( RDS )
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat bayi lahir dengan RDS dan gejala yang cepat terlihat, bayi akan
dirawat di neonatal intensive care unit (NICU). Ada tiga pengobatan utama
untuk RDS yaitu:
Terapi oksigen
Terapi pemberian surfaktan memberikan bayi bayi surfaktan yang
kurang. Terapi ini dilakukan dengan memberikan surfaktan melalui selang
pernafasan. Hal ini memastikan surfaktan tidak menuju paru-paru.
(Honestdoc, 2019)
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana analisis dari teori buku dan jurnal terhadap kasus RDS anak?
C. Tujuan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
Respiratory distres syndrom adalah penyakit paru yang akut dan berat,
terutama menyerang bayi-bayi pretern, hal ini dapat terlihat pada 3% sampai
5% bayi-bayi cukup bulan ( Wong, Dona L , 2004).
F. Patofisiologi
Surfaktan menurun
Ateletaksi
Menurunnya ventilasi
Alveoli collaps
Hipoksia Peningkatan
Retensi CO2 pulmonary
vascular resistance
Kerusakan epitel
endotel duktus
Asidosis
arteriousus Hipoperfusi
respiratori
jaringan paru
Transudasi
alveoli Vassokontriksi Menurunnya aliran
darah pulmonal
Penurunan perfusi
Pembentukan
paru dan perfusi KERUSAKAN
fibrin
alveolar PERTUKARAN GAS
Membrane
hyaline
melapisi
membran
2. Pola nafas tidak efektif
Surfaktan menurun
Metabolisme anaerob
Kolaps paru
Peningkatan
Hipoksia PVR
Penurunan
PENURUNAN CURAH JANTUNG
oksigenasi ringan
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Gambaran radiologis
2. Gambaran laboratorium
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih
dari 45 mg%, prognosis lebih buruk, kadar bilirubin lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi normal dengan berat badan yang sama.
Kadar PaO2 menurun disebabkan kurangnya oksigenasi di dalam paru
dan karena adanya pirau arteri-vena. Kadar PaO2 meninggi, karena
gangguan ventilasi dan pengeluaran CO2 sebagai akibat atelektasis
paru. pH darah menurun dan defisit biasa meningkat akibat adanya
asidosis respiratorik dan metabolik dalam tubuh.
3. Gambaran patologi/histopatologi
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus
selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o-37oC)
dengan cara meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembaban
ruangan juga harus adekuat (70-80%).
b. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan
dengan hati-hati karena berpengaruh kompleks terhadap bayi
prematur. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat
menimbulkan komplikasi seperti : fibrosis paru, kerusakan
retina (fibroplasias retrolental), dll.
c. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlut untuk
mempertahankan homeostasis dan menghindarkan dehidrasi.
Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang
disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kg
BB/hari. asidosis metabolik yang selalu dijumpai harus segera
dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena.
d. Pemberian antibiotik. Bayi dengan PMH perlu mendapatkan
antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan
penisilin dengan dosis 50.000-100.000 u/kg BB/hari atau
ampisilin 100 mg/kg BB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-
5 mg/kg BB/hari.
e. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah
pemberian surfaktan eksogen (surfaktan dari luar), obat ini
sangat efektif, namun harganya amat mahal.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan menurut suriadi dan yulianti ( 2001 ) dan surasmi,
dkk tindak untukmengatasi asalah kegawatan pernapasan meliputi :
a. mempertahankan ventilsi dan oksigenisasi adekuat
b. mempertahankan keseimbangan asam basa
c. Mempertahankan suhu netral
d. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat
e. Mencegah hipotermia
f. Mempertahankn cairan dan elektrolit adekuat
3. Penatalaksanaan umum:
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang
paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi
berikan infus dektrosa 5 % : pantau selalu tanda vital, jaga
patensi jalan napas, beri oksigen ( 2 – 3 liter / menit dngan
kateter nasal )
b. Jika bayi mengalami apneu :lakukan tindakan resusitasi sesuai
tahapyang diperlukan, lakukan penilaian lanjut, bila terjadi
kejang potong kejang segera periksa kadar gula darah., dan
pemberian nutrisi adekuat.
Bila tidak ada tanda ke arah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2
jam
c. Berikan asi bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan asi
peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif
pemberian minuman.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas
a. Definisi
b. Batasan karakteristik : Diaforesis, dispnea, gangguan pengelihatan,
gas darah arteri abnormal, gelisah, Hiperkapnia, Hipoksemia,
Hipoksia, Iritabilitas, Konfusi, Nafas cuping hidung, Penurunan
karbon dioksida
c. Faktor Yang Berhubungan
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Perubahan membran alveolar-kapiler
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi/kelelahan,
keterbatasan pengembangan otot.
a. Definisi
b. Batasan karakteristik : Bradipnea, dispnea, fase ekspirasi memanjang,
penggunaan otot bantu pernafasan, peningkatan diameter anterior-
posterior, Penurunan kapasitas vital, penurunan tekanan ekspirasi atau
inspirasi, penurunan ventilasi semenit, pernafasan bibir, pernafasan
cuping hidung, pernafasan ekskursi dada, Pola nafas abnormal (mis.,
irama, frekuensi, kedalaman), dan takipnea
c. Faktor yang berhubungan
Ansietas, cedera medulaspinalis, deformitas dinding dada,
deformitas tulang, disfungsi neuromuskular, gangguan
muskuluskeletal, gangguan Neurologis (misalnya : elektro
enselopalo gram(EEG) positif, trauma kepala, gangguan
kejang), hiperventilasi, imaturitas neurologis, keletihan,
keletihan otot pernafasan
3. Termoregulasi tidak efektif
a. Definisi
b. Batasan karakteristik : Fluktuasi suhu tubuh berada dibawah dan diatas
suhu normal, kulit dingin, kuku berwarna biru, kulit kemerahan,
hipertensi, peningkatan frekuensi nafas, muka pucat, piloerection,
penurunan suhu tubuh dibawah suhu normal, bingung atau gelisah,
gemetar atau menggigil, pengisian kapiler melambat, takikardi, hangat
bila disentuh, berat badan kurang dari rat-rata
c. Faktor yang berhubungan
Usia
Fluktuasi suhu lingkungan
Immatur
prematur
Trauma atau sakit
4. Risiko tinggi penurunan curah jantung
a. Definisi
b. Batasan karakteristik : murmur sistolik
c. Faktor yang berhubungan
Perubahan frekuensi jantung (Heart rate, HR)
Perubahan ritme jantung
Perubahan afterload
Perubahan kontraktilitas
Perubahan preload
Perubahan volume sekuncup
BAB III
PENUTUP
DAFTAR ISI