Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

Tugas pada Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah


PSIK Ners Reg A3

Koordinator Mata Kuliah :

Mujahidin, S. Kep, Ns, M. Kes

Disusun Oleh:

Ayu Fuji Lestari (22.14901.11.11)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIK BINA HUSADA PALEMBANG

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA

A. PENGERTIAN ASMA

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu,
jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan
mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk
terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran
napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
(Boushey, 2005; Bousquet, 2008)

B . ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ASMA

1. ANATOMI

Gambar 1. Anatomi sistem pernapasan


Gambar 2. Anatomi keadaan normal dan Asma Bronkhial

Organ Pernapasan

a) Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-
bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
b) Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang
(ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).

c) Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal dan
masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.

d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf
C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,
hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan
ikat yang dilapisi oleh otot polos.

e) Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat
pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk
paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8
cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan,
terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil
disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung
bronkioli lterdapat geembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.

f) Paru-paru
merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung
hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara,
O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru
ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan)

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo
dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru
kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen
yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah
segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan
yang bernama lobulus.

Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh
darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus,
bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus.
Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.

Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan
terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi
menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi
rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna
untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding
dada sewaktu ada gerakan bernapas.

2. FISIOLOGI ASMA

Proses terjadi

pernapasan

Gambar 3 Proses pernapasan

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara
masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian
CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh
melalui kapiler-kapiler vena pulmonali kemudian masuk ke serambi kiri jantung
(atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan- jaringan dan sel- sel), di
sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan
melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atriu dekstra)
menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis
ke jaringan paru- paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses
pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme
lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.

Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi


perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang
berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakhea,
sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam
laring, maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan
makanan tersebt dari laring.

Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan
napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama,
dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan.
Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung
(medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat
napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat
pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam
darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus
lalu mengerut datar.

Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian


mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang
dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik,
yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari
luar.

Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkos talimiring lagi)dan dengan demikian rongga dan dengan demikian rongga
dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau
pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu
pada orang-orang muda dan pada perempuan.

Pernapasan perut, ika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan
pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang rawannya tidak begitu lembek
dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan
banyak ditemukan pada laki-laki.

C. ETIOLOGI ASMA

Etiologi Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
a. Asma ekstrinsik / alergi 12 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Asma yang disebabkan oleh
alergen yang diketahui masanya sudah terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein,
serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.
b. Asma instrinsik / idopatik Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi
adanya faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi sering memicu
serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun setelah menderita infeksi sinus.
c. Asma campuran Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.
3. Klasifikasi Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat penyakit, antara
lain :
a. Tahap I : Intermitten Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu
2) Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa
hari 3) Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
4) Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode eksaserbasi
5) PEF atau FEV1 : ≥ 80% dari prediksi Variabilitas < 20% 13 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
6) Pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol : Obat untuk mengurangi gejala intermitten
dipakai hanya kapan perlu inhalasi jangka pendek β2 agonis
7) Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid oral mungkin
dibutuhkan.
b. Tahap II : Persisten ringan Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :
1) Gejala ≥ 1 kali seminggu tetapi < 1 kali sehari
2) Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
4) PEF atau FEV1 : > 80 % dari prediksi Variabilitas 20-30%
5) Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol : Obat-obatan pengontrol serangan harian
mungkin perlu bronkodilator jangka panjang ditambah dengan obat-obatan antiinflamasi (terutama
untuk serangan asma malam hari.
c. Tahap III : Persisten sedang Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala harian
2) Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
4) Pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
5) PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi Variabilitas > 30% 14 Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
6) Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol : Obat-obatan pengontrol
serangan harian inhalasi kortikosteroid bronkodilatorjangka panjang (terutama untuk serangan
asma malam hari)
d. Tahap IV : Persisten berat Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala terus-menerus
2) Gejala eksaserbasi sering
3) Gejala serangan asma malam hari sering
4) Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
5) PEF atau FEV1 : ≤ 60% dari prediksi
6) Variabilitas > 30% 4. Faktor Risiko Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh

D. MANIFESTASI KLINIS ASMA

Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing)
telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan
satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.

Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :

a. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan
khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita
terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.

b. Asma tingkat II

Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi
dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah
sembuh dari serangan asma.

c. Asma tingkat III

Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes
fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila
pengobatan dihentikan asma akan kambuh.

d. Asma tingkat IV

Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan
sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.

Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin banyak antara
lain :

i. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus


ii. Sianosis
iii. Silent Chest
iv. Gangguan kesadaran
v. Tampak lelah
vi. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
e. Asma tingkat V

Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa serangan asma
yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada
dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan
nafas ke kondisi normal

E. KLASIFIKASI ASMA

1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :

a. Asma bronkhiale

Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang
berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara
sepontan atau setelah mendapat pengobatan

b. Status asmatikus

Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional (Smeltzer, 2001).
status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon terhadap
dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).

Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi
ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi
pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi
alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin
besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda
bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).

c. Asthmatic Emergency

Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian

2. Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)

a. Asma ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi
penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.

b. Asma intrinsik

Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari
allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk seperti
klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma berdasarkan
beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:

c. Asma Intermiten (asma jarang)


 gejala kurang dari seminggu
 serangan singkat
 gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
 FEV 1 atau PEV > 80%
 PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30%

d. Asma mild persistent (asma persisten ringan)


 gejala lebih dari sekali seminggu
 serangan mengganggu aktivitas dan tidur
 gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
 FEV 1 atau PEV > 80%
 PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%

e. Asma moderate persistent (asma persisten sedang)


 gejala setiap hari
 serangan mengganggu aktivitas dan tidur
 gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
 FEV 1 tau PEV 60% – 80%
 PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%

f. Asma severe persistent (asma persisten berat)


 gejala setiap hari
 serangan terus menerus
 gejala pada malam hari setiap hari
 terjadi pembatasan aktivitas fisik
 FEV 1 atau PEF = 60%
 PEF atau FEV variabilitas > 30%

3. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat
serangan asma yaitu: (GINA, 2006)

a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat, bisa
berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih
suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang
terdengar pada saat inspirasi
lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar
tanpa stetoskop
c. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak terdengar
mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang penderita asma
persisten (asma berat) dapat mengalami serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat
mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas
yangdapatmenyebabkankematian.

F. PATHWAY ASMA
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum ditemukan :

 Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
 Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-
cabang bronkus
 Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
 Terdapatnya neutrofil eosinophil

2) Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat
meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma

 Gas analisa darah

Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2
maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk.

 Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
 Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
 seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
 Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.

3) Foto rontgen

Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran
rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:

 Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah


 Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.
 Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.

4) Pemeriksaan faal paru


 Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan
sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan
tekanan sistolik.
 Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma,
FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.

5) Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan
disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :

 Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi
searah jarum jam
 Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
 Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya
relative
H. TINDAKAN UMUM YANG DILAKUKAN
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik.

1. Penobatan non farmakologik


a. Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma
sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara
benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.

b. Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.

c. Fisioterapi

Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan
dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta

Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan
pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent,
metrapel ).

b. Metil Xantin

Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta
agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg
empatkali sehari.

c. Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan
kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800
empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping
maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin

Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2
kapsul empat kali sehari.

e. Ketotifen

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat
diberikan secara oral.

f. Iprutropioum bromide (Atroven)

Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.

3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus


a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka
drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
PROSES KEPERAWATAN ASMA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASMA

1) Pengkajian Primer Asma


a. Airway
 Peningkatan sekresi pernafasan
 Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing

b. Breathing
 Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
 Menggunakan otot aksesoris pernafasan
 Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis

c. Circulation
 Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
 Sakit kepala
 Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
 Papiledema
 Urin output meurun

d. Dissability

Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan
memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

2) Pengkajian Sekunder Asma


a. Anamnesis

Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi
baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada
gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.

Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma
bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas.
Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba
dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang
berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik

Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :

1. Status kesehatan umum

Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan
darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan
sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.

2. Integumen

Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan,
mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria
atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.

3. Thorak
a. Inspeksi

Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi
peranfasan.

b. Palpasi.

Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.

c. Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar
dan rendah.

d. Auskultasi.

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih
dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c. Sistem pernafasan

1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi
produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih
tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi
kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga
dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
 Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu
napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.

d. Sistem kardiovaskuler

1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat


2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
 Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih
dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada
asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ASMA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubunga dengan peningkatan produksi secret

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak effektifan jalan nafas


3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kuragnya
informasi
C. RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan Rencana Keperawatan


Keperawatan (SMART)
1 bersihan jalan nafas NOC:  Berikan O2
 Respiratory status :  Anjurkan pasien untuk istirahat
tidak efektif
Ventilation dan napas dalam
berhubungan dengan  Respiratory status : Airway  Posisikan pasien untuk
patency memaksimalkan ventilasi
peningkatan produksi
 Aspiration Control  Lakukan fisioterapi dada jika
secret di tandai dengan : Setelah dilakukan tindakan perlu
keperawatan selama 3 hari  Keluarkan sekret dengan batuk
pasien mengatakan
pasien menunjukkan atau suction
sesak dan batuk keefektifan jalan nafas  Auskultasi suara nafas, catat
dibuktikan dengan kriteria hasil adanya suara tambahan
: Monitor status hemodinamik
 Mendemonstrasikan batuk  Berikan pelembab udara Kassa
efektif dan suara nafas yang basah NaCl Lembab
bersih, tidak ada sianosis  Berikan antibiotik :
dan dyspneu (mampu  Atur intake untuk cairan
mengeluarkan sputum, mengoptimalkan
bernafas dengan mudah, keseimbangan.
tidak ada pursed lips)  Monitor respirasi dan status
 Menunjukkan jalan nafas O2
yang paten (klien tidak
 Pertahankan hidrasi yang
merasa tercekik, irama
adekuat untuk mengencerkan
nafas, frekuensi pernafasan
sekret
dalam rentang normal, tidak
 Jelaskan pada pasien dan
ada suara nafas abnormal)
keluarga tentang penggunaan
 Mampu mengidentifikasikan
peralatan : O2, Suction,
dan mencegah faktor yang
Inhalasi.
penyebab.
 Saturasi O2 dalam batas
normal
Foto thorak dalam batas normal
2 Gangguan pola tidur NOC: NIC :
 Anxiety Control Sleep Enhancement
berhubungan dengan - Determinasi efek-efek
 Comfort Level
ketidak effektifan jalan  Pain Level medikasi terhadap pola
 Rest : Extent and Pattern tidur
nafas . - Jelaskan pentingnya tidur
 Sleep : Extent ang Pattern
Setelah dilakukan tindakan yang adekuat
keperawatan selama 3 hari - Fasilitasi untuk
gangguan pola tidur pasien mempertahankan aktivitas
teratasi dengan kriteria hasil: sebelum tidur (membaca)
 Jumlah jam tidur dalam - Ciptakan lingkungan yang
batas normal nyaman
 Pola tidur,kualitas dalam - Kolaburasi pemberian obat
batas normal tidur
 Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
 Mampu mengidentifikasi
hal-hal yang meningkatkan
tidur

3 Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Jelaskan / kuatkan penjelasan


keperawatan selama 3 hari proses penyakit individu.
tentang proses
pasien teratasi dengan: b)Instruksikan / kuatkan
penyakitnya Kriteria hasil : rasional untuk latihan napas,
a)Menyatakan pemahaman batuk efektif dan latihan kondisi
berhubungan dengan
kondisi / proses penyakit dan umum.
kurangnya informasi tindakan. c) Anjurkan menghindari
b)Mengidentifkasi hubungan agen sedatif antiansietas
tanda / gejala yang ada dari kecuali diresepkan /
proses penyakit dan diberikan oleh dokter
menghubungkan dengan faktor mengobatai kondisi
penyebab. pernapasan.
d) Tekankan pentingnya
perawatan oral / kebersihan
gigi. e)Diskusikan faktor
individu yang meningkatkan
kondisi, misal : udara terlalu
kering, angin, lingkungan
dengan suhu ekstrim, serbuk,
asap tembakau, sprei aerosol,
polusi udara, dorong klien /
orang terdekat untuk mencari
cara mengontrol faktor ini dan
faktor di rumah

DAFTAR
PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:

EGC Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management
and Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit
Dalam, FKUI/RSCM

Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Sagung Seto
LAPORAN KASUS ASMA PADA Nn”A”

Tugas pada Mata Kuliah Keperawatan


Medikal Bedah PSIK Ners Reg A3

Koordinator Mata Kuliah :

Mujahidin, S. Kep, Ns, M. Kes

Disusun Oleh:

Ayu Fuji Lestari

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIK BINA HUSADA

PALEMBANG 2021
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

NamaMahasiswa : Fera permatasari


Semester/Tingkat: Semester 1/ Ners
TempatPraktek : RS. BUNDA
TanggalPengkajian: 26 Oktober
2022

DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. NamaInisialKlien : An. A
2. Umur : 5 Tahun
3. Alamat : Jln. Srijaya Negara lr. Setiawan no.2 asrama brimob
4. Agama : Islam
5. TanggalMasukRS/RB: 26 oktober 2022
6. NomorRekamMedis:
7. Bangsal 506

- Polahidup (konsumsi/alkohol/olahraga, dll) :


Pasien tidak mengkonsumsi alcohol

PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

1. HEALTH PROMOTION
a. KesehatanUmum :
- Alasan masuk rumah sakit :
Pasien datang ke IGD pada tanggal 21 oktober 2021 pukul 22.00
WIB bersama ibu. Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk serta
terasa dilehernya seperti ada dahak

- Tekanan darah: 110/70 mmHg


- Nadi 80
- Suhu : 36,3 C
- Respirasi :24x/m
b. Riwayat masalalu (penyakit, kecelakaan, dll) :
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu

c. Riwayat pengobatan
NamaObat/Jamu Dosis Keterangan
1. symbicot 1 2*1
2. bantec 1 Kp

d. Kemampuan mengontrol kesehatan :


- Yang dilakukan bila sakit : pasien mengatakan jika sesak atau
batuknya kambuh, yang di lakukan yaitu minum obat

e. Faktor social ekonomi (penghasilan/asuransikesehatan, dll) : biaya


pengobatan di tanggung BPJS

f. Pengobatan sekarang :
No NamaObat Dosis Kandungan Manfaat
1. Cefotaxim 12 g Antibiotic Membunuh
bakteri
2. Dexamethason 30 mg kortikosteroid Meningkatkan
imun
3. Nebu 10 – 20 ml salbutamol Melegakan
saluran nafas
4.

g. Riwayat Imunisasi (pada anak) :


Jenis Ke-1 Ke-2 Ke-3
Imunisasi
BCG Umur : 1 bulan
Oleh : bidan
Komplikasi : tidak ada
Hepatitis B Umur : 0 bulan Umur : 1 Umur : 6 bulan
Oleh :perawat di bulan Oleh : bidan
rs Oleh : bidan Komplikasi :
Komplikasi : Komplikasi : tidak ada
tidak ada tidak ada
DPT Umur : 2 bulan Umur : 3 Umur : 4 bulan
Oleh : bidan bulan Oleh : bidan
Komplikasi : Oleh : bidan Komplikasi :
tidak ada Komplikasi : tidak ada
tidak ada
Polio Umur :`1 bulan Umur :- Umur :-
Oleh : bidan Oleh :- Oleh :-
Komplikasi : Komplikasi :- Komplikasi :-
tidak ada
Campak Umur :9 bulan
Oleh : bidan
Komplikasi : tidak ada
Imunisasi lain Jelaskan : tidak pernah
yang
pernahdijalani

2. NUTRION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT :
1) BB biasanya :71 kg dan BB sekarang : 70 kg
2) Lingkar perut :-
3) Lingkar kepala :-
4) Lingkar dada :-
5) Lingkar lengan atas : -
6) IMT :-
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal

c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosabibir,


conjungtivaanemis/tidak : Normal

d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama


Dirumah sakit : makan 3x sehari, nafsu makan normal

e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifias selama di rumah


sakit : pasien mengatakan selama di rumah sakit aktivitasya terbatas
dan pola tidurnya terganggu akibat lingkungan yang ramai

f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi : (kemampuan menelan,


mengunyah, dll) : Normal

g. Penilaian Status Gizi : -

h. PolaAsupanCairan : Normal

i. CairanMasuk :Input cairan infuse RL 500CC

j. CairanKeluar : keluarga mengatakan nn.A dalam 1 hari buang air kecil


kurang lebih 900cc

k. Penilaian Status Cairan (Balance Cairan) :-


l. Pemeriksaan Abdomen : Normal

m. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidak nyamanan)
BAK 4 – 6 x/hari
2) Riwayat kelainan kandung kemih :tidak ada
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau) : keluarga pasien
mengatakan urin pasien tidak bau ,berwarna kuning jernih dan
BAK kurang lebih 10cc
4) Distensi kandung kemih/retensi urine: tidak ada
b. Sistem Gastrointestinal
1) Polaeliminasi :-

2) Konstipasi dan factor penyebab konstipasi : -

c. Sistem Integumen
1) Kulit (integritaskulit/hidrasi/turgor/warna/suhu) : tidak ada
masalah

3. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : pasien mengatakan tidak bisa tidur
2) Insomnia : iya
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : -

b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Pelajar
2) Kebiasaan olahraga :pasien jarang berolahraga
3) ADL
a) Makan : 3x sehari
b) Toileting : BAB 1x sehari dan 4-6x BAK sehari
c) Kebersihan :-
d) Berpakaian :-
4) Bantuan ADL :-
5) Kekuatan otot : 3
6) ROM : normal
7) Resiko utuk cidera :-
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung :-
2) Edoma esktremitas : -
3) Tekanan darah dan nadi : normal
a) Berbaring:
b) Duduk
4) Tekanan vena jugulari: -
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : normal
b) Palpasi : normal
c) Perkusi : normal
d) Auskultasi : normal
d. Pulmonary respon
1) Penyakit system nafas : asma bronkial
2) Penggunaan O2 : menggunakan nebulizer
3) Kemampuan bernafas : 24x/m
4) Gangguan pernafasan (batu, suara nafas, sputum, dll) : pasien
mengatakan sesak dan batuk
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi :-
b) Palpasi :-
c) Perkusi :-
d) Auskultasi : terdengar suara wising

4. PERCEPTION/COGNITION
a. Oerintasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMA
2) Kurang pengetahuan :-
3) Pengetahuan tentang penyakit:-
4) Orientasi (waktu, tempat, orang): 21.00 WIB / RS. BUNDA/
kamar 511
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
2) Sakit kepala : Tidak ada
3) Penggunaan alat bantu : Tidak ada
4) Penginderaan : tidak ada

c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada
5. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : tidak ada
2) Perasaan putusasa/kehilangan:tidak ada
3) Keinginan untuk menciderai : tidak ada
4) Adanyaluka/cacat : tidak ada
6. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : anak
2) Orang terdekat :ibu
3) Perubahan konflik/peran :-
4) Perubahan gaya hidup :-
5) Interaksi dengan orang lain : tidak ada masalah

7. SEXUALITY
a. Identitasseksual
1) Masalah/disfungsiseksual :-
2) Perioden menstruasi : teratur

3) Metode KB yang digunakan : -


4) Pemeriksaan SADARI : tidak dilakukan pengkajian
5) Pemeriksaan pasmear :-

8. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : tidak ada
2) Kemampuan untuk mengatasi: -
3) Perilaku yang menampak kancemas :pasien tidak tampak cemas :-

9. LIFE PRINCIPLES
a. Nilaikepercayaan
1) Kegiatna ke agamaan yang diikuti : pasien sholat 5 waktu
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : pasien selalu sholat 5 waktu
3) Kegiatna kebudayaan : jarang berpartisipasi
4) Kemampuan memecahkan masalah : pasien selalu sharing ke
ibunya jika ada masalah

10. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : tidak ada alergi
b. Penyakit autoimmune : tidak ada
c. Tandainfeksi :tidak ada
d. Gangguan thermoregulasi :tidak ada
e. Gangguan /resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, perdarahan, hipoglikemia,
syndrome disuse, gaya hidup yang tetap) : Tidak Ada
11. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbul kan nyeri): sesak nafas dan batuk
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :hilang timbul
3) Regio (dimanale taknya) : di bagian dada dan leher
4) Scala (berapaskalanya) 5
5) Time (waktu) : kurang lebih 10 menit
b. Rasa tidak nyamanlainnya : tidak ada
c. Gejala yang menyertai :tidak ada

12. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. DDST (Form dilampirkan)

B. DATA LABORATORIUM
Tanggal JenisPemeriks HasilPemeriks Harga Interpretas
Satuan
& Jam aan aan Normal i
22 Hemoglobin 13,9 12 – 16 g/dl
novemb Leukosit 11,9 4,8 – 10,8 10 3/mmA
A

er 2020 Hematokrit 40 37 – 47 3
Trombosit 297 150 – 450 %
11.20 Hitung jenis 10A3/mmA
WIB - Eosinofil 5 2–4 3
- Basofil 0 1
- Stab 3 2–6 %
- Sagmen 69 50 – 70 %
- Limfosit 17 25 – 40 %
6 2-8 %
- Monosit
%
%
ANALISIS DATA

Nama Pasien : Nn. A Diagnosa Medis : Asma


Bronkial
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 096977
No. Kamar Bed : 511 Hari/tanggal : Kamis/ 21-10-2021
No Data Senjang Etiologi Masalah Nama dan
Keperawatan Paraf
Perawat
1 DS : Sesak nafas Tidak
pasien mengatakan efektifnya
batuk sesak nafas Tekanan partial bersihan
oksigen di alvioli jalan nafas
DO :
- Nafas pasien Penyempitan jalan
dangkal nafas
- Catatan
dokter : Peningktanan kerja
vesikuler otot pernafasan
+/+, Ronchi
+/+, weezing Pola nafas tidak
+/+ efektif
- TTV
TD : 110/70
N : 94x/m
S : 36,30C
2. DS : Perubahan pola Gangguan pola
pasien mengatakan napas tidur
sktivitasnya
terganggu akibat muncul pada malam
sesak nafas dan hari
batuk
DO :
- Tingkat gangguan pola tidur
kesadaran
composment
is
- KU lemah

3. DS : Perubahan pola
Kurangnya
Pasien mengatakan nafas
pengetahuan
tidak mengetahui
tentang penyakitnya Kurang informasi
mengatasi penyakit

DO : Koping tidak
- Bingung adekuat
- Bertanya –
tanya Kurang pengetahuan

MASALAH KEPERAWATAN
1. bersihan jalan nafas tidak efektif
2 Gangguan pola tidur
3. Kurangnya pengetahuan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi secret.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak effektifan jalan nafas .
3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya informasi
NURSING PLANING
Nama Pasien : Nn. A Diagnosa Medis : Asma
Bronkial
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 299498
No. Kamar Bed : 511 Hari/tanggal : Kamis/ 21-10-2021

No Diagnosa Jam Tujuan Rencana Nama


Keperawatan (SMART) Keperawatan dan TT
perawat
bersihan jalan NOC:  Berikan O2
 Respiratory status :  Anjurkan pasien
nafas tidak
Ventilation untuk istirahat dan
efektif  Respiratory status : napas dalam
Airway patency  Posisikan pasien
berhubungan
 Aspiration Control untuk
dengan Setelah dilakukan memaksimalkan
tindakan keperawatan ventilasi
peningkatan
selama 3 hari pasien  Lakukan fisioterapi
produksi secret menunjukkan dada jika perlu
keefektifan jalan  Keluarkan sekret
di tandai
nafas dibuktikan dengan batuk atau
dengan : pasien dengan kriteria hasil : suction
 Mendemonstrasika  Auskultasi suara
mengatakan
n batuk efektif dan nafas, catat adanya
sesak dan batuk suara nafas yang suara tambahan
bersih, tidak ada Monitor status
sianosis dan hemodinamik
dyspneu (mampu  Berikan pelembab
mengeluarkan udara Kassa basah
sputum, bernafas NaCl Lembab
dengan mudah,  Berikan antibiotik :
tidak ada pursed
 Atur intake untuk
lips)
cairan
 Menunjukkan jalan
mengoptimalkan
nafas yang paten keseimbangan.
(klien tidak merasa  Monitor respirasi
tercekik, irama dan status O2
nafas, frekuensi  Pertahankan
pernafasan dalam hidrasi yang
rentang normal, adekuat untuk
tidak ada suara mengencerkan
nafas abnormal) sekret
 Mampu  Jelaskan pada
mengidentifikasika pasien dan
n dan mencegah keluarga tentang
faktor yang penggunaan
penyebab. peralatan : O2,
 Saturasi O2 Suction, Inhalasi.
dalam batas
normal
Foto thorak dalam
batas normal
Gangguan pola NOC: NIC :
 Anxiety Control Sleep
tidur berhubunga
 Comfort Level Enhancement
dengan ketidak  Pain Level - Determinasi
 Rest : Extent efek-efek
effektifan jalan
and Pattern medikasi
nafas .  Sleep : Extent terhadap pola
ang Pattern tidur
Setelah dilakukan - Jelaskan
tindakan keperawatan pentingnya
selama 3 hari tidur yang
gangguan pola tidur adekuat
pasien teratasi dengan - Fasilitasi untuk
kriteria hasil: mempertahank
 Jumlah jam an aktivitas
tidur dalam sebelum tidur
batas normal (membaca)
 Pola tidur,kualitas - Ciptakan
dalam batas lingkungan
normal yang nyaman
 Perasaan fresh - Kolaburasi
sesudah pemberian obat
tidur/istirahat tidur
 Mampu
mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan
tidur
Kurangnya Setelah dilakukan Jelaskan / kuatkan
tindakan keperawatan penjelasan proses
pengetahuan
selama 3 hari pasien penyakit individu.
tentang proses teratasi dengan:
b)Instruksikan /
Kriteria hasil :
penyakitnya kuatkan rasional
a)Menyatakan
berhubungan untuk latihan napas,
pemahaman kondisi /
batuk efektif dan
dengan proses penyakit dan
latihan kondisi
tindakan.
kurangnya umum.
b)Mengidentifkasi
informasi c)Anjurkan
hubungan tanda /
menghindari agen
gejala yang ada dari
sedatif antiansietas
proses penyakit dan
kecuali diresepkan /
menghubungkan
diberikan oleh
dengan faktor
dokter mengobatai
penyebab.
kondisi pernapasan.
d)Tekankan
pentingnya
perawatan oral /
kebersihan gigi.
e)Diskusikan faktor
individu yang
meningkatkan
kondisi, misal :
udara terlalu kering,
angin, lingkungan
dengan suhu
ekstrim, serbuk,
asap tembakau,
sprei aerosol, polusi
udara, dorong klien /
orang terdekat untuk
mencari cara
mengontrol faktor
ini dan faktor di
rumah
NURSING IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Nn. A Diagnosa Medis : Asma
Bronkial
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 299498
No. Kamar Bed : 511 Hari/tanggal : Kamis/ 21-10-2021

No Nomor Jam Tindakan Respon Nama dan TT


Diagnosa Keperawatan Perawat
1 21- -Memberikan
10- posisi yang
2021 nyaman untuk
mengurangi sesak
-Memberikan
oksigenasi kanul
4 lpm
-Memberikan
terapi inhalasi :
ventolin dan
flixotide
-Memasang infus
Glukosa 5 + 1 ½
ampul
aminophilin 20
tpm
-Memberikan
aminipillin ½
ampul + cortidex
1 ampul lewat
intravena.
2 -Mengidentifikasi
pola aktivitas dan
tidur
Mengideentifikasi
faktor
pengganggu tidur
(fisik dan
psikologis)
-
mengideentivikasi
makanan dan
minuman yang di
konsumsi
Edukasi
- menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama
sakit
- menganjurkan
pasien utk tidur
tepat waktu
3 - jelaskan tentang
penyakit ke
pasien
-Melakukan
pengkajian primer
-Mengukur tanda-
tanda vital
-Mengkaji
kemampuan
berktivitas
-
Mengidentifikasi
kemampuan
beraktivitas
- Menganjurkan
pasien beraktifitas
sesuai
kemampuan
1 22- -Ajarkan pasien
10- batuk efektif
2021 -Memberikan
posisi yang
nyaman untuk
mengurangi sesak
-Memberikan
oksigenasi kanul
4 lpm
-Memberikan
terapi inhalasi :
ventolin dan
flixotide
-Memasang infus
Glukosa 5 % + 1
½ ampul
aminophilin

20 tpm
-Memberikan
aminipillin ½
ampul + cortidex
1 ampul lewat
intravena.
2 -Mengidentifikasi
pola aktivitas dan
tidur
Mengideentifikasi
faktor
pengganggu tidur
(fisik dan
psikologis)
-
mengideentivikasi
makanan dan
minuman yang di
konsumsi
Edukasi
- menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama
sakit
- menganjurkan
pasien utk tidur
tepat waktu
3 -jelaskan tentang
penyakit ke
pasien
-Melakukan
pengkajian primer
-Mengukur tanda-
tanda vital
-Mengkaji
kemampuan
berktivitas
-
Mengidentifikasi
kemampuan
beraktivitas
- Menganjurkan
pasien beraktifitas
sesuai
kemampuan
1 23- -Ajarkan pasien
10- batuk efektif
2021 -Memberikan
posisi yang
nyaman untuk
mengurangi sesak
-Memberikan
oksigenasi kanul
4 lpm
-Memberikan
terapi inhalasi :
ventolin dan
flixotide
-Memasang infus
Glukosa 5 % + 1
½ ampul
aminophilin

20 tpm
-Memberikan
aminipillin ½
ampul + cortidex
1 ampul lewat
intravena.
2 -Mengidentifikasi
pola aktivitas dan
tidur
-
Mengideentifikasi
faktor
pengganggu tidur
(fisik dan
psikologis)
-
mengideentivikasi
makanan dan
minuman yang di
konsumsi
Edukasi
- menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama
sakit
- menganjurkan
pasien utk tidur
tepat waktu
3 -jelaskan tentang
penyakit ke
pasien
-Melakukan
pengkajian primer
-Mengukur tanda-
tanda vital
-Mengkaji
kemampuan
berktivitas
-
Mengidentifikasi
kemampuan
beraktivitas
- Menganjurkan
pasien beraktifitas
sesuai
kemampuan
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn. A Diagnosa Medis : Asma


Bronkial
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 299498
No. Kamar Bed : 511 Hari/tanggal : kamis 21-10-2021

No Diagnosa Jam Evaluasi Nama


Keperawatan dan TT
Perawat
1 21-10- S:Klien mengatakan
2021 masih terasa sesak dan
dahak belum bisa
keluar
O :dahak belum ada
yang keluar
Klien masih terlihat
sesak
- Suara paru kanan
dan kiri whezing
TTV : TD
120/80mmHg
Nadi 86x/mt
Suhu 36,2°C
RR 30x/mnt

A :Masalah belum
teratasi
P :intervensi
dilanjutkan
I.-Memberikan posisi
yang nyaman untuk
mengurangi sesak
-Memberikan
oksigenasi kanul 4 lpm
-Memberikan terapi
inhalasi : ventolin dan
flixotide
E.-pasien dalam posisi
semifawler
-pasien tampak
menggunakan oksigen
-Setelah di nebú sesak
pasien berkurang.

2 S.Pasien mengatakan
tidak bisa tidur dikarna
sesak
O: ku sedang
A.masalah belom
teratasi
P.intervensi dilanjutkan
-obserpasi TTV
Td:120/80
t:36.2ºc
rr:30x/menit
- kolaborasi pemberian
th
I.-Mengideentifikasi
faktor pengganggu
tidur (fisik dan
psikologis)
-menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama sakit
- menganjurkan pasien
utk tidur tepat waktu
E.-pasien tidak bisa
tidur karna sesak
-Pasien tampak
menggerti apa yang
dikatakan perawt
-Pasien mencoba utk
tidur tepat waktu
3 S.pasien mengatakan
masih sesak saat
beraktivitas
Pasien mengatakan
cepat lelah
O: pasien
tampak lemas
dan lelah RR:
30x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah
belum teratasi.
P.Intrvensi dilanjutkan
I. - jelaskan tentang
penyakit ke pasien
-Melakukan pengkajian
primer
-Mengukur tanda-tanda
vital
-Mengkaji kemampuan
berktivitas
E. -Pasien mulai
mengataui tentang
penyalitnya
-obserpasi TTV
Td:120/80
t:36.2ºc
rr:30x/menit
-pasien hanya bisa
berbaring dan duduk d
bed ruangan

1 22-10- S:Klien mengatakan


2021 masih terasa sesak dan
dahak belum bisa
keluar
O :dahak belum ada
yang keluar
Klien masih terlihat
sesak
- Suara paru kanan
dan kiri whezing
TTV : TD
100/70mmHg
Nadi 87x/mt
Suhu 36,5°C
RR 29x/mnt

A :Masalah belum
teratasi
P :intervensi
dilanjutkan
i. Memberikan posisi
yang nyaman untuk
mengurangi sesak
-Memberikan
oksigenasi kanul 4 lpm
-Memberikan terapi
inhalasi : ventolin dan
flixotide
E.-pasien dalam posisi
semifawler
-pasien tampak
menggunakan oksigen
-Setelah di nebú sesak
pasien berkurang.

2 S.Pasien mengatakan
tidak bisa tidur dikarna
sesak
O: ku sedang
A.masalah berom
teratasi
P.intervensi dilanjutkan
-obserpasi TTV
TTV : TD
100/70mmHg
Nadi 87x/mt
Suhu 36,5°C
RR 29x/mnt
- kolaborasi pemberian
th
I.-Mengideentifikasi
faktor pengganggu
tidur (fisik dan
psikologis)
-menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama sakit
- menganjurkan pasien
utk tidur tepat waktu
E.-pasien tidak bisa
tidur karna sesak
-Pasien tampak
menggerti apa yang
dikatakan perawt
-Pasien mencoba utk
tidur tepat waktu

3 S.pasien mengatakan
masih sesak saat
beraktivitas
Pasien mengatakan
cepat lelah
O: pasien tampak
lemas dan lelah
RR: 29x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah belum
teratasi
P.Intrvensi dilanjutkan
I. - jelaskan tentang
penyakit ke pasien
-Melakukan pengkajian
primer
-Mengukur tanda-tanda
vital
-Mengkaji kemampuan
berktivitas
E. -Pasien mulai
mengataui tentang
penyalitnya
- obserpasi TTV
TTV : TD
100/70mmHg
Nadi 87x/mt
Suhu 36,5°C
RR 29x/mnt
-pasien hanya bisa
berbaring dan duduk d
bed ruangan

1 24-11- S:Klien mengatakan


2020 sudah tidak sesak lagi
O : KU Sedang
obserpasi TTV
Td:100/70
t:36.5˚c
rr:22 x/menit
A :Masalah teratasi
P :intervensi dihentikan
I.-Memberikan posisi
yang nyaman untuk
mengurangi sesak
-Memberikan
oksigenasi kanul 4 lpm
-Memberikan terapi
inhalasi : ventolin dan
flixotide
E.-pasien dalam posisi
semifawler
-pasien tampak
menggunakan oksigen
-Setelah di nebú sesak
pasien berkurang.

2 S.Pasien mengatakan
tidak bisa tidur dikarna
sesak
O: ku sedang
A.masalah teratasi
P.intervensi dihentikan
-obserpasi TTV
obserpasi TTV
Td:100/70
t:36.5˚c
rr. 22x/menit
- kolaborasi pemberian
th
I.-Mengideentifikasi
faktor pengganggu
tidur (fisik dan
psikologis)
-menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama sakit
- menganjurkan pasien
utk tidur tepat waktu
E.-pasien tidak bisa
tidur karna sesak
-Pasien tampak
menggerti apa yang
dikatakan perawt
-Pasien tidur tepat
waktu

3 S.pasien mengatakan
sudah tidak sesak lagi
O: ku sedang
RR: 22x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah teratasi
P.Intrvensi dihentikan
S.pasien mengatakan
masih sesak saat
beraktivitas
Pasien mengatakan
cepat lelah
O: pasien tampak
lemas dan lelah
RR: 26x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah belum
teratasi
P.Intrvensi dilanjutkan
I. - jelaskan tentang
penyakit ke pasien
-Melakukan pengkajian
primer
-Mengukur tanda-tanda
vital
-Mengkaji kemampuan
berktivitas
E. -Pasien mulai
mengataui tentang
penyalitnya
- obserpasi TTV
Td:100/70
t:36.5˚c
rr:22x/menit
-pasien sudah bisa
beraktivitas seperti
biasa
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Nn. A Diagnosa Medis : Asma Bronkial


Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 299498
No. Kamar Bed : 511 Hari/tanggal : kamis/21-10-2021

Catatan Nama Catatan Nama Catatan Nama


No Diagnosa Jam Perkembangan & Paraf Jam Perkembangan & Paraf Jam Perkembangan &
Keperawatan Perawat Perawat Paraf
Peraw
at
Shift Pagi Shift Sore Shift malam
1 21- S:Klien mengatakan
10- masih terasa sesak
2021 dan dahak belum
22:0 bisa keluar
0 O :dahak belum ada
yang keluar
Klien masih terlihat
sesak
- Suara paru kanan
dan kiri whezing
TTV : TD
120/80mmHg
Nadi 80x/mt
Suhu 35,2°C
RR 34x/mnt
A :Masalah belum
teratasi
P :intervensi
dilanjutkan

2 S.Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
dikarna sesak
O: ku sedang
A.masalah belom
teratasi
P.intervensi
dilanjutkan
-obserpasi TTV
Td:120/80
t:35.2ºc
rr:34x/menit
- kolaborasi
pemberian th

3 S.pasien mengatakan
masih sesak saat
beraktivitas
Pasien mengatakan
cepat lelah
O: pasien tampak
lemas dan lelah
RR: 34x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah
belum teratasi
P.Intrvensi
dilanjutkan
1 23- S:Klien mengatakan
11- masih terasa sesak
2020 dan dahak belum
22.0 bisa keluar
0 O :dahak belum ada
yang keluar
Klien masih terlihat
sesak
- Suara paru kanan
dan kiri whezing
TTV : TD
110/70mmHg
Nadi 78x/mt
Suhu 36,5°C
RR 29x/mnt

A :Masalah belum
teratasi
P :intervensi
dilanjutkan

2 S.Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
dikarna sesak
O: ku sedang
obserpasi TTV
Td:110/70
t:36.5˚c
rr:29x/menit

A.masalah berom
teratasi
P.intervensi
dilanjutkan
- kolaborasi
pemberian th

3 S.pasien mengatakan
masih sesak saat
beraktivitas
Pasien mengatakan
cepat lelah
O: pasien tampak
lemas dan lelah
RR: 29x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah
belum teratasi
P.Intrvensi
dilanjutkan
1 23- S:Klien mengatakan
sudah tidak sesak dan
10- batuk lagi

2021 O : KU Sedang
TTV : TD 110/70
08:0 mmHg
Nadi 87x/mt
0 Suhu 36.5°C
RR 27x/mnt

A :Masalah teratasi
P :intervensi
dihentikan

2 S.Pasien mengatakan
sudah bisa tidur
O: ku sedang
obserpasi TTV
Td:110/70
t:36.5˚c
rr:27x/menit
A.masalah teratasi
P.intervensi
dihentikan
- kolaborasi
pemberian th
3 S.pasien mengatakan
sudah tidak sesak lagi
O: ku sedang
RR: 30x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah teratasi
P.Intrvensi dihentikan
SOP PEMASANGAN NEBULIZER

Pengertian

Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulator

Tujuan

1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan

2. Melonggarkan jalan nafas

Prosedur

Persiapan Alat dan Bahan

1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aquades

Pelaksanaan

A. Tahap PraInteraksi

1. Mengecek program terapi


2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

Tahap Orientasi

1. Memberikan salam dan sapa nama pasien


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

Tahap Kerja

1. Menjaga privacy pasien


2. Mengatur pasien dalam posisi duduk
3. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer
4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
6. Memasukkan obat sesuai dosis
7. Memasang masker pada pasien
8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue

Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan


2. Berpamitan dengan pasien/keluarga
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
SOP PEMASANGAN OKSIGEN

PENGERTIAN Pemberian oksigen kedalam paru melalui saluran pernafasan


dengan menggunakan alat bantu oksigen.
TUJUAN Memenuhi kebutuhan oksigen pasien :
a. Pasien hipoksia d. sesak nafas
b. Cedera kepala e. Pasien kekurangan zat asam
c. Pasien sianosis
PROSEDUR Yang perlu diperhatikan pada pemberian Oksigen tergantung: I.
Oksigen aliran rendah adalah

A. KATETER NASAL : Aliran 1- 5 liter / menit-------> O2


dg konsentrasi 24 - 44%
Bahaya: Iritasi hidung, Pengeringan mukosa hidung,
Distensi lambung.

B. KANULA NASAL (BINASAL KANUL) :Aliran 1 – 5


liter
/ menit -----> O2 dg konsentrasi 24 – 44%

Bahaya: Iritasi hidung, Pengeringan mukosa hidung,


nyeri sinus.

C. Face Mask

Aliran 5 – 8 liter / menit-----> O2 dg konsentrasi 40 – 60%

Bahaya: Aspirasi bila muntah, Penumpukan O2,


Empisema subcutan, Nekrose bila terlalu ketat.

D. Rebreating Mask ( RM )

Aliran 8 – 12 liter / menit----> O2 dg konsentrasi 60 –80%

Bahaya: Aspirasi jika muntah, Empisema subcutan,


Nekrose jika ketat.

E. SUNGKUP MUKA “NON REBREATHING MASK”


(NRM ) Aliran 8 -12 liter / menit---> O2 konsentrasi
90
% Bahaya: Sama dengan RM.
ada penutup katup

Binasal kanul RM NRM

II. Oksigen aliran tinggi adalah

A. SUNGKUP MUKA VENTURI ( VENTURI MASK )


Aliran 4 – 14 liter/ menit ---> O2 dg konsentrasi 30 –
55%

Bahaya: Sama dengan RM

B. SUNGKUP MUKA AEROSOL (AMBUBAG)

Aliran 10 -12 liter/ menit ----> o2 dg Konsentrasi 100%

O2 < 50% O2 > 90%

Prosedur Pemberian Oksigen dengan Kateter nasal

1. Menjelaskan prosedur pada klien


2. Perawat cuci tangan
3. Memasang sarung tangan
4. Mengatur posisi dengan semi fowler
5. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang
dibutuhkan , biasanya 1 – 6 liter / menit atau aliran 1- 5 liter
/menit,dengan konsentrasi 24 - 44%, Kemudian , observasi
humidifier dengan melihat air bergelembung
( Untuk test kesiapan alat ).

6. Mengatur posisi dengan semi fowler


6. Membersihkan hidung klien dengan lidi kapas

7. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang hidung ke telinga dan


beri tanda dan buka saluran udara dari tabung dan beri
ujung kanul dengan vaselin / jeli

8. Memasang kanul nasal pada hidung dan lakukan

pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum

dengan menekan lidah dengan menggunakan spatel

( akan terlihat posisinya di belakang vulva ).

9. Fiksasi pada daerah hidung

10. Memeriksa kanula tiap 6-8 jam

11. Mengkaji cuping , septum dan mukosa hidung serta

periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam , rute

pemberian dan respon klien.

12. Catat kecepatan aliran oksigen,rute pemberian dan respon


klien, buka sarung tangan, cuci tangan setelah prosedur
dilakukan.

13. Mencatat dalam lembaran catatan perawatan

Prosedur Pemberian Oksigen Kanul nasal:

1. Menjelaskan prosedur pada klien


2. Perawat cuci tangan
3. Memasang sarung tangan
4. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang
dibutuhkan , biasanya 1 – 6 liter / menit , aliran 1 – 5 liter /
menit dengan konsentrasi Oksigen 24-44 %. Kemudian ,
observasi humidifier dengan melihat air

5. Memasang kanule nasal pada hidung dan atur pengikat


untuk kenyamanan pasien dan periksa kanule tiap 6-8 jam

6. Kaji cuping, septum dan mukosa hidung serta periksa

kecepatan aliran oksigen setiap 6-8

jam

7. Catat kecepatan aliran oksigen ,rute pemberian dan

respon Klien, buka sarung tangan dan

cuci tangan

8. Dokumentasikan dalam status ( catatan Perawatan)

Masker nasal ( Face mace, RM, NRM)

1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Mencuci tangan dan pasang sarung tangan
3. Mengatur posisi dengan semi fowler
4. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang
dibutuhkan sesuai order (lihat batas maximal pemberian
aliran tergantung jenis oksigen) kemudian observasi
humidifier pada tabung air yang menunjukkan adanya
gelembung.
5. Menempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung
klien dan atur pengikat untuk kenyamanan klien
6. Periksa kecepatan aliran tiap 6 – 8 jam , catat kecepatan
aliran oksigen , rute pemberian, dan respon klien
7. Buka sarung tangan dan cuci tangan setelah prosedur
dilakukan.
8. Mencatat dalam lembaran catatan perawatan

Anda mungkin juga menyukai