TINJAUAN PUSTAKA
Faktor genetik menjadi penentu sifat yang diturunkan oleh orang tua,
seperti individu yang memiliki orang tua dengan perawakan pendek
kemungkinan akan memiliki tinggi badan yang tidak optimal, walaupun
dengan asupan gizi yang cukup (Kemenkes RI, 2017b).
2. Pertumbuhan Lambat (constitutional delay in growth)
Pada anamnesis sering kali ditemukan bahwa pertumbuhan terlambat
pada anak dipengaruhi oleh masa pertumbuhan salah satu dari orangtua
yang terlambat sehingga pertumbuhan linier anak terganggu. Stunting
pada kondisi ini bersifat sementara dikarenakan pada dasarnya panjang
badan waktu lahir normal, namun pada saat usia 3-36 bulan pertumbuhan
anak turun atau dibawah normal, tetapi selanjutnya pertumbuhan anak
akan kembali normal (Soetjiningsih, 2017).
B. Kelainan Patologis
Stunting berdasarkan kelainan patologis dikelompokkan menjadi dua
yaitu proporsional dan tidak proporsional (Soetjiningsih, 2017).
1. Proporsional
Proporsional berarti anak dengan postur tubuh yang pendek dan
semua bagian tubuh proporsional.
a. Kelainan Endokrin
Beberapa kelainan endokrin yang bisa menyebabkan stunting yaitu
defisiensi GH (Growth Hormone), hipotiroidisme, sindrom Chusing,
gangguan metabolisme vitamin D, dan pseudohipoparatiroidisme
(Sudoyo et al, 2014). Growth hormon merupakan salah satu hormon
yang sangan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. GH
(Growth Hormone) atau somatotropin merupakan hormon yang
menjadi pengatur utama pertumbuhan somatis, terutama pertumbuhan
kerangka (Soetjiningsih, 2017).
Defisiensi GH (Growth Hormone) disebabkan oleh gangguan pada
axis hipotalamus – pituitari – GH – IGF-1. GH (Growth Hormone)
tidak di produksi pada penderita tumor pituitari dan agenesis pituitari.
Selain itu defek/mutasi pada gen-gen tertentu juga menyebabkan
defisiensi GH (Growth Hormone), sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan juga dapat disebabkan oleh
hipotiroidisme yang didapat setelah lahir, peningkatan kadar
glukokortikoid darah akibat penyakit Chusing dapat menekan sekresi
GH (Growth Hormone), dan rakhitis yang disebabkan defisiensi
vitamin D (Sudoyo et al, 2014).
b. Penyakit kronis
Gangguan pertumbuhan terkait tinggi badan dapat disebabkan oleh
penyakit kronis yang diderita anak maupun karena kurangnya asupan
gizi. Penyakit kronis dapat disebabkan oleh kelainan bawaan ataupun
yang didapat (Soetjiningsih, 2017). Penyakit kronis pada anak yang
dapat menyebabkan stunting seperti penyakit celiac, enteritis
regionalis, Crohn disease, kanker, dan lain-lain (Sudoyo et al, 2014).
Penyakit kronis juga dapat meliputi penyakit infeksi yang diderita
anak dalam kurung waktu yang lama akan menyebabkan gangguan
pada pertumbuhan linier anak (Supariasa et al, 2016).
c. Malnutrisi
Malnutrisi adalah masalah gizi yang mungkin disebabkan oleh
asupan gizi yang tidak seimbang atau tidak mencukupi kebutuhan atau
karena gangguan pada pemanfaatan gizi (Dorland, 2012). Pada
umumnya gangguan pertumbuhan yang sering terjadi akibat
malnutrisi disebabkan oleh penyakit-penyakit kronis (Sudoyo et al,
2014).
2. Disproporsional
Disproporsional merupakan kondisi anak dengan stunting yang
disebabkan oleh kelainan pada tulang. Kelainan patologis disproporsional
yang dapat menyebabkan stunting yaitu sindrom-sindrom perawakan
pendek (stunting). Sindrom-sindrom tersebut seperti sindrom Turner,
sindrom Noonan, sindrom Prader-Willi, gangguan kromosom autosom,
displasia skeletal, dan lain-lain. Sindrom Turner menjadi penyebab
tersering stunting pada perempuan.
Sindrom ini disebabkan oleh tidak terdapatnya/abnormalitas
kromosom X atau disebut juga disgenesis gonad pada wanita secara
kariotip adalah 45,X (Soetjiningsih, 2017). Selain itu, displasia skeletal
juga merupakan penyebab stunting. Salah satu bentuk tersering displasia
skeletal yaitu akondroplasia. Kelainan ini biasanya diturunkan secara
dominan autosom. Kondisi tubuh pasien stunting dengan displasia
skeletal tidak proporsional terlihat pada ekstremitas pendek, kepala relatif
besar, dahi menonjol (Sudoyo et al, 2014).
Jenis MP-ASI
Berdasarkan Kemenkes RI (2014) makanan pendamping ASI dibagi
menjadi tiga kelompok berdasarkan jenisnya, yaitu:
1. Makanan lumat
Makanan lumat adalah makanan yang disajikan dengan cara
dihancurkan dan disaring terlebih dahulu. Contoh makanan lumat adalah
tomat saring, pisang lumat halus, pepaya lumat, air jeruk manis, bubur
susu, bubur ASI dan lain-lain.
2. Makanan lembek
Makanan lembek adalah makanan yang disajikan dengan cara dimasak
dengan menggunakan air yang banyak. Contoh makanan lunak adalah bubur
nasi campur, nasi tim halus, bubur kacang hijau dan lain-lain.
3. Makanan padat
Makanan padat adalah makanan yang disajikan seperti makanan
keluarga lainnya. Contoh makanan padat adalah lontong, kentang rebus,
biskuit dan lain-lain.
Faktor-faktor penyebab
stunting:
Faktor genetik
Gizi Ibu saat hamil
BBLR Stunting
Gizi bayi dan balita
Penyakit infeksi
Faktor lingkungan
2.3 Kerangka Konsep
2.4 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan waktu pertama kali
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan kejadian stunting pada
anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar.