Jacobus Samidjo
FPIPS IKIP Veteran Semarang
Email : jacobusvet@gmail.com
ABSTRAK
Manusia dan semua makhluk membutuhkan air sebagai salah satu sumber kehidupan.
Dengan kata lain air merupakan material yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan dibumi.
Bentuk kepentingan manusia dan kepentingan komersial lainnya ketersediaan air dari segi
kualitas dan kuantitas mutlak diperlukan. untuk mencapai terbentuknya kelestarian
sumberdaya air diperlukan pengelolahan sumberdaya air yang baik guna mewujudkan
pendayagunaan sumberdaya air yang optimal dengan meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat secara adil, merata dan berkelanjutan. Pertanyaannya adalah
bagaimana sistem pengelolaan sumberdaya air. Karena itu pengelolaan sumberdaya air
memerlukan pendekatan yang integrative, komprehensif dan holistik yakni hubungan timbal
balik antara teknik, sosial dan ekonomi serta harus berwawasan lingkungan agar terjaga
kelestariannya.
PENDAHULUAN
Manusia dan semua makhluk hidup membutuhkan air sebagai salah satu sumber
kehidupan. Dengan kata lain air merupakan material yang sangat dibutuhkan bagi
kehidupan di bumi. Semua organisme yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air
sedikitnya 60% dan aktifitas metaboliknya mengambil tempat di larutan air (Enger dan Smith
dalam Tasambar Mochtar, 2000). Untuk kepentingan manusia dan kepentingan komersial
lainnya ketersediaan air dari segi kualitas dan kuantitas mutlak diperlukan.
Di sisi lain, akibatnya pengelolaan yang salah air bisa menjadi bencana bagi
kehidupan. Air yang berkelebihan di suatu tempat akibat hujan yang besar dapat
menimbulkan kerugian yang besar. Sebaliknya kekurangan memungkinkan terjadi bencana
kekeringan. Di Amerika secara umum banjir menyebabkan kerusakan yang lebih parah
dibandingkan bencana alam lainnya (Grigg, 1966) walaupun terjadinya banjir dapat
bervariasi, hampir semua daerah menghadapi bahaya banjir setiap saat di Indonesia
kerugian dan kerusakan akibat banjir adalah sangat besar yakni sebesar dua pertiga dari
semua bencana alam yang terjadi (Departemen Sosial, 1987 & 1989 dalam Direktorat
Sungai 1995).
Menurut Dyah (2000), kebutuhan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan dapat
dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: satu, kebutuhan domestik; dua, irigasi pertanian;
dan tiga, industri. Sejalan dengan pertambahan penduduk di Indonesia, maka kebutuhan air
akan meningkat pula baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Kebutuhan air terbesar di
Indonesia terjadi di pulau jawa dan Sumatra karena kedua pulau ini mempunyai jumlah
penduduk dan industri yang cukup besar.
KAJIAN TEORI
Permasalahan di Perkotaan Dan Pedesaan, Industri
Sumber daya air mempunyai peran cukup besar dalam menunjang kegiatan bidang
pertanian, air bersih perkotaan dan pedesaan, industri, perikanan tambak, pariwisata,
tenaga listrik dan lain-lain. Untuk menunjang kegiatan di berbagai bidang, perlu dibangun
prasarana yang cukup banyak dalam skala besar, sedang dan kecil. Untuk mencapai
terwujudnya kelestarian sumber daya air diperlukan pengelolaan sumber daya air yang baik
guna mewujudkan pendayagunaan sumber daya air yang optimal dengan meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat secara adil, merata dan berkelanjutan.
Pertanyaannya adalah bagaimanakah system pengelolaan sumber daya air.
PEMBAHASAN
Konsep pengelolaan sumberdaya air pada dasarnya mencakup upaya serta kegiatan
pengembangan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya air berupa penyaluran air yang
tersedia dalam konteks ruang dan waktu, dan komponen mutu serta komponen volume
pada suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan makhluk hidup
Dengan demikian pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan merupakan suatu
system dalam rangka upaya membentuk lingkungan hidup yang serasi dan lestari serta
memenuhi kebutuhan secara terus menerus
Berdasarkan daur hidrologi, volume air di bumi ini jumlahnya relative konstan. Namun
demikian dalam satuan ruang dan waktu, ketersediaan air terkadang-kadang tidak sesuai
dengan kebutuhan kita. Sering manusia mengalami kekurangan air di musim kemarau.
Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan system pengelolaan sumber daya air terutama
pada perlindungan dan pelestarian sumber daya air harus dilakukan sebaik-baiknya guna
menjamin tersedianya sumber daya air sebagai kebutuhan berbagai sektor termasuk
kebutuhan masyarakat banyak sesuai dengan amanat pasal 33 Undang-undang Dasar
1945 bahwa : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan PP Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
sebagai daerah otonomi dan euphoria yang berkembang di masyarakat maka pengelolaan
air dan sumber daya air perlu dilaksanakan dan di sosialisasikan oleh orang/institusi yang
betul-betul menghayati keberadaan sumber daya air kepada masyarakat dan aparat daerah
baik eksekutif maupun legislative.
PUSAT
Pasal 7 UU No.22/99
Bidang politik luar negeri, hamkan
Peradilan, moneter & fiscal, agama
Serta kewenangan lainnya
PP. No: 25/2000 Pasal
PROPINSI
KABUPATEN / KOTA
Pasal : 7 UU No. 22 / 99
Prinsip dan Kebijakan Dasar Pengelolaan Sudanti dan Budiharjo (2000) ada dua hal
pokok yang harus diperhatikan yaitu :
1. Prinsip pengelolaan sumberdaya air :
a. Pengelolaan sumberdaya air pada dasarnya berupa pemanfaatan, perlindungan dan
pengendalian.
b. Pengelolaan sumberdaya air dilaksanakan secara terpadu (multi sektor), menyeluruh
(hulu-hilir, kualitas-kuantitas), berkelanjutan (antar generasi), berwawasan lingkungan
( konservasi dengan wilayah sungai ( satuan wilayah hidrologis ) sebagai kesatuan
pengelolaan. Satu sungai, satu rencana, satu pengelolaan terpadu dengan
memperhatikan sistem pemerintahan yang disentralisasi : (a) Satu sungai dalam artian
Daerah Pengalir Sungai ( DPS) merupakan kesatuan wilayah hidrologis yang dapat
mencakup wilayah administrative yang ditetapkan sebagai satu kesatuan wilayah
fasislitas yang tidak dapat dipisah-pisahkan; (b) Dalam satu sungai hanya berlaku satu
rencana induk dan satu rencana kerja yang terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan; (c) Dalam satu sungai diterpkan satu sistem pengelolaan
yang dapat menjamin keterpaduan kebijaksanaan strategis dan perencanaan
operasional dari hulu sampai hilir
c. Lingkup pengelolaan sumber air : (a) Pengelolaan daerah tangkapan hujan/watershed
management, (b) Pengelolaan kuantitas air/water quantity management; (c)
Pengelolaan kualitas air/water quantity manajement; (d) Pengendalian banjir lood
control manajement; (e) Pengelolaan lingkungan sungai (river environtment
management);
d. Berdasarkan asas kelestarian, kemanfaatan, keadilan dan kemandirian
e. Pengelolaan menyeluruh dan terpadu infrastruktur keairan yang meliputi :
1) Sistem penyediaan air, termasuk di dalamnya waduk, penampangan air, jaringan
transmisi dan distribusi, fasilitas pengelolaan air (treatment plant)
2) Sistem pengelolaan air limbah (waste water), termasuk di dalamnya fasilitas
pengumpul, pengolahan, fasilitas pembuangan, sistem daur ulang
3) Fasilitas pengelolaan limbah (solid-waste management)
4) Falisitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi
5) Fasilitas lintas air dan navigasi
6) Sistem kelistrikan PLTA
2. Kebijaksanaan dasar Pengelolaan Sumberdaya Air :
a. Pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air secara nasional dilakukan secara
holistic, terencana dan berkelanjutan, berdasarkan UUD 45 pasal 33;
Paradigma Lama :
1. Sungai-Bendung-Primer-Sekunder dibangun Pemerintah.
2. Saluran Tersier Kwarter lahan sawah dikelola Petani.
Top-down Approach
Paradigma Baru :
1. Sungai-Bendung dibangun Pemerintah.
2. Saluran Primer, Sekunder, Tersier Kwarter lahan
sawah dikelola Petani.
Bahwa pengelolaan air dan sumber air sampai saat ini belum terdapat bentuk lembaga
pengelola yang baku (Sudjarwadi, 2000). Menurut Sudjawardi tahapan untuk menuju sistem
pengelolaan air dan sumber air yang optimal, diperlukan perangkat yang dapat menjamin
proses yang mendorong makin mendekatnya pengelolaan air dan sumber air ke kondisi
benar dalam pengertian adil, optimal dan sustainable. Pendekatan sistem ini sangat baik
untuk dijadikan langkah awal dan bentuk sumbang saran para pemikir dan peneliti di bidang
perairan.
Memperhatikan pendapat Kodoatie tentang perubahan paradigma (pengelolaan
irigasi) dan pendapat Sudjarwadi diatas, hemat penulis pendapat Kodoatie baru pada
tahapan wacana karena jika pembangunan saluran primer-sekunder-tersier-kwarter-lahan
sawah diserahkan kepada petani dalam arti bangunan sarana fisik dan pemeliharaannya
maka petani sangat mungkin belum mampu menganggungnya mengingat kondisi petani
pada saat ini ditilik dari kepemilikan luas area (sawah) dan hasilnya relative kecil. Jikapun
ada petani yang mampu menanggung jumlahnya sangat kecil
Tantangan Pengelolaan Sumberdaya Air
Dengan telah disahkannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 dan diberlakukannya
Peraturan Pemerinta No. 25 tahun 2000 sangat berpengaruh terhadap kegiatan pengelolaan
jaringan irigasi. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap struktur organisasi pengelolaan
jaringan irigasi di tingkat Propinsi dan Kabupaten / Kota dan berpengaruh juga terhadap
KESIMPULAN
Konsep Pengelolaan Sumber daya Air pada dasarnya mencakup upaya serta kegiatan
pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian sumber daya air berupa penyaluran air dalam
konteks ruang dan waktu serta komponen mutu untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
makhluk hidup. Tiga hal yang perlu diketahui di sini adalah :
1. Pengelolaan sumber daya air sampai saat ini belum terdapat bentuk lembaga pengelola
yang baku.
2. Pengelolaan sumber daya air harus dilaksanakan secara terpadu dari hulu sampai hilir
dengan memperhatikan fungsi air yang bertalian dengan fungsi ekonomi, ekologi sosial
3. Strategi sistem pengelolaan sumber daya air diarahkan untuk dapat meningkatkan
efisiensi pemanfaatan, kualitas dan keterjangkauan pelayanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Albertson, Maurice L. (1994), The Village Earth Model for Sustainable Village
Development, Colorado State University, Fort Collins, Colorado, USA.
Bappeda, (2003), Pekerjaan Penyusunan Strategi Sistem Sarana dan Prasarana
Propinsi Dati I Jateng. Proyek Pengendalian Rencana Kota dan Daerah.
Dyah Rahayu Pangesti, (2000), Pengelolaan dan Pemanfaatan Sungai Menyongsong
Abad 21, Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang Sungai.
Enger dan Smith, (2000), Dalam Tasambar Mochtar, Aspek Pengelolaan Air dan Sumber
Air dalam Era Otonomi Daerah.
Grigg, Neil, L. (1996), Water Resources Manajemen; Principles, Regulations, and Cases.
Mc. Graw-Hill.
Kodoatie, Robert J., (1996), Pengantar Hidrogeologi. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Kodoatie, Robert J., (2000), Tekhnologi Konservasi Tanah dan Air. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Novel Ali, 19 Juli 2000. Siap Atau Tidak Otonomi Harus Tetap Berjalan. Suara
Pembaruan.
Sudanti, Budiharjo. (2000). Paradigma Pengelolaan Air dan Sumber Air dalam Era
Otonomi Daerah.
Sudjarwadi, (2000). Memahami Reformasi Kebijakan Pengelolaan Sumber Air.
UU No. 22/99. Tentang Otonomi Daerah. Dan PP No. 255/2000, Tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi.
Water Report, (2003), Review of World Water Resources By Country, Food and
Agriculture Organization The United Nations, Rome.