Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN KONTRAK

Chapter 9 – Tendering and Contract Formation


9.1 Definisi Kontrak Konstruksi
Kontrak konstruksi dipahami secara lebih luas sebagai kontrak kerja dan material. Kontrak konstruksi dapat
diartikan sebagai perjanjian yang mengikat antara pihak-pihak (manpower) yang terlibat di dalam proyek
konstruksi. Kegiatan dalam konrak tersebut meliputi proses suplai sumber daya, hingga penyelesaian
pekerjaan. Kontrak tersebut dapat diaplikasikan Kontrak konstruksi terjadi apabila memenuhi kriteria-
kriteria di bawah ini.
 Kegiatan di dalam kontrak yaitu perihal proyek konstruksi
 Melibatkan pihak lain dalam konstruksi (mis. sub kontraktor)
 Melibatkan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi kebutuhan proyek konstruksi
9.2 Penyusunan Kontrak Berbasis Perjanjian
Kontrak secara umum adalah perjanjian berkekuatan hukum yang terjadi melalui penawaran dari satu pihak
kepada pihak lain untuk kemudian disetujui atau diterima pihak lain. Berikut terdapat beberapa komponen
yang harus terdapat dalam sebuah penyusunan kontrak berdasarkan perjanjian.
9.2.1 Penawaran (Offer)
Penawaran merupakan sebuah dokumen (letter of intent) yang berisikan berbagai komponen yang diajukan
oleh kontraktor atau penyedia jasa kepada pemilik pekerjaan. Komponen tersebut terdiri dari : nama
lembaga penyedia jasa, struktur organisasi dari lembaga penyedia jasa, pengalaman kerja dari lembaga
penyedia jasa, serta penjabaran kemampuan SDM yang dimiliki dari lembaga dari penyedia jasa. Dalam
proses penyusunan kontrak konstruksi , proses penawaran harus dibuat secara cermat dan tepat oleh calon
penyedia jasa/kontraktor agar lebih dipercaya oleh calon pemilik pekerjaan dan meminimalkan konflik
(dispute).
9.2.2 Penerimaan (Acceptance)
Tahap penerimaan melibatkan berbagai pertimbangan yang harus disetujui oleh kedua belah pihak, pemberi
kerja maupun kontraktor. Pertimbangan tersebut meliputi berbagai hal, seperti biaya (cost), kualifikasi,
reputasi kontraktor, dan lain sebagainya. Jenis-jenis penerimaan kontrak dari pemilik proyek kepada
penyedia jasa / kontraktor adalah sebagai berikut.
1. Penerimaan tidak bersyarat
Penerimaan kontrak setelah melalui berbagai pertimbangan sifatnya adalah mutlak. Tidak
diperlukan adanya penerimaan bersyarat karena sebelumnya kontraktor harus memenuhi
kualifikasi yang dibutuhkan tanpa pengecualian.
2. Penerimaan telah dikomunikasikan/dikoordinasikan
Penerimaan kontrak sebelumnya telah dikomunikasikan atau dikoordinasikan dengan pihak-pihak
yang terlibat di dalam kontrak. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko konflik (dispute) dan
menginterasikan pekerjaan maupun pihak-pihak yang terlibat.
3. Penerimaan bersifat retrospektif
Penerimaan kontrak dilakukan setelah proyek itu mulai dilaksanakan. Dengan kata lain, ada waktu
tertentu kontrak itu diterima pada saat royek mulai dilaksanakan. Sepanjang kontrak belum
berlaku, ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan kerja akan menyesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan.
9.2.3 Kesalahan (Mistake)
Kesalahan terjadi jika ada dari salah satu pihak lalai melaksanakan tanggung jawabnya. Menanggapi hal
tersebut, selanjutnya akan diatur proses mekanisme untuk menyelesaikan masalah ini. Kesalahan akan
ditindaklanjuti sesuai dengan kontrak yang telah disetujui, kontrak tersebut bersifat mengikat dan memaksa.

KELOMPOK 5 1
MANAJEMEN KONTRAK

9.2.4 Pertimbangan (Consideration)


Pertimbangan terkait kontrak dilakukan dalam beberapa kondisi. Pertama, pertimbangan dapat dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu yang disepakati bersama. Kedua, pertimbangan terkait kontrak dilakukan
dalam kondisi terpaksa atau mendesak.
9.2.5 Keterlibatan Kontrak (Privity of Contract)
Dalam kasus tertentu dibutuhkan peran pihak ketiga dalam suatu kontrak. Siapa dan apa perannya, dapat
disebutkan di dalam kontrak antara kedua belah pihak. Pihak ketiga tersebut tidak mengganggu hak atau
kepentingan dari pihak ain, hanya membantu berjalannya kontrak sesuai dengan kesepakatan.
9.2.6 Bentuk (Form)
Kontrak perlu diinterpretasikan dalam sebuah dokumen, sehingga seluruh pihak dapat mengetahuinya.

9.3 Kontrak Dibuat oleh Tender


9.3.1 Tujuan dari tender
Ada 2 tujuan dari tender. Pertama kontraktor yang sesuai harus diseleksi dalam waktu yang tepat. Kedua,
tawaran harga yang dibutuhkan harus tepat. Penawaran tender akan menjadi dasar untuk kontrak
selanjutnya.
9.3.2 Tipe – tipe tender
Tipe pertama adalah model “Standing offer”, ini tidak umum. Kedua: kontraktor menawarkan suatau
penawaran atas suatu undangan tender.
9.3.3 Prosedur tender, banyak macam prosedur tender pada macam-macam industry. Hal utama yang
membedakan hanyalah meluasnya kompetisi untuk menentukan pemenang tender. Berikut ini beberapa
jenisnya:
a. Tender terbuka
b. Tender dengan seleksi satu kali
c. Tender dengan seleksi dua kali
d. Seleksi tender untuk kontrak design and build
e. Negoisasi
f. Joint Venture.
9.3.4 Analisis legal pada tender
Terkait dengan pemilihan prosedur tender yang cocok maka akan mengurangi potensi buang-buang waktu,
uang maupun usaha. Namun demikian masih ada kesulitan lain yang perlu dipertimbangkan:
a. Kewajiban masing-masing pihak
b. European Union mengontrol pengadaan pada sektor umum
c. Penarikan tender
9.3.5 Masalah saat memformulasikan penawaran
Masalah estimasi harga build-up muncul karena: pertama, kontraktor tidak memperhatikan jalannya suatu
biaya itu muncul satu persatu. Kedua, ambigu antara biaya dan harga.

KELOMPOK 5 2
MANAJEMEN KONTRAK

Resume Chapter 11 – Contractors Obligations


Pada Bab ini secara garis besar membahas tentang kewajiban-kewajiban dari kontraktor.
Kontraktor memiliki mengerjakan atau membangun sebuah proyek dengan biaya, volume pekerjaan,
gambar, waktu, spesifikasi dan hasil sesuai kontrak yang disepakati. Adapun yang mempengaruhi
kewajiban kontraktor adalah:
• Kewajiban dari kontraktor berlaku pada saat kontrak disepakati dan berlaku pada jangka
waktu tertentu
• Kewajiban dari kontraktor tergantung kepada ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam
kontrak
• Item-item dalam BoQ  Kewajiban dari kontraktor untuk mengerjakan
• Kewajiban dari kontraktor sangat bergantung kepada ketentuan-ketentuan yang ada di
dalam kontrak
• Adanya tambahan pekerjaan yang termasuk kewajiban dari kontraktor tergantung kepada
tingkat kepuasan dari pemilik
• Representasi pemilik di dalam suatu proyek untuk menilai hasil pekerjaan kontraktor
adalah engineer  tingkat kepuasan pemilik

Standard of Work (Standar Pekerjaan)


Pada proses pengerjaan konstruksi, kontraktor harus memperhatikan, memenuhi serta menjaga
ketentuan standar yang ditetapkan untuk memenuhi keinginan dari Employer, termasuk didalamnya yaitu:
1. Workmanship
Sumber daya manusia / pekerja dengan skill yang sesuai dengan bidang keilmuannya dan harus
dapat dipertanggung jawabkan.
2. Standard of Materials
Pengadaan material dan barang harus sesuai standar dan prosedur (melampirkan contoh hasil tes)
sesuai dengan kontrak serta kualitas (detil dan spesifikasi) material dan barang
3. Testing and Approval
Sebuah proyek yang sedang dikerjakan tetap tidak dapat bebas dari pengecekan dan pemeriksaan.
4. Suitability of Materials
Material harus memiliki garansi dan kontraktor harus menjamin keberlanjutan material yang
digunakan di masa yang akan datang.
5. Suitability of Building
Kontraktor wajib memenuhi ketentuan dalam melaksanakan proyek hingga selesai dan hasil
pekerjaan sesuai tujuan awal.
Statutory Obligations
Kewajiban hukum adalah kewajiban yang ada pada Acts of Parliament / undang-undang dasar dan
undang-undang lain seperti Government Regulations / peraturan pemerintah adalah sebagai berikut :
1. Contractor’s duties – Tugas Kontraktor
a. JCT SBC 11 clauses 1.1 & 2.1 :
kewajiban mematuhi otoritas lokal, dan juga peraturan yang dibuat oleh Statutory Undertakers
seperti listrik, gas, air, dimana sistemnya dapat terhubung dan berfungsi dengan baik.
b. JCT SBC 11 clauses 2.21 :
kewajiban membayar segala biaya, ongkos, tarif atau pajak yang berhubungan dengan pekerjaan.
c. The Corporate Manslaughter and Corporate Homicide Act 2007 di UK
kewajiban menyadari sanksi yang akan disebabkan oleh tindakan tertentu selama pelaksanaan
pekerjaan yang menyebabkan pembunuhan korporat atau pembunuhan perusahaan.
d. The Bribery Act 2010 :

KELOMPOK 5 3
MANAJEMEN KONTRAK

sebuah organisasi akan dapat diadili apabila terlibat kasus penyuapan atau disuap, terutama dalam
urusan dengan badan publik dan pejabat.
2. Divergences between statutory requirements and contract – perbedaan antara persyaratan hukum dan
kontrak
a. JCT Contract & ICC 11 : apabila terjadi pelanggaran bahwa pekerjaan yang direncanakan tidak
sesuai dengan persyaratan hukum, maka bukan menjadi tanggung jawab kontraktor tapi kepada
Employer. Kontraktor hanya berkewajiban memberitahukan Contract Administrator adanya
perbedaan antara Contract Documents dan Statutory Requirements . Kemudian Contract
Administrator akan mengeluarkan SI dimana akan menjadi VO bagi Kontraktor, begitu pula dengan
klaim perpanjangan waktu apabila diperlukan untuk pelaksanaan SI tersebut.
b. JCT form DB 05 : Employer’s Requirement secara khusus dinyatakan sesuai dengan Statutory
Requirement. Maka kontraktor bertanggung jawab memastikan bangunan yang sudah direncanakan
dan dibangun sesuai dengan ketentuan hukum.
3. Emergency work
a. JCT SBC 11 Clause 2.18 : memberikan ketentuan agar kontraktor dapat melakukan pekerjaan
darurat (dengan atau tanpa menunggu SI dari Contract Administrator) apabila diperlukan untuk
memenuhi Statutory Requirements.
b. ICC 11 : tidak memberikan ketentuan tentang pekerjaan darurat. Apabila ada keadaan darurat yang
disebabkan perbedaan Contract Documents dan Statutory Requirements, Engineer harus
mengeluarkan Variation Instruction dan kontraktor akan mendapatkan bayaran atak
pengerjaannya.
4. Health and safety in the UK
a. JCT SBC 11 Clause 3.23 : kontraktor mengakui Construction (Design and Management)
Regulations 2015 dan harus memberikan informasi yang diminta untuk menyiapkan data kesehatan
& keselamatan para pekerja kepada Principal Designer. Kontraktor sudah harus memastikan
bahwa fasilitas kesejahteraan sudah disediakan selama masa bekerja sesuai dengan peraturan

Co-ordination and Management


kordinasi dan pengelolaan proyek dalam mengatur para pegawai internal maupun sub-kon yang
terlibat, dimana dalam prakteknya terdapat beberapa masalah antara lain sebagai berikut :
1. Control of person on the site – kontraktor bertanggung jawab untuk memprogram keseluruhan proyek
dan mengkordinasi pihak lain yang ikut berkontribusi dari individu maupun perusahaan lain atau sub-
kon, dan Statutory Undertakers.
a. JCT SBC 11 Clause 3.1 : Kontraktor harus mengizinkan Contractor Administrator untuk memiliki
akses terhadap workshop kontraktor maupun subkon di setiap saat yang dibutuhkan.
b. JCT SBC 11 Clause 3.2 : Secara khusus mengharuskan kontraktor untuk memperkerjakan PIC yang
berkompeten dibidangnya dan dapat bekerja dengan stabil
c. JCT SBC 11 Clause 3.4 : Kontraktor akan menyediakan fasilitas untuk kepentingan pelaksanaan
tugas, misalnya Employer menggunakan haknya untuk menunjuk juru tulis, dsb.
d. NEC3 Clause 27 ; Kontraktor menyediakan akses terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan dan
bahan maupun plant di lokasi proyek
e. FIDIC 1999 Red Book : Employer’s personnel harus memiliki akses ke semua bagian lokasi
proyek, darimana bahan diberoleh, akses untuk memeriksa, mengukur, dan menguji pekerjaan di
lokasi proyek.
2. Exclusion of persons from the works
a. JCT SBC 05 Clause 3.21 : semua form standart kontrak memberikan kekuatan pada Contractor
Administrator untuk melakukan pengecualian terhadap persons from the works
b. Construction (Design and Management) Regulations 2015 :Kontraktor harus mengecualikan orang
yang tidak sah di lapangan.
c. NEC3 Clause 24.2 : Power of exclude ada pada Project Manager

KELOMPOK 5 4
MANAJEMEN KONTRAK

d. FIDIC 1999 Red Book Clause 6.9 : Kontraktor harus memperkerjakan orang yang memiliki skill
dan dapat menyelesaikan tugas dengan baik & tepat
3. Antiquities / barang antik, Contractual provisions yang dihubungan dengan penemuan object barang
antik, baru atau lama selama masa kerja sangat diperlukan dengan berbagai alasan.
a. JCT Clause 3.22 : semua fosil, barang antik dan obyek lain yang menarik dan memiliki nilai tinggi
apabila ditemukan di proyek atau saat penggalian maka selama proses pekerjaan akan menjadi
milik Employer.
b. ICC 11 Clause 32 : kontraktor tidak menggangu object tetapi harus mengambil langkah yang
diperlukan untuk melestarikannya dalam posisi dan kondisi yang tepat saat pertama ditemukan
dengan instruksi Contract Administrator.
c. Ancient Monuments and Achaelogical Area Act 1979 : jika pengoperasian dilakukan di Designated
area maka akan menggangu area tanah, Operation Notice harus jadi yang pertama untuk dilayani
otoritas lokal.
d. NEC3 Clause 73.1 : apabila obyek bersejarah ditemukan maka kontraktor tidak bisa
memindahkannya tanpa izin dari Project Manager. Project manager yang akan menentukan apa
yang harus dilakukan.
e. FIDIC 1999 Red Book Clause 4.24 : Obyek yang ditemukan akan dipindahkan dibawah wewenang
Employer, kontraktor melakukan tindakan pencegahan para personel memindahkan item tertentu.
Transfer of Materials
Pemindahan Material dimana mereka akan beroprasi dalam kontrak yang mengatakan tidak adanya
penggantian barang. Ketentutan seperti itu dikenal sebagai retensi.
1. Posisi Umum
Didalam kondisi umum, semua pemberi pinjaman dari perusahaan yang mengalami kebangkrutan
berhak untuk berbagi sisa aset yang dimiliki, dan akan juga mencakup semua property yang dimiliki
perusahaan saat itu.
2. Ketentuan Kontrak
JCT SBC 11 tidak mengubah prinsip bahwa kepemilikan material dipindahkan saat mereka
dimasukkan kedalam bangunan, namun kepemilikan dapat diberikan kepada pemberi kerja. Jika
ini selesai, maka kepemilikan bahan dan barang tersebut akan segera diberikan kepada pemberi
kerja dan akan dibayar dengan jumlah sepatutnya. Beberapa kontrak yang digunakan pada proyek
teknik sipil dari hokum umum, ICE 5 dan 6 misal menyatakan bahwa tidak hanya barang dan bahan
bangunan yang diambil oleh pemberi kerja termasuk juga perlatan dan pekerjaan kontraktor
sementara.
3. Retensi Hak Milik
Secara khusus banyak pemasok bahan bangunan yang mengatur dimana mereka harus
mempertahankan kepemilikan barang sampai pembayaran penuh dibuat. Masalah pasti akan timbul
dalam kepemilikan barang antara kontraktor dengan pemasok bahan bangunan dan akan dibahas di
bab 19.

KELOMPOK 5 5
MANAJEMEN KONTRAK

Resume Chapter 12 – Employer’s Obligations


Dalam Sebuah proyek kewajiban dari seorang Pemberi Kerja dalam hal kontrak konstruksi yang
berhubungan dengan perekonomian adalah :
1. Membayar Kontraktor atas pekerjaan yang telah mereka kerjakan.
2. Membayar kompensasi ke Kontraktor atas kerugian dan biaya yang timbul dalam pelaksanaan
kontruksi.
Administrator Kontrak adalah tangan kanan dari Pemberi Kerja yang bertugas untuk menghandle dan
berkoordinasi dengan Kontraktor terkait hak dan kewajiban yang tertuang dalam sebuah kontrak.

A. TANGGUNG JAWAB YANG DIBEBANKAN PADA PEMBERI KERJA


Tugas utama seorang Kontraktor memiliki kewajiban untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
sesuai yang tertuang dalam kontrak. Untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jangka waktu
yang disepakati dibutuhkan kerja sama dan koordinasi antara Kontraktor dengan Pemberi Kerja.
1. PEMBERI KERJA SEBAGAI REKAN KERJA, BUKAN SEBAGAI PENGHALANG
Dalam perjanjian Merton LBC v Stanley Hugh Leach Ltd dua kewajiban dari pihak pemberi kerja
harus tertuang dalam sebuah kontrak kontruksi.
a. Pemberi Kerja tidak akan menghalangi atau mencegah kontraktor melakukan semua hak
dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan kontrak dan mengeksekusi pekerjaan yang
dimaksud dengan cara yang baik dan benar.
b. Pemberi Kerja akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memungkinkan
kontraktor untuk menjalankan semua kewajibannya dan mengeksekusi pekerjaan yang
dimaksud dengan cara yang baik dan benar.
2. CONTOH SPESIFIK YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN OLEH SEORANG EMPLOYER
Jika Pemberi Kerja tidak dapat menerima hasil pekerjaan dari kontraktor dan menunjuk sub
kontraktor lain untuk mengerjakan. Hal ini tidak dibenarkan karena akan menimbulkan
pelanggaran kontrak yang berujung pada terminasi kontrak.
B. EMPLOYER’S OBLIGATIONS
Sebagai pemberi kerja di suatu proyek, tentunya memiliki kewajiban dan kewenangan, diantaran
ya adalah :
1. Pembayaran
Sebagai pemberi kerja (employer/owner) berkewajiban membayar kontraktor dengan jumlah dan
dengan tata cara yang telah disepakati dalam kontrak
2. Mempersiapkan tim pengganti
Jika seseorang yang bertanggung jawab atas suatu pekerjaan, baik seorang arsitek/kontraktor/
administrator kontrak tidak lagi menjabat, maka employer/owner bertugas untuk mencari rekomendasi
sebagai tim pengganti.
3. Ketepatan dalam pemilihan kontraktor
Pemberi kerja wajib untuk meyerahkan pekerjaan yang tepat kepada kontraktor sehingga nantinya tidak
ada klaim yang dilakukan oleh kontraktor ke pihak owner, karena hal ini dampaknya adalah kerugian
di pihak pemberi kerja.
4. Asuransi
Sebagai pemberi kerja harus meminta kejelasan kontraktor apakah telah mengurus asuransi
pegawai/tim dalam proyek yang mereka laksanakan.
5. Kerahasiaan
Pemberi kerja (employer) berwenang untuk merahasiakan nilai kontrak baik secara umum atau
terperinci ke pihak lain.

6. Izin dan Lisensi


Pemberi kerja (employer) berkewajiban untuk memberikan kemudahan fasilitias terkait perizinan
kepada kontraktor di lingkup proyek tersebut.

KELOMPOK 5 6
MANAJEMEN KONTRAK

7. Menyiapkan Dokumen Kontrak dan Pendukungnya


Pemberi kerja (employer) berkewajiban untuk menyiapkan dokumen kontrak dan dokumen yang akan
ditenderkan/dikerjakan oleh kontraktor, baik berupa gambar kerja, dll
8. Kerja Sama
Employer/owner dan penyedia jasa baik kontruksi atau yg lainnya wajib untuk saling bekerja sama
untuk melaksanakan suatu proyek dengan optimal, kerja sama tersebut ditegaskan dengan bentuk
bersikap bekerja yang lebih kooperatif dan kolaboratif, saling memiliki itikad baik dan memiliki rasa
hormat kepada setiap pihak terkait.
C. ADMINISTRATOR KONTRAK
Pemberi kerja memiliki wewenang khusus dalam proyek, termasuk memberi tugas terkait penyusunan
kontrak. Jika ada kesalahan yang disebabkan oleh administrator kontrak, maka secara tidak langsung akan
menyebabkan kerugian kepada Pemberi kerja selain itu jika Pemberi kerja tidak mendukung kinerja dari
administrator kontrak, maka segala resiko akan ditanggung oleh Pemberi kerja.
D. RESPONSIBILITY FOR SITE CONDITIONS
1. Risiko Kontraktor
Risiko terhadap kondisi lokasi dapat menjadi beban kontraktor. Contoh dalam pekerjaan pembuangan
limbah, tanah yang jelek dan belum dapat diprediksi dapat menambah item pekerjaan. Saat Engineer
menolak memberi otorisasi pembayaran pekerjaan dalam berbagai kondisi yang ada dilapangan,
kontraktor dapat meninggalkan lokasi proyek, dan mengklaim jumlah pekerjaan tambah akibat different
site condition untuk pekerjaan tersebut. Prinsip bahwa kondisi lokasi yang merugikan adalah risiko
kontraktor tidak diubah hanya karena pemberi kerja memberikan rencana atau spesifikasi pada saat
tender.
2. Tanggung Jawab Employer
a. Implied warranty
Employer memberikan informasi tender tidak selau terjamin keakuratannya sehingga jaminan
akurasi harus tersirat.
b. Misrepresentation
Kontraktor dapat menunjukkan kekeliruan employer. Hal ini pasti akan terjadi jika ada kecurangan
yang disengaja dan dalam menutupi kondisi sebenarnya. Namun, hal ini tidak mudah dilakukan,
bila kontrak tersebut menyatakan bahwa kontraktorlah yang bertanggung jawab untuk memeriksa
hal-hal tersebut.
c. Standard method of measurement
Kontrak bangunan sering menyatakan bahwa jumlah tagihan yang mereka pakai telah disusun
sesuai dengan Metode Pengukuran Standar yang ditentukan. Sehingga kontraktor dapat mengklaim
pekerjaan tambahan dalam tagihan yang terpisah.

3. Tanggung Jawab Bersama berdasarkan bentuk standar


Jika kontraktor menghadapi kondisi fisik yang buruk, pemberitahuan harus diberikan kepada Engineer.
Sebelum menyetujui penggantian biaya tambahan, Engineer juga dapat meninjau apakah kondisi fisik
lainnya di lokasi lebih menguntungkan dan menyetujui pengurangan biaya karena kondisi tersebut,
asalkan tidak ada penurunan harga bersih secara keseluruhan.
E. HEALTH AND SAFETY
1. Principal Designer ditujuk sejak awal.
2. Tidak ada pekerjaan konstruksi sebelum dokumen HSE keluar.
3. Setiap orang yang berperan memiliki keterampilan, pengetahuan & pengalaman.
4. Pekerjaan yang dilakukan tidak berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan seseorang.
5. Seluruh informasi pra-konstruksi segera diberikan kepada designer & contractors.
6. Employer harus memastikan bahwa Principal Designer dan Main Contractor menjalankan semua
tugasnya berdasarkan peraturan.

KELOMPOK 5 7

Anda mungkin juga menyukai