Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun Oleh :
Arwin Hudawan
22.14901.15.30

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

I. Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


1.1 Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolism tubuh membutuhkan perubahan yang tetep dalam berespons terhadap
stressor fisiologi dan lingkungan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam
rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan, minuman dan cairan intravena
(IV) dan distribusikan ke seluruh tubuh.Kesimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lain. Dalam keadaan normal kebutuhan cairan adalah
35 cc/Kg BB/hr, namun bila dirata-ratakan kebutuhan intake (masukan) air pada
orang dewasa adalah ingesti liqual 1500cc,dari makanan 700cc,air dari oksidasi
200 cc sehingga totalnya menjadi 2400 cc/hari. Berikut merupakan kebutuhan air
berdasarkan umur dan berat badan (Aziz Alimul,2021)

Umur Jumlah Air dalam 24 Jam ml/kg berat badan


3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
2.1 Fisiologi Sistem Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Dalam tubuh air menempati posisi yang besar dimana terbagi menjadi dua:
1. Cairan Intraseluler (CIS) adalah cairan yang terdapat di dalam sel tubuh
dan menyusun sekitar 70% total cairan tubuh (TBW) CIS merupakan
tempat terjadinya aktivitas sel kimia.
2. Cairan Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh.CES meliputi cairan
intravaskuler (terdapat dalam ruang antar sel,plasma darah dan cairan
serebrospinal,limfe serta cairan rongga serosa serta sendi) dan cairan
transeluler.
Fungsi cairan tubuh :
1. Sebagai sarana transportasi dalam tubuh
2. Sebagai pelarut elektrolit dan non elektrolit
3. Sebagai bahan dalam metabolisme
4. Untuk membentuk struktur tubuh
5. Memelihara suhu tubuh
3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Cairan dan Elektrolit
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain:
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari 100ml/kgBB.
b. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml + 50ml/kgBB
c. Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kgBB
d. Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus
30-50ml/kgBB/hari
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udara
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan
serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan rentensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
4.1 Macam-Macam Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1. Hipovolemik
Hipovolemik adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointenstinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanismenya adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan
frekuensi jantung, kontruksi jantung dan tekanan nvaskuler), rasa haus,
pelepasan hormone ADH dan adosteron.
Gejala : Pusing, Lemah, Letih, Anoreksia, Mual, Muntah, Rasa Haus,
Gangguan mental, Konstipasi dan Oliguria, Penurunan TD, HR meningkat,
Suhu Tubuh Meningkat, Tugor Kulit Menurun, Lidah Terasa Kering dan Kasar,
Mukosa Mulut Kering. Tanda-tanda penurunan berat badan dengan akut, mata
cekung, pengosongan vena jugularis. Pada Bayi dan Anak adanya penurunan
jumlah air mata.Pada Pasien syok tampak pucat,HR cepat dan halus.Hipotensi
dan Oliguri
2. Diare
Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering
dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan
gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau
lender (Riskesdas, 2013). Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan
diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.

Faktor penyebab diare, antara lain :


a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,


Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-
lain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida albicans)

2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan


seperti: otitis media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun.

b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.


d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi
3. Hipervolemia
Kelebihan cairan/ Hipervolemia dapat terjadi bila natrium dari air keduanya tertahan denga proporsi yang
kira-kira sama dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ekstraseluler, maka cairan akan
berpindah ke komponen cairan intersitial sehingga menyebabkan edema.
Etiologi :
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kornis pada ginjal untuk menahan natrium dan air
2) Fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Keebihan pemberian cairan intravena (IV)
4) Perpindahan interstisial ke plasma.
Patofisologis :
Terjadi apabila adanya peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload
cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan. Tanda dan gejala
yang dapatkan pada klien hipervolemia antara lain : sesak nafas dan ortopnea. Hipervolemia dapat
menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.

II. Rencana Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kebututuhan Cairan dan Elektrolit
2.1 Pengkajian

2.1.1 Riwayat keperawatan

a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.

1) Keluhan Utama

Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB
< 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/
sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari
maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14
hari atau lebih adalah diare persisten (Nursalam, 2008)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
f.Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine
normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau
sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nursalam, 2008).

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih sering terjadi
pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4
minggu terakhir, sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien.
Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya
seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
b. Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik),
makanmakanan basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan
penyebab diare.

c. Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol
susu, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan
saat menjamah makanan.

d. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya,
selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis,
bronkopneumonia, dan ensefalitis (Nursalam, 2008).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menular ke
anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin kebersihannya
yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga melakukan perjalanan ke daerah
tropis (Nursalam, 2008; Wong, 2008).

5) Riwayat Nutrisi

Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:

a. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare
dan infeksi yang serius.
b. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol
atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.

c. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada
dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa minum (Nursalam, 2008).

2.1.2 Pemeriksaan Fisik : Data Fokus

a. Keadaan umum

a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar


b) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar

b. Berat badan

Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
biasanya mengalami penurunan berat badan, sebagai berikut:

Tabel
Persentase Kehilangan Berat Badan
Berdasarkan Tingkat Dehidrasi

% Kehilangan Berat Badan


Tingkat Dehidrasi Bayi Anak
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)

Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)

Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)


Sumber: Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Nursalam, 2008.
c. Kepala

Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung
d. Mata

Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan
apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
e. Hidung

Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak ada
pernapasan cuping hidung.

f. Telinga

Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.

g. Mulut dan Lidah

1. Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah


2. Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
3. Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering

h. Leher

Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan pada kelenja
i. Thorak
1. Jantung
a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
b) Auskultasi

Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi ringan atau
sedang denyut jantung pasien normal hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat
biasanya pasien mengalami takikardi dan bradikardi.

2. Paru-paru

a. Inspeksi

Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi ringan


pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi berat pernapasannya
dalam.

3. Abdomen

a. Inspeksi

Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.


b. Palpasi

Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare
dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.

c. Auskultasi

Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat

4. Ektremitas

Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral teraba
hangat.
5. Genitalia

Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjanng

(a) Endoskopi

(1) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai mengalami
penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika pasien mengalami mual dan muntah.

(2) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan segar melalui
rektum.

(3) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika pada pemeriksaan
feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk menyingkirkan kanker.

(b) Radiologi

(1) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani kolonoskopi

(2) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami penyakit bilier atau
prankeas

(c) Pemeriksaan lanjutan

(1) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan mengidentifikasi
penyebab sekretorik dan osmotik dari diare.

(2) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan sampel feses
dan serologi (Emmanuel, 2014).
2.2 Diagnosa Keperawatan

Tabel 1
Intervensi Keperawatan Pada Pasien Diare

No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervesi Keperawatan


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi:
dengan: keperawatan selama…. Maka 1.Indetifikasi penyebab
-Proses Infeksi eliminasi fekal membaik, dengan diare
-Malabsorsi kriteria hasil : 2.Indetifikasi Riwayat
-Perubahan air dan pemberian makanan.
makanan 1.Konsistensi feses membaik 3. Monitor tanda dan
2. Frekuensi defekasi membaik gejala hipovolemia.
Dibuktikan dengan: 3. Peristaltik usus membaik 4.Monitor Jumlah
-Defekasi ≥3 kali dalam 4. Nyeri/Kram Abdomen pengeluaran diare.
24 jam menurun
-Feses lembek/cair Terapeutik:
-Nyeri/Kram Abdomen 1.Berikan asupan cairan
-Bising Usus Hiperaktif oral
2.Berikan Cairan
Intravena
3.Ambil sample darag
untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit.
4. Ambil sample feses
untuk kultur jika
diperlukan

Edukasi :
1.Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
2. Anjurkan melakukan
pemberian ASI

Kolaborasi :
1. Kolaborasi Pemberian
Obat.

2 Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Observasi:


berhubungan dengan: keperawatan selama…maka 1.Monitor status cairan
-Kehilangan cairan aktif status cairan membaik dengan 2.Monitor status
-Kekurangan Intake kriteria hasil: kardiopulmonal
Cairan 3.Monitor status
-Peningkatan 1.Turgor Kulit Meningkat oksigenisasi
Permeabilitas Kapiler 2.Output urine meningkat 4.Periksa tingkat
3.Frekuensi nandi meningkat kesadaran
Dibuktikan dengan: 4.Membran mukosa membaik
-Frekuensi Nadi 5.Suhu tubuh membaik Terapeutik:
Meningkat 6.Berat Badan membaik 1. Pertahankan jalan nafas
-Nadi terasa lemah 2.Berikan oksigen
-Membran mukosa 1. 3.Pasang Kateter Urine
kering untuk produksi urine
-Volume urine menurun
- Suhu tubuh Edukasi :
menigkatan 1.Anjurkan makan porsi
-BB tiba tiba turun kecil dan sering secara
bertahap

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan infus kristaloid 20
ml/Kg/bb
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Observasi:
berhubung dengan : keperawatan selama…. Maka 1.Indentifikasi status
-Ketidakmampuan status nutrisi membaik, dengan nutrisi
menelan makanan kriteria hasil : 2.Indentifikasi makanan
-Ketidakmampuan yang disukai
mencerna makanan 1.Porsi makan meningkat 3.Monitor Asupan
2.Sariawan menurun makanan
Dibutuhkan dengan: 3.Diare menurun 4.Monitor Berat Badan
-Nafsu makan menurun 4.Nafsu makan membaik 5.Monitor Hasil
-Membran mukosa 5.Membran mukosa membaik Laboratorium
pucat
-Sariawan Edukasi :
-Diare 1.Anjurkan makan porsi
kecil dan sering secara
bertahap

Kolaborasi :
1. Kolaborasi intalasi gizi
jika di butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

 Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.”Standar Diagnosis Keperwatan


Indonesia”.Jakarta Selatan: Dewan pengurus Pusat persatuan perawat Nasional
Indonesia
 Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018”Standar Luaran Keperawatan Indonesia”.Jakarta
Selatan: Dewan pengurus Pusat persatuan perawat Nasional Indonesia
 Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018”Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia”.Jakarta Selatan: Dewan pengurus Pusat persatuan perawat Nasional
Indonesia
 Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan
anak. Jakarta : Salemba Medika
 Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan : definisi & klasifikasi. 2009-
2011. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai