Anda di halaman 1dari 150

PENILAIAN STATUS GIZI

dr. Lucy Widasari,MSi


PENGERTIAN STATUS GIZI
Keadaan yg diakibatkan o/status keseimbangan
antara jlh asupan (intake) zat gizi dan jlh yg
dibutuhkan (requirement) oleh tubuh u/berbagai
fungsi-biologis:(pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas, pemeliharaan kes., dan lainnya)

PENGERTIAN INDIKATOR STATUS GIZI


Tanda-tanda yg dapat memberikan gambaran ttg
keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi oleh tubuh (pertumbuhan fisik
 ukuran tubuh  antropometri)
3

KEADAAN (STATUS) GIZI =


NUTRITIONAL STATUS

Keadaan Kesehatan (Fisik) seseorang atau


Masyarakat yang diukur dengan
Indikator Gizi
Macam-macam
• Status gizi seseorang dapat di bedakan sebagai
berikut :
a) Optimal nutrition (status gizi optimal)
b) Undernutrition (Gizi kurang)
c) Overnutrition (Gizi lebih)

Referensi :
•Penilaian Status Gizi
•Basic Nutrition and Diet Therapy
5

Mengapa perlu pengkajian status nutirisi ?

Gangguan nutrisi mempengaruhi status imun


dan keadaan umum pasien.
Dalam penanganan penyakit, selain terapi obat-
obatan,perlu diperhatikan faktor nutrisi.
Penilaian yang tepat dapat digunakan sebagai dasar
perhitungan kebutuhan dan lamanya
pemberian tunjangan nutrisi yang dibutuhkan
seorang individu.
Penilaian status gizi
Penilaian status gizi

Pengukuran Pengukuran tidak


langsung langsung

1. Antropometri 1. Survey konsumsi


2. Biokimia 2. Statistik vital
3. Klinis 3. Faktor ekologi
4. Biofisik

Jellife, C.D.B. & Jellife E. F. Patrice, 2005.


Community Nutrition Assessment
Parameter antropometri
BB
PB atau TB
LD(LiDa), LPi, Lpa, LB, LLA (LiLA), LK (LiKe),
Tebal Lipatan Kulit Skinfold Caliper

YANG PALING SERING digunakan dalam asesmen status gizi


di masyarakat : BB & TB
INDEKS ANTROPOMETRI dan kaitannya dengan
INDIKATOR STATUS GIZI

INDEKS ANTROPOMETRI: bentuk penyajian


parameter antropometri (BB & TB) yg dikaitkan
dengan variabel UMUR atau merupakan
kombinasi antara keduanya (BB/U, TB/U, BB/TB,
IMT/U). Indeks-indeks ini digunakan sebagai
INDIKATOR STATUS GIZI karena nilai-
nilainya digunakan dalam penentuan status gizi
seseorang.
1. PENILAIAN STATUS GIZI
SECARA LANGSUNG
Ad. 1 Antropometri
• Arti : ukuran tubuh manusia
• Antropometri gizi : Adalah suatu pengukuran dari
bermacam-macam ukuran fisik dan komposisi tubuh
pada berbagai kelompok umur (balita/dewasa) dan
tingkat gizinya (status gizi baik/kurang/buruk/lebih)

• Ukuran fisik : Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB),


Lingkar Kepala, Lingkar Lengan Atas (LILA)
• Komposisi tubuh : Tebal Lemak, Fat Mass, Fat Free
Mass
• Manfaat : untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein & energi
Pengukuran antropometri
• Pertumbuhan linear dan pertumbuhan massa
jaringan memiliki arti yang berbeda

• Pertumbuhan linear menggambarkan status


gizi yang dihubungkan pada saat lampau dan
• Pertumbuhan massa jaringan
menggambarkan status gizi yang dihubungkan
pada saat sekarang atau saat pengukuran.
1. Pertumbuhan Linier
• Bentuk dari ukuran linear adalah ukuran yg
berhubungan dengan panjang.
• Contoh ukuran linear adalah panjang badan,
lingkar dada, dan lingkar kepala.

• Ukuran linear yang rendah biasanya


menunjukkan keadaan gizi yg kurang akibat
kekurangan energi & protein yg diderita waktu
lampau. Ukuran linear yg paling sering
digunakan adalah tinggi atau panjang badan.
2. Pertumbuhan Massa Jaringan
• Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah
massa tubuh.
• Contoh ukuran massa jaringan adalah berat
badan, lingkar lengan atas (LLA), dan
tebal lemak bawah kulit.

• Apabila ukuran ini rendah atau kecil,


menunjukkan keadaan gizi kurang akibat
kekurangan energi & protein yg diderita pada
waktu pengukuran dilakukan. Ukuran
massa jaringan yg paling sering digunakan
adalah berat badan.
Faktor2 Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Faktor Contoh
I Internal
a. Genetik - Individu (keluarga)
- Ras/lingkungan intrauterin (ketidakcukupan plasenta)

b. Obstetrik - BBLR
- Lahir kembar
c. Seks - Laki-laki lebih panjang dan lebih berat
II Eksternal
a. Gizi - Fetus (diet maternal; protein, energi dan iodium)
- Bayi (ASI dan susu botol)
- Anak (protein, energi, iodium, zink, vitamin D dan asam
folat)
b. Obat-obatan - Alkohol, tembakau dan kecanduan obat-obat lainnya
- Altitude
c. Lingkungan - Iklim
- Daerah kumuh
d. Penyakit
1. Endokrin - Hormon pertumbuhan (hipofisis)
2. Infeksi - Bakteri akut dan kronis, virus dan cacing
3. Kongetinal - Anemia sel sabit, kelainan metabolis sejak lahir
4. Penyakit kronis - Kanker, malabsorpsi usus halus, jantung, ginjal dan hati
5. Psikologis - Kemunduran mental/emosi
ANTROPOMETRI SEBAGAI INDIKATOR
STATUS GIZI

Kelebihan Kekurangan
• Prosedur pengukuran  • Tdk menilai defis. gz
sederhana, aman mikro
• Alat tdk mahal • Faktor diluar gizi
• Relatif tdk perlu ahli berperan
• M’gbr’ st. gz akut & • Kesalahan m’sbb;
kronis presisi, akurasi, validasi
• Evaluasi p’ubah’ st.gz • Minimalkan sumber
• Sbg skrining test kesalahan
• Tidak dapat deteksi
status gizi akut
Pengukuran

Perubahan hasil

KESALAHAN
Pengukuran (fisik dan komposisi
jaringan)

Analisis dan asumsi yang keliru.

Latihan petugas yang tidak


cukup

SUMBER KESALAHAN Kesalahan alat

Kesulitan pengukuran
CARA PENILAIAN STATUS GIZI
• Nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau
BB/TB, IMT/U) dibandingkan dengan nilai
1 STANDAR WHO-2005, Antropometri.

• Dengan menggunakan batas ambang (“cut-off


point”) untuk masing-masing indeks, maka
2 status gizi seseorang dapat ditentukan

• Istilah status gizi dibedakan untuk setiap


indeks yang digunakan agar tidak terjadi
3 kerancuan dalam interpretasi
TABEL/NILAI
RUJUKAN/STANDAR
Rujukan/Standar Antropometri yg
digunakan di Indonesia
• Publikasi oleh Stuart & Meridith
• Parameter; BB, TB, LK
Harvard • Digunakan ; tahun 1976-1990

• Publikasi oleh WHO


• Parameter; BB, TB/PB
WHO-
NCHS • Digunakan ; tahun 1990-2008

• Publikasi oleh WHO


• Parameter; BB, TB/PB, BMI
WHO-
2005 • Digunakan ; mulai tahun 2009
RUJUKAN STANDAR
ANTROP. ANTROP.

Harvard
WHO-2005
NCHS
Kategori & Ambang batas Status Gizi
Anak berdasarkan Indeks dan
Standar WHO-2005
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1995/Menkes/SK/XII/2010
tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

Untuk menilai Status Gizi anak di gunakan


Standar Antropometri WHO 2005
Perbedaan NCHS dengan WHO-2005
NCHS WHO-2005
1 mengukur anak yg sehat, memasukkan var. lingkungan yg
tanpa mempertimbangkan mempengaruhi pertumbuhan, (pola
faktor lingkungan lain menyusui eksklusif, tidak merokok,
tidak alkohol
2 pencapaian pertumbuhan menggambarkan bgmn anak HARUS
anak yg SEHAT.(diskriptif) TUMBUH (preskriptif)

3 multi ras, satu negara multi ras, multi negara

4 Pengukuran setiap 3 bulan, 6 Frekuensi pengukuran (mgg, bln


bulan, potong lintang u/bayi 0-24 bulan), potong lintang
u/anak 18-72 bulan
INDEKS STATUS GIZI WHO-2005
BB/U Gizi Lebih > 2SD
0-60 bulan Gizi baik -2SD s/d 2SD
Gizi Kurang < -2SD s/d – 3SD
Gizi Buruk (Sangat Kurang) < -3SD
PB/U atau Tinggi > 2SD
TB/U Normal -2SD s/d 2SD
0-60 bulan Pendek -3SD s/d < -2SD
Sangat Pendek < -3SD
BB/PB atau Gemuk > 2SD
BB/TB Normal -2SD s/d 2SD
0-60 bulan Kurus < -2SD s/d – 3SD
Sangat Kurus < -3SD
IMT/U Gemuk > 2SD
0-60 bulan Normal -2SD s/d 2SD
Kurus < -2SD s/d – 3SD
Sangat Kurus < -3SD

IMT/U Obesitas > 2SD


5-18 tahun Gemuk >1SD s/d 2SD
Normal -2SD s/d 1SD
Kurus -3SD s/d <-2SD
Sangat Kurus < -3SD
Indikator berdasarkan Z-Score;WHO 2005
(Pemantauan Pertumbuhan)
Z-Score PB/U BB/U BB/PB IMT/U
>3 Sangat Mungkin ada Sangat Sangat
tinggi mslh, cek gemuk gemuk
BB/PB,
>2 gemuk gemuk
IMT/U
>1 Risiko Risiko
gemuk gemuk
0 (Me)
<-1
<-2 Pendek BB kurang Kurus Kurus
<-3 Sangat BB sangat Sangat Sangat
Pendek kurang kurus kurus
Berat badan (BB)
• Parameter antropometri yg sangat labil.
• Dalam keadaan normal, di mana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, BB berkembang mengikuti pertambahan umur.
• Timbangan injak (SECA) untuk bayi : dacin
• Posisi berdiri, dengan pakaian minimal dan tanpa alas kaki
mata menatap lurus kedepan
• Hasil :
• BB pada waktu lahir (BBL) berkisar 2,7-4 kg
• Dalam 3 bulan pertama kenaikan BB kira-kira 1kg/bulan
• Pada umur 5 bulan BB bayi mencapai 2 x BBL
• BB anak umur 1 tahun : 3 kali BBL
• BB anak umur 2 tahun : 4 kali BBL
TABEL STANDAR
ANTROPOMETRI WHO-2005
Standar BB/U, Laki-laki umur 0-60 bulan
Standar PB/U, Laki-laki umur 0-24 bulan
Standar BB/PB, Laki-laki umur 0-24 bulan
Standar IMT/U, Laki-laki umur 0-24 bulan
CUT OFF
POINT
STATUS GIZI
Rujukan antropometri dibentuk berdasarkan:
Sebaran NORMAL nilai indikator pada populasi Sehat,
tidak mempunyai masalah SosEk.

Kurva Sebaran Normal Nilai Z_Score Indikator Antropometri


Pertimbangan dalam Menetapkan
Batas Ambang (“Cut-off point”) Status
Gizi
Didasarkan pada asumsi resiko kesehatan:
1. Antara -2 SD s/d +2 SD tidak memiliki atau
beresiko paling ringan untuk menderita
masalah kesehatan
2. Antara -2 s/d -3 atau antara +2 s/d +3
memiliki resiko cukup tinggi (“mode-rate”)
untuk menderita masalah kesehatan
3. Di bawah -3 SD atau di atas +3 SD memiliki
resiko tinggi untuk menderita masalah
kesehatan
95%

1. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai


masalah kesehatan masyarakat bila 95 %
balita berstatus gizi baik (antara -2 SD s/d
+2 SD)
2% 2%

2. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai


masalah kesehatan masyarakat bila hanya ada
2,0 % balita berada antara -2 SD dan -3 SD,
atau antara +2 SD dan +3 SD
0.5% 0.5%

3. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai


masalah kesehatan masyarakat bila hanya ada
0,5 % balita berada di bawah -3 SD, atau di
atas +3 SD
4. Bila dalam masyarakat ada lebih dari 2,5% balita
berada <-2 SD tetapi kurang dari 0,5% berada
<-3 SD  kemungkinan besar penyebabnya masa-
lahnya adalah kekurangan zat gizi karena berbagai
faktor (kemiskinan, ketidak tahuan, pola asuh yang
berkaitan dengan penyakit)

5. Bila dalam suatu masyarakat ada lebih dari 2,5 %


balita <-2 SD dan lebih dari 0,5% anak < -3 SD,
maka masyarakat tersebut masih memiliki masalah
gizi yang perlu penanganan secara komprehensif
terhadap akar masalahnya.
Instrumen Timbangan Dengan
Pengukur Tinggi
Badan

• timbangan dacin,
• ukuran minimum 20 kg
•maksimum 25 kg
• ketelitian alat 0,1 kg.
. Timbangan injak
Timbangan Bayi
Panjang badan (PB)
• Posisi berbaring
• Diukur menggunakan papan pengukur panjang badan untuk
anak < 2 tahun atau PB < 85 cm
• Dilakukan 2 orang pengukur
• Pengukur 1 : memposisikan bayi di depan papan pengukur
• Kepala menyentuh papan penahan kepala dalam posisi
bidang datar Frankfort (Frankfort horizontal plane)
• Bidang datar Frankfort merupakan posisi anatomis saat batas
bawah orbita dan batas atas meatus auditorius berada segaris
• Pengukur ke 2 : menahan agar lutut dan tumit bayi secara
datar menempel dengan papan penahan kaki
• Catt : bila anak > 2tahun atau >85 cm diukur dalam posisi
berbaring maka hasilnya perlu dikurangi 1 cm sebelum diplot
ke grafik pertumbuhan
Panjang Badan

• Menggunakan alat
pengukur panjang
badan yang terbuat
dari papan kayu yang
dikenal dengan nama
Length board
Hasil ukur
• Panjang badan waktu lahir rata rata : 50 cm
• TB mencapai 2 x panjang badan lahir pada umur
4 tahun
• Selanjutnya kenaikan TB rata-rata 5 cm/tahun
• Akselerasi TB wanita usia 10-12 tahun, terhenti
sekitar umur 17-19 tahun
• Akselerasi TB pria usia 12-14 tahun, dan masih
mengalami peningkatan TB >20 tahun (lambat)
Tinggi badan (TB)
• Untuk anak/dewasa yang dapat berdiri dan kooperatif
• Menggunakan microtoise (baca: mikrotoa) dengan skala
maksimal 2 meter dengan ketelitian 0,1 cm
• Saat pengukuran anak berdiri tegak, kedua kaki
menempel, tumit, bokong dan belakang kepala menempel
di dinding dan menatap kedepan
• Tarik microtiose ke bawah sampai menempel ke puncak
kepala (vertex)
• Baca hasil ukur pada posisi tegak lurus dengan mata
(sudut pandang mata dan skala microtoise harus sudut 90
derajat).

• Catt : Pengukuran PB lebih panjang 0,5 sampai 1,5 cm drp


pengukuran TB
• Status gizi yang ditentukan
dengan tinggi badan
tergolong untuk mengukur
pertumbuhan linier.

• Pertumbuhan linier adalah


pertumbuhan tulang rangka,
terutama rangka extrimitas
(tungai dna lengan). Untuk
tinggi badan peranan
tungkai yang dominan.
Pengukuran tinggu badan
orang dewasa, atau yang
sudah bisa berdiri digunakan
alat microtoise (baca:
mikrotoa
Lingkar Kepala(LK) : lingkar frontal
oksipital
• Pengkajian nutrisi pada anak sampai umur
3 tahun, terutama yg mpy risiko tinggi
gangguan status nutrisi

• Berhubungan dengan isi intrakranial, &


digunakan untuk menilai kecepatan
tumbuhnya otakmikrosefali/hidrosefali

• Tidak dapat digunakan sebagai pengukuran


status nutrisi pada anak dengan hidrosefalus,
mikrosefali dan makrosefali
Cara Ukur
• Meggunakan pita pengukur fleksibel yg tidak
dapat diregangkan
• Panjang lingkar diambil dari lingkar maksimum
dari kepala, yaitu diatas tonjolan
supraorbita dan melingkari oksiput
• Perhatikan saat pengukuran agar pita pengukur
tetap datar pada permukaan kepala
Hasil ukur
• LK waktu lahir : 33,0-35,6 cm
• 4 bulan pertama : bertambah 5 cm
• 8 bulan berikutnya : bertambah 5 cm usia 1
tahun bertambah 10 cm (43,2-45,7 cm)
• Umur 2 tahun : kenaikan 2,5 cm/tahun (49,5-
52,1 cm)
• Umur 5 th sampai masa pubertas : bertambah
11/4 cm/5 tahun shg pada dewasa 52,1-55,1
cm
LINGKAR LENGAN ATAS
 Salah satu cara untuk mengetahui baik atau tidaknya
pertumbuhan anak, adalah dengan mengukur lingkar
lengan atasnya.

 Berdasarkan standar Walanski,perkembangan ukuran


LLA bayi dan balita berdasarkan umur terbilang
normal pada ukuran berikut:
 6- 8 bulan 14.75 cm
 9-11 bulan 15.10 cm
 1 tahun 16.00 cm
 2 tahun 16.25 cm
 3 tahun 16.50 cm
 4 tahun 16.75 cm
 5 tahun 17.00 cm
LINGKAR LENGAN ATAS
• Lingkar lengan atas dapat digunakan untuk
menghitung skala gizi wanita usia subur, baik
ibu hamil maupun calon ibu untuk
mengidentifikasi wanita yang mempunyai risiko
melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR)
ALAT UKUR
LINGKAR LENGAN ATAS

• alat ukur
Lemak Tubuh :
dengan mengukur
• Tebal lipatan kulit
• Rasio lingkar pinggang dibagi lingkar panggul untuk
menentukan lemak yg ada di bagian panggul & bokong
• Lingkar pinggang menentukan kandungan lemak
abdominal diukur dengan kompoter tomografi
• Perhitungan total lemak tubuh dari BB & persentase
lemak tubuh
▫ Lemak tubuh total (kg) = BB (kg) x % lemak tubuh
100
▫ Massa bebas lemak (kg) = BB (kg) – lemak tubuh (kg)

• Pengukuran massa bebas lemak (terdiri dari air,


mineral, protein yg sebagian besar disimpan di otot)
tubuh :
▫ Lingkar lengan atas (mid upper arm circumference,MUAC)
▫ Lingkar otot lengan (mid arm muscle circumference,MAMC)
Mengapa skinfold dapat digunakan
untuk mengukur lemak tubuh
• Skinfold adalah pengukuran yang baik untuk
mengukur lemak bawah kulit
• Distribusi lemak dibawah kulit sama untuk
semua individu termasuk jenis kelamin
• Ada hubungan antara lemak bawah kulit dan
total lemak tubuh
• Jumlah dari beberapa pengukuran skinfold
dapat digunakan untuk memperkirakan total
lemak tubuh
Tebal lipat kulit (TLK)
• Alat : skinfold calliper dengan satuan
milimeter.
• Penanda cadangan lemak subkutan
(energi) dan lemak tubuh total
• Memberi informasi mengenai pola lemak
tubuh dan simpanan protein
• Cara : TLK diukur di pertengahan lengan
atas, tepat ditengah otot trisep di lengan
bagian belakang (diukur dan diberi tanda
sebelumnya)
• Pengukur mencubit lemak dengan ibu jari
dan jari telunjuk, sekitar 1 cm diatas titik
tengah yg telah ditandai, dan tempatkan
kaliper
• Sebaiknya dilakukan 3 x, diambil reratanya
Titik anatomis lipatan kulit
• Triceps : diatas musculus triceps
• Subskapula
• Biceps
• Krista iliaca
• Supraspinal
• Abdominal
• Paha depan
• Betis medial
• Mid aksila
NO Tempat Arah Lipatan Standar Anatomi Pengukuran
1 Dada Diagonal Axilla & putting susu Lipatan diambil antara axilla dan putting susu,
setinggi mungkin, sejajar dengan lipatan
bagian depan dengan ukuran 1 cm dibawah jari
tangan.
2 Subskapula Diagonal Sudut bawah dari scapula Lipatan diambil sepanjang garis cleavage tepat
dibawah scapula dengan ukuran 1 cm dibawah
jari tangan.
3 Midaksila Horizontal Pertemuan Xiphisternal (titik Lipatan diambil pada garis midaxilaris tepat
dimana costal Cartilago berada pada pertemuan xiphistternal
pada tulang rusuk 5-6 dengan
tulang dada)
4 Suprailiaka Miring Atas iliac Lipatan diambil kearah belakang garis
midaxilaris dan keatas iliac, dengan ukuran 1
cm di bawah jari tangan.
5 Abdominal Horizontal Umbilicus Lipatan 3 cm di samping tali pusat dan 1 cm ke
pusat umbilicus
6 Trisep Vertical Prose acromial dari scapula dan Jarak antara penonjolan lateral dari proses
proses olecranon dari ulna acronial dan batas interior dari proses
olecranon, diukur pada bagian lateral lengan
dengan bahu bersudut 90° menggunakan pita
pengukur. Titik tengah ditandai pada sisi
samping lengan. Pengukuran diambil 1 cm di
atas anda tersebut.
7 Bisep Vertical Biseps Brachii Lipatan diambil diatas bisep brachii yang
sejajar dengan tricep di bagian belakang.
Pengukuran dilakukan 1 cm di bawah jari.
8 Paha Vertical Lipatan inguinal dan patella Lipatan diambil pada tengah paha, antara
lipatan inguinal dan batas dari patella.
Pengukuran dilakukan 1 cm dibawah jari
tangan.
9 Betis Vertical Linkaran betis yang paling Lipatan diambil pada lingkaran betis yang
lebar paling lebar, pada bagian tengah dari betis
dengan lutut bersudut 90°.
Dual energy X ray absorptiometry
(DXA) • Pengkajian komposisi
tubuh (% lemak tubuh, masa
tubuh tanpa lemak, dan masa
lemak) dan densitas mineral
tulang secara menyeluruh

• Pada pasien dengan


hemodialisis terbukti DXA
masih cukup akurat untuk
menentukan komposisi tubuh
dibandingkan metode lain
Ad.2 Biokimia
• Pemeriksaan spesimen yg diuji secara
laboratoris pada berbagai macam
jaringan tubuh darah, urin, tinja dan
beberapa jaringan tubuh seperti hati &
otot
Biokimia
• Metode ini digunakan untuk suatu peringatan
bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi
yang spesifik (Supariasa, 2001 & Waryono, 2010).
Ad. 3 Biofisik

• Metode penentuan status gizi dengan


melihat kemampuan fisik (khususnya
jaringan) & melihat perubahan struktur
jaringan
• Contoh : kejadian buta senja epidemik
(epidemic of night blindnes) tes
adaptasi gelap
2. PENILAIAN STATUS GIZI
SECARA TIDAK LANGSUNG
Ad. 1 Survey konsumsi makanan

• Dengan melihat dan jenis zat gizi yg


dikonsumsi
• Dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga & individu dapat
mengidentifikasi kelebihan &
kekurangan zat gizi
Tujuan Survei Konsumsi Makanan
Mengetahui kebiasaan makan, dan
gambaran tingkat kecukupan bahan
makanan dan zat gizi pada tingkat
kelompok, Rumah tangga, dan
perorangan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya
Tujuan khusus
• Menentukan tingkat kecukupan konsumsi
pangan nasional dan kelompok masyarakat
• Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga
dan individu
• Menentukan pedoman kecukupan makanan dan
program pengadaan makanan
• Sebagai dasar perencanaan dan program
pengembangan gizi
• Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat
• Menentukan perundang-undangan
Konsumsi Tingkat
Rumah Tangga
KONSUMSI MAKANAN TINGKAT
RUMAH TANGGA
1. Pencatatan (food account)
2. Metode pendaftaran (food list)
3. Metode Telpon
4. Metode inventaris (inventory method)
record)
5. Pencatatan makanan rumah tangga
(household food)
Konsumsi Tingkat RT
1.Food
2.Food List 3.Telepon
Account
• Keluarga • Tanya & catat • Daerah
mencatat semua mamin yg perkotaan
semua mamin masuk dlm RT  • Persediaan
yg masuk URT, hrg makanan
dalam RT, hrg • Catat makanan yg keluarga
• Konversi URT dikonsumsi ARTdi • Pola konsumsi
 berat, dalam & diluar keluarga
volume rumah • Cepat, Subjek
• Tingkat • Catat jumlah yg banyak
ketersediaan makan  umur, • Mahal
makanan sex
keluarga • Perkiraan
• Mengetahui konsumsi / kapita
daya beli
keluarga
4. Met. Inventaris
 Tujuan  mencatat ketersediaan & perubahan
dalam penyimpangan makanan dlm RT selama
periode tertentu
 Timbang semua mamin yang masuk
 Catat yg dikonsumsi diluar rumah
 Ukur yg diberi ke orang lain, sisa, rusak, u/ hewan
 Catat; Jlh Anggota RT, sex, umur Anggota RT 
rata-rata konsumsi
 Hari I & VII diukur oleh petugas
 Alat;  Kuesioner, timbangan, URT
 Akurat
 Mahal, Lama,
 Tidak bisa u/ subjek buta huruf
Contoh Formulir Metode Inventaris
1. Susunan Anggota Keluarga
Nama Hub dgn Umur Sex BB TB Pendidik Peker Kondisi
KK Bln/Thn an jaan Fisik

2. Ketersediaan Bahan Makanan dalam RT Hari Ke :


Hari/Tgl Bahan Banyaknya Nilai Sumber Ket.
Makanan Uang

3. Makanan yang dihidangkan


Hari/Tgl Makanan Nama Klg Jlh ART Jlh Ket.
P/S/M Yg Makan Yg Makan Tamu

4. Makanan di Luar
Hari/Tgl ART YG Makan Di Luar Jenis Bahan Tempat Ket.
Sex Umur Makanan Makan

5. Stok Bahan Makanan


Jenis Bahan Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
Makanan 1 2 3 4 5 6 7
5. Household Food Record
 Minimal 7 hari  Menimbang atau dengan URT
 U/ daerah yg variasi makanannya kurang & bisa baca tulis
 Catat jumlah anggota keluarga, tamu yang makan & sisanya
 Catat makanan yang dikonsumsi di luar rumah
 Hitung rata-rata konsumsi keluarga dengan “Man Value”
 Akurat,  Intake Zat Gizi Keluarga
 Respon rate rendah, Mahal, Lama
Konsumsi
Tingkat_Individu
Tujuan
Mengetahui apakah seseorang atau
kelompok masyarakat telah cukup;
Umur
Jumlah Mamin yg Sex
dikonsumsi
Variasi Berat Badan
sesuai
Frekuensi dengan; Aktivitas
Tingkat stres
METODE KONSUMSI INDIVIDU

• Recall
Kuantitatif • Record
• Penimbangan

Kualitatif • Diet History tanpa porsi


• Food Frekuensi tanpa
(Retrospective) porsi

• Diet History dg porsi


Semi Kuantitatif • Food Frekuensi dg porsi
77
Sumber2 Error/kesalahan Dalam
Mengumpulkan dan Mencatat Asupan Makanan
Sumber Error 24 hr Estimated Weighing
recall Record Record
Omitting Food/mengabaikan mak ++ + +

Adding Foods/menambah mak ++ - -

Estimating Food Portion ++ ++ -


Size/mengestimasi ukuran porsi
mak
Estimating Frequency of - - -
Consumption/mengestimasi frek
konsumsi

Day-to-day –Variation/variasi dari ++ ++ ++


hari ke hari
Changes in diet/merubah diit + + ++

Coding Errors/kesalahan kode ++ ++ ++

++ Kemungkinan besar, + mungkin, - tidak mungkin


Recall 24 jam
• Responden diminta u/mengingat
kembali semua mamin yg telah
dikonsumsi dlm 24-jam sebelumx
Recall • Sejak bangun pagi sampai tidur malam,
atau mulai dari waktu saat wawancara
mundur ke belakang sampai 24 jam
penuh

Food • Untuk mempermudah pewawancara &


responden dalam memberikan jumlah

Model makanan yang dikonsumsi maka


digunakan food model.

URT • Jumlah yg di konsumsi ditaksir dengan


URT
79

Langkah Utama dalam Protokol


penilaian Konsumsi Makanan
1. Pengukuran Asupan Makanan
▫ Faktor2 yang mempengaruhi pemilihan
metode dietary
▫ Kontrol terhadap kesalahan pengukuran
2. Konversi Makanan ke zat gizi
▫ Konversi ukuran porsi ke ukuran berat
▫ Menyusun/mengumpulkan database
komposisi bahan makanan lokal
3. Evaluasi kecukupan diit
80

Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam


melakukan 24 jam recall
• Recall dapat dilakukan pada orang dewasa dan
anak2 yang lebih tua (mis, umur > 8 tahun)
• Untuk Anak yang lebih muda (mis, umur 4 – 8
tahun) yang diwawancarai adalah pengasuhx
(mis: ibu)
• Sebaiknya dilakukan di rumah subjek :
▫ Meningkatkan Partisipasi subjek
▫ Meningkatkan keakuratan hasil recall
▫ Fasilitas kalibrasi peralatan RT tersedia
• Pewawancara harus dilatih dan sebaiknya :
▫ Menarik, dewasa, tidak memihak, sensitive
▫ Sebaiknya perempuan (Laki-laki juga dapat
melakukan recall)
81

Modifikasi dari protokol Metode 24 jam


recall konvensional
• Latih responden berdasarkan prosedure multiple
recall 24 jam lalu, terutama estimasi ukuran porsi
• Beri respondent daftar gambar bahan makanan
pokok lokal sehari sebelum recall dan minta mereka
untuk memandai tiap item makanan (dan jumlah
jika memungkinkan) sesuai dengan yang dikonsumsi
• Pada hari recall, siapkan contoh makanan “yang
dimakan” dengan metode masakan lokal
• Minta responden untuk menyajikan ukuran porsi
yang sebenarnya dari tiap makanan pokok yang
dikonsumsi dalam makanan mereka; berat porsi
Langkah-langkah Recall 24 jam
1. Info aktivitas

2. Daftar Jenis makanan/menu yg di konsumsi


secara berurutan

3. Deskripsi Detail Menu

4.Estimasi ukuran porsi setiap item makanan


yg dikonsumsi (gunakan food models)

5. Pastikan kembali jenis makanan termasuk


suplemen
Makanan Pokok

Nasi 200 g Nasi 100 g Nasi


goreng 100g

Ketupat 110 g Singkong 120 g Sukun


150 g
Nasi (200gr)
Telur (55gr)
Perkadel (32gr)
Bakso goreng 2 bj (22gr)
Ikan cakalang (100gr)

Crepes (47gr)
85

Mempersiapkan Respondent untuk


recall 24 Jam
• Korlap mengundang kelompok ibu2 untuk
menghadiri pertemuan pada;
PKM/Posyandu/sekolah/lainnya, sebelum hari
pencatatan pertama
• Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan pertemuan
• Jelaskan daftar gambar pada respondent
▫ Tunjukkan pada mereka daftar gambar dan lihat
apakah mereka dapat mengenali gambar dalam
daftar
▫ Tunjukkan pada mereka cara menandai makanan
yang dikonsumsi
▫ Biarkan mereka berlatih menandai makanan
dalam daftar
• Beri respondent sebuah daftar gambar
makanan, bantu mereka untuk menandai setiap
makanan yang dikonsumsi pada hari selanjutnya
86

Manfaat menggunakan “Interaktif”


24 Jam Recall untuk Masy
pedesaan/rural
• Membantu mengingat terhadap makanan
yang dikonsumsi
• Mengurangi jumlah kehilangan ingatan
(memory lapses) mengenai makanan
yang telah dikonsumsi
• Meningkatkan estimasi ukuran porsi
87

Kelebihan & Kekurangan 24 Jam Recall


Kelebihan Kekurangan
• Cepat : 8 • Tergantng memori subjek : sulit bagi
interview/hari, manula, anak2, mereka yg biasa makan
sebaiknya dilakukan di pada wadah t3.
rumah untuk • Ketidakakuratan dalam estimasi
meningkatx ingatan & ukuran porsi (butuh tenaga terlatih)
fasilitas kalibrasi alat • Ketidakakuratan ketika mengestimasi
makan yang digunakan makanan campuran (exp : nasi
• Cakupan luas; beban campur)
responden ringan • Tergantung pada skill pewawancara
• Dapat digunakan pada • Mengabaikan makanan2 yang
subjek yang buta huruf dikonsumsi, shngga terjadi under
reporting (the flat slope syndrome)
• Butuh waktu untuk mengkonvert
ukuran porsi ke berat : kemungkinan
terjadi kesalahan
• Dalam SUSENAS, RISKESDAS 2010 recall 24
jam hanya 1 hari; karena variasi hari
pengambilan data yg ada dapat mewakili hari-
hari dalam satu minggu mewakili rata-rata
konsumsi gizi masyarakat Indonesia
• Berapa banyak hari yg di recall sangat
tergantung ketepatan data yg diinginkan dan
variasi konsumsi masyarakat.
Formulir Recall 24-jam
Waktu Kegiatan Menu/Jenis Bahan Makanan/ Pengolahan / URT Gram*
(jam) Makanan Komposisi Cara Masak
Pagi
(Jam)

Selingan
(jam)

Siang
(Jam)

Selingan
(jam)
Malam
(Jam)
Selingan
(jam)
Apakah ini pola makan yang biasanya dikonsumsi? A. Ya B. Tidak
Bila tidak, mengapa
Apakah mengkonsumsi Suplement vitamineral? A. Ya....B. Tidak
Bila ya, apa namanya….. dosisnya ….. dan sejak kapan dikonsumsi……?
24 - JAM RECALL BERULANG

 Beberapa waktu/musim

 Hari biasa & libur  tidak berturut-turut

 Hindari saat pesta, panen


WEIGHTED FOOD RECORDS

 Tepat untuk menaksir jumlah Mamin

 Petugas atau subjek

 Konsultasi diet

 Respon Rate rendah

 Mahal, sangat akurat


92

Metode Penimbangan Makanan


(Weighed Food Record)
• Merupakan metode yang paling tepat/precise dalam
menilai asupanmakanan pada individu
• Respondent atau enumerator menimbang semua
makanan dan minuman (termasuk cemilan) yang
dikonsumsi selama waktu tertentu dengan
menggunakan alat penimbang makanan
• Detail mengenai metode persiapan makanan juga
dicatat
• Detail mengenai deskripsi tiap makanan termasuk
merek dagang (jika diketahui) juga dicatat
• Untuk makanan yg kadang2 dikonsumsi di luar
rumah :
▫ Subjek mencatat jumlah dan deskripsi makanan yg
dikonsumsi
Atau
▫ Enumerator menemani subjek dan menimbang
makanan yg dikonsumsi oleh subjek
93

Kelebihan dan kekurangan metode


penimbangan makanan
Kelebihan Weighing Kekurangan Weighing Record
Record
• Lebih akurat karena • Beban responden lebih tinggi :
tidak tergantung pada rata2 respon subjek lebih rendah
memori (ingatan) atau • Kemungkinan membebankan
estimasi ukuran porsi responden tinggi, harus intensive
• Lebih mudah, karena • Responden dapat merubah pola
tidak memerlukan kebiasaan makan
banyak latihan • Masalah yang berkaitan dengan
• Biaya : tidak jauh scala penimbangan
berbeda dari metode 24
jam recall
ESTIMATED FOOD RECORD
 Subjek mencatat URTsaat mengkonsumsi Mamin

 Deskripsi lengkap mamin

 Gado-gado harus diketahui semua bahannya

 Alat makan standar

 Murah, cepat bisa sampel besar

 Membebani, tidak u/ buta huruf

 Tergantung Kejujuran

 3,5,6 hari
Pengolahan Data
• Manual DKBM
1

• Sofware  Nutrsoft,
2 Nutrisurvey

• Analisis zat gizi biokimia


3
Metode frekuensi makanan (food
frequency)
▫ Digunakan untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi sejumlah bahan makanan / makanan jadi
selama periode tertentu, seperti hari, minggu,
bulan atau tahun.
▫ Sangat banyak digunakan dlm penelitian epidemiologi
karena relative sensitive mendeteksi kekurangan
/kelebihan zat gizi mikro (vitamin, mineral) yg banyak
dihubungkan dgn kejadian penyakit tertentu.
▫ Metode ini juga cepat, murah & mudah dilakukan
dilapangan.
▫ Mampu mendeteksi kebiasaan makan masyarakat
dalam jangka panjang dalam waktu yang relative
singkat.
• Food Frequency Questionnaire (FFQ)
Telah digunakan secara luas, terutama pada
penelitian epidemiologi penyakit kronik, untuk
melihat pola makan dari individu yg menjadi
subjek penelitian.
• Pertanyaan didesain untuk mengukur asupan
secara umum & asupan jangka panjang
• FFQ terdiri dari dua bagian yaitu
1) Daftar makanan /kelompok makanan & respon
yang mengindikasikan seberapa sering
makanan / kelompok makanan dikonsumsi
selama periode waktu tertentu.
2) Daftar bahan makanan dapat berupa daftar
singkat dan fokus pada zat gizi tertentu .
• Frekuensi respon pilihan dapat dibuat secara
umum (seperti sering, kadang-kadang, dan
tidak pernah) atau lebih spesifik (seperti:
jumlah konsumsi perhari, perminggu, perbulan),

• Periode waktu dalam mengingat, umumnya dari


1 bulan hingga 1 tahun

(Wright & Guthrie, 1995 dalam Lu, Yi-Ping. 2000).


Ad. 2 Statistik vital

• Menganalisis data beberapa statistik


kesehatan : data morbiditas dan atau
mortalitas akibat penyakit ttt dan data
lainnya yg berhubungan dengan gizi
• Penggunaan : Digunakan sbg bagian dari
indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat
Ad. 3 Faktor Ekologi

• Masalah gizi sbg hasil interaksi


beberapa faktor fisik, biologis &
lingkungan budaya
• Jumlah makanan yg tersedia sangat tgt
dari kedaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi, dll
Penggunaan
• Pengukuran faktor ekologi dipandang
sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi
(Supariasa, 2001).
“INADEQUATE DIETARY INTAKE” 102
OR
“IMPAIRED ABSORPTION”
“WELL NOURISHED OR PENILAIAN
INDIVIDUAL” “INCREASED NUTRIENT” KONSUMSI
LOSS FROM BODY MAKANAN

DEPLESI JARINGAN ATAU


CADANGAN TUBUH PEMERIKSAAN
BIOKIMIA,
“INDIVIDUAL AT RISK” FISIOLOGI
FUNGSI BIOLOGI & FISIOLOGI DLL
TERGANGGU

KAPASITAS FUNGSI SEL


TERGANGGU “CLINICAL
SIGNS &
SYMPTOMS”
GEJALA KLINIS
“ACUTELY MALNOURISHED
INDIVIDUAL”
MORBIDITAS

MORTALITAS
Penilaian Status Gizi di
Klinik
Terdiri dari :
• Penilaian medis (medical history)
Diperoleh dari :
- interview
- Kuesioner
- Rekam medik
- observasi langsung
• Pemeriksaan fisik diperoleh dari hasil
pemeriksaan :
- jaringan epitel superfisial; spt kulit, mata,
rambut, mukosa pipi (buccal), kelenjar
parotis, tiroid, dsb.
RIWAYAT MEDIS
Meliputi :
• Identitas penderita
• Perjalananpenyakit
• Data-data tambahan lain
• Lingkungan fisik dan sosial budaya

Tujuan :
Mengetahui lebih lanjut penyebab gizi kurang
• Primer  konsumsi makanan
• Sekunder  penyakit menahun, penggunaan obat-
obatan jangka panjang, faktor genetik.
5 komponen utama medical history dititik
beratkan pada :

• Parubahan berat badan (t.u weight loss)


• Perubahan asupan diet (normal, abnormal)
• Adanya gejala gastrointestinal (anoreksia,
nausea, vomitus, diare)
• Tingkat atau kapasitas fungsional (tingkat &
durasi disfungsi)
• Kebutuhan metabolisme yg berhubungan dgn
status penyakit
PEMERIKSAAN FISIK
WHO (1966,1989) mengelompokkan tanda2
klinik menjadi 3 kelompok besar, yaitu :
• Tanda/sign positif
Kekurangan salah satu zat gizi atau lebih
yang dibutuhkan tubuh
• Tanda/sign yang membutuhkan investigasi
• Tanda/sign yang tidak berkaitan dengan gizi
buruk walaupun gejalanya hampir mirip.
Tabel Pemeriksaan Fisik
KEMUNGKINAN DIAGNOSIS BERDASARKAN GEJALA DALAM
PEMERIKSAAN FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEADAAN
NUTRISI
Gejala/Tanda Fisik Kemungkinan Diagnosis

 Vaskularisasi kornea Defisiensi : riboflavin


 Konjungtiva kering dan suram, Bitot spot Defisiensi : vitamin A
 Konjungtiva palpebra inferior pucat
Defisiensi : asam folat, besi

 Perdarahan gusi dan gusi tampak merah, Defisiensi : asam askorbat


edema; hipertropi gingiva antar gigi
 Inflamasi, stomatitis, ulserasi
Defisiensi : asam askorbat, asam
folat, vitamin B12
 Rambut patah-patah, terpilin; hiperkeratosis Defisiensi : asam askorbat, vitamin A
folikel rambut; perdarahan perifolikuler
 Rambut mudah tercabut tanpa rasa nyeri;
kering, rapuh, tidak mengkilap
Defisiensi : kalori, protein, seng
Bibir  Inflamasi, parut pada sudut mulut, Defisiensi : riboflavin
keilosis, fistula vertikal, ulserasi
 Pucat
Defisiensi : besi
Kuku  Pucat, bentuknya seperti sendok Defisiensi : besi
(koilonikia); menonjol, rapuh, tipis, tidak
mengkilap
 Garis-garis perdarahan di bawah kuku
dengan bentuk semisirkuler dalam dasar Defisiensi : asam askorbat
kuku (nail bed)
 Bintik-bintik putih

Defisiensi : seng
Kulit  Ulkus dekubitus, kesembuhan yang Defisiensi : asam askorbat, protein,
lambat seng, asam linoleat
 Kering, kasar, bersisik; disertai sakit Kelebihan : vitamin A
kepala, diplopia, pening/pusing
 Hiperkeratosis folikel asam linoleat
 Hiperpigmentasi Defisiensi : asam askorbat

 Petechiae perifolikuler Defisiensi : kalori-protein, asam folat,


vit B12
 Petechiae non perifolikuler Defisiensi : asam askorbat, asam
 Pitting edema linoleat, vitamin A
 Turgor menurun, keriput Defisiensi : vitamin K
 Inflamasi seborhoik dengan eritema, Defisiensi : protein-kalori
penebalan, kering, mengelupas Defisiensi : air, cairan
 Ekimosis subkutan jika mengalami trauma Defisiensi : asam linoleat, riboflavin,
ringan Vit B6

Defisiensi : protein-kalori, asam


askorbat, vitamin K
Lidah  Atropi papila filiformis Dvitamin B kompleks
Defisiensi : niasin
Defisiensi : asam folat
 Pembentukan fisura, edema Defisiensi : asam folat, niasin,
 Lobulasi dengan atrofi vit B12, vitamin B kompleks lain
 Merah ungu, mirip daging Defisiensi : niasin
mentah, nyeri efisiensi : Asam folat, besi,
niasin,
 Permukaan licin, merah seperti
daging

Sumber : Kight, M.A. The Nutrition Physical Examination, CRN quaterly, 2(3), 1987.
5 komponen utama pemeriksaan fisik dititik
beratkan pada :

• Hilangnya depot lemak subkutan


• Penurunan massa otot
• Adanya edema di pergelangan kaki
• Adanya edema di regio sakral
• Adanya ascites
SUBJECTIVE GLOBAL ASSESMENT
(SGA)
• Metode alternatif dalam penetapan status
nutrisi yang berdasarkan pd riwayat medis
dan pemeriksaan fisik

• Tanpa melibatkan pemeriksaan antropometrik


dan laboratorium
5 komponen utama pemeriksaan fisik dititik
beratkan pada :
• Hilangnya depot lemak subkutan
• Penurunan massa otot
• Adanya edema di pergelangan kaki
• Adanya edema di regio sakral
• Adanya ascites
Pemeriksaan fisik SGA
• - hilangnya depo lemak tubuh
• - hilangnya/berkurangnya massa otot
• - udema pergelangan kaki
• - udema regio sacral
• - asites

Penilaian :
• 0 = normal
• 1+ = mild
• 2 + = moderate
• 3 + = severe
Kelebihan pemeriksaan status gizi di klinik
1. Pemeriksaan klinis relatif lebih murah tidak
memerlukan biaya yang terlalu besar

2. Implementasi pemeriksaan klinis tidak


memerlukan tenaga khusus tetapi dapat dilatih
tenaga paramedis

3. Sederhana, cepat, dan mudah diinterpretasikan

4. Tidak memerlukn peralatan yang rumit


Klasifikasi Berat Badan berdasarkan IMT pada
Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Kategori IMT (kg/m2) Resiko penyakit penyerta


Underweight < 18.5 Rendah
Normal 18.5 - 24.9 Rata-rata
Overweight 25.0 - 29.9 Meningkat
Obese I 30.0 - 34.9 Meningkat Sedang
Obese II 35.0 - 39.9 Parah
Obese III >40.0 Sangat Parah
117

Klaifikasi Berat Badan dengan BMI:


WHO vs. Asia-Pacific
BMI BMI

>40.0 Obese III

Obese II Obese II
35.0–39.9 >30.0

30.0–34.9 Obese I

25.0–29.9 Preobese 25.0–29.9 Obese I

23.0–24.9 At risk
18.5–24.9 Normal
18.5–22.9 Normal

Underweight Underweight
<18.5 <18.5
WHO Asia-Pacific
118

Klasifikasi Berat Badan Berdsarkan BMI


dan Risiko komorbiditas

WHO (1998) Asia-Pacific (2000)

BMI Risk of BMI Risk of


(kg/m2) comorbidities (kg/m ) comorbidities
2

Underweight <18.5 Low* Underweight <18.5


Normal 18.5–24.9 Average Normal 18.5–22.9
Overweight >25.0 Overweight >23.0
Preobese 25.0–29.9 Increased At risk 23.0–24.9 Increased
Obese I 30.0–34.9 Moderate Obese I 25.0–29.9 Moderate
Obese II 35.0–39.9 Severe Obese II >30.0 Severe
Obese III >40.0 Very severe
*but risk of other clinical problems 
119

Sangat berkorelasi dengan BMI


Asia-Pacific:

Men Women
≥90 cm: risk ≥80 cm: risk
Gizi Pada Lansia
Pengelompokkan Lansia,WHO

• Usia pertengahan (middle age) : usia 45-


59 tahun
• Lansia (elderly) : usia 60-74 tahun
• Lansia tua (old) : usia 75-90 tahun
• Usia sangat tua (very old) : usia > 90
tahun
Pengelompokan Lansia Depkes (2006)

• Virilitas (prasenium) : masa persiapan usia


lanjut yg menampakkan kematangan jiwa (usia
55-59 tahun)
• Usia lanjut dini (senescen) : usia 60-64 tahun
• Lansia berisiko tinggi untuk menderita
berbagai penyakit degeneratif : usia > 65 tahun
Gizi & Lansia

• Penurunan fungsi fisiologis pada lansia mrp hal


yg terjadi secara alami seiring pertambahan
usiadapat sebabkan penurunan asupan
makanan  penurunan status gizi
menurunnya kemampuan mengunyah makanan
& berkurangnya sekresi enzim pencernaan
Faktor-faktor yg mempengaruhi selera
makan lansia
• Kehilangan gigi kurang kenyamanan atau
munculnya rasa sakit saat mengunyah makanan
• Berkurangnya sekresi salivakesulitan dalam
menelan, mempercepat terjadinya proses kerusakan gigi
• Kehilangan indera perasa dan penciuman
menurunkan nafsu makan, sensitivitas rasa (asin/manis)
berkurang penggunaan bumbu seperti kecap & garam
berlebihan ganggu kesehatan lansia
• Berkurangnya cairan saluran cerna (sekresi
pepsin) & enzim2 pencernaan proteolitik penyerapan
protein tidak efisien
• Penurunan motilitas usus memperpanjang
‘transit time’ dalam GIT pembesaran perut &
konstipasi
Faktor-faktor yg mempengaruhi selera
makan lansia (2)

• Menurunnya sekresi garam empedu


mengganggu proses penyerapan lemak & vitamin ADEK
• Menurunnya sekresi HCL. HCL mrp faktor
ekstrinsik yg membantu penyerapan vitamin B12 &
kalsium, serta utilisasi protein kekurangan HCL
sebabkan lansia mudah terkena osteoporosis, defisiensi
zat besi yg sebabkan anemia, shg O2 tidak dapat
diangkut dengan baik
• Perubahan hormon : peningkatan sensitivitas &
konsentrasi hormon kolesistokinin thd rasa
kenyangpengosongan lambung lebih lamalansia
memiliki efek kenyang lebih lama dibandingkan dengan
usia muda (hormon lain : leptin, sitokin)
• Komposisi tubuh :
▫ Jaringan lemak (fat mass)
▫ Jaringan bebas lemak (fat free mass) : otot, tulang,
CES
• Perubahan komposisi tubuh lansia :
▫ Penurunan masa tubuh tanpa lemak (otot)
berkaitan dengan pengeluaran energi yg
mengakibatkan penurunan asupan energi
▫ Peningkatan lemak tubuh berupa deposit lemak
subkutan
Secara umum, dengan menurunnya massa otot, presentase lemak
tubuh akan meningkat sekitar 2% dari BB per 10 tahun setelah usia
30 tahunshg total lemak tubuh meningkat 10-15% sepanjang
usia dewasa
Indikator keadaan gizi buruk pada lansia
(Kretchmer & Zimmermann,1997)
1. Penurunan berat badan berkelanjutan
2. Rasio BB terhadap TB yg rendah atau tinggi secara
bermakna
3. Penurunan serum protein yg bermakna
4. Perubahan2 fungsi yang bermakna
5. Asupan energi & zat gizi lain dibawah AKG
6. Penurunan bermakna LILA (lingkar lengan atas)
7. Penurunan bermakna tebal lipatan kulit (tebal lemak
dibawah kulit)
8. Kemunculan obesitas berdasarkan BB ideal
9. Munculnya gangguan kesehatan yg berhubungan
dengan gizi osteoporosis, defisiensi Fe, dsbnya
Seleksi variabel antropometri untuk
mengukur status gizi lansia harus
didasarkan pada :
• Validitas (ketepatan pengukuran)
• Memiliki teknik standar pengukuran & data referensi
• Praktis & mudah digunakan

Pengukuran antropometri pada lansia pada


dasarnya sama dengan usia lainnya, hanya
karena kondisi lansia, kadang harus dilakukan dgn
cara berbeda untuk memberikan hasil yg lebih
tepat
Tujuan
• Menjelaskan teknik pengukuran TB & BB
• Menjelaskan teknik pengukuran panjang depa,
tinggi lutut dan tinggi duduk dalam
memperkirakan TB lansia
Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan
Berdasarkan IMT Orang Asia Dewasa

Klasifikasi IMT (kg/m2)


BB kurang < 18.5
BB normal 18.5 – 22.9
BB lebih > 23
Preobesitas 23 – 24.9
Obesitas I 25 – 29.9
Obesitas II > 30
IMT rendah: Faktor risiko osteoporosis
Penilaian Status Gizi Pada lansia
• BB dan TB lansia
digunakan untuk
menilai status gizi
lansia

Timbangan injak digital


(Seca) Mikrotoa
EBM BB & TB Lansia

• Longitudinal study thd pria & wanita lansia di Swedia


menunjukkan penurunan BB pd usia 71-81 tahun,
rata2 penurunan 7 kg pada pria dan 6 kg pd wanita
selama 10 tahun disebabkan penurunan lemak tubuh

• Study cross sectional adanya perubahan TB pada usia


60-64 tahun jika dibandingkan dengan TB pada usia 20-
24 tahunlebih rendah 5-6 cm pd pria, dan 3 cm pd
wanita disebabkan berkurangnya kelurusan tulang
Masalah Lansia
• Tinggi badan (TB) mrp parameter penting
bagi keadaan yg telah lalu & saat ini, serta
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal
• Dalam kondisi normal, TB tumbuh bersama
dengan penambahan usia
• Lansia akan mengalami penurunan TB akibat
terjadinya pemendekan collumna vertebralis,
berkurangnya masa tulang (12% pada pria &
25% wanita), & osteoporosis
Pengukuran Status Gizi Lansia
1. Penilaian Klinis : didasarkan pd perubahan yg terjadi
pd jaringan epitel atau bagian tubuh lain
(mata/kulit/rambut)

2. Penilaian Biokimia : penilaian lebih sensitif, mampu


menggambarkan perubahan status gizi lebih dini pada
lansiahiperlipidemia, anemia def Fe

3. Penilaian Dietetik :
1. Jangka pendek : mengumpulkan informasi data makanan saat
ini (current) 24 hours food recall & dietary record (data 3
hari terakhir)
2. Jangka panjang : mengumpulkan informasi tentang makanan
yg biasa dikonsumsi sebulan/setahun yg lalu dietary history
& Food Frequency Questionnare (FFQ)

4. Penilaian Antropometri : pengukuran BB & TB


Seleksi variabel antropometri untuk
mengukur status gizi lansia harus
didasarkan pada :
• Validitas (ketepatan pengukuran)
• Memiliki teknik standar pengukuran & data referensi
• Praktis & mudah digunakan

Pengukuran antropometri pada lansia pada


dasarnya sama dengan usia lainnya, hanya
karena kondisi lansia, kadang harus dilakukan dgn
cara berbeda untuk memberikan hasil yg lebih
tepat
Penilaian Status Gizi Pada lansia

• TINGGI BADAN lansia sulit


diukur secara tepat karena
perubahan postur tubuh,
kelainan tulang belakang
(bungkuk), dsbnya

• TB lansia yg tidak dapat berdiri


tegak dapat diperkirakan dari
pengukuran panjang depa,
tinggi lutut dan tinggi
duduk
1. Tinggi Lutut

• Tinggi lutut sangat erat hubungannya


dengan TB (Gibson) shg sering
digunakan untuk mengestimasi TB pada
subjek dengan gangguan lekukan spinal /
tidak dapat berdiri karena lumpuh atau
sebab lainnya
• Alat : alat ukur tinggi lutut yg terbuat dari
kayu
• Cara :
▫ Subjek posisi duduk
atau berbaring (atau
tiduran) diatas lantai
atau kasur dgn
permukaan rata, tanpa
bantal
▫ Segitiga kayu diletakkan
pada kaki kiri subjek
antara Os tibia dengan
tulang paha membentuk
sudut 900
▫ Tempatkan alat
ukur/penggaris diantara
tumit sampai bagian
proximal Os patela
▫ Baca hasil pada alat ukur
• Hasil pengukuran : dalam cm dikonversikan
menjadi TB menggunakan rumus Chumlea
(1988)
▫ TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dlm tahun) +
(2,02 x tinggi lutut dalam cm)
▫ TB wanita = 84,88 – (0,24 usia dlm tahun) +
(1,83 x tinggi lutut dalam cm)
2. Panjang Depa (Schlenker,1993)

• Mrp salah satu prediktor TB lansia & dianggap


sng pengganti ukuran TB lansia, karena usia
berkaitan dgn penurunan TB
• Panjang depa relatif kurang dipengaruhi oleh
pertambahan usia, tapi nilai panjang depa pada
lansia cenderung lebih rendah drp kel dewasa
muda
• Usia menua cenderung tidak menurunkan
panjang tulang di tangan, kaki, dan tinggi tulang
vertebral
• Tidak seluruh populasi memiliki hubungan 1:1
antara panjang depa dgn TB
• Syarat : subjek harus memiliki ke-2 tangan yg
dapat direntangkan sepanjang mungkin dalam
posisi lurus lateral & tidak dikepal jika salah
satu dari ke-2 tangan tidak dapat diluruskan
karena sakit atau sebab lainnya pengukuran
tidak dapat dilakukan
• Alat : mistar kayu panjang 2 meter
• Panjang Depa, Cara :
▫ Lansia berdiri dengan kaki
&bahu menempel pada
tembok sepanjang pita
pengukuran yg ditempel di
tembok
▫ Bagian atas kedua lengan
hingga ujung telapak
tangan menempel erat di
dinding sepanjang
mungkin
▫ Pembacaan dilakukan
mulai dari bagian ujung
tengah jari tengah tangan
kanan hingga ujung jari
tengah tangan kiri
3. Tinggi Duduk
• Penurunan TB dapat dipengaruhi
oleh berkurangnya tinggi duduk
ketika potongan tulang rawan
antara tulang belakang mengalami
kemunduran seiring peningkatan
usia
• Diukur dengan alat ukur
antropometer,terdiri dari :
▫ Bangku duduk ukuran 44 x 44 x
44 cm bagi lansia pria
▫ Bangku duduk ukuran 40 x 40 x
40 cm bagi lansia wanita
▫ Mikrotoa sepanjang 2 m yg
ditempelkan di dinding
Tinggi Duduk
• Usia menua cenderung tidak menurunkan
panjang tulang di tangan, kaki, dan tinggi
tulang vertebral
• Kondisi/syarat pengukuran :
▫ Bila lansia tidak dapat berdiri tegak & atau
merentangkan ke-2 tangannya sepanjang
mungkin dalam posisi lurus lateral & tidak
dikepal
• Cara :
▫ Duduk dengan posisi
tubuh tegak, tangan
menggantung lemas
diatas paha
▫ Kedua kaki tanpa alas
kaki dirapatkan ke
dinding bangku
▫ Mata menatap lurus
kedepan
• Penilaian : dilakukan
pada mikrotoa yg
tertempel di dinding &
selanjutnya dihitung
tinggi dari atas kepala
hingga permukaan
bangku (cm)
EBM Tinggi duduk

• Studi yg dilakukan pada 279 lansia


menunjukkan bahwa penurunan tinggi
badan dan tinggi duduk berhubungan
dengan usia (Tyagi et al, 2003)
Kesimpulan
• Pemilihan jenis pengukuran untuk
memperkirakan TB lansia yang tidak dapat
berdiri tegak harus memperhatikan syarat-
syarat berikut ini :
▫ Bila mampu berdiri dengan ke-2 buah
pergelangan tangan diluruskan mendatar
sepanjang mungkin : panjang depa
▫ Hanya mampu duduk saja : gunakan tinggi duduk
atau tinggi lutut
▫ Hanya dapat berbaring : pengukuran tinggi lutut
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai