“OKSIGENISASI”
Disusun Oleh :
Kelas: A3
Oksigenasi dan perfusi yang tidak adekuat meningkatkan risiko situasi kegawatan
yang mengancam hidup klien. Henti jantung merupakan penghentian curah jantung dan
sirkulasi secara tiba-tiba. Saat hal tersebut terjadi, jaringan tidak menerima suplai oksigen
ataupun menghantarkan karbon dioksida, metabolisme jaringan menjadi anerobik, dan
terjadi asidosis respiratorik dan metabolik. Kerusakan permanen jantung, otak, dan
jaringan lain terjadi dalam waktu 4-6 menit. Saat henti jantung terjadi, perawat harus
melakukan keterampilan bantuan hidup dasar dan / atau lanjut (Noviestari, Enie & dkk,
2015).
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh bersama
dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur yang
diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti
pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh,
pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak
oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme
tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Proses Oksigenasi
Proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pernapasan eksternal dan
pernapasan internal. Pernapasan eksternal adalah proses pertukaran gas secara
keseluruhan antara lingkungan eksternal dan pembuluh kapiler paru (kapiler pulmonalis),
sedangkan pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara pembuluh darah
kapiler dan jaringan tubuh (Saputra, 2013).
Tercapainya fungsi utama dari sistem pernapasan sangat tergantung dari proses
fisiologi sistem pernapasan itu sendiri yaitu ventilasi pulmonal, difusi gas, transfortasi
gas serta perfusi jaringan. Keempat proses oksigenasi ini didukung oleh baik atau
tidaknya kondisi jalan napas, keadaan udara di atmosfir, otot-otot pernapasan, fungsi
sistem kardiovaskuler serta kondisi dari pusat pernapasan (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Sel di dalam tubuh sebagian besarnya memperoleh energi melalui reaksi kimia
yang melibatkan oksigenasi dan pembuangan karbondioksida. Proses Pertukaran gas dari
pernapasan terjadi di lingkungan dan darah (Ernawati, 2012).
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan
respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh
mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan
karbondioksida (Peate and Nair, 2011).
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan
bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem
pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).
a) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam
sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di hidung
bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago yang
terbungkus oleh otot dan kulit.
Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi : (1)
menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi
stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik
resonansi yang besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan
sebagai ruang yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior
pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra
and Derrickson, 2014).
b) Faring
Faring atau tenggorokan adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm.
Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka
yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka
kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk
udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat
bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra and Derrickson,
2014).
c) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid, epiglotis,
dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis
melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar melewati
esofagus (Peate and Nair, 2011).
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara
dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga
dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus
untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor
iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk kembali keatas
(Peate and Nair, 2011).
e) Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri,
yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-
masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak
jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan
sebutan bronchiole (Sherwood, 2010).
f) Paru-Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus
di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat
ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-masing
paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral
pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi
paru itu sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini
mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu
sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura 8 visceral dan parietal melekat
satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah (Peate and Nair, 2011).
Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu
respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses
metabolism intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah
serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran oksigen dan karbondioksida antara
lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh (Sherwood, 2014).
Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu: Ventilasi
pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari paru Respirasi eksternal –
bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi darah dan karbondioksida berdifusi
dari darah ke paru Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari
paru ke jaringan tubuh atau sebaliknya Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim
ke sel tubuh dan karbondioksida diambil dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem Respirasi
A. Saraf Otonomik
C. Faktor Lingkungan
1. Perilaku.
2. Obesitas.
3. Aktivitas.
1. Faktor Fisiologis
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses
oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh
seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronis.
3. Faktor Perkembangan
4. Faktor Perilaku
1. Flu
Flu disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi hidung, tenggorokan, dan
paru-paru. Virus penyebab gangguan respirasi ini dapat menyebar melalui udara, benda
yang telah terkontaminasi, maupun kontak fisik dengan penderita flu. Flu dapat dicegah
dengan melakukan beberapa langkah pencegahan, seperti mencuci tangan secara rutin,
tidak menyentuh wajah, dan menjauhi keramaian.
2. Faringitis
3. Laringitis
Gangguan respirasi lainnya adalah laringitis, yaitu peradangan yang terjadi pada
laring atau pita suara. Keluhan ini umumnya disebabkan oleh penggunaan laring yang
berlebihan, iritasi, atau infeksi. Gejala yang ditunjukkan laringitis biasanya berupa sakit
tenggorokan, batuk, demam, suara serak, hingga kehilangan suara.
4. Asma
5. Bronkitis
Bronkitis terjadi ketika saluran yang membawa udara ke paru-paru atau bronkus
mengalami peradangan. Akibatnya, gangguan respirasi ini menyebabkan penderitanya
batuk berdahak. Selain batuk berdahak, gejala yang menyertai bronkitis adalah dada
sesak, dahak berwarna kuning atau hijau, hingga demam.
6. Emfisema
Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada
alveolus, yaitu kantong udara kecil pada paru-paru. Gangguan respirasi ini lebih sering
dialami oleh perokok aktif. Penderita emfisema dapat mengalami gejala batuk kronis dan
sesak napas, bahkan saat berolahraga ringan atau menaiki tangga.
7. Pneumonia
8. Kanker paru-paru
Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker paling berbahaya dengan
angka kematian yang tinggi. Baik perokok aktif maupun pasif berisiko tinggi
terkena kanker paru-paru. Oleh karena itu, untuk mencegah kanker paru-paru, Anda
disarankan agar berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok
(https://www.alodokter.com/gangguan-yang-biasa-menimpa-sistem-respirasi, diaskes
tanggal 29 September 2021, pukul 01.00 WIB).
MK :
MK : Ketidakefektifan
Ketidakefektifan
Pola Nafas
Bersihan Jalan Penurunan asupan O2
hipoksemia
MK : Gangguan Kompensasi tubuh
14
Pertukaran gas dengan peningkatan RR
A. Rencana Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut Lyer et al (1996, dalam Setiadi,
2012). Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya (Manurung, 2011). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut Effendy (1995,
dalam Dermawan, 2012).
A. Biodata
1. Identitas Klien:
Nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, No Medrec, Diagnosa
medis.
2. Identitas Penanggung Jawab:
Nama penanggung jawab, hubungan dengan klien, alamat.
B. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Keluhan saat dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan klien sejak timbulnya gejala (sebelum masuk RS) dan
penanganan yang dilakukan dirumah dan di RS sampai dengan menjadi kasus
kelolaan.
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita, terutama yang berhubungan dengan
penyakit sekarang.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Catat riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit yang diderita saat
ini. Apakah ada predisposisi genetik terhadap penyakit yang diderita saat ini atau
perilaku yang didapat (memiliki kepribadian tipe A, gaya hidup yang penuh
stress).
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran:
- Kualitatif : Compos Mentis, apatis, Somnolent, Sopor, Soporocomatus, Coma.
- Kuantitatif : GCS.
b. Tanda-tanda Vital :
- Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu.
2. Data Fisik (Head to Toe) atau Persistem, metode: inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala, warna rambut, texture, distribusi rambut, hygiene, lesi, massa.
b. Mata
Pupil, sclera, kongjungtiva, bentuk, secret, fungsi penglihatan, pergerakkan bola
mata.
c. Hidung
Bentuk, secret, massa abnormal, fungsi penciuman, pernafasan, cuping hidung.
d. Telinga
Bentuk, ukuran warna, lesi, curemen, fungsi pendengaran.
e. Mulut
Bentuk, mukosa oral, gigi, lidah, pharyng, uvula tonsil, refleks, hygiene.
f. Leher
Peningkatan JVP, KGB, Tyroid, ROM.
g. Dada dan punggung
Bentuk simetris atau tidak, pergerakkan rongga dada.
h. Paru-paru
- Inspeksi : Bentuk, Pergerakkan, lesi
- Palpasi : Taktil Premitus
- Perkusi : Batas – Batas paru, Resonan/hiperesonan
- Auskultasi : Suara Paru (vesikuler, bronkhial, bronkhovesikuler) dan suara paru
tambahan.
i. Jantung
Bunyi, Iktus kordis, batas-batas jantung/pembesaran jantung.
j. Abdomen
Bentuk, turgor, distensi, peristaltic, ascites, kelainan organ dalam abdomen.
k. Genitalia
Bentuk, secret, hygiene.
l. Anus
Lesi, haemoroid, hygiene m. Kulit Turgor, suhu, warna, teksture, lesi, hygiene.
3. Data Psiko- Sosial – Spiritual
1. Data Psikologis
a. Pengaruh penyakit terhadap psikologis.
b. Persepsi klien terhadap penyakit.
c. Harapan klien terhadap pelayanan keperawatan.
4. Data Sosial
a. Hubungan klien dengan orang lain (perawat/petugas kesehatan lain, klien lain,
keluarga, dan masyarakat).
b. Peran dan fungsi klien dalam keluarga/masyarakat.
5. Data Spiritual
Kegiatan keagamaan dan persepsi klien terhadap agama serta hubungannya
dengan kesehatan/keyakinan akan kesembuhan.
(1). Identitas
a) Umur
b) Alamat
Kondisi permukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu hal yang
penting dan perlu ditanya pada pasien dengan gangguan oksigenasi. Karena
gangguan kebutuhan oksigenasi sangat rentan dialami oleh mereka yang
bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh, rumah yang lembab akibat
kurang pencahayaan matahari, dan kurang adanya ventilasi.
c) Jenis Kelamin
a) Batuk
c) Dispnea
d) Hemoptysis
e) Mengi
Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan tentang riwayat penyakit
sejak timbulnya keluhan hingga pasien meminta pertolongan. Misal sejak kapan keluhan
dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan
hebatnya keluhan, dimana keluhan pertama kali timbul, apa yang dilakukan ketika
keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah
usaha untuk mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidak
usaha tersebut (Andarmoyo, 2012).
Mengungkapkan keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien saat
pengkajian dengan menggunakan metode PQRST. Metode ini meliputi hal-hal:
1) Mata
2) Hidung
3) Kulit
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
1. Data Subjektif:
a. Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b. Pasien mengeluh batu ktertahan
c. Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
d. Pasien merasa ada suara nafas tambahan
2. Data Objektif:
a. Pasien tampak tersengal sengal dan pernafasan dangkal
b. Terdapat bunyi nafas tambahan
c. Pasien tampak bernafas dengan mulut
d. Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafascuping hidung
e. Pasien tampak susah untuk batuk
1. Data Subjektif:
a. Pasien mengatakan nafasnya tersengal sengal dan dangkal
b. Pasien mengatakan berat saat bernafas
2. Data Objektif:
a. Irama nafas pasien tidak teratur
b. Orthopnea
c. Pernafasan disritmik
d. Letargi
3. Gangguan pertukaran gas;
1. Data Subjektif:
a. Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
b. Pasien mengeluh susah tidur
c. Pasien merasa lelah
d. Pasien merasa gelisah
2. Data Objektif:
Pemeriksaan Penunjang
(1) Laboratorium
Dengan pemeriksaan darah akan diketahui apakah infeksi muncul atau tidak.
(2) Terapi
Dengan terapi dapat diketahui pemberian terapi yang akan diberikan (Hidayat, A.
A, 2009).
Analisa Data
Setelah data terkumpul, data harus ditentukan validitasnya. Setiap data yang
didapat, kemudian dianalisis sesuai dengan masalah. Menentukan validitas data
membantu menghindari kesalahan dalam intrepetasi data (Hidayat, A. A, 2009).
Diagnosa Keperawatan
Ada beberapa batasan karakteristik seperti tidak ada batuk, suara nafas tambahan,
perubahan frekwensi nafas, perubahan irama nafas, sianosis, kesulitan berbicara atau
mengeluarkan suara, penurunan bunyi nafas, dipsneu, sputum dalam jumlah yang
berlebihan, batuk yang tidak efektif, orthopneu, gelisah, mata terbuka lebar (Nic, Noc,
Nanda, 2015).
Faktor yang Berhubungan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas : Dx. 1
2. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, mokus dalam jumlah berlebihan,
eksudat dalam jalan alveoli, materi asing dalam jalan nafas, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bertahan atau / sisa sekresi, dan sekresi dalam bronki.
3. Fisiologis : jalan nafas alergik, asma, penyakit paru obstruktif kronik, hiperplasi
dinding bronkial, infeksi, dan disfungsi neuromuskular (Nic, Noc, Nanda, 2015).
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/atau
eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler (Nic, Noc, Nanda, 2015).
Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut, hidung, dan secret
trakea.
- Pertahankan jalan nafas yang paten.
- Atur peralatan oksigenasi.
- Monitor aliran oksigen.
- Pertahankan posisi pasien.
- Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi.
- Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi.
Respiratory Monitoring
- Monitor rata-rata kedalaman, irama, dan
usaha respirasi.
- Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan
intercostal.
- Monitor suara nafas, seperti dengkur.
- Monitor pola nafas: bradipena, takipenia,
kussmaul. Hiperventilasi, Cheyne stokes,
blok.
- Catat lokasi trakea.
- Monitor kelelahan otot diafragma
(Gerakan paradoksis).
- Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan.
- Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi craklses dan ronkhi pada
jalan nafas utama.
- Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA