Anda di halaman 1dari 3

Resume Penyelesaian Sengketa Kontrak konstruksi

Nama : Intan Yuniarti,ST,MEng, no: 13


1. Analisa Penyelesaian Kontrak Konstruksi melalui Jalur Litigasi
1.1 Identifikasi Dampak Sengketa Kontrak Konstruksi
 Sengketa secara umum dapat berkenaan dengan hak-hak, status, gaya hidup, reputasi, atau
aspek lain dalam kegiatan perdagangan atau tingkah laku pribadi antara lain :
a) Kenyataan yang mungkin timbul akibat kredibilitas para pihak itu sendiri, atau dari data
yang diberikan oleh pihak ketiga termasuk penjelasan-penjelasan tentang kenyataan-
kenyataan data tersebut;
b) Masalah hukum yang pada umumnya akibat dari pendapat atau tafsiran penyelesaian
sengketa yang diberikan oleh para ahli hukum yang terkait;
c) Akibat perbedaan teknis termasuk perbedaan pendapat dari para ahli teknik dan
profesionalisme dari para pihak;
d) Perbedaan pemahaman tentang sesuatu hal yang muncul, misalnya dalam penggunaan
kata-kata yang membingungkan atau adanya perbedaan asumsi; dan
e) Perbedaan persepsi mengenai keadilan, konsep keadilan dan moralitas, budaya, nilainilai
dan sikap. Sengketa Jasa Konstruksi terjadi disebabkan karena adanya klaim konstruksi
yang tidak terselesaikan secara sempurna.
 klaim adalah suatu tuntutan ataupun permohonan atas suatu keadaan dan apabila dihubungkan
dengan pengertian dalam dunia jasa konstruksi maka dapat diartikan secara sederhana bahwa
klaim konstruksi adalah permohonan atau tuntutan yang timbul dari atau sehubungan dengan
pelaksanaan suatu pekerjaan jasa konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa atau
antara penyedia jasa utama dengan sub-penyedia jasa atau pemasok bahan atau antara pihak
luar dengan pengguna jasa / penyedia jasa yang bisaanya mengenai permintaan tambahan
waktu, biaya atau kompensasi lain.
 Menurut pendapat Prof. H. Priatna Abdulrasyid, ada beberapa sebab terjadinya klaim yaitu:
- Informasi desain yang tidak tepat ( delayed design information )
- Informasi design yang tidak sempurna ( Inadequate design information )
- Investigasi lokasi yang tidak sempurna ( Inadequate site insvetigation )
- Reaksi client yang lambat ( Slow client response )
- Komunikasi yang buruk ( Poor Communication )
- Sasaran waktu yang tidak realistis ( Unrealistic time targets )
- Administrasi kontrak yang tidak sempurna ( Inadequate contract administration )
- Kejadian ekstern yang tidak terkendali ( Uncontrollabe external events )
- nformasi tender yang tidak lengkap ( incomplete tender information ) j. Alokasi resiko
yang tidak jelas ( Unclear risk allocation )
- Keterlambatan – ingkar membayar ( Lateness-non payment ) .
 Mitropoulos dan Howell menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat tiga akar
permasalahan penyebab persengketaan dalam penyelenggaraan proyek konstruksi yaitu :
- Adanya faktor ketidakpastian dalam setiap proyek konstruksi.
- Masalah yang berhubungan dengan kontrak konstruksi.
- Perilaku oportunis dari para pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi.
 Sengketa menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak yang bertikai. Kerugian tersebut antara
lain :
- Biaya dan Waktu.
- Produktivitas
- Popularitas dan relasi

1.2 Analisa Penyelesaian Kontrak Konstruksi


 Berbagai metode penyelesaian sengketa telah dikembangkan untuk mangatasi masalah
tersebut. Dalam upaya menyelesaikan sengketa, ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
yaitu negosiasi, mediasi, konsiliasi,penilaian ahli, arbitrase, dan litigasi.

Rangkuman
 Sengketa konstruksi dapat timbul antara lain karena klaim yang tidak dilayani misalnya
keterlambatan pembayaran, keterlambatan penyelesaian pekerjaan, perbedaan penafsiran
dokumen kontrak, ketidak mampuan baik teknis maupun manajerial dari para pihak. Selain itu
sengketa konstruksi dapat pula terjadi apabila pengguna jasa ternyata tidak melaksanakan
tugas-tugas pengelolaan dengan baik dan mungkin tidak memiliki dukungan dana yang cukup.
 Klaim adalah suatu tuntutan ataupun permohonan atas suatu keadaan dan apabila
dihubungkan dengan pengertian dalam dunia jasa konstruksi maka dapat diartikan secara
sederhana bahwa klaim konstruksi adalah permohonan atau tuntutan yang timbul dari atau
sehubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan jasa konstruksi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa atau antara penyedia jasa utama dengan sub-penyedia jasa atau pemasok bahan
atau antara pihak luar dengan pengguna jasa / penyedia jasa yang biasanya mengenai
permintaan tambahan waktu, biaya atau kompensasi lain.
 Dalam menghadapai masalah konstruksi haruslah diingat bahwa penyelesaian dengan
musyawarah jauh lebih baik dari pada mengajuan klaim.Tujuan yang hendak dicapai bukanlah
untuk membuktikan siapa yang benar melainkan penyelesaian masalah yang ada. Banyak cara
untuk menyelesaikan perselisihan dalam suatu proyek. Diperlukan sikap terbuka (open
minded) dan keinginan yang kuat dalam menyelesaikan masalah dari pihak terlibat. Adanya
kesadaran bahwa dalam menyelesaikan proyek tepat waku, cost dan standar mutu dan
spesifikasi sesuai dengan perjanjian sebelumnya adalah tujuan utamanya (Wahyuni, 1996).
Bila salah satu pihak tidak memenuhi syarat yang sudah dipenuhi, maka perselisihan tersebut
tidak akan selesai.
 Jika klaim konstruksi tidak dapat diselesaikan dengan segera, pihak-pihak yang terlibat harus
dilanjutkan ke forum penyelesaian masalah lebih formal. Yang termasuk dalam hal ini
adalah : Negosiasi, Mediasi, Arbitrasi dan Litigasi.
 Penyelesaian sengketa melalui arbitrase lebih disukai, dalam Undang-Undang Arbitrase Baru
tahun 1999, dinyatakan antara lain bahwa dibandingkan dengan berperkara biasa memalui
pengadilan negeri, arbitrase lebih diutamakan oleh pelaku bisnis internasional. Salah satu
sebab adalah karena “lebih cepat, murah dan sederhana”. Pada prakteknya walaupun
pengaturan arbitrase sudah jelas dan pelaksanaannya bisa berjalan tanpa kendala namun dalam
eksekusinya sering mengalami hambatan dari pengadilan negeri.

2.Studi kasus: penyelesaian sengketa konstruksi melalui jalur litigasi


a. Contoh kasus penyelesaian sengketa melalui pengadilan
b. Contoh kasus penyelsaian sengketa melalui arbitrase

Anda mungkin juga menyukai