(………………………) (………………………)
Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Total jumlah volume cairan tubuh
( total body water-TWB) kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat
badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak dari pada pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia
juga berpengaruh pada TWB dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya.
2. Anatomi
Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2,5 liter cairan perharinya.
Sekitar 1.5 liter cairan tubuh keluar melalui urine, 500ml melalui keluarnya keringat,
400ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi ( pernasafan ) dan 100ml
keluar bersama feses (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10
gelas ( 1 gelas = 240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan
kebutuhan cairan perhariannya. Secara prposional, wanita mengandung lebih banyak
lemak dan sedikit otot dibandingkan dengan laki-laki, sehingga kandungan airnya
lebih sedikit dibandingkan dengan berat badannya. Karena memang pada dasarnya
lemak itu bebas air, maka makin sedikit.
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada
pendarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun
perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan
tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka
resiko penderita menjadi lebih besar.
a. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-
rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui
glomelurus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (Filtrat
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang di produksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1ml
/kg /bb /jam.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktifitas kelenjer keringat. Rangsangan kelenjer keringat dapat
dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat dan
demam, disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3. Paru-paru
Organ paru-paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang 13 hilang sebagai respon
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau
demam.
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200
ml/hari. Perhitungsn IWL secara keseluruhan adalahn 10-15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat Celcius.
b. Pengaturan keseimbangan cairan.
1. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH dibentukdi hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan
reabsorpsi air pada duktus koligentes,dengan demikian dapat menghemat air
2. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjer adrenal yang bekerja pada tubulus
tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosterone
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan system
angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
3. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekanan
darah, kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal,
prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium, dan efek
ginjal pada ADH
4. Glukokortikoid
Meningkatkan resoprsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan
terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan volume darah.
5. Mekanisme rasa dahaga
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang
hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab
terhadap sensasi haus.
3. Komposisi Cairan Utama
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
a. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul H, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total
body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel
(Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau
⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50%
cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
6. Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu :
a. Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya terjadi
perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel ke intrasel
mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia yaitu kelebihan
sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan osmotic extrasel meningkat
mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel mengalami dehidrasi.
1) Penglihatan kabur
2) Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
3) Kemampuan konsentrasi terganggu
4) Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
5) pH >7,45
d. Alkalosis Metabolik
Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi relatif asam-asam
nonkarbonat. Tanda dan gejala klinisnya :
1) Apatis 4) Kram
2) Lemah 5) Pusing
3) Gangguan mental
Saluran cerna
Absorbsi terganggu
Diare
merangsang pelepasan progen oleh leukosit Iritasi usus halus
Hipertermi
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau pengeluaran 1
liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang berhubungan dengan
berat badan :
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah serta
tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan
sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko memgalami
resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
Batasan Karakteristik :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan
intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
ii.Jngn memberikan
suntikan/infuse pd lengan yang
sakit.
D. Implementasi (Penatalaksanaan)
1. Kekurangan volume cairan
a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet.
b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang 1000 ml. Sore
800 ml dan malam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang adekuat
Mencatat asupan dan haluaran.
d. Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam.
e. Memantau haluaran cairan 1000- 1500 ml/24 jam. Memantau berat jenis urine.
2. Kelebihan volume cairan
a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan.
b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.
c. Menganjurkan klien untuk:
1) Menghindari makanan gurih,makanan kaleng,dan makanan beku.
2) Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma
3) Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll.
d. Mengkaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang
mengantung.
e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung,bila
memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi).
f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:
1) Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.
2) Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.
3) Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.
4) Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban
berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, memyentuh kompor
gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan.
5) Melindungi kulit yang edema dari cidera
6)
E. Tindakan Keperawatan
1) Posisi pemasangan
2) Posisi dan patency tube/selang
3) Tinggi botol infus
4) Kemungkinan adanya infiltrat
e. Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan.
Prosedurnya :
1) Siapkan botol yang baru.
2) Klem selang.
3) Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru.
4) Gantungkan botol.
5) Buka klem dan hitung kembali tetesan.
6) Pasang label.
7) Catat tindakan yang dilakukan.
f. Mengganti selang infus
Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya :
a. Hemofilik : terjadi apabila aglutinogen dengan anti aglutinin dengan tipe sama
bertemu.
b. Febris : karena adanya kontaminasi pada darah atau sensitivitas dari sel darah
putih.
c. Reaksi alergi : biasanya karena adanya antibody pada plasma donor.
Risiko transfusi yang utama adalah transfusi penyakit hepatitis, AIDS, dsb.
RUANGAN : RINRA I
1. IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Tn. R
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 21 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Belum menikah
f. Pekerjaan : Buruh
g. Pendidikan Terakhir : SMA
h. Alamat : Jl. Tanjung Merdeka
i. No. CM : 286892
j. Diagnostik Medis : Susp. DBD Tipoid+Disposia
PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 55 tahun
c. Pekerjaan : IRT
d. Alamat : Jl. Tanjung Merdeka
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama :
Pasien mengatakan merasa nyeri pada ulu hati, sakit kepala, merasa lemas dan BAB
lebih dari 10x dalam sehari
2) Kronologi penyakit saat ini
Pasien mengatakan awalnya hanya merasa sakit pada ulu hati dan sakit kepala lalu
sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami diare dan merasa
sangat lemas sehingga memutuskan untuk masuk rumah sakit.
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Tidak dapat beraktivitas seperti biasa karena pasien merasa lemas dan pusing, dan
4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan Kesehatan
Pasien berharap mendapat perawatan yang terbaik sehingga dapat segera sembuh
dari penyakitnya.
sedikit
c. Istirahat : Pasien sebelum sakit tidur jam 8 malam, lamanya ± 8 jam, tidur
pasien nyenyak, selama sakit pasien kurang tidur hanya ± 4 jam
karena selalu merasa nyeri dan lemas
d. Eliminasi : sebelum sakit pasien bisa BAK 3-4x/hari, setelah sakit klien BAK
Sebelum sakit klien BAB 1x/hari biasanya pada pagi hari, tapi saat
sakit klien bab 5x/hari dengan tekstur encer dan sedikit ampas
Hubungan Sosial :
1) Apakah klien mempunyai teman dekat? (Iya)
2) Siapa yang dipercayai klien? (kedua orang tuanya)
3) Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat? (tidak)
4) Apakah pekerjaan klien sekarang? Apakah sesuai kemampuan? (klien
bekerja sebagai buruh)
Spiritual :
a. Apakah klien menganut satu agama? (Iya)
b. Saat ini apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah?
(tidak)
c. Bagaimana hubugan antara manusia dan tuhan dalam agama klien?
(Habluminannas wa Habluminallah)
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. KEADAAN UMUM
1) KU : Pasien tampak lemah
2) Tanda – tanda vital
TD: 90/60mmhg
N: 80x/menit
S: 38,9o c
P: 20x/menit
3) Pertumbuhan fisik: TB,BB,postur tubuh.
BB :sebelum sakit 68 kg, setelah sakit 65 kg
TB : 173 cm
4) Keadaan kulit: Baik, tidak ada lesi. warna tekstur : Kuning langsat, kelainan
kulit : tidak ada
b. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL
a. Kepala
1) Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambur.
(Kepala simetris tidak ada kelainan bentuk dan ukuran kepala, keadaan kulit
tidak ada lesi pada kulit kepala bersih, rambut sebagian beruban tidak ada
kerontokan pada rambut)
2) Mata,: kebersihan, penglihatan, pupil, rflek, sklera, konjungtiva
(Mata bersih tidak ada kotoran pada mata, pengelihatan kabur, pupil isokor,
sklera berwarna putih, dan konjungtiva berwarna merah muda)
3) Telinga: bentuk, kebersihan, sekret, fungsi dan nyeri telinga?
(Bentuk simetris kiri dan kanan, terdapat secret, fungsi pendengaran baik
tidak ada gangguan pendengaran serta tidak ada nyeri pada telinga)
4) Hidung: fungsi, polip, sekret, nyeri?
(Hidung bersih tidak terdapat secret, tidak ada polip, dan tidak ada nyeri tekan
pada daerah hidung)
5) Mulut: membrane mukosa tampak kering, tidak ada bau nafas, letak gigi rapi
kondisi gigi baik.
6) Leher
Bentuk, Gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening, tonsil, JVP, Nyeri
telan?
(Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada gangguan fungsi menelan dan nyeri menelan)
b. Dada
1) Inspeksi: Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada, pergerakan selama
pernafasan, jenis pernafasan?
(Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan bentuk dada. Tidak ada
retraksi otot dada dan pergerakan selama pernafasan normal)
2) Auskultasi: Suara pernafasan, Bunyi jantung, suara abnormal yang ditemuai
(Suara nafas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar dengan baik. Tidak
terdapat suara abnormal)
3) Perkusi: batas jantung dan paru? Duliness
c. Abdomen
1) Inspeksi: simetris?, contour, warna kulit, vena ostomy (Abdomen rata tidak
buncit, warna kulit gelap)
2) Auskultasi: Frekuensi dan intensittas peristaltic (Peristaltik usus 35x/menit
Bising usus hiperaktif)
3) )Perkusi: Udara, Cairan, massa/tumor? (Tidak ada)
Palpasi: tonus otot, kekenyalan, ukuran organ, massa, hernia, hepar, lien?
(Tidak dikaji)
d. Genetelia, Anus dan rectum
1) Inspeksi: warana, terpasang alat bantu, kelainan genetal, simpisis?
(Tidak terpasang alat bantu, tidak ada kelainan genital)
2) Palpasi: teraba penumpukan urine? (Tidak teraba penumpukan urine)
e. Ekstremitas
1) Atas: Ektermitas lengkap, jari lengkap tidak ada kelainan
2) Bawah: Ekstremitas lengkap, jari lengkap, tidak terdapat varises
Tonus otot :5 5
5 5
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
KLASIFIKASI DATA
A. DATA SUBJEKTIF :
1) Klien mengatakan merasa lemah
2) Klien/kram mengatakan nyeri bagian abdomen dan sakit kepala
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang timbul
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditekan
R : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
S : Klien Mengatakan nyeri skala 4
T : ± 30 menit
B. DATA OBJEKTIF :
1. BAB 5 kali dalam sehari
2. Tekstur feses cair dan tidak berampas
3. Frekuensi peristaltik meningkat yaitu 35 kali permenit
4. Bising usus hiperaktif
5. Klien tampak meringis
6. klien tampak gelisah
7. sulit tidur
8. Nafsu makan menurun
9. Volume urin menurun ± 400 ml
10. Tanda – tanda vital
TD: 90/60mmhg
N: 80x/menit
S: 38,9o c
P: 20x/menit
ANALISA DATA
DO:
1. BAB 5 kali dalam Absorbsi terganggu
sehari
2. Tekstur feses cair dan
tidak berampas Volume usus meningkat
3. Frekuensi peristaltik
meningkat yaitu 35
kali permenit Peningkatan frekuensi BAB
4. Bising usus hiperaktif
5. Klien tampak meringis
Hipertermi
4. Data Subjektif : Nyeri akut berhubungan Diare
dengan agen pencedera
Pasien mengatakan
fisiologis (infeksi) Iritasi usus halus
merasa pada ulu hati dan
sakit kepala
Pengeluaran mediator
P : Klien mengatakan
inflamasi
nyeri secara hilang
Nyeri akut
timbul
Q : Klien mengatakan
nyeri seperti ditekan
R : Klien mengatakan
nyeri pada ulu hati
S : Klien Mengatakan
nyeri skala 4
T : ± 30 menit
Data Objektif :
1. Klien tampak meringis
2. Frekuensi nadi
meningkat 90/60
mmhg
3. klien tampak gelisah
4. sulit tidur
5. Nafsu makan menurun
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Teknik Nafas dalam)
Kamis, 18 Diare Memonitor warna, volume, frekuensi, dan S : Pasien mengatakan BAB 1x
November berhubungan konsistensi tinja sehari
2021 dengan proses Hasil : warna : kekuningan, Frekuensi : 1xsehari, O:
infeksi Konsistensi : padat Warna feses : kekuningan
Frekuensi 1x sehari
Terapeutik: Konsistensi : padat
Memberikan cairan IV ringer laktat A : Masalah teratasi
Hasil : Telah diberikan Infus Rl 20 tts/menit P : pertahankan intervensi
Monitor warna, volume,
Edukasi: frekuensi, dan konsistensi tinja
Menganjurkan menghindari makanan pembentuk Berikan cairan IV ringer laktat
gas, pedas dan mengandung laktosa. Anjurkan menghindari makanan
Hasil :Klien mengerti dan mengindarinya pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa.
Kolaborasi: Kolaborasi:
Inj. ranitidine/ 12 J Inj. ranitidine/ 12 J
Inj. Meto C /12 J Inj. Meto C /12 J
Paracetamol /drips Paracetamol /drips
Ciprofloxacin 2x1 Ciprofloxacin 2x1
Clobczan 1x1 Clobczan 1x1
Selasa, 16 Hipovolemia Memeriksa tanda dan gejala hipovelemia (mis. S : Pasien mengatakan masih merasa
November berhubungan Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, lemah
2021 dengan tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, O:
kehilangan turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, Ku : tampak lemah
cairan aktif haus, lemah) Nadi : 80 x/menit
Hasil : Td : 90/70 mmhg
KU : tampak lemah Turgor kulit : 6-8 % (sedang)
Nadi : 80 x/menit Mukosa tampak kering
TD : 90/70 mmHg Urine : ± 1000 ml
Turgor Kulit : 6-8% (sedang) A : masalah belum teratasi
Mukosa tampak kering P: lanjutkan intervensi
Periksa tanda dan gejala
Memonitor intake dan output cairan hipovelemia (mis. Frekuensi
Input nadi meningkat, nadi teraba
Infus : 1500 cc/24 jam lemah, tekanan darah menurun,
Minum : 1500 cc tekanan nadi menyempit, turgor
Makan : 200 cc kulit menurun, membrane
Output mukosa kering, haus, lemah)
BAB : 2000 cc Monitor intake dan output cairan
BAK : 1000 cc Hitung kebutuhan cairan
IWL kenaikan suhu Berikan asupan cairan oral
(10% x 3200) x (38 – 37) + (15x65) / 24 Jam Anjurkan memperbanyak cairan
= 320 x 1 + 975 / 24 jam oral
= 361 cc/jam Anjurkan menghindari posisi
Balance Cairan = 3200 – (3000 + 361) = -161 cc/24 mendadak
jam Kolaborasi pemberian cairan IV
Menghitung kebutuhan cairan isotonis RL
Hasil :500 x 20 = 10.000 = 20.8 (20 tpm)
8 x 60 480
Memberikan asupan cairan oral
Hasil : diberikan air mineral 1500 cc, rasa haus
berkurang
Menganjurkan memperbanyak cairan oral
Hasil : Klien mengerti dan memperbanyak minum
Menganjurkan menghindari posisi mendadak
Hasil : Klien mengerti dan tidak melakukannya
Penatalaksanaan pemberian cairan IV isotonis
RL
Hasil : Diberikan cairan RL 500 mg/8 jam, pasien
merasa lebih baik
Rabu, Hipovolemia Memeriksa tanda dan gejala hipovelemia (mis. S : Pasien mengatakan masih merasa
November berhubungan Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, lemah
2021 dengan tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, O:
kehilangan turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, Ku : tampak lemah
cairan aktif haus, lemah) Nadi : 80 x/menit
Hasil : Td : 100/70 mmhg
KU : tampak lemah Turgor kulit : 6-8 % (sedang)
Nadi : 80 x/menit Mukosa tampak kering
TD : 100/70 mmHg Urine : ± 1000 ml
Turgor Kulit : 6-8% (sedang) A : masalah belum teratasi
Mukosa tampak kering P: lanjutkan intervensi
1. Periksa tanda dan gejala
Memonitor intake dan output cairan hipovelemia (mis. Frekuensi
Input nadi meningkat, nadi teraba
Infus : 1500 cc/24 jam lemah, tekanan darah
Minum : 1500 cc menurun, tekanan nadi
Makan : 200 cc menyempit, turgor kulit
Output menurun, membrane mukosa
BAB : 1500 cc kering, haus, lemah)
BAK : 1000 cc 2. Monitor intake dan output
IWL kenaikan suhu cairan
(10% x 3200) x (38 – 37) + (15x65) / 24 Jam 3. Hitung kebutuhan cairan
= 320 x 1 + 975 / 24 jam 4. Berikan asupan cairan oral
= 361 cc/jam 5. Anjurkan memperbanyak
Balance Cairan = 3200 – (2500 + 361) = 339 cc/24 cairan oral
jam 6. Anjurkan menghindari posisi
Menghitung kebutuhan cairan mendadak
Hasil :500 x 20 = 10.000 = 20.8 (20 tpm) 7. Kolaborasi pemberian cairan
8 x 60 480 IV isotonis RL
Memberikan asupan cairan oral
Hasil : diberikan air mineral 1500 cc, rasa haus
berkurang
Menganjurkan memperbanyak cairan oral
Hasil : Klien mengerti dan memperbanyak minum
Menganjurkan menghindari posisi mendadak
Hasil : Klien mengerti dan tidak melakukannya
Penatalaksanaan pemberian cairan IV isotonis
RL
Hasil : Diberikan cairan RL 500 mg/8 jam, pasien
merasa lebih baik
Kamis, 18 Hypovolemia b.d Memeriksa tanda dan gejala hipovelemia (mis. S : Pasien mengatakan masih merasa
November kehilangan Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, lemah
2021 cairan secara tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, O:
aktif turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, Ku : tampak lemah
haus, lemah) Nadi : 80 x/menit
Hasil : Td : 100/70 mmhg
KU : tampak lemah Turgor kulit : 6-8 % (sedang)
Nadi : 80 x/menit Mukosa tampak kering
TD : 100/70 mmHg Urine : ± 1000 ml
Turgor Kulit : 6-8% (sedang) A : Masalah belum teratasi
Mukosa tampak kering P: Lanjutkan intervensi
1. Periksa tanda dan gejala
Memonitor intake dan output cairan hipovelemia (mis. Frekuensi
Input nadi meningkat, nadi teraba
Infus : 1500 cc/24 jam lemah, tekanan darah
Minum : 1500 cc menurun, tekanan nadi
Makan : 200 cc menyempit, turgor kulit
Output menurun, membrane mukosa
BAB : 1000 cc kering, haus, lemah)
BAK : 1000 cc 2. Monitor intake dan output
IWL kenaikan suhu cairan
(10% x 3200) x (38 – 37) + (15x65) / 24 Jam 3. Hitung kebutuhan cairan
= 320 x 1 + 975 / 24 jam 4. Berikan asupan cairan oral
= 361 cc/jam 5. Anjurkan memperbanyak
Balance Cairan = 3200 – (2000 + 361) = 839 cc/24 cairan oral
jam 6. Anjurkan menghindari posisi
Menghitung kebutuhan cairan mendadak
Hasil :500 x 20 = 10.000 = 20.8 (20 tpm) 7. Kolaborasi pemberian cairan
8 x 60 480 IV isotonis RL
Memberikan asupan cairan oral
Hasil : diberikan Air mineral 1500 cc, rasa haus pasien
berkurang
Menganjurkan memperbanyak cairan oral
Hasil : Klien mengerti dan memperbanyak minum
Menganjurkan menghindari posisi mendadak
Hasil : Klien mengerti dan tidak melakukannya
Penatalaksanaan pemberian cairan IV isotonis
RL
Hasil : Diberikan cairan RL 500 mg/8 jam, pasien
merasa lebih baik
Selasa 16 Hipertermi Manajemen hipertermia: S : Klien mengatakan merasa sudah
November berhubungan Observasi: lebih baik
2021 dengan proses 1. Memonitor suhu tubuh O:
infeksi Hasil : S:38,9oC S: 35,6oC
A : Masalah Teratasi
Terapeutik: P: Pertahankan intervensi
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian 1. Monitor suhu tubuh
Hasil: pasien hanya menggunakan sarung 2. Longgarkan atau lepaskan
3. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh pakaian
4. Melakukan pendinginan eksternal (misalnya 3. Basahi dan kipasi permukaan
selimut hipotermia/kompres dingin pada dahi, tubuh
leher, dada, abdomen dan aksila) 4. Lakukan pendinginan eksternal
Hasil: Pasien diberikan kompres dingin pada dahi, (misalnya selimut
leher dan aksila hipotermia/kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen dan
Edukasi: aksila)
5. Menganjurkan tirah baring 5. Menganjurkan tirah baring
Hasil: pasien mengerti dengan informasi yang 6. Kolaborasi pemberian terapi IV
diberikan 7. Kolaborasi pemberian antipiretik
Kolaborasi
6. Penatalaksanaan pemberian cairan IV
Hasil: telah diberikan cairan ringer laktat 500 ml
sebanyak 20 tts/menit
7. Penatalaksanaan pemberian antipiretik, yaitu
Paracetamol 3x1
Hasil: Demam menurun, suhu tubuh 35,6oC
Rabu 17 Hipertermi Manajemen hipertermia: S : Klien mengatakan merasa sudah
November berhubungan Observasi: lebih baik
2021 dengan proses 1. Memonitor suhu tubuh O:
infeksi Hasil : S:38oC S: 37,0oC
A : Masalah belum teratasi
Terapeutik: P: Pertahankan intervensi
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian 1. Monitor suhu tubuh
Hasil: pasien hanya menggunakan sarung 2. Longgarkan atau lepaskan
3. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh pakaian
4. Melakukan pendinginan eksternal (misalnya 3. Basahi dan kipasi permukaan
selimut hipotermia/kompres dingin pada tubuh
dahi,leher, dada, abdomen dan aksila) 4. Lakukan pendinginan eksternal
Hasil: Pasien diberikan kompres dingin pada dahi, (misalnya selimut
leher dan aksila hipotermia/kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen dan
Edukasi: aksila)
2. Menganjurkan tirah baring 5. Anjurkan tirah baring
Hasil: pasien mengerti dengan informasi yang 6. Kolaborasi pemberian terapi IV
diberikan 7. Kolaborasi pemberian antipiretik
Kolaborasi
3. Penatalaksanaan pemberian cairan IV
Hasil: telah diberikan cairan ringer laktat 500 ml
sebanyak 20 tts/menit
4. Penatalaksanaan pemberian antipiretik, yaitu
Paracetamol 3x1
Hasil: Demam menurun, suhu tubuh 37oC
Kamis, 18 Hipertermi Manajemen hipertermia: S : Klien mengatakan merasa sudah
November berhubungan Observasi: lebih baik
2021 dengan proses 1. Memonitor suhu tubuh O:
infeksi o
Hasil : S:37,7 C S: 37,2oC
A : Masalah belum teratasi
Terapeutik: P: Pertahankan intervensi
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian 1. Monitor suhu tubuh
Hasil: pasien hanya menggunakan sarung 2. Longgarkan atau lepaskan
3. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh pakaian
4. Melakukan pendinginan eksternal (misalnya 3. Basahi dan kipasi permukaan
selimut hipotermia/kompres dingin pada tubuh
dahi,leher, dada, abdomen dan aksila) 4. Lakukan pendinginan eksternal
Hasil: Pasien diberikan kompres dingin pada dahi, (misalnya selimut
leher dan aksila hipotermia/kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen dan
Edukasi: aksila)
5. Menganjurkan tirah baring 5. Anjurkan tirah baring
Hasil: pasien mengerti dengan informasi yang 6. Kolaborasi pemberian terapi IV
diberikan 7. Kolaborasi pemberian antipiretik
Kolaborasi
6. Penatalaksanaan pemberian cairan IV
Hasil: telah diberikan cairan ringer laktat 500 ml
sebanyak 20 tts/menit
7. Penatalaksanaan pemberian antipiretik, yaitu
Paracetamol 3x1
Hasil: Demam menurun, suhu tubuh 37,2oC
Selasa 16 Nyeri akut Observasi: S : Klien masih mengeluh nyeri pada
November berhubungan 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, lokasi, bagian ulu hati
2021 dengan agen durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri O:
pencedera Hasil : 1. Skala nyeri : 4
(inflamasi) Pasien mengatakan merasa pada ulu hati dan sakit kepala2. Klien nampak sesekali masih
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang timbul meringis
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditekan A : Masalah belum teratasi
R : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati P: Lanjutkan intevensi
S : Klien Mengatakan nyeri skala 4 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
T : ± 30 menit lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 4 (sedang) 3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan nyeri
memperingan nyeri 4. Berikan teknik nonfarmakologis
Hasil :Klien mengatakan nyeri berkurang saat tidak untuk mengurangi rasa nyeri
terlalu bergerak Aromatherapy (minyak kayu
putih)
Terapeutik: 5. Kontrol lingkungan yang
1. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk memperberat rasa nyeri
mengurangi rasa nyeri, yaitu Aromatherapy 6. Jelaskan penyebab, periode dan
(minyak kayu putih) pemicu nyeri
Hasil: Klien mengatakan masih merasa nyeri 7. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa 8. Kolaborasi pemberian obat
nyeri analgetik
Hasil: klien mengatakan nyeri berkurang jika Program terapi:
lingkungan disekitarnya tidak berisik 1. Inj. ranitidine/ 12 J
2. Inj. Meto C /12 J
Edukasi: 3. Ciprofloxacin 2x1
3. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 4. Clobczan 1x1
Hasil : Klien paham dengan yang dijelaskan
Kolaborasi:
5. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Hasil Program terapi:
1. Inj. ranitidine/ 12 J
2. Inj. Meto C /12 J
3. Ciprofloxacin 2x1
4. Clobczan 1x1
Rabu, 17 Nyeri akut Observasi: S : Klien masih mengeluh nyeri pada
November berhubungan 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, lokasi, bagian ulu hati
2021 dengan agen durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri O:
pencedera Hasil : 1. Skala nyeri : 3
(inflamasi) Pasien mengatakan merasa pada ulu hati dan sakit kepala2. Klien nampak sesekali masih
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang timbul meringis
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditekan A : Masalah teratasi
R : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati P: Lanjutkan intevensi
S : Klien Mengatakan nyeri skala 3 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
T : ± 30 menit lokasi, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 4 (sedang) 3. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
3. Mengidentifikasifaktor yang memperberat dan nyeri
memperingan nyeri 4. Berikan teknik nonfarmakologis
Hasil :Klien mengatakan nyeri berkurang saat tidak untuk mengurangi rasa nyeri
terlalu bergerak Aromatherapy (minyak kayu
putih)
Terapeutik: 5. Kontrol lingkungan yang
1. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk memperberat rasa nyeri
mengurangi rasa nyeri Aromatherapy (minyak 6. Jelaskan penyebab, periode dan
kayu putih) pemicu nyeri
Hasil: Klien mengatakan masih merasa nyeri 7. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
1. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa 8. Kolaborasi pemberian obat
nyeri analgetik
Hasil: klien mengatakan nyeri berkurang jika Program terapi:
lingkungan disekitarnya tidak berisik 5. Inj. ranitidine/ 12 J
6. Inj. Meto C /12 J
Edukasi: 7. Ciprofloxacin 2x1
1. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 8. Clobczan 1x1
Hasil : Klien paham dengan yang dijelaskan
nutrisi-=dan-cairan.html.
Surakarta
PPNI. 2016. StandarDiagnosisKeperawatan Indonesia: Definisi dan IndikatorDiagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. StandarIntervensiKeperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. StandarLuaranKeperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tarwoto dan Wartowah. 2004. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.