1, Maret 2011
ISSN 2088-0561
Abstrak
Industri konstruksi adalah industri yang kompleks dan sulit untuk
dikendalikan. Kompleks karena berhimpunnya berbagai jenis elemen
konstruksi yang menuntut interaksi dari berbagai jenis keahlian dan para
pihak yang terlibat di dalamnya. Sulit untuk dikendalikan karena
dilaksanakan di alam terbuka yang rentan sekali dipengaruhi oleh cuaca. Halhal tersebut jika tidak disikapi dengan baik sejak dari fase awal pelaksanaan
konstruksi melalui penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi dan
manajemen pelaksanaan kontrak kerja konstruksi yang baik, dapat berpotensi
menimbulkan klaim dari satu pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain.
Klaim ini jika tidak segera diselesaikan berpotensi menimbulkan perselisihan
(dispute). Meskipun dispute bukanlah sesuatu yang diharapkan dalam proses
pelaksanaan konstruksi, namun seringkali harus dihadapi dan diatasi bersama
oleh para pihak yang terlibat. Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) yang
dapat ditempuh untuk menyelesaikan dispute adalah: negosiasi, mediasi,
arbitrasi dan litigasi.
Kata kunci: klaim, dispute, alternatif penyelesaian sengketa (APS)
1.
Pendahuluan
Dalam proses pelaksanaan konstruksi, pengguna jasa dan penyedia jasa
saling berinteraksi. UUJK nomor 18 tahun 1999 mendefinisikan istilah pengguna
jasa dan penyedia jasa sebagai berikut: Pengguna jasa adalah orang
perseorangan atau badan, sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek
yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Istilah pengguna jasa dalam banyak
tempat seringkali digantikan oleh owner atau bowheer dengan maksud yang sama.
Selanjutnya penyedia jasa adalah: orang perseorangan atau badan yang
kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi. Layanan jasa
konstruksi yang dimaksud adalah layanan jasa perencanaan konstruksi
(dilaksanakan oleh konsultan desain), jasa pelaksanaan konstruksi (dilaksanakan
oleh kontraktor) dan jasa pengawasan konstruksi (dilaksanakan oleh konsultan
supervisi). Interaksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa selanjutnya diikat
oleh kontrak kerja konstruksi.
Pelaksana konstruksi biasanya berasumsi bahwa seluruh informasi yang ada
dalam kontrak kerja konstruksi sesuai dengan kondisi aktual di lapangan. Namun
kondisi proyek yang ditemui selama masa pelaksanaan sering kali tidak sesuai
dengan asumsi tersebut, apalagi menyangkut kondisi lokasi proyek yang berada di
bawah tanah. Disamping itu masa pengesahan anggaran yang kerap kali terlambat
menyebabakan para pihak yang terlibat dalam kegiatan proyek mesti berlomba
dengan waktu. Seringkali proyek konstruksi telah mulai dilaksanakan walaupun
kepastian anggarannya belum ada. Dan lebih banyak lagi proyek konstruksi yang
Alternatif Penyelesaian Sengketa Dalam Kontrak Kerja Konstruksi M. Fauzan
49
ISSN 2088-0561
dikerjakan tanpa merampungkan dokumen proyek terlebih dahulu. Hal ini pada
akhirnya akan menimbulkan klaim, baik dari pihak pengguna jasa karena
kelalaian penyedia jasa memenuhi prestasi sesuai keinginan pengguna jasa
maupun dari pihak penyedia jasa karena pengguna jasa sering melakukan
perubahan desain yang menyebabkan penyedia jasa harus mengeluarkan biaya dan
waktu tambahan. Klaim-klaim tersebut jika tidak diselesaikan dengan baik pada
akhirnya akan menimbulkan perselisihan/sengketa (dispute) antara pengguna jasa
dan penyedia jasa
2.
50
ISSN 2088-0561
51
ISSN 2088-0561
Kegagalan mewujudkan
Aspek teknis/mutu
Kegagalan mewujudkan
Aspek waktu
Kegagalan mewujudkan
Aspek biaya
Kasus
Pengguna jasa melakukan klaim terhadap
penyedia jasa karena hasil pekerjaannya tidak
memenuhi standar mutu yang ditetapkan
Penyedia jasa melakukan klaim terhadap
pengguna jasa karena melakukan perubahan
desain, sehingga menimbulkan rework. Atau
pengguna jasa mewajibkan penyedia jasa
memanfaatkan jasa supplier atau sub-penyedia
jasa tertentu yang merugikan penyedia jasa
Pengguna jasa melakukan klaim terhadap
penyedia jasa karena terlambat menyelesaikan
proyek sesuai dengan tenggat waktu yang
ditetapkan. Keterlambatan tersebut berimbas pada
keterlambatan pemanfaatan konstruksi sehingga
potensi keuntungan pengguna jasa menjadi
tertunda
Jika keterlambatan tersebut karena sebab yang
ditimbulkan oleh pengguna jasa, maka penyedia
jasa dapat pula melakukan klaim
Penyedia jasa melakukan klaim terhadap
perubahan desain yang dilakukan pengguna jasa
yang menyebabkan terjadinya change order
Jika produktivitas penyedia jasa menurun akibat
kebijakan yang ditetapkan pengguna jasa
sehingga penyedia jasa harus menambah jam
kerja, maka penyedia jasa dapat melakukan klaim
52
ISSN 2088-0561
Jenis-Jenis Klaim
Pada dasarnya kedua belah pihak baik itu pengguna jasa maupun penyedia
jasa, berhak mengajukan klaim jika diyakini mereka mengalami kerugian akibat
tindakan yang dilakukan salah satu pihak. Klaim dari penyedia jasa terhadap
pengguna jasa dapat berbentuk:
a. Klaim tambahan biaya dan waktu; klaim ini terjadi ketika adanya
permintaan perubahan desain dari pengguna jasa kepada penyedia jasa pada
saat pelaksanaan pekerjaan sedang berlangsung. Perubahan desain tersebut
dapat berupa penambahan item pekerjaan atau substitusi elemen konstruksi
yang lebih mahal dan menyebabkan penyedia jasa mengalami overrun biaya
jika memenuhinya;
Alternatif Penyelesaian Sengketa Dalam Kontrak Kerja Konstruksi M. Fauzan
53
ISSN 2088-0561
Penyelesaian Sengketa
Jika klaim konstruksi tidak diselesaikan dengan segera, maka akan
menimbulkan sengketa (Dispute). Sedapat mungkin dispute harus dihindari,
namun jika hal tersebut terjadi maka harus dipertimbangkan dengan matang
langkah-langkah penyelesaiannya. Saleh, N., menjelaskan 4 cara penyelesaian
dispute yaitu, negosiasi, mediasi, arbitrasi dan litigasi:
a. Negosiasi adalah cara penyelesaian yang hanya melibatkan kedua belah pihak
yang bersengketa, tanpa melibatkan pihak-pihak yang lain. Hal ini mirip
dengan musyawarah dan mufakat yang ada di Indonesia, dimana keinginan
untuk berkompromi, adanya unsur saling memberi dan menerima serta
kesediaan untuk sedikit menyingkirkan ukuran kuat dan lemah adalah
persyaratan keberhasilan cara ini. Dalam negosiasi ini kontraktor dan pemilik
memakai arsitek dan insinyur sebagai penengah. Biasanya kontraktor diminta
mengajukan klaim kepada arsitek/insinyur yang diangkat menjadi negosiator.
Arsitek/Insinyur ini akan mengambil keputusan yang sifatnya tidak mengikat,
kecuali keputusan tentang efek arstistik yang konsisten dengan apa yang telah
ada dalam dokumen kontrak.
b. Mediasi merupakan cara penyelesaian masalah di awal perselisihan
berlangsung. Mediasi ini melibatkan pihak ketiga yang tidak memihak dan
dapat diterima kedua belah pihak yang bersengketa. Pihak ketiga ini akan
berusaha menolong pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan
penyelesaian, meskipun mediator ini tidak mempunyai kekuatan untuk
memutuskan penyelesaian masalah tersebut. Mediasi sama menguntungkannya
dengan arbitrasi. Mediasi dapat menyelesaikan masalah dengan cepat, murah,
tertutup dan ditangani oleh para ahli. Tetapi yang menjadi masalah adalah
keputusan mediasi ini tidak mengikat. Jadi apabila persetujuan tidak dapat
dicapai, seluruh usaha mediasi hanya akan membuang-buang uang dan waktu.
c. Arbitrasi adalah metode penyelesaian masalah yang dibentuk melalui kontrak
dan melibatkan para ahli dibidang konstruksi. Para ahli tersebut bergabung
dalam badan arbitrase. Badan ini akan mengatur pihak-pihak yang telah
menandatangani kontrak dengan klausul arbitrasi didalamnya untuk melakukan
Alternatif Penyelesaian Sengketa Dalam Kontrak Kerja Konstruksi M. Fauzan
54
ISSN 2088-0561
55
ISSN 2088-0561
56
ISSN 2088-0561
6.
Kesimpulan
Industri konstruksi adalah industri yang unik dan melibatkan banyak pihak.
Proses pelaksanaannya yang sulit untuk dikontrol dan sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan serta Keterlibatan banyak pihak ini, seringkali menimbulkan
perselisihan terlebih jika dokumen kontrak antara pengguna jasa dan penyedia
jasa tidak dipersiapkan dengan baik.
Sedapat mungkin sengketa (dispute) tersebut dihindari karena hanya akan
merugikan kedua belah pihak, namun jika tidak mungkin dihindari maka alternatif
yang paling baik adalah memilih proses penyelesaian sengketa yang paling cepat
dan paling murah serta mengikat pihak-pihak yang terlibat. Negosiasi, mediasi,
arbitrasi dan litigasi dengan segala kelebihan dan kekurangan dapat menjadi
alternatif penyelesaian sengketa (APS). Namun saling percaya dan niat baik para
pihak yang bertikai adalah senjata paling ampuh untuk menyelesaikan sengketa
yang terjadi di industri konstruksi.
Daftar Kepustakaan
Abdulrasyid, P, 2007, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa suatu
pengantar, PT. Fikahati Aneka, Jakarta
2. Ahuja, Hira N., and Walsh, Michael A, 1983, Succesful Method in cost
Engineering, John Wiley & Sons. Inc, New York
3. Bramble, Barry. B., Donofrio, Michael. F and Stetson, John. B, 1990,
Avoiding and Resolving Construction Claims, R.S. Means Company Inc,
United Stated
4. Fisk, Edward R, 1997, Construction Project Administration, Fifth Edition,
Prentice Hall, New Jersey
5. Hinze, J, 2000, Construction Contracts, McGraw-Hill, New York
6. Mitropoulos, P. and Howell, G, 2001, Model for understanding, Preventing,
and Resolving Project Disputes, American Society of Civil Engineers
(ASCE), Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 127,
No. 3.
7. Poerwadarminta, WJS., Kamus Besar Bahasa Indonesi, Edisi kedua
8. Soekirno, P., Wirahadikusumah, R. D., Abduh, M, 2007, Sengketa dalam
Penyelenggaraan konstruksi di Indonesia: Penyebab dan Penyelesaiannya,
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemendan_rekayasakonstruksi, diunduh pada
november 2010
9. Saleh, N, Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Klaim Dan Penyelesaiannya
Pada Industri Konstruksi, http://www.fab.utm.my/download/Conference
Semiar/ICCI2006S4PP11.pdf diunduh pada November 2010
10. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999. tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
11. Undang-Undang No. 18/1999, tentang Jasa Konstruksi
12. Undang-undang Hukum Perdata
1.
57