaya tambah imbalan jasa

4) gabungan Lump Sum dan harga satuan; atau

5) Aliansi.

b. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang terdiri dari :

1) tahun tunggal; atau

2) tahun jamak.

c. Cara pembayaran hasil pekerjaan:

1) sesuai kemajuan pekerjaan; atau

2) secara berkala.
Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum merupakan kontrak jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua
risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh
penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.

Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Harga Satuan merupakan kontrak jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan
tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume
pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah
dilaksanakan oleh penyedia jasa.

Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Biaya Tambah Imbalan Jasa merupakan kontrak jasa
atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana jenis-jenis pekerjaan dan
volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan
pengeluaran biaya yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain-lain,
ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan merupakan
gabungan Lump Sum dan atau harga satuan dan atau tambah imbalan jasa dalam 1 (satu) pekerjaan
yang diperjanjikan sejauh yang disepakati para pihak dalam kontrak kerja konstruksi.

Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Aliansi merupakan kontrak pengadaan jasa dimana
suatu harga kontrak referensi ditetapkan lingkup dan volume pekerjaan yang belum diketahui ataupun
diperinci secara pasti sedangkan pembayarannya dilakukan secara biaya tambah imbal jasa dengan
suatu pembagian tertentu yang disepakati bersama atas penghematan ataupun biaya lebih yang timbul
dari perbedaan biaya sebenarnya dan harga kontrak referensi

m-Trie

BerandaArtikel

Perilaku Tidak Etis Dalam Pelaksanaan Proyek

byTri Hidayat-April 08, 20200


Sektor konstruksi adalah sebagian dari sektor dunia usaha yang banyak diminati dikalangan pengusaha
baik pengusaha kesil, pengusaha menengah bahkan sampai pengusaha besar. Akan tetapi seirng dengan
pesatnya tingkat minat para pengusaha itu tidak diimbangi dengan hal hal yang dapat memberikan hasil
dari sektor usaha bidang konstruksi yang lebih baik dari waktu ke waktu yang dikarenakan banyak
prilaku tidak etis dalam dunia usaha tersebut.

Dengan diterbitkanya Undang Undang tentang jasa konstruksi, Keputusan Presiden dan Peraturan
Pemerintah yang berkenaan dengan sektor konstruksi perlu dijadikan pedoman pada dunia jasa
konstruksi untuk dapat meningkatkan mutu produk dan efektifitas sumber daya manusia. Rendahnya
tingkat kepatuhan dan tanggung jawab dari penyedia jasa dan pengguna jasa juga menjadikan kendala
akan terwujudnya hal tersebut serta aturan aturan yang dibuat Pemerintah sekarang ini masih belum
bisa mewujudkan kesejajaran kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan
kewajiban. Untuk itu perlu diwujudkanya dan dibudayakan etika profesi serta mengoptimalkan
kemitraan senergis baik untuk badan usaha jasa konstruksi maupun untuk badan usaha jasa konstruksi
dengan masyarakat.

Pelakasnaan disektor konstruksi yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan selain
melibatkan kontraktor juga melibatkan konsultan perencana dan konsultan pengawas. Kontraktor /
pemborong (penyedia jasa konstruksi) selama kurang lebih 35 tahun tidak dapat dirasakan
perkembanganya dikarenakan adanya kebijaksanaan institusi yang tidak jelas, juga pada konsultan yang
mempunyai permasalahan bahwa imbalan jasa yang diperoleh sangat kecil sehingga sulit untuk
mengembangkan usahanya.......

Anda mungkin juga menyukai