Anda di halaman 1dari 7

KLAIM DAN SENGKETA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA

RAMAHADINATA PURNABUDHIWIJAYA
Manejemen Konstruksi , Teknik Sipil, Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan.
Email: 8101901003@student.unpar.ac.id

Abstrak
Negara Indonesia adalah Negara Hukum,sesuai dengan UUD 1945 pasal 1 ayat 3. Arti dari negara hukum
itu sendiri adalah negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum demi menengakkan kebeneran dan
keadilan dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggung jawabkan atau akuntabel. Interpretasi dari
Negara Hukum itu juga segala sesuatu harus dilakukan berdasarkan atas dan melalui proses
Hukum,termasuk kegiatan Konstruksi di Indonesia sebagai salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spiritua1 berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945; dan merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai
peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan
nasionali . Paper ini menjelaskan mengenai aspek hukum dari kegiatan konstruksi beserta studi kasus yang
terkait dengan hukum tersebut
Kata Kunci: Negara Hukum , Peraturan Pemerintah, Konstruksi

Abstract
Indonesia is a law country based on UUD 1945 as constitution. Law country mean the country that
supreme the law for the goodness of right and justice and therefore no such a power that accountable.
Interpretation of law country also mean all the thing that happen in this country should be based on
constitution, include the construction activity in indonesia as one of the way to formed the justice and
wealthy in general based on UUD 1945 and Pancasila, and ome of the activity in economic, social, and
culture which have important rules for achievement in many ways to formed nasional development.
This.paper explain law aspect from construction activity with vary case studies that relate with the law.
Keywords : Law Country, Government Regulation,Construction

PENDAHULUAN pada umumnya dan demikian juga tentunya sengketa


Setiap tahun, puluhan ribu kontrak konstruksi konstruksi pada khususnya. Sengketa kontrak konstruksi
ditandatangani dan diimplementasikan. Dalam hal ini
sudah hampir pasti akan terjadi sengketa konstruksi akan selalu terjadi dalam perjalanan suatu kontrak,
akibat perbedaan intrepretasi maupun akibat lain yang meskipun sengketa ini bukan merupakan sesuatu yang
bersifat fisik maupun non fisik. Dalam menyelesaikan direncanakan, karena masing-masing pihak akan
sengketa kontrak konstruksi, dapat ditempuh berbagai mempertahankan agar pihaknya tidak merugi. Kontraktor
cara. Di Indonesia penyelesaian sengketa terbagi menjadi sebagai salah satu pihak mempunyai tugas untuk
2 (dua) jenis, yaitu: (1) litigasi dan (2) non-litigasi. menyelesaikan pekerjaan sesuai kontrak, tentunya dengan
Litigasi adalah bentuk penyelesaian sengketa dalam acara tujuan mendapatkan keuntungan yang sudah
persidangan di peradilan umum.Sedangkan non-litigasi diperhitungkan sebelumnya, sedang pihak pengguna jasa
adalah bentuk penyelesaian sengketa di luar peradilan akan bertahan agar biaya yang telah disepakati dalam
umum. Non-litigasi menurut Undang Undang Nomor 30 kontrak, sebagai harga kontrak, sedapat mungkin tidak
Tahun 1999 terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: (1) arbitrase terlampaui. Dari sisi penyelenggaraan konstruksi,
dan (2) alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian kesadaran hukum dalam kepatuhan para pihak, yakni
dengan cara arbitrase dan alternatif penyelesaian pengguna jasa dan penyedia jasa, dalam pemenuhan
sengketa terbukti efektif dalam penyelesaian sengketa kewajibannya serta pemenuhan terhadap ketentuan yang
terkait dengan aspek keamanan, keselamatan, kesehatan

1
dan lingkungan, agar dapat mewujudkan bangunan yang Yang termasuk dalam hal ini adalah : Negosiasi,
berkualitas dan mampu berfungsi sebagaimana yang Mediasi, Arbitrasi dan Litigasi.
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase lebih disukai,
direncanakan..
dalam Undang-Undang Arbitrase Baru 1999, dinyatakan
TUJUAN antara lain bahwa dibandingkan dengan berperkara biasa
 Mengetahui metode penyelesaian sengketa pada memalui pengadilan negeri, arbitrase lebih diutamakan
proyek konstruksi di Indonesia oleh pelaku bisnis internasional. Salah satu sebab adalah
 Mengidentifikasi dampak sengketa kontrak karena “lebih cepat, murah dan sederhana”. .Pada
konstruksi prakteknya walaupun pengaturan arbitrase sudah jelas dan
 Menjelaskan cara mengalisa Penyelesaian Sengketa pelaksanaannya bisa berjalan tanpa kendala namun dalam
Kontrak Konstruksi eksekusinya sering mengalami hambatan dari pengadilan
 Menganalisa Kasus Penyelesaian Sengketa kontrak negeri.
Konstruksi
Penyebab Klaim dan Sengketa
PEMBAHASAN Klaim konstruksi adalah klaim yang timbul dari atau
Sengketa konstruksi dapat timbul antara lain karena klaim sehubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan jasa
yang tidak dilayani misalnya keterlambatan pembayaran, konstruksi antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa atau
keterlambatan penyelesaian pekerjaan, perbedaan antara Penyedia Jasa utama dengan Sub-Penyedia Jasa
penafsiran dokumen kontrak, ketidak mampuan baik atau Pemasok Barang atau antara pihak luar dengan
teknis maupun manajerial dari para pihak. Selain itu Pengguna/Penyedia Jasa yang biasanya mengenai
sengketa konstruksi dapat pula terjadi apabila pengguna permintaan tambahan waktu, biaya atau kompensasi lain.
jasa ternyata tidak melaksanakan tugas-tugas pengelolaan Sebagaimana perubahan-perubahan tidak resmi, klaim
dengan baik dan mungkin tidak memiliki dukungan dana dapat berasal darimana saja. Terdapat banyak sekali
yang cukup. sebab-sebab timbulnya klaim tetapi hampir semuanya
Klaim adalah suatu tuntutan ataupun permohonan mempunyai dasar timbulnya klaim adalah dari tindakan-
atas suatu keadaan dan apabila dihubungkan dengan tindakan atau pembatalan-pembatalan oleh salah satu
pengertian dalam dunia jasa konstruksi maka dapat pihak yang mempunyai hubungan kontrak dengan pihak
diartikan secara sederhana bahwa klaim konstruksi adalah lainnya atau yang jarang terjadi klaim diajukan oleh pihak
permohonan atau tuntutan yang timbul dari atau ketiga (di luar para pihak yang mempunyai hubungan
sehubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan jasa kontrak). Selain tindakan-tindakan atau pembatalan-
konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa atau pembatalan oleh salah satu pihak yang mempunyai
antara penyedia jasa utama dengan sub-penyedia jasa atau hubungan kontrak dengan pihak lainnya atau yang jarang
pemasok bahan atau antara pihak luar dengan pengguna terjadi klaim diajukan oleh pihak ketiga (di luar para
jasa / penyedia jasa yang bisaanya mengenai permintaan pihak yang mempunyai hubungan kontrak). Selain
tambahan waktu, biaya atau kompensasi lain “ Dalam tindakan-tindakan atau pembatalan, klaim konstruksi
menghadapai masalah konstruksi haruslah diingat bahwa dapat disebabkan oleh:
penyelesaian dengan musyawarah jauh lebih baik dari a. Informasi desain yang tidak tepat
pada mengajuan klaim. b. Informasi disain yang tidak sempurna
Tujuan yang hendak dicapai bukanlah untuk c. Investigasi lokasi yang tidak sempurna
membuktikan siapa yang benar melainkan penyelesaian d. Reaksi klien yang lambat
masalah yang ada. Banyak cara untuk menyelesaikan e. Komunikasi yang buruk
perselisihan dalam suatu proyek. Diperlukan sikap terbuka f. Sasaran waktu yang tidak realistis
(open minded) dan keinginan yang kuat dalam g. Administrasi kontrak yang tidak sempurna
menyelesaikan masalah dari pihak terlibat. Adanya h. Kejadian eksternal yang tidak terkendali
kesadaran bahwa dalam menyelesaikan proyek tepat i. Informasi tender yang tidak lengkap
waku, cost dan standar mutu dan spesifikasi sesuai dengan j. Alokasi resiko yang tidak jelas
perjanjian sebelumnya adalah tujuan utamanya (Wahyuni, k. Keterlambatan – ingkar membayar19
1996). Bila salah satu pihak tidak memenuhi syarat yang Faktor-faktor lain penyebab timbulnya klaim antara
sudah dipenuhi, maka perselisihan tersebut tidak akan lain:
selesai. Jika klaim konstruksi tidak dapat diselesaikan  Keterlambatan pekerjaan yang disebabkan oleh
dengan segera, pihak-pihak yang terlibat harus dilanjutkan pemilik bangunan. Keterlambatan ini disebut
ke forum penyelesaian masalah lebih formal. compensable delay yang terjadi karena alasan

2
keterlambatan tidak tertulis dalam kontrak, sehingga perubahan dalam desain dan teknis, masalah dan
Pengguna Jasa harus memberikan tambahan waktu perubahan manajemen, kurangnya pengawasan,
atau uang pada Penyedia Jasa.
moralitas, area kerja yang tidak mencukupi).
 Perubahan jadwal yang diperintahkan oleh Pengguna
Jasa. Perubahan jadwal ini bisa berupa percepatan b) Eskalasi biaya untuk material, pekerja, peralatan.
pekerjaan atau penundaan pekerjaan. c) Biaya akibat keterlambatan seperti biaya yang
timbul karena peralatan yang menganggur,
 Perubahan atau modifikasi isi kontrak yang bersifat
informal yang berasal dari perencana atau Pengguna pekerja yang menganggur, gudang tambahan
Jasa. untuk material dan peralatan, biaya utilitas
 Perbedaan kondisi lapangan, yang disebabkan karena selama periode keterlambatan dan biaya
perubahan kondisi di lapangan yang tidak diramalkan
perawatan selama periode keterlambatan.
terjadi, misalnya kondisi fisik di bawah permukaan
tanah. 2.Biaya tidak langsung, terdiri dari:
 Perubahan kondisi cuaca di luar musim yang a) Field Overhead seperti biaya operasional
terdokumentasi dan menyebabkan pekerjaan tidak
superintendent, sopir, kasir, manajer proyek,
dapat diselesaikan.
 Kegagalan dalam membuat kesepakatan harga akibat biaya penggunaan fasilitas (gudang, trailer,
perubahan order pekerjaan. kantor, utilitas), biaya komunikasi (telex,
 Konflik dalam perancangan dan spesifikasi produk telepon, keamanan, penjaga) dan biaya peralatan.
yang sudah tidak diproduksi lagi.
b) b)Home office overhead seperti biaya
 Kontrak yang tersendat-sendat, perubahan
penting,pekerjaan di luar lingkup kontrak, penggunaan administrasi (manajemen, accounting, pengadaan
proyek sebelum penyerahan total, dan kegagalan material, engineering, data processing, upah),
pembayaran dari pihak Pengguna Jasa.
fasilitas (tempat penyimpanan, depresiasi, biaya
 Dalam suatu proyek yang sangat rumit biasa terjadi
tekanan waktu dan biaya pada semua pihak dan sewa, utilitas),
menyadari bahwa banyak sekali hubungan-hubungan,  Klaim Waktu
tanggung jawab, kewajiban-kewajiban dan saling Permintaan akan tambahan waktu berhubungan
ketergantungan. Kondisi yang demikian terkadang
membuat keadaan-keadaan yang di luar perencanaan dengan keterlambatan yang terjadi, dan dapat
proyek konstruksi, baik karena kesalahan Penyedia berupa:
Jasa maupun Pengguna Jasa yang kemudian menjadi a) Keterlambatan yang dapat diterima (excusable
penyebab timbulnya klaim.
delay).
Bentuk Klaim b) Penyedia Jasa hanya diberi perpanjangan waktu,
Bentuk klaim yang diajukan oleh Penyedia Jasa kepada tapi tidak ada tambahan biaya atau kompensasi
pemilik proyek, secara umum meliputi: lainnya.
 Klaim Biaya c) Keterlambatan-keterlambatan dengan
Secara pokok klaim ini dibedakan atas biaya langsung dan kompensasi (ganti kerugian) Penyedia Jasa tidak
biaya tidak langsung. hanya diberikan perpanjangan waktu tetapi juga
1.Biaya langsung, terdiri atas: tambahan ganti rugi/kompensasi.
a) Biaya personil seperti upah dan cuti, dan d) Keterlambatan-keterlambatan yang berbenturan.
kehilangan produktivitas (sehubungan dengan: Keterlambatan sebagian karena kesalahan
campur tangan pemilik proyek, kurangnya akses Penyedia Jasa dan sebagian lagi karena kesalahan
ke area kerja, cuaca, lembur, trade stacking, pemilik proyek dan masalah keterlambatannya
percepatan kerja, pekerjaan di luar urutan kerja, tumpang tindih atau berbenturan.
jumlah pekerja yang berlebih, change orders,

3
berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang
bersengketa.
 Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak
berlaku terhadap tindak pidana dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagaimana
Jenis Sengketa diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Kegiatan konstruksi biasanya terdiri dari tiga tahapan,  Jika dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar
yaitu prakonstruksi, pelaksanaan konstruksi, dan pasca pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat
konstruksi. Pada tahapan-tahapan tersebut terkadang ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak
sengketa dapat terjadi. Sengketa jasa konstruksi terdiri berhasil oleh salah satu atau para pihak yang
dari: bersengketa
 Sengketa precontractual yaitu sengketa yang terjadi Sementara itu, dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
sebelum adanya kesepakatan kontraktual, dan dalam 2017 diatur mengenai penyelesaian sengketa sebagai
tahap proses tawar menawar. berikut :
 Sengketa contractual yaitu sengketa yang terjadi  Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja
pada saat berlangsungnya pekerjaan pelaksanaan Konstruksi diselesaikan dengan prinsip dasar
konstruksi. musyawarah untuk mencapai kemufakatan.
 Sengketa pascacontractual yaitu sengketa yang  Dalam hal musyawarah para pihak tidak dapat
terjadi setelah bangunan beroperasi atau mencapai suatu kemufakatan, para pihak menempuh
dimanfaatkan selama 10 (sepuluh) tahun. tahapan upaya penyelesaian sengketa yang
Adapun jenis sengketa konstruksi yang sering terjadi tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
adalah sengketa contractual. Sengketa ini terjadi pada  Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak
saat pekerjaan pelaksanaan sedang berlangsung. Artinya tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi, para
tahapan kontraktual sudah selesai, disepakati, pihak yang bersengketa membuat suatu persetujuan
ditandatangani, dan dilaksanakan di lapangan. Sengketa tertulis mengenai tata cara penyelesaian sengketa
terjadi manakala apa yang tertera dalam kontrak tidak yang akan dipilih.
sesuai dengan apa yang dilaksanakan di lapangan. Dalam  Tahapan upaya penyelesaian sengketa meliputi :
istilah umum sering orang mengatakan bahwa 1) Mediasi
pelaksanaan proyek di lapangan tidak sesuai dengan 2) Konsiliasi
bestek, baik bertek tertulis (kontrak kerja) dan atau 3) Arbitrase
bestek gambar (lampiran-lampiran kontrak), ditambah  Selain upaya penyelesaian sengketa para pihak dapat
perintah-perintah direksi/pengawas proyek (manakala membentuk dewan sengketa
bestek tertulis dan bestek gambar masih ada yang belum
lengkap). Contoh Kasus
1. PT. Gajah Muda Perkasa, berkedudukan di Jl.
Penyelesaian klaim dan Sengketa
Sirnaresmi No. 161 Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Barat selaku Penggugat.
disebutkan bahwa: melawan
 Penyelesaian sengketa Jasa Konstruksi dapat 1. Ambasador Gading Serpong
2. Paramount Serpong, keduanya berkedudukan di Jl.
ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan Boulevard Gading Serpong, Blok BA 4/40-45 Gading
Serpong, Tangerang, selaku para Tergugat

4
Gugatan : Kontrak Konstruksi No. 160/AGS/TEK- mengadili perkaranya. Setelah memlaui suatu proses,
SP3/V/2006 tanggal 3 Mei 2006 No. 277/AGS/TEK- pengadilan negeri mamuju menjatuhkan putusannya
SP3/I/2007 tanggal 25 September 2006 No. No.09/Pdt, ARB.BANI/2007/PN.MU tanggal 2
025/PS/TEK-SP3/2007 tanggal 17 Januari 2007 Oktober 2007 yang isinya mengukuhkan putusan
Tentang Pekerjaan Pembangunan Ruko Fifth Avenus lembaga arbitase
ex Astadia No. 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12 dan No.
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27; 3. Proyek ini berada di Irian Jaya Barat. Nilai kontrak
Putusan : Bahwa PT. Gajah Muda Perkasa yang disetujui adalah dalam mata uang US dolar.
(Penggugat) telah menyelesaikan semua kewajibannya Proyek ini merupakan proyek EPC (Engineering,
seperti yang diminta baik oleh Ambasador Gading Procurement dan Construction). Jenis proyek berupa
Serpong (Tergugat I) maupun Paramount Serpong kombinasi antara Lump sum dan Unit rate. Pekerjaan
(Tergugat II) baik berdasarkan SPK, SPK Tambah untuk jenis kontrak Lump sum meliputi: Dormitory
Kurang, Side Memo, Minutes of Meeting , maka block A dan B, Gedung Administrasi, Klinik, Sentral
proyek pembangunan di atas Tergugat I dan Tergugat Building, Mesjid, Gereja, Pos Penjagaan, Kantor Bea
II mempunyai kewajiban pembayaran penyelesaian dan keamanan Pintu Gerbang dan Area keamanan,
proyek tersebut dengan perincian sebagai berikut: Trotoar 1 & 2, Outdoor Infrastructure: road and
 Pekerjaan yang termasuk dalam Surat Perintah pavement, fence and gate. Pekerjaan untuk jenis
Kerja Rp. 172.821.911.89,- kontrak Unit rate mencakup : Pile Cap, Earth
 Pekerjaan tambahan yang tidak termasuk dalam Structure, External Sewerage and Drainage, External
Surat Perintah Kerja Rp. 835.640.000,- Total Concrete,External Communication system, electrical
kewajiban Tergugat I dan Tergugat II sebesar work, landscaping, loose furniture and equipment.
Rp. 1.008.461.911,89,- (satu milyar delapan Proyek Building-2 ini ditandatangani pada tanggal 9
ratus juta empat ratu enam puluh satu ribu Maret 2006, proses konstruksi dijadwalkan akan
Sembilan ratus sebelas koma delapan puluh selesai pada tanggal 30 Juli 2007. Sebelum
Sembilan rupiah). penandatanganan kontrak, owner menerbitkan letter of
2. PT. Putra Semesta Baruga, Berkedudukan di Komplek agreement pada tanggal 10 Februari 2006 sebagai
BTN. Makkio Baji D 8/9 Makassar, ; Selaku Pemohon surat izin kepada kontraktor untuk melaksanakan
Perkara arbitase di BANI pekerjaan persiapan. Rencana kerja penyelesaian
Melawan Muh. Djafaral Saihal, Ketua Umum DPC untuk semua pekerjaan Building 2 yang telah
HIPPI Kabupaten Mamuja Bertempat tinggal di disepakati kedua belah pihak seperti yang tercantum
Lumba- Lumba Nomor 27 Bulukumba ; Selaku dalam kontrak adalah selama 486 hari (Pekerjaan
Termohon perkara Arbitase di BANI dimulai tanggal 01 April 2006 dan selesai tanggal 31
Gugatan : Kontrak Kontruksi : No Juli 2007). Pada kenyataannya, pihak Kontraktor baru
006/PSB/ADM/X/1998 tanggal 8 Oktober 1998 dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan Building – 2
tentang pembangunan Lods Pasar Sentral Mamuja, di pada tangal 15 Juni 2008 atau mundur selama 320 hari
Kabupaten Mamuju (+ 11 bulan) dari rencana yang telah disetujui. Karena
keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan pada
Putusan : Terhadap gugatan tersebut Badan Arbitase proyek building-2 ini, Kontraktor mengajukan klaim
Nasional telah Mengambil keputusan No. kepada Pemilik. Pemilik menerima 2 klaim formal
229/VII/ARBBANI/2006Tanggal 12 juli 2007 yang dari kontraktor dengan total klaim sebesar IDR
isinya mengabulkan tuntutan ganti rugi yang di ajukan 241,985,163,700 dengan perincian sebagai berikut: a)
oleh pemohon, PT Putra semesta Baruga, sehubungan Klaim pertama diterima oleh Pemilik pada tanggal 17
dengan pembangunan Lods Pasar Sentral Mamuju, December 2007, dengan total klaim IDR
dengan dasar termohon telah melakukan wanprestasi, 198,852,930,000 b) Klaim kedua diterima oleh
akibat tidak dipenuhinya batas waktu penyelesaian. Pemilik pada tanggal 2 May 2008, dengan total klaim
Putusan Pengadilan Negeri Mamuju No 09/Pdt, ARB. sebesar IDR 42,932,233,700
BANI/2007/PN.MU tanggal 2 oktober 2007 putusan
lembaga arbitase di atas ternyata tidak final, karena Dari Ke 3 contoh Kasus diatas Terbentuk Pola
pihak yang kalah dalam putusan arbitase dalam hal ini, Penyebab terjadinya Penyebab klaim
Muh Djafaral Saihal, menyatakan ketidaksetujuannya 1.Sebab Umum:
dan mengajukan gugatan ke pengadilan Negeri  Komunikasi.
Mamuju danpihak pengadilan negeri menerima serta

5
Penentuan komunikasi antara dua pihak berpengaruh adil dan wajar. Resiko yang di maksud adalah
terjadinya Klaim, misalnya:Penyedia Jasa atau kejadian yang tidak terduga seperti kejadian alam,
Pengguna Jasa mengetahui kejanggalan di dalam peperangan, dan bukan merupakan kelalaian salah
kontrak tetapi tidak di tindaklanjuti saat lelang satu pihak (kebijakan Pengguna Jasa/pelaksanaan
pekerjaan atau rapat lelang (Aanwizjing). pekerjaan Penyedia Jasa).
 Administrasi Kontrak. e) Kelambatan Pembayaran.
Kelengkapan-kelengkapan dokumen kontrak yang Di dalam kontrak tercantum bab tentang Schedule
butuh ketelitian dan keabsahan dari Penyedia Jasa Pembayaran dan nilai pembayaran yang di sepakati
yang mengajukan dan Pengguna Jasa yang dan disesuaikan dengan bentuk kontrak, contoh:
menerima sehingga nantinya tidak ada kesalahan Chapter 8 Contract Price Schedule, Schedule 3.3
yang menjadi alasan untuk dijadikan klaim. Contract Payment Shedule. Apabila penjadwalan
 Waktu Pekerjaan. pembayaran tidak terpenuhi sedangkan syarat-
Perhitungan waktu pekerjaan dan syarat-syarat syaratnya terpenuhi, akan menimbulkan permasalahan
umum waktu untuk pekerjaan seharusnya sudah dan alasan menghambat pekerjaan dan melanggar hak
sesuai perhitungan yang pantas dan layak. dan kewajiban.
 Kejadian Eksternal f) Larangan Metode Kerja Tertentu.
Kejadian yang terjadi saat pekerjaan dilaksanakan Pada prinsipnya yang lebih paham membuat metode
yang lazimnya tentang perbedaan aktual dengan kerja konstruksi adalah orang yang ahli di bidang
kontrak. tersebut. Tetapi meski demikian pendapat atau
Tafsiran Bahasa Kontrak keinginan para pihak terkadang berbeda yang dapat
 Bahasa kontrak dapat memiliki pengertian lain. berpengaruh merugikan salah satu pihak
Biasanya menggunakan bahasa Internasional 3. Sebab dari Penyedia Jasa :
(English). Pekerjaan yang Cacat.
2. Sebab Dari Pengguna Jasa:  Mutu dan kualitas pekerjaan yang diberikan Penyedia
a) Informasi tender yang tidak sempurna : Jasa sudah di atur di dalam kontrak dan apabila
 Desain: bentuk desain baik letak, ukuran, icon, akurasi mutu dan kualitas pekerjaan tidak sesuai
quantity butuh ekstra ketelitian sehingga dapat di dengan kontrak pekerjaan dapat dikatakan cacat/mutu
yakinkan sudah benar dan akurat. pekerjaan buruk.
 Bahan: bahan yang akan digunakan dari segi jenis,  Kelambatan Penyelesaian.
merk yang direkomendasikan seharusnya jelas. Penyedia Jasa mencantumkan atau menyerahkan
 Spesifikasi : Semua jenis material, equipment, rencana Schedule waktu pelaksanaan pekerjaan
peralatan pendukung layaknya di terjemahkan secara kepada Pengguna Jasa dan apabila dalam pelaksanaan
Jelas dan terperinci secara breakdown. terjadi kelambatan waktu kerja Pengguna Jasa akan
b) Penyelidikan Site tidak Sempurna. merasa dirugikan karena kemungkinan akan
Saat penyusunan dokumen atau Bid Document berpengaruh kelambatan akhir kontrak pekerjaan.
seharusnya Pengguna Jasa atau Konsultan  Klaim Tandingan.
Perencanaan melakukan perhitungan dari erbitnya surat klaim dari Penyedia Jasa dengan alasan
keseluruhan perencanaan untuk di Site sudah yang kurang dapat dilimpahkan dengan klaim
sempurna dari segi tata letak, ukuran dan kebutuhan tandingan dari Pengguna Jasa. Atau juga klaim yang
site, faktor lingkungan alam, faktor lingkungan dikeluarkan oleh Penyedia Jasa yang dianggap
sosial, dampak dari pekerjaan agar saat pelelangan merugikan Pengguna Jasa sehingga Pengguna Jasa
akurasi dan antisipasinya teratasi. mengeluarkan klaim tandingan sebagai Check Balance
c) Reaksi yang Lambat. atas kerugian pekerjaan.
Kelambatan kerja dari scope Pengguna Jasa  Pekerjaan Tidak Sesuai Spesifikasi.
berpengaruh terhadap pelaksanaan konstruksi dan Spesifikasi lengkap yang tercantum dalam kontrak
kelambatan itu juga berpengaruh terhadap kerugian menjadi baku setelah adanya kesepakatan para pihak.
Penyedia Jasa. Kewajiban tersebut berpengaruh dengan bentuk fisik
d) Alokasi Resiko yang Tidak Jelas. konstruksi dengan perencanaan yang tertera di dalam
Pengguna Jasa harusnya menjelaskan dampak- kontrak. Bahan di Pakai Tidak Memiliki Syarat
dampak resiko yang bisa saja terjadi sebagai
antisipasi saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan PENUTUP
layaknya penjelasan atas dampak tersebut bersifat Kesimpulan

6
Dalam menghadapai masalah sengketa kontrak konstruksi
haruslah diingat bahwa penyelesaian dengan musyawarah
jauh lebih baik dari pada mengajuan klaim.Tujuan yang
hendak dicapai bukanlah untuk membuktikan siapa yang
benar melainkan penyelesaian masalah yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Firgiawan, F. 2018. Analisis Penyelesaian Sengketa


Kontrak Konstruksi.Academia.edu . Bandung.
Naskah Akademik RUU Jasa Konstruksi”, diakses dari
http://dpr.go.id/doksileg/proses1/RJ1-20150921-
113904-7848.pdf ;
Barrie, Donald S. And Paulson, Boyd C. JR.,
2004, Manajemen Konstruksi Profesional,Penerbit
Erlangga,
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000,
Tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan Jasa
Konstruksi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
Yasin,Nazarkhan, 2004, Mengenal Klaim Konstruksi
& Penyelesaian sengketa Konstruksi, Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, Tahun 2004

Anda mungkin juga menyukai