Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMPETENSI DASAR PROFESI (KDP) PEMENUHAN


PADA TN. R DI RUANG RINRA SAYANG I
RSUD HAJI MAKASSAR

DISUSUN OLEH : KELOMPOK III B


Zulfi Puji Sriastuti (2104045)
Suwarni Syam (2104039)
Nur Syahraeny Ramli (2104018)
Syahrul Syam (2104052)
Dian Wahyuningsih (2104047)
Sri Wahyuni Mansur (2104037)
Nurwahida (2104020)
Reni Anggriawan (2104050)

CI Lahan Pembimbing Institusi

(………………………) (………………………)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KE BUTUHAN DASAR MANUSIA: CAIRAN ELEKTROLIT

A. Konsep Dasar Cairan Elektrolit


1. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).

Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana


pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya
pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.

Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Total jumlah volume cairan tubuh
( total body water-TWB) kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat
badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak dari pada pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia
juga berpengaruh pada TWB dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya.

2. Anatomi
Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2,5 liter cairan perharinya.
Sekitar 1.5 liter cairan tubuh keluar melalui urine, 500ml melalui keluarnya keringat,
400ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi ( pernasafan ) dan 100ml
keluar bersama feses (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10
gelas ( 1 gelas = 240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan
kebutuhan cairan perhariannya. Secara prposional, wanita mengandung lebih banyak
lemak dan sedikit otot dibandingkan dengan laki-laki, sehingga kandungan airnya
lebih sedikit dibandingkan dengan berat badannya. Karena memang pada dasarnya
lemak itu bebas air, maka makin sedikit.
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada
pendarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun
perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan
tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka
resiko penderita menjadi lebih besar.
a. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-
rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui
glomelurus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (Filtrat
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang di produksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1ml
/kg /bb /jam.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktifitas kelenjer keringat. Rangsangan kelenjer keringat dapat
dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat dan
demam, disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3. Paru-paru
Organ paru-paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang 13 hilang sebagai respon
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau
demam.
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200
ml/hari. Perhitungsn IWL secara keseluruhan adalahn 10-15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat Celcius.
b. Pengaturan keseimbangan cairan.
1. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH dibentukdi hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan
reabsorpsi air pada duktus koligentes,dengan demikian dapat menghemat air
2. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjer adrenal yang bekerja pada tubulus
tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosterone
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan system
angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
3. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekanan
darah, kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal,
prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium, dan efek
ginjal pada ADH
4. Glukokortikoid
Meningkatkan resoprsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan
terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan volume darah.
5. Mekanisme rasa dahaga
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang
hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab
terhadap sensasi haus.
3. Komposisi Cairan Utama
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
a. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul H, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total
body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel
(Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau
⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50%
cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.

b. Cairan Ekstraseluler (CES)


Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar
20% berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga kelompok yaitu
(Abdul H, 2008).
1) Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
2) Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
3) Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
4. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
a. Keseimbangan cairan
1) Intake cairan
Kebutuhan Intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No Umur BB (kg) Kebutuhan
cairan
1 1 tahun 9,5 1150-1300
2 2-5 tahun 11,8 1350-1500
3 6-9 tahun 20 1800-2000
4 10-13 tahun 28,7 2000-2500
5 14-17 tahun 45,0 2200-2700
6 18 tahun(dewasa) 54,0 2200-2700
Sumber : ( Herliafifah, 2017)
2) Output cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:
a) Urine.
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan di keluarkan melalui vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran
cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus
dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam
aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urin
b) Keringat.
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu
yang panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan
ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan mempengaruhi
kadar natrium dalam plasma.
c) Feses.
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses meruJika cairan yang keluar melalui feses
jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh klien menjadi
lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran melalui feses adalah 100 ml/hari.
d) IWL ( Insesiable Water Lose)
IWL adalah jumlah cairan keluar tidak disadari san sulit diukur
secara tepat. Berfungsi sebagai pengontrol keseimbangan cairan dalam
tubuh. Dengan melakukan pemantauan ketat terhadap jumlah asupan
cairan dan IWL pasien, kita dapat mencegah terjadinya syok akibat
kekurangan cairan maupun kelebihan cairang.
Rumus IWL Dewasa ( IWL = 15 x BB/kg / 24 jam )
Rumus IWL Kenaikan suhu
(10% x CM) x (jumlah kenaikan suhu) + IWL Normal / 24 Jam

5. Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain :

a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.

d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :

1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
6. Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu :
a. Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya terjadi
perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel ke intrasel
mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia yaitu kelebihan
sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan osmotic extrasel meningkat
mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel mengalami dehidrasi.

b. Hipokalemia dan hiperkalemia


Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel
sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium ditahan
oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma. Sedangkan hyperkalemia
yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini jarang terjadi,
kalaupun ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat
transmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung.

c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia


Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan
berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari tulang.
Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan extrasel, kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya
menimbulkan flaksiditas.

d. Hipokloremia dan hiperkloremia


Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini kerap
dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah
ginjal.

e. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia


Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini
dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi
fosfat dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hiperfosfatemia yaitu
peningkatan kadar ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus
gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun.

7. Gangguan Ketidak Seimbangan Asam Basa yaitu :


a. Asidosis Respiratorik
Yaitu gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2
akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru
berkurang, terjadi peningkatan H2CO2 yang kemudian menyebabkan peningkatan
[H+]. Tanda dan gejala klinisnya meliputi :

1) Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi


2) Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran, dan
disorientasi.
3) pH plasma <7,35; pH urine <6
4) PCO2 tinggi (>45 mm Hg)
b. Asidosis Metabolik
Yaitu gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan disebabkan oleh
kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Tanda dan gejala klinisnya :

1) Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam)


2) Kelelahan (malaise)
3) Dis orientasi
4) Koma
5) pH plasma <3,5
6) PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
7) Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20mEq/l, dewasa <21 mEq/l)
c. Alkalosis Respiratorik
Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi. Tanda dan
gejala klinisnya :

1) Penglihatan kabur
2) Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
3) Kemampuan konsentrasi terganggu
4) Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
5) pH >7,45

d. Alkalosis Metabolik
Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi relatif asam-asam
nonkarbonat. Tanda dan gejala klinisnya :

1) Apatis 4) Kram
2) Lemah 5) Pusing
3) Gangguan mental

8. PATHWAY GANGGUAN ELIMINASI CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Infeksi bakteri/virus

Saluran cerna

Absorbsi terganggu

Volume usus meningkat

Peningkatan frekuensi BAB

Diare
merangsang pelepasan progen oleh leukosit Iritasi usus halus

zat progen beredar dalam darah Pengeluaran mediator inflamasi

hipothalamus Nyeri akut

peningkatan suhu tubuh

Hipertermi
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau pengeluaran 1
liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang berhubungan dengan
berat badan :

1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.

b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah serta
tingkat kesadaran.

c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:

1) Cairan oral : NGT dan oral


2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :

a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan
sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.

b. Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht).

Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.

Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.

Hb naik : adanya hemokonsentrasi

Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.

c. pH dan berat jenis urine


Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

d. Analisa gas darah


Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2.

Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25 – 29 mEq/l.


Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena (60 –
85 %).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :

kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko memgalami
resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.

Batasan Karakteristik :

a. Ketidak cukupan asupan cairan per oral.


b. Balanc negative antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit.
i. Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :

a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus.


b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal,
dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri
mulut.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :

Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan
intraseluler atau interstisial.

Batasan Karakteristik :

a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :

a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal


jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang
rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan
kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,
thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai
atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastetomi.
3.
C. Intervensi (Perencanaan)
1. Kekurangan volume cairan
Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Kriteria Hasil Intervensi Rasional


a. Terjdi peningkatan a. Kaji cairan yang a. Membuat klien lebih kooperatif.
asupan cairan min. disukai klien dalam b. Mempermudah untuk memantauan
2000ml/hari (kecuali batas diet. kondisi klien.
terjadi kontraindikasi). b. Rencanakan target c. Pemahaman tentang alsan tsb
b. Menjelaskan perlu-nya pemberian asupan membantu klien dlm mengatasi
meningkatkan asupan cairan untuk setiap gangguan.
cairan pada saat sif, mis : siang 1000 d. Untuk mengontrol asupan klien.
stress/cuaca panas. ml, sore 800 ml dan e. Untuk mengetahui prkembangan
c. Mempertahankan berat malam 200 ml. status kesehatan klien.
jenis urine dalm batas c. Kaji pemahaman
normal. klien tentang alasan
d. Tidak menunjukan mempertahankan
tanda-tanda dehidrasi. hidrasi yg adekuat.
d. Catat asupan dan
haluaran.
e. Pantau asupan per
oral, min. 1500 ml/
24 jam.
f. Pantau haluaran
cairan 1000-1500ml
/24jam. Pantau berat
jenis urine.

2. Kelebihan volume cairan


Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh klien.

Kriteria hasil Intervensi Rasional


a. Klien akan a. Kaji asupan diet dan kebiasaan a. Untuk mengontrol asupan
menyebutkan yg mendorong terjadi-nya klien.
faktor penyebab retensi cairan. b. Konsumsi garam yg
& metode b. Anjurkan klien untuk berlebihan me-ningktkan
pencegahan menurunkan konsumsi garam. tekanan darah.
edema. c. Anjurkan klien untuk: c. Makanan yg meng-gunakan
b. Klien i.Menghindari makanan gurih, penyedap rasa dan pengawet.
mperlihatkan makanan kaleng & makanan d. Na+
penurunan beku. mengikat air, jadi tubuh akan
edema. lebih merasa lebih cepat haus.
ii.Mengkonsumsi mkann tnpa
garam dan menambahkan e. Venostasis dapat 19
bumbu aroma. mengakibatkan terhambatnya
aliran darah.
iii.Mggunakan cuka pengganti
f. Guna memperlancar sirkulasi.
garam utk penyedap rasa sop,
g. Perlukaan pada daerah yang
rebusan dll.
sakit menyebabkan kurang
d. Kaji adanya tanda venostasis lancarnya sirkulasi peredaran
dan bendungan vena pada darah di daerah tsb.
bagian tubuh yang h. Semua kegiataan tersebut
mengantung. memperparah keadaan klien
e. Untuk drainase limfatik yang i. Untuk mepercepat perbaikan
tidak adekuat: jaringan tubuh.
i.Tinggikan ekstremitas dengan
mnggunakn bantal, imobilitas,
bidai/ balutan yang kuat, serta
berdiri/duduk dlm waktu yg
lama

ii.Jngn memberikan
suntikan/infuse pd lengan yang
sakit.

D. Implementasi (Penatalaksanaan)
1. Kekurangan volume cairan
a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet.
b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang 1000 ml. Sore
800 ml dan malam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang adekuat
Mencatat asupan dan haluaran.
d. Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam.
e. Memantau haluaran cairan 1000- 1500 ml/24 jam. Memantau berat jenis urine.
2. Kelebihan volume cairan
a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan.
b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.
c. Menganjurkan klien untuk:
1) Menghindari makanan gurih,makanan kaleng,dan makanan beku.
2) Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma
3) Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll.
d. Mengkaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang
mengantung.
e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung,bila
memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi).
f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:
1) Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.
2) Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.
3) Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.
4) Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban
berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, memyentuh kompor
gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan.
5) Melindungi kulit yang edema dari cidera
6)
E. Tindakan Keperawatan

1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral


a. Penambahan intake cairan dapat diberikan per oral pada pasien-pasien tertentu, misalnya
pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000 cc per hari.
c. Pemberian elektrolit per oral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi cairan
extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1) Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan
per oral secara adekuat.
2) Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit.

c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :


1) Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya dextrosa dan
glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa in water (DSW) dan amigen, aminovel.
2) Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik, maupun
hypertonik. Yang banyak digunakan yaitu normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
3) Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat.
4) Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah
atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan tekanan osmotik darah.
3. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus
a. Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan infus dan memberikan
pendidikan kesehatan pada pasien.
b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya dalam pemenuhan
personal hygiene, membantu mobilitas.
c. Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya :
1) Infiltrat : masukkannya cairan ke sub kutan.
Gejala : bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat.

2) Phlebitis : trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia.


Gejala : nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan.

3) Kelebihan inteke cairan : akibat tetesan infus yang terlalu cepat.

d. Mengatur tetesan infus


Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam. Tetesan terlalu cepat menyebabkan
masalah pada paru-paru dan jantung. Tetesan yang lambat dapat menyebabkan intake
cairan dan elektrolit yang tidak adekuat. Faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan :

1) Posisi pemasangan
2) Posisi dan patency tube/selang
3) Tinggi botol infus
4) Kemungkinan adanya infiltrat
e. Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan.
Prosedurnya :
1) Siapkan botol yang baru.
2) Klem selang.
3) Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru.
4) Gantungkan botol.
5) Buka klem dan hitung kembali tetesan.
6) Pasang label.
7) Catat tindakan yang dilakukan.
f. Mengganti selang infus
Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya :

1) Siapkan infus set yang baru, termasuk botol.


2) Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol serta tutup klem.
3) Pegang poros jarum dan tangan lain melepas selang.
4) Tusukan tube yang baru ke poros jarum.
5) Lanhkah berikutnya seperti memasang infus.
g. Menghentikan infus
Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti tusukan yang baru.
Langkah-langkahnya :

1) Tutup klem infus.


2) Buka tape pada daerah tusukan sambil memegang jarum.
3) Tarik jarum sepenuhnya dan beri penekanan pada daerah bebas tusukan dengan kapas
beralkohol selama 2-3 menit untuk mencegah perdarahan.
4) Tutup daerah bebas dengan kassa steril.
5) Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan yang tersisa dalam
botol.
4. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang transfusi darah
Pengertian disini adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah ke dalam
sirkulasi vena.

Tujuannya yaitu untuk :

a. Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan hebat.


b. Mengembalikan sel darah merah misalnya pada anemia berat.
c. Memberikan faktor-faktor plasma seperti antihemofilik.
Reaksi-reaksi transfusi yang mungkin timbul yaitu :

a. Hemofilik : terjadi apabila aglutinogen dengan anti aglutinin dengan tipe sama
bertemu.
b. Febris : karena adanya kontaminasi pada darah atau sensitivitas dari sel darah
putih.
c. Reaksi alergi : biasanya karena adanya antibody pada plasma donor.
Risiko transfusi yang utama adalah transfusi penyakit hepatitis, AIDS, dsb.

F. Evaluasi tindakan keperawatan


1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik.
3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy intravena
atau TPN).
5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT

HARI/TANGGAL : Senin, 15 November 2021

JAM : 14.00 WITA

PENGKAJI : Kelompok III B

RUANGAN : RINRA I

1. IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Tn. R
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 21 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Belum menikah
f. Pekerjaan : Buruh
g. Pendidikan Terakhir : SMA
h. Alamat : Jl. Tanjung Merdeka
i. No. CM : 286892
j. Diagnostik Medis : Susp. DBD Tipoid+Disposia

PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 55 tahun
c. Pekerjaan : IRT
d. Alamat : Jl. Tanjung Merdeka

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama :
Pasien mengatakan merasa nyeri pada ulu hati, sakit kepala, merasa lemas dan BAB
lebih dari 10x dalam sehari
2) Kronologi penyakit saat ini
Pasien mengatakan awalnya hanya merasa sakit pada ulu hati dan sakit kepala lalu
sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami diare dan merasa
sangat lemas sehingga memutuskan untuk masuk rumah sakit.
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Tidak dapat beraktivitas seperti biasa karena pasien merasa lemas dan pusing, dan
4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan Kesehatan
Pasien berharap mendapat perawatan yang terbaik sehingga dapat segera sembuh
dari penyakitnya.

b. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Genogram (minimal 3 generasi)


1) Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumlah keluarga?
Pasien tinggal bersama ayah dan ibunnya
2) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?
( Tidak Ada)
3) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun?
( Tidak Ada)
4) Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota?
Keluarga merasa sedih dan khawatir karena salah satu anggota keluarganya sakit

c. PENGKAJIAN BIOLOGIS (Dikaji sebelum dan sesudah sakit) RASA AMAN


DAN NYAMAN
1) Apakah ada rasa nyeri? ( Ada, pasien tampak meringis dan memegang area yang
nyeri) Di bagian mana ? (pada perut) jelaskan secara rinci: PQRST.
Klien mengatakan merasa nyeri.
Pasien mengatakan merasa pada ulu hati dan sakit kepala
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang timbul
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditekan
R : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
S : Klien Mengatakan nyeri skala 4
T : ± 30 menit
2) apakah ada mengganggu aktifitas? ( Ya, karena pasien merasa lemas dan sakit
perut)
3) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi / menghilangkan nyeri? ( pasien
mengompres perut dengan air hangat)
4) Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?
( nyeri berkurang saat dikompres air hangat)
5) Apakah ada Riwayat pembedahan? ( Tidak Ada)

d. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI :


a. Makan : sebelum sakit pasien biasa makan 3X/hari, tidak ada makanan
pantangan dan selama sakit pasien hanya makan bubur kadang
2x/hari sebanyak 2 sendok

b. Minum : sebelum sakit pasien minum ± 8 gelas//hari


Setelah sakit pasien sering meminum air tapi dengan jumlah yang

sedikit

c. Istirahat : Pasien sebelum sakit tidur jam 8 malam, lamanya ± 8 jam, tidur
pasien nyenyak, selama sakit pasien kurang tidur hanya ± 4 jam
karena selalu merasa nyeri dan lemas

d. Eliminasi : sebelum sakit pasien bisa BAK 3-4x/hari, setelah sakit klien BAK

1-2 x/hari dengan warna agak kekuningan Volume urin menurun


± 400 ml

Sebelum sakit klien BAB 1x/hari biasanya pada pagi hari, tapi saat
sakit klien bab 5x/hari dengan tekstur encer dan sedikit ampas

e. Aktifitas : sebelum sakit pasien tidak mengalami gangguan aktivitas


Setelah skit pasien tidak dapat beraktifitas karena merasa sangat
lemas dan pusing
f. Kebersihan : sebelum sakit pasien mandi 2x sehari dan setelah pasien belum
pernah mandi

e. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPRITUAL


 Psikologi
1) Status Emosi (Pasien nampak menerima kondisinya saat ini dengan baik)
2) Apakah klien dapat mengekspresikan perasaannya? (Iya)
3) Bagaimana suasana hati klien? (Baik)
4) Bagaimana perasaan klien saat ini? (Pasien berharap dapat segera
diberikan kesembuhan)
5) Apa yang dilakukan bisa suasana hati sedih,marah,gembira? (Pasien tidak
marah dengan kondinya saat ini)
6) Konsep diri? (Baik)
7) Bagaimana klien memandang dirinya? (Sebagai seorang yang ramah)
8) Hal – hal apa yang disukai klien? (menonton Tv)
9) Bagaimana klien memandang diri sendiri? (Bersyukur)
10) Apakah klien mampu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan yang ada
pada dirinya? (Iya)
11) Hal – hal apa yang dapat dilakukan klien saat ini? (Saat ini pasien tidak
melakukan aktivitas karena dianjurkan untuk beristirahat)

 Hubungan Sosial :
1) Apakah klien mempunyai teman dekat? (Iya)
2) Siapa yang dipercayai klien? (kedua orang tuanya)
3) Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat? (tidak)
4) Apakah pekerjaan klien sekarang? Apakah sesuai kemampuan? (klien
bekerja sebagai buruh)
 Spiritual :
a. Apakah klien menganut satu agama? (Iya)
b. Saat ini apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah?
(tidak)
c. Bagaimana hubugan antara manusia dan tuhan dalam agama klien?
(Habluminannas wa Habluminallah)

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. KEADAAN UMUM
1) KU : Pasien tampak lemah
2) Tanda – tanda vital
TD: 90/60mmhg
N: 80x/menit
S: 38,9o c
P: 20x/menit
3) Pertumbuhan fisik: TB,BB,postur tubuh.
BB :sebelum sakit 68 kg, setelah sakit 65 kg
TB : 173 cm
4) Keadaan kulit: Baik, tidak ada lesi. warna tekstur : Kuning langsat, kelainan
kulit : tidak ada
b. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL
a. Kepala
1) Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambur.
(Kepala simetris tidak ada kelainan bentuk dan ukuran kepala, keadaan kulit
tidak ada lesi pada kulit kepala bersih, rambut sebagian beruban tidak ada
kerontokan pada rambut)
2) Mata,: kebersihan, penglihatan, pupil, rflek, sklera, konjungtiva
(Mata bersih tidak ada kotoran pada mata, pengelihatan kabur, pupil isokor,
sklera berwarna putih, dan konjungtiva berwarna merah muda)
3) Telinga: bentuk, kebersihan, sekret, fungsi dan nyeri telinga?
(Bentuk simetris kiri dan kanan, terdapat secret, fungsi pendengaran baik
tidak ada gangguan pendengaran serta tidak ada nyeri pada telinga)
4) Hidung: fungsi, polip, sekret, nyeri?
(Hidung bersih tidak terdapat secret, tidak ada polip, dan tidak ada nyeri tekan
pada daerah hidung)
5) Mulut: membrane mukosa tampak kering, tidak ada bau nafas, letak gigi rapi
kondisi gigi baik.
6) Leher
Bentuk, Gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening, tonsil, JVP, Nyeri
telan?
(Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada gangguan fungsi menelan dan nyeri menelan)
b. Dada
1) Inspeksi: Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada, pergerakan selama
pernafasan, jenis pernafasan?
(Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan bentuk dada. Tidak ada
retraksi otot dada dan pergerakan selama pernafasan normal)
2) Auskultasi: Suara pernafasan, Bunyi jantung, suara abnormal yang ditemuai
(Suara nafas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar dengan baik. Tidak
terdapat suara abnormal)
3) Perkusi: batas jantung dan paru? Duliness
c. Abdomen
1) Inspeksi: simetris?, contour, warna kulit, vena ostomy (Abdomen rata tidak
buncit, warna kulit gelap)
2) Auskultasi: Frekuensi dan intensittas peristaltic (Peristaltik usus 35x/menit
Bising usus hiperaktif)
3) )Perkusi: Udara, Cairan, massa/tumor? (Tidak ada)
Palpasi: tonus otot, kekenyalan, ukuran organ, massa, hernia, hepar, lien?
(Tidak dikaji)
d. Genetelia, Anus dan rectum
1) Inspeksi: warana, terpasang alat bantu, kelainan genetal, simpisis?
(Tidak terpasang alat bantu, tidak ada kelainan genital)
2) Palpasi: teraba penumpukan urine? (Tidak teraba penumpukan urine)

e. Ekstremitas
1) Atas: Ektermitas lengkap, jari lengkap tidak ada kelainan
2) Bawah: Ekstremitas lengkap, jari lengkap, tidak terdapat varises
Tonus otot :5 5
5 5

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

NO TANGGAL JENIS HASIL NILAI RUJUKAN


PEMERIKSAAN
1 Hemoglobin (HGB) 11,4 g/dL 14,0-18,0 g/dL
15
2 Hematocrit (HCT) 30,8% 42,0 – 52,0%
November
3 Eritrosit (RBC) 4,16 x 106/uL 4,70 – 6,10 x 106/uL
2021
4 Leukosit (WBC) 4,45 x 103/uL 4,00 – 10,80 x 103/uL
1 16 Hemoglobin (HGB) 12,3 g/dL 14,0-18,0 g/dL
2 November Hematocrit (HCT) 33,3% 42,0 – 52,0%
3 2021 Eritrosit (RBC) 4,53 x 106/uL 4,70 – 6,10 x 106/uL
4 Leukosit (WBC) 5,07 x 103/uL 4,00 – 10,80 x 103/uL

Hasil Pemeriksaan Widal

Tanggal Salmonella Typhi Hasil Nilai Rujukan


15 O 1/320 1/80
Novembe H 1/320 1/80
r 2021 AH 1/80 1/80
BH 1/160 1/80

5. TERAPI YANG DIBERIKAN


- Pemberian antidiare (loperamide)
-Pemberian Cairan RL 500mg/IV/8jam

KLASIFIKASI DATA

A. DATA SUBJEKTIF :
1) Klien mengatakan merasa lemah
2) Klien/kram mengatakan nyeri bagian abdomen dan sakit kepala
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang timbul
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditekan
R : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
S : Klien Mengatakan nyeri skala 4
T : ± 30 menit

B. DATA OBJEKTIF :
1. BAB 5 kali dalam sehari
2. Tekstur feses cair dan tidak berampas
3. Frekuensi peristaltik meningkat yaitu 35 kali permenit
4. Bising usus hiperaktif
5. Klien tampak meringis
6. klien tampak gelisah
7. sulit tidur
8. Nafsu makan menurun
9. Volume urin menurun ± 400 ml
10. Tanda – tanda vital
TD: 90/60mmhg
N: 80x/menit
S: 38,9o c
P: 20x/menit

ANALISA DATA

N DATA MASALAH ETIOLOGI


O
1. DS: Diare berhubungan Infeksi bakteri/virus
1. Klien/kram dengan proses infeksi
mengatakan nyeri
bagian abdomen Saluran cerna

DO:
1. BAB 5 kali dalam Absorbsi terganggu
sehari
2. Tekstur feses cair dan
tidak berampas Volume usus meningkat
3. Frekuensi peristaltik
meningkat yaitu 35
kali permenit Peningkatan frekuensi BAB
4. Bising usus hiperaktif
5. Klien tampak meringis

2. DS: Hipovolemia Infeksi bakteri/virus


1) klien mengatakan berhubungan dengan
merasa lemah kehilangan cairan aktif
Saluran cerna
DO:
1) Nadi teraba lemah
2) Tekanan darah Absorbsi terganggu
menurun 90/60 kali per
menit
3) Turgor kulit menurun Volume usus meningkat
4) Membrane mukosa
kering
N: 80x/menit Peningkatan frekuensi BAB
S: 38,9o c
Cairan dan elektrilit
5) Berat badan menurun terbuang melalui feses
dari 68kg menjadi 66
kg Hipovolemia
6) Volume urin menurun
± 400 ml

3. DS : Hipertermi berhubungan Infeksi bakteri/virus


1) Klien mengatakan dengan proses infeksi
merasa demam Saluran cerna
DO:
1. Tanda – tanda vital merangsang pelepasan progen
oleh leukosit
TD: 90/60mmhg
zat progen beredar dalam
N: 80x/menit darah
S: 38,9o c
Hipothalamus
P: 20x/menit
Peningkatan suhu tubuh

Hipertermi
4. Data Subjektif : Nyeri akut berhubungan Diare
dengan agen pencedera
Pasien mengatakan
fisiologis (infeksi) Iritasi usus halus
merasa pada ulu hati dan
sakit kepala
Pengeluaran mediator
P : Klien mengatakan
inflamasi
nyeri secara hilang
Nyeri akut
timbul
Q : Klien mengatakan
nyeri seperti ditekan
R : Klien mengatakan
nyeri pada ulu hati
S : Klien Mengatakan
nyeri skala 4
T : ± 30 menit

Data Objektif :
1. Klien tampak meringis
2. Frekuensi nadi
meningkat 90/60
mmhg
3. klien tampak gelisah
4. sulit tidur
5. Nafsu makan menurun
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diare berhubungan dengan proses infeksi

2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (infeksi)


PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa TUJUAN DAN INTERVENSI


Keperawatan KRITERIA
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen diare:
dengan proses infeksi keperawatan selama 3 X 24 Observasi:
jam diharapkan status  Identifikasi penyebab diare
eliminasi vekal membaik  Identifikasi riwayat pemberian makanan
dengan kriteria hasil :  Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
1. Control pengeluaran  Monitor jumlah pengeluaran diare
feses dari cukup
menurun menjadi Terapeutik:
meningkat  Berikan asupan cairan oral (mis. Larutan garam gula, oralit)
2. Nyeri abdomen dari  Berikan cairan IV (mis. Ringer asetat atau ringer laktat jika perlu)
meningkat menjadi  Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan
menurun elektrolit
3. Frekuensi BAB dari  Ambil sampel feses untuk kultur
memburuk menjadi
membaik Edukasi:
4. Peristaltic usus dari  Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
memburuk menjadi mengandung laktosa.
membaik
Kolaborasi:
 Pemberian obat
2. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia :
berhubungan dengan keperawatan selama 3 X 24 Observasi :
kehilangan cairan jam diharapkan status cairan  Periksa tanda dan gejala hipovelemia (mis. Frekuensi nadi
aktif membaik dengan kriteria meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
hasil : nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
1. Kekuatan nadi dari haus, lemah)
cukup menurun menjadi  Monitor intake dan output cairan
meningkat
2. Tekanan darah dari Terapeutik :
memburuk menjadi  Hitung kebutuhan cairan
membaik  Berikan asupan cairan oral
3. Suhu tubuh dari menjadi
membaik Edukasi:
4. Turgor kulit dari cukup  Anjurkan memperbanyak cairan oral
menurun menjadi  Anjurkan menghindari posisi mendadak
meningkat
5. Perasaan lemah dari Kolaborasi :
cukup meningkat  Kolaborasi pemeberian cairan IV isotonis (mis. NaCL/RL)
menjadi menurun
3. Hipertermi setelah dilakukan asuhan Manajemen hipertermia:
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Observasi:
proses infeksi jam maka diharapkan 1. Identifikasi penyebab hipertermia
termoregulasi menurun 2. Monitor suhu tubuh
dengan kriteria hasil: 3. Monitor kadar elektrolit
1. Kulit 4. Monitor haluaran urin
merah dari cukup 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
meningkat menjadi
menurun. Terapeutik:
2. Suhu 1. Sediakan lingkungan yang dingin
tubuh dari cukup 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
memburuk menjadi 3. selanjutnya basahi dan kipasi permukaan tubuh
cukup membaik. 4. berikan cairan oral
3. Suhu 5. ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hipohidrosi
kulit dari cukup 6. lakukan pendinginan eksternal (misalnya selimut
memburuk menjadi hipotermia/kompres dingin pada dahi,leher,dada,abdomen dan
menjadi membaik aksila).
4. Teka
nan darah dari cukup Edukasi:
memburuk menjadi 1. anjurkan tirah baring
membaik Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian cairan IV jika perlu

4. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri:


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x24
agen pencedera jam diharapkan tingkat nyeri Observasi:
fisiologis (infeksi) pasien menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
kriteria hasil: dan intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri dari 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat menjadi 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Meringis dari 5. Monitor efek samping penggunaan analgetik
meningkat menjadi
menurun Terapeutik:
3. Gelisah dari meningkat 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
menjadi menurun (mis. Aromatherapy, kompres hangat atau dingin)
4. Tekanan darah dari 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
memburuk menjadi ruangan, pencahayaan, kebisingan)
membaik 3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Teknik Nafas dalam)

Edukasi Teknik Napas Dalam:


1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Sediakan materi dan kemampuan menerima informasi
3. Jelaskan tujuan dan manfaat teknik napas
4. Jelaskan prosedur teknik napas
5. Anjurkan memposisikan tubuh senyaman mungkin (mis. duduk,
baring)
6. Anjurkan menutup mata dan berkonsentrasi penuh
7. Ajarkan melakukan inspirasi dengan menghirup udara melalui
hidung secara perlahan
8. Ajarkan melakukan ekspirasi dengan menghembuskan udara
mulut mencucu secara perlahan
9. Demonstrasikan menarik napas selama 4 detik, menahan napas
selama 2 detik dan menghembuskan napas selama 8 detik
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat analgetik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI DAN HASIL EVALUASI


TANGGA KEPERAWATA
L N
Selasa 16 Diare  Memonitor warna, volume, frekuensi, dan S : Pasien mengatakan masih
november berhubungan konsistensi tinja mengalami diare.
2021 dengan proses Hasil : warna : kekuningan, Frekuensi : 5xsehari, O:
infeksi Konsistensi : Cair.  Warna feses : kekuningan
 Frekuensi 5x sehari
Terapeutik:  Konsistensi : cair, sedikit
 Memberikan cairan IV ringer laktat berampas
Hasil : Telah diberikan Infus Rl 20 tts/menit A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Edukasi:  Monitor warna, volume,
 Menganjurkan menghindari makanan pembentuk frekuensi, dan konsistensi tinja
gas, pedas dan mengandung laktosa.  Berikan cairan IV ringer laktat
Hasil :Klien mengerti dan mengindarinya  Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan
Kolaborasi: mengandung laktosa.
 Inj. ranitidine/ 12 J Kolaborasi:
 Inj. Meto C /12 J  Inj. ranitidine/ 12 J
 Paracetamol /drips  Inj. Meto C /12 J
 Ciprofloxacin 2x1  Paracetamol /drips
 Clobczan 1x1  Ciprofloxacin 2x1
 Clobczan 1x1
Rabu 17 Diare  Memonitor warna, volume, frekuensi, dan S : Pasien mengatakan BAB 3x
november berhubungan konsistensi tinja sehari
2021 dengan proses Hasil : warna : kekuningan, Frekuensi : 3xsehari, O:
infeksi Konsistensi : Cair, berampas  Warna feses : kekuningan
 Frekuensi 3x sehari
Terapeutik:  Konsistensi : cair, berampas
 Memberikan cairan IV ringer laktat A : Masalah teratasi
Hasil : Telah diberikan Infus Rl 20 tts/menit P : pertahankan intervensi
 Monitor warna, volume,
Edukasi: frekuensi, dan konsistensi tinja
 Menganjurkan menghindari makanan pembentuk  Berikan cairan IV ringer laktat
gas, pedas dan mengandung laktosa.  Anjurkan menghindari makanan
Hasil :Klien mengerti dan mengindarinya pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa.
Kolaborasi: Kolaborasi:
 Inj. ranitidine/ 12 J  Inj. ranitidine/ 12 J
 Inj. Meto C /12 J  Inj. Meto C /12 J
 Paracetamol /drips  Paracetamol /drips
 Ciprofloxacin 2x1  Ciprofloxacin 2x1
 Clobczan 1x1  Clobczan 1x1

Kamis, 18 Diare  Memonitor warna, volume, frekuensi, dan S : Pasien mengatakan BAB 1x
November berhubungan konsistensi tinja sehari
2021 dengan proses Hasil : warna : kekuningan, Frekuensi : 1xsehari, O:
infeksi Konsistensi : padat  Warna feses : kekuningan
 Frekuensi 1x sehari
Terapeutik:  Konsistensi : padat
 Memberikan cairan IV ringer laktat A : Masalah teratasi
Hasil : Telah diberikan Infus Rl 20 tts/menit P : pertahankan intervensi
 Monitor warna, volume,
Edukasi: frekuensi, dan konsistensi tinja
 Menganjurkan menghindari makanan pembentuk  Berikan cairan IV ringer laktat
gas, pedas dan mengandung laktosa.  Anjurkan menghindari makanan
Hasil :Klien mengerti dan mengindarinya pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa.
Kolaborasi: Kolaborasi:
 Inj. ranitidine/ 12 J  Inj. ranitidine/ 12 J
 Inj. Meto C /12 J  Inj. Meto C /12 J
 Paracetamol /drips  Paracetamol /drips
 Ciprofloxacin 2x1  Ciprofloxacin 2x1
 Clobczan 1x1  Clobczan 1x1
Selasa, 16 Hipovolemia  Memeriksa tanda dan gejala hipovelemia (mis. S : Pasien mengatakan masih merasa
November berhubungan Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, lemah
2021 dengan tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, O:
kehilangan turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,  Ku : tampak lemah
cairan aktif haus, lemah)  Nadi : 80 x/menit
Hasil :  Td : 90/70 mmhg
 KU : tampak lemah  Turgor kulit : 6-8 % (sedang)
 Nadi : 80 x/menit  Mukosa tampak kering
 TD : 90/70 mmHg  Urine : ± 1000 ml
 Turgor Kulit : 6-8% (sedang) A : masalah belum teratasi
 Mukosa tampak kering P: lanjutkan intervensi
 Periksa tanda dan gejala
 Memonitor intake dan output cairan hipovelemia (mis. Frekuensi
Input nadi meningkat, nadi teraba
Infus : 1500 cc/24 jam lemah, tekanan darah menurun,
Minum : 1500 cc tekanan nadi menyempit, turgor
Makan : 200 cc kulit menurun, membrane
Output mukosa kering, haus, lemah)
BAB : 2000 cc  Monitor intake dan output cairan
BAK : 1000 cc  Hitung kebutuhan cairan
IWL kenaikan suhu  Berikan asupan cairan oral
(10% x 3200) x (38 – 37) + (15x65) / 24 Jam  Anjurkan memperbanyak cairan
= 320 x 1 + 975 / 24 jam oral
= 361 cc/jam  Anjurkan menghindari posisi
Balance Cairan = 3200 – (3000 + 361) = -161 cc/24 mendadak
jam  Kolaborasi pemberian cairan IV
 Menghitung kebutuhan cairan isotonis RL
Hasil :500 x 20 = 10.000 = 20.8 (20 tpm)
8 x 60 480
 Memberikan asupan cairan oral
Hasil : diberikan air mineral 1500 cc, rasa haus
berkurang
 Menganjurkan memperbanyak cairan oral
Hasil : Klien mengerti dan memperbanyak minum
 Menganjurkan menghindari posisi mendadak
Hasil : Klien mengerti dan tidak melakukannya
 Penatalaksanaan pemberian cairan IV isotonis
RL
Hasil : Diberikan cairan RL 500 mg/8 jam, pasien
merasa lebih baik
Rabu, Hipovolemia  Memeriksa tanda dan gejala hipovelemia (mis. S : Pasien mengatakan masih merasa
November berhubungan Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, lemah
2021 dengan tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, O:
kehilangan turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,  Ku : tampak lemah
cairan aktif haus, lemah)  Nadi : 80 x/menit
Hasil :  Td : 100/70 mmhg
 KU : tampak lemah  Turgor kulit : 6-8 % (sedang)
 Nadi : 80 x/menit  Mukosa tampak kering
 TD : 100/70 mmHg  Urine : ± 1000 ml
 Turgor Kulit : 6-8% (sedang) A : masalah belum teratasi
 Mukosa tampak kering P: lanjutkan intervensi
1. Periksa tanda dan gejala
 Memonitor intake dan output cairan hipovelemia (mis. Frekuensi
Input nadi meningkat, nadi teraba
Infus : 1500 cc/24 jam lemah, tekanan darah
Minum : 1500 cc menurun, tekanan nadi
Makan : 200 cc menyempit, turgor kulit
Output menurun, membrane mukosa
BAB : 1500 cc kering, haus, lemah)
BAK : 1000 cc 2. Monitor intake dan output
IWL kenaikan suhu cairan
(10% x 3200) x (38 – 37) + (15x65) / 24 Jam 3. Hitung kebutuhan cairan
= 320 x 1 + 975 / 24 jam 4. Berikan asupan cairan oral
= 361 cc/jam 5. Anjurkan memperbanyak
Balance Cairan = 3200 – (2500 + 361) = 339 cc/24 cairan oral
jam 6. Anjurkan menghindari posisi
 Menghitung kebutuhan cairan mendadak
Hasil :500 x 20 = 10.000 = 20.8 (20 tpm) 7. Kolaborasi pemberian cairan
8 x 60 480 IV isotonis RL
 Memberikan asupan cairan oral
Hasil : diberikan air mineral 1500 cc, rasa haus
berkurang
 Menganjurkan memperbanyak cairan oral
Hasil : Klien mengerti dan memperbanyak minum
 Menganjurkan menghindari posisi mendadak
Hasil : Klien mengerti dan tidak melakukannya
 Penatalaksanaan pemberian cairan IV isotonis
RL
Hasil : Diberikan cairan RL 500 mg/8 jam, pasien
merasa lebih baik
Kamis, 18 Hypovolemia b.d  Memeriksa tanda dan gejala hipovelemia (mis. S : Pasien mengatakan masih merasa
November kehilangan Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, lemah
2021 cairan secara tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, O:
aktif turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,  Ku : tampak lemah
haus, lemah)  Nadi : 80 x/menit
Hasil :  Td : 100/70 mmhg
 KU : tampak lemah  Turgor kulit : 6-8 % (sedang)
 Nadi : 80 x/menit  Mukosa tampak kering
 TD : 100/70 mmHg  Urine : ± 1000 ml
 Turgor Kulit : 6-8% (sedang) A : Masalah belum teratasi
 Mukosa tampak kering P: Lanjutkan intervensi
1. Periksa tanda dan gejala
 Memonitor intake dan output cairan hipovelemia (mis. Frekuensi
Input nadi meningkat, nadi teraba
Infus : 1500 cc/24 jam lemah, tekanan darah
Minum : 1500 cc menurun, tekanan nadi
Makan : 200 cc menyempit, turgor kulit
Output menurun, membrane mukosa
BAB : 1000 cc kering, haus, lemah)
BAK : 1000 cc 2. Monitor intake dan output
IWL kenaikan suhu cairan
(10% x 3200) x (38 – 37) + (15x65) / 24 Jam 3. Hitung kebutuhan cairan
= 320 x 1 + 975 / 24 jam 4. Berikan asupan cairan oral
= 361 cc/jam 5. Anjurkan memperbanyak
Balance Cairan = 3200 – (2000 + 361) = 839 cc/24 cairan oral
jam 6. Anjurkan menghindari posisi
 Menghitung kebutuhan cairan mendadak
Hasil :500 x 20 = 10.000 = 20.8 (20 tpm) 7. Kolaborasi pemberian cairan
8 x 60 480 IV isotonis RL
 Memberikan asupan cairan oral
Hasil : diberikan Air mineral 1500 cc, rasa haus pasien
berkurang
 Menganjurkan memperbanyak cairan oral
Hasil : Klien mengerti dan memperbanyak minum
 Menganjurkan menghindari posisi mendadak
Hasil : Klien mengerti dan tidak melakukannya
 Penatalaksanaan pemberian cairan IV isotonis
RL
Hasil : Diberikan cairan RL 500 mg/8 jam, pasien
merasa lebih baik
Selasa 16 Hipertermi Manajemen hipertermia: S : Klien mengatakan merasa sudah
November berhubungan Observasi: lebih baik
2021 dengan proses 1. Memonitor suhu tubuh O:
infeksi Hasil : S:38,9oC  S: 35,6oC
A : Masalah Teratasi
Terapeutik: P: Pertahankan intervensi
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian 1. Monitor suhu tubuh
Hasil: pasien hanya menggunakan sarung 2. Longgarkan atau lepaskan
3. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh pakaian
4. Melakukan pendinginan eksternal (misalnya 3. Basahi dan kipasi permukaan
selimut hipotermia/kompres dingin pada dahi, tubuh
leher, dada, abdomen dan aksila) 4. Lakukan pendinginan eksternal
Hasil: Pasien diberikan kompres dingin pada dahi, (misalnya selimut
leher dan aksila hipotermia/kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen dan
Edukasi: aksila)
5. Menganjurkan tirah baring 5. Menganjurkan tirah baring
Hasil: pasien mengerti dengan informasi yang 6. Kolaborasi pemberian terapi IV
diberikan 7. Kolaborasi pemberian antipiretik

Kolaborasi
6. Penatalaksanaan pemberian cairan IV
Hasil: telah diberikan cairan ringer laktat 500 ml
sebanyak 20 tts/menit
7. Penatalaksanaan pemberian antipiretik, yaitu
Paracetamol 3x1
Hasil: Demam menurun, suhu tubuh 35,6oC
Rabu 17 Hipertermi Manajemen hipertermia: S : Klien mengatakan merasa sudah
November berhubungan Observasi: lebih baik
2021 dengan proses 1. Memonitor suhu tubuh O:
infeksi Hasil : S:38oC  S: 37,0oC
A : Masalah belum teratasi
Terapeutik: P: Pertahankan intervensi
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian 1. Monitor suhu tubuh
Hasil: pasien hanya menggunakan sarung 2. Longgarkan atau lepaskan
3. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh pakaian
4. Melakukan pendinginan eksternal (misalnya 3. Basahi dan kipasi permukaan
selimut hipotermia/kompres dingin pada tubuh
dahi,leher, dada, abdomen dan aksila) 4. Lakukan pendinginan eksternal
Hasil: Pasien diberikan kompres dingin pada dahi, (misalnya selimut
leher dan aksila hipotermia/kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen dan
Edukasi: aksila)
2. Menganjurkan tirah baring 5. Anjurkan tirah baring
Hasil: pasien mengerti dengan informasi yang 6. Kolaborasi pemberian terapi IV
diberikan 7. Kolaborasi pemberian antipiretik

Kolaborasi
3. Penatalaksanaan pemberian cairan IV
Hasil: telah diberikan cairan ringer laktat 500 ml
sebanyak 20 tts/menit
4. Penatalaksanaan pemberian antipiretik, yaitu
Paracetamol 3x1
Hasil: Demam menurun, suhu tubuh 37oC
Kamis, 18 Hipertermi Manajemen hipertermia: S : Klien mengatakan merasa sudah
November berhubungan Observasi: lebih baik
2021 dengan proses 1. Memonitor suhu tubuh O:
infeksi o
Hasil : S:37,7 C  S: 37,2oC
A : Masalah belum teratasi
Terapeutik: P: Pertahankan intervensi
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian 1. Monitor suhu tubuh
Hasil: pasien hanya menggunakan sarung 2. Longgarkan atau lepaskan
3. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh pakaian
4. Melakukan pendinginan eksternal (misalnya 3. Basahi dan kipasi permukaan
selimut hipotermia/kompres dingin pada tubuh
dahi,leher, dada, abdomen dan aksila) 4. Lakukan pendinginan eksternal
Hasil: Pasien diberikan kompres dingin pada dahi, (misalnya selimut
leher dan aksila hipotermia/kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen dan
Edukasi: aksila)
5. Menganjurkan tirah baring 5. Anjurkan tirah baring
Hasil: pasien mengerti dengan informasi yang 6. Kolaborasi pemberian terapi IV
diberikan 7. Kolaborasi pemberian antipiretik

Kolaborasi
6. Penatalaksanaan pemberian cairan IV
Hasil: telah diberikan cairan ringer laktat 500 ml
sebanyak 20 tts/menit
7. Penatalaksanaan pemberian antipiretik, yaitu
Paracetamol 3x1
Hasil: Demam menurun, suhu tubuh 37,2oC
Selasa 16 Nyeri akut Observasi: S : Klien masih mengeluh nyeri pada
November berhubungan 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, lokasi, bagian ulu hati
2021 dengan agen durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri O:
pencedera Hasil : 1. Skala nyeri : 4
(inflamasi) Pasien mengatakan merasa pada ulu hati dan sakit kepala2. Klien nampak sesekali masih
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang timbul meringis
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditekan A : Masalah belum teratasi
R : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati P: Lanjutkan intevensi
S : Klien Mengatakan nyeri skala 4 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
T : ± 30 menit lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 4 (sedang) 3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan nyeri
memperingan nyeri 4. Berikan teknik nonfarmakologis
Hasil :Klien mengatakan nyeri berkurang saat tidak untuk mengurangi rasa nyeri
terlalu bergerak Aromatherapy (minyak kayu
putih)
Terapeutik: 5. Kontrol lingkungan yang
1. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk memperberat rasa nyeri
mengurangi rasa nyeri, yaitu Aromatherapy 6. Jelaskan penyebab, periode dan
(minyak kayu putih) pemicu nyeri
Hasil: Klien mengatakan masih merasa nyeri 7. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa 8. Kolaborasi pemberian obat
nyeri analgetik
Hasil: klien mengatakan nyeri berkurang jika Program terapi:
lingkungan disekitarnya tidak berisik 1. Inj. ranitidine/ 12 J
2. Inj. Meto C /12 J
Edukasi: 3. Ciprofloxacin 2x1
3. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 4. Clobczan 1x1
Hasil : Klien paham dengan yang dijelaskan

4. Menjelaskan strategi meredakan nyeri


Hasil : Klien paham dengan yang dijelaskan

Kolaborasi:
5. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Hasil Program terapi:
1. Inj. ranitidine/ 12 J
2. Inj. Meto C /12 J
3. Ciprofloxacin 2x1
4. Clobczan 1x1
Rabu, 17 Nyeri akut Observasi: S : Klien masih mengeluh nyeri pada
November berhubungan 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, lokasi, bagian ulu hati
2021 dengan agen durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri O:
pencedera Hasil : 1. Skala nyeri : 3
(inflamasi) Pasien mengatakan merasa pada ulu hati dan sakit kepala2. Klien nampak sesekali masih
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang timbul meringis
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditekan A : Masalah teratasi
R : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati P: Lanjutkan intevensi
S : Klien Mengatakan nyeri skala 3 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
T : ± 30 menit lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 4 (sedang) 3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
3. Mengidentifikasifaktor yang memperberat dan nyeri
memperingan nyeri 4. Berikan teknik nonfarmakologis
Hasil :Klien mengatakan nyeri berkurang saat tidak untuk mengurangi rasa nyeri
terlalu bergerak Aromatherapy (minyak kayu
putih)
Terapeutik: 5. Kontrol lingkungan yang
1. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk memperberat rasa nyeri
mengurangi rasa nyeri Aromatherapy (minyak 6. Jelaskan penyebab, periode dan
kayu putih) pemicu nyeri
Hasil: Klien mengatakan masih merasa nyeri 7. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
1. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa 8. Kolaborasi pemberian obat
nyeri analgetik
Hasil: klien mengatakan nyeri berkurang jika Program terapi:
lingkungan disekitarnya tidak berisik 5. Inj. ranitidine/ 12 J
6. Inj. Meto C /12 J
Edukasi: 7. Ciprofloxacin 2x1
1. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 8. Clobczan 1x1
Hasil : Klien paham dengan yang dijelaskan

2. Menjelaskan strategi meredakan nyeri


Hasil : Klien paham dengan yang dijelaskan
Kolaborasi:
1. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Hasil : Program terapi:
2. Infus Rl 20 tts/menit
3. Inj. ranitidine/ 12 J
4. Inj. Meto C /12 J
5. Paracetamol /drips
6. Ciprofloxacin 2x1
7. Clobczan 1x1
DAFTAR PUSTAKA

Akper PPNI Solo. 2009. KonsepPengkajianNutrisidanCairan. http://askep-akper. Blogspot.com/2009/06/konsep-pengkajian-

nutrisi-=dan-cairan.html.

DewiChristyawati,Maria.2010.Modul KDM II AsuhanKeperawatanPemenuhanKebutuhanNutrisi.Surakarta: Politeknik Kesehatan

Surakarta

Mubarak, dkk. 2008. Buku Ajar KDM. Jakarta: EKG

PPNI. 2016. StandarDiagnosisKeperawatan Indonesia: Definisi dan IndikatorDiagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. StandarIntervensiKeperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. StandarLuaranKeperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Potter and Perry.2003. Fundamental of Nursing. Australia: Mosby

Tarwoto dan Wartowah. 2004. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.

Anda mungkin juga menyukai