Disusun Oleh:
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA
A. PENGERTIAN ASMA
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu,
jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan
mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk
terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran
napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
(Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
1. ANATOMI
Organ Pernapasan
a) Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-
bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
b) Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang
(ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).
c) Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal dan
masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf
C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,
hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan
ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e) Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat
pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk
paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8
cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan,
terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil
disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung
bronkioli lterdapat geembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
f) Paru-paru
merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung
hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara,
O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru
ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan)
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo
dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru
kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen
yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah
segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan
yang bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh
darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus,
bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus.
Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan
terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi
menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi
rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna
untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding
dada sewaktu ada gerakan bernapas.
2. FISIOLOGI ASMA
Proses terjadi
pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara
masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian
CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh
melalui kapiler-kapiler vena pulmonali kemudian masuk ke serambi kiri jantung
(atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan- jaringan dan sel- sel), di
sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan
melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atriu dekstra)
menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis
ke jaringan paru- paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses
pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme
lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan
napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama,
dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan.
Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung
(medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat
napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat
pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam
darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus
lalu mengerut datar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkos talimiring lagi)dan dengan demikian rongga dan dengan demikian rongga
dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau
pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu
pada orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut, ika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan
pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang rawannya tidak begitu lembek
dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan
banyak ditemukan pada laki-laki.
C. ETIOLOGI ASMA
Etiologi Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
a. Asma ekstrinsik / alergi 12 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Asma yang disebabkan oleh
alergen yang diketahui masanya sudah terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein,
serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.
b. Asma instrinsik / idopatik Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi
adanya faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi sering memicu
serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun setelah menderita infeksi sinus.
c. Asma campuran Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.
3. Klasifikasi Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat penyakit, antara
lain :
a. Tahap I : Intermitten Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu
2) Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa
hari 3) Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
4) Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode eksaserbasi
5) PEF atau FEV1 : ≥ 80% dari prediksi Variabilitas < 20% 13 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
6) Pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol : Obat untuk mengurangi gejala intermitten
dipakai hanya kapan perlu inhalasi jangka pendek β2 agonis
7) Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid oral mungkin
dibutuhkan.
b. Tahap II : Persisten ringan Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :
1) Gejala ≥ 1 kali seminggu tetapi < 1 kali sehari
2) Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
4) PEF atau FEV1 : > 80 % dari prediksi Variabilitas 20-30%
5) Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol : Obat-obatan pengontrol serangan harian
mungkin perlu bronkodilator jangka panjang ditambah dengan obat-obatan antiinflamasi (terutama
untuk serangan asma malam hari.
c. Tahap III : Persisten sedang Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala harian
2) Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
4) Pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
5) PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi Variabilitas > 30% 14 Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
6) Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol : Obat-obatan pengontrol
serangan harian inhalasi kortikosteroid bronkodilatorjangka panjang (terutama untuk serangan
asma malam hari)
d. Tahap IV : Persisten berat Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala terus-menerus
2) Gejala eksaserbasi sering
3) Gejala serangan asma malam hari sering
4) Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
5) PEF atau FEV1 : ≤ 60% dari prediksi
6) Variabilitas > 30% 4. Faktor Risiko Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing)
telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan
satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
a. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan
khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita
terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
b. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi
dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah
sembuh dari serangan asma.
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes
fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila
pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
d. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan
sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin banyak antara
lain :
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa serangan asma
yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada
dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan
nafas ke kondisi normal
E. KLASIFIKASI ASMA
a. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang
berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara
sepontan atau setelah mendapat pengobatan
b. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional (Smeltzer, 2001).
status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon terhadap
dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi
ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi
pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi
alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin
besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda
bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
c. Asthmatic Emergency
a. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi
penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
b. Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari
allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk seperti
klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma berdasarkan
beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
3. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat
serangan asma yaitu: (GINA, 2006)
a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat, bisa
berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih
suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang
terdengar pada saat inspirasi
lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar
tanpa stetoskop
c. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak terdengar
mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang penderita asma
persisten (asma berat) dapat mengalami serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat
mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas
yangdapatmenyebabkankematian.
F. PATHWAY ASMA
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan sputum
Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-
cabang bronkus
Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Terdapatnya neutrofil eosinophil
2) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat
meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2
maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk.
Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3) Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran
rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
5) Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan
disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi
searah jarum jam
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya
relative
H. TINDAKAN UMUM YANG DILAKUKAN
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik.
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma
sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara
benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan
dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan
pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent,
metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta
agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg
empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan
kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800
empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping
maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2
kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat
diberikan secara oral.
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
b. Breathing
Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
Menggunakan otot aksesoris pernafasan
Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
Papiledema
Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan
memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi
baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada
gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma
bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas.
Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba
dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang
berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan
darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan
sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan,
mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria
atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
3. Thorak
a. Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi
peranfasan.
b. Palpasi.
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar
dan rendah.
d. Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih
dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c. Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi
produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih
tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi
kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga
dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu
napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubunga dengan peningkatan produksi secret
DAFTAR
PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management
and Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit
Dalam, FKUI/RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Sagung Seto
LAPORAN KASUS ASMA PADA Nn”A”
Disusun Oleh:
PALEMBANG 2021
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. NamaInisialKlien : An. A
2. Umur : 5 Tahun
3. Alamat : Jln. Srijaya Negara lr. Setiawan no.2 asrama brimob
4. Agama : Islam
5. TanggalMasukRS/RB: 26 oktober 2022
6. NomorRekamMedis:
7. Bangsal 506
1. HEALTH PROMOTION
a. KesehatanUmum :
- Alasan masuk rumah sakit :
Pasien datang ke IGD pada tanggal 21 oktober 2021 pukul 22.00
WIB bersama ibu. Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk serta
terasa dilehernya seperti ada dahak
c. Riwayat pengobatan
NamaObat/Jamu Dosis Keterangan
1. symbicot 1 2*1
2. bantec 1 Kp
f. Pengobatan sekarang :
No NamaObat Dosis Kandungan Manfaat
1. Cefotaxim 12 g Antibiotic Membunuh
bakteri
2. Dexamethason 30 mg kortikosteroid Meningkatkan
imun
3. Nebu 10 – 20 ml salbutamol Melegakan
saluran nafas
4.
2. NUTRION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT :
1) BB biasanya :71 kg dan BB sekarang : 70 kg
2) Lingkar perut :-
3) Lingkar kepala :-
4) Lingkar dada :-
5) Lingkar lengan atas : -
6) IMT :-
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal
h. PolaAsupanCairan : Normal
m. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidak nyamanan)
BAK 4 – 6 x/hari
2) Riwayat kelainan kandung kemih :tidak ada
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau) : keluarga pasien
mengatakan urin pasien tidak bau ,berwarna kuning jernih dan
BAK kurang lebih 10cc
4) Distensi kandung kemih/retensi urine: tidak ada
b. Sistem Gastrointestinal
1) Polaeliminasi :-
c. Sistem Integumen
1) Kulit (integritaskulit/hidrasi/turgor/warna/suhu) : tidak ada
masalah
3. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : pasien mengatakan tidak bisa tidur
2) Insomnia : iya
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : -
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Pelajar
2) Kebiasaan olahraga :pasien jarang berolahraga
3) ADL
a) Makan : 3x sehari
b) Toileting : BAB 1x sehari dan 4-6x BAK sehari
c) Kebersihan :-
d) Berpakaian :-
4) Bantuan ADL :-
5) Kekuatan otot : 3
6) ROM : normal
7) Resiko utuk cidera :-
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung :-
2) Edoma esktremitas : -
3) Tekanan darah dan nadi : normal
a) Berbaring:
b) Duduk
4) Tekanan vena jugulari: -
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : normal
b) Palpasi : normal
c) Perkusi : normal
d) Auskultasi : normal
d. Pulmonary respon
1) Penyakit system nafas : asma bronkial
2) Penggunaan O2 : menggunakan nebulizer
3) Kemampuan bernafas : 24x/m
4) Gangguan pernafasan (batu, suara nafas, sputum, dll) : pasien
mengatakan sesak dan batuk
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi :-
b) Palpasi :-
c) Perkusi :-
d) Auskultasi : terdengar suara wising
4. PERCEPTION/COGNITION
a. Oerintasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMA
2) Kurang pengetahuan :-
3) Pengetahuan tentang penyakit:-
4) Orientasi (waktu, tempat, orang): 21.00 WIB / RS. BUNDA/
kamar 511
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
2) Sakit kepala : Tidak ada
3) Penggunaan alat bantu : Tidak ada
4) Penginderaan : tidak ada
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada
5. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : tidak ada
2) Perasaan putusasa/kehilangan:tidak ada
3) Keinginan untuk menciderai : tidak ada
4) Adanyaluka/cacat : tidak ada
6. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : anak
2) Orang terdekat :ibu
3) Perubahan konflik/peran :-
4) Perubahan gaya hidup :-
5) Interaksi dengan orang lain : tidak ada masalah
7. SEXUALITY
a. Identitasseksual
1) Masalah/disfungsiseksual :-
2) Perioden menstruasi : teratur
8. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : tidak ada
2) Kemampuan untuk mengatasi: -
3) Perilaku yang menampak kancemas :pasien tidak tampak cemas :-
9. LIFE PRINCIPLES
a. Nilaikepercayaan
1) Kegiatna ke agamaan yang diikuti : pasien sholat 5 waktu
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : pasien selalu sholat 5 waktu
3) Kegiatna kebudayaan : jarang berpartisipasi
4) Kemampuan memecahkan masalah : pasien selalu sharing ke
ibunya jika ada masalah
10. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : tidak ada alergi
b. Penyakit autoimmune : tidak ada
c. Tandainfeksi :tidak ada
d. Gangguan thermoregulasi :tidak ada
e. Gangguan /resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, perdarahan, hipoglikemia,
syndrome disuse, gaya hidup yang tetap) : Tidak Ada
11. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbul kan nyeri): sesak nafas dan batuk
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :hilang timbul
3) Regio (dimanale taknya) : di bagian dada dan leher
4) Scala (berapaskalanya) 5
5) Time (waktu) : kurang lebih 10 menit
b. Rasa tidak nyamanlainnya : tidak ada
c. Gejala yang menyertai :tidak ada
12. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. DDST (Form dilampirkan)
B. DATA LABORATORIUM
Tanggal JenisPemeriks HasilPemeriks Harga Interpretas
Satuan
& Jam aan aan Normal i
22 Hemoglobin 13,9 12 – 16 g/dl
novemb Leukosit 11,9 4,8 – 10,8 10 3/mmA
A
er 2020 Hematokrit 40 37 – 47 3
Trombosit 297 150 – 450 %
11.20 Hitung jenis 10A3/mmA
WIB - Eosinofil 5 2–4 3
- Basofil 0 1
- Stab 3 2–6 %
- Sagmen 69 50 – 70 %
- Limfosit 17 25 – 40 %
6 2-8 %
- Monosit
%
%
ANALISIS DATA
3. DS : Perubahan pola
Kurangnya
Pasien mengatakan nafas
pengetahuan
tidak mengetahui
tentang penyakitnya Kurang informasi
mengatasi penyakit
DO : Koping tidak
- Bingung adekuat
- Bertanya –
tanya Kurang pengetahuan
MASALAH KEPERAWATAN
1. bersihan jalan nafas tidak efektif
2 Gangguan pola tidur
3. Kurangnya pengetahuan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi secret.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak effektifan jalan nafas .
3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya informasi
NURSING PLANING
Nama Pasien : Nn. A Diagnosa Medis : Asma
Bronkial
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 299498
No. Kamar Bed : 511 Hari/tanggal : Kamis/ 21-10-2021
20 tpm
-Memberikan
aminipillin ½
ampul + cortidex
1 ampul lewat
intravena.
2 -Mengidentifikasi
pola aktivitas dan
tidur
Mengideentifikasi
faktor
pengganggu tidur
(fisik dan
psikologis)
-
mengideentivikasi
makanan dan
minuman yang di
konsumsi
Edukasi
- menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama
sakit
- menganjurkan
pasien utk tidur
tepat waktu
3 -jelaskan tentang
penyakit ke
pasien
-Melakukan
pengkajian primer
-Mengukur tanda-
tanda vital
-Mengkaji
kemampuan
berktivitas
-
Mengidentifikasi
kemampuan
beraktivitas
- Menganjurkan
pasien beraktifitas
sesuai
kemampuan
1 23- -Ajarkan pasien
10- batuk efektif
2021 -Memberikan
posisi yang
nyaman untuk
mengurangi sesak
-Memberikan
oksigenasi kanul
4 lpm
-Memberikan
terapi inhalasi :
ventolin dan
flixotide
-Memasang infus
Glukosa 5 % + 1
½ ampul
aminophilin
20 tpm
-Memberikan
aminipillin ½
ampul + cortidex
1 ampul lewat
intravena.
2 -Mengidentifikasi
pola aktivitas dan
tidur
-
Mengideentifikasi
faktor
pengganggu tidur
(fisik dan
psikologis)
-
mengideentivikasi
makanan dan
minuman yang di
konsumsi
Edukasi
- menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama
sakit
- menganjurkan
pasien utk tidur
tepat waktu
3 -jelaskan tentang
penyakit ke
pasien
-Melakukan
pengkajian primer
-Mengukur tanda-
tanda vital
-Mengkaji
kemampuan
berktivitas
-
Mengidentifikasi
kemampuan
beraktivitas
- Menganjurkan
pasien beraktifitas
sesuai
kemampuan
EVALUASI KEPERAWATAN
A :Masalah belum
teratasi
P :intervensi
dilanjutkan
I.-Memberikan posisi
yang nyaman untuk
mengurangi sesak
-Memberikan
oksigenasi kanul 4 lpm
-Memberikan terapi
inhalasi : ventolin dan
flixotide
E.-pasien dalam posisi
semifawler
-pasien tampak
menggunakan oksigen
-Setelah di nebú sesak
pasien berkurang.
2 S.Pasien mengatakan
tidak bisa tidur dikarna
sesak
O: ku sedang
A.masalah belom
teratasi
P.intervensi dilanjutkan
-obserpasi TTV
Td:120/80
t:36.2ºc
rr:30x/menit
- kolaborasi pemberian
th
I.-Mengideentifikasi
faktor pengganggu
tidur (fisik dan
psikologis)
-menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama sakit
- menganjurkan pasien
utk tidur tepat waktu
E.-pasien tidak bisa
tidur karna sesak
-Pasien tampak
menggerti apa yang
dikatakan perawt
-Pasien mencoba utk
tidur tepat waktu
3 S.pasien mengatakan
masih sesak saat
beraktivitas
Pasien mengatakan
cepat lelah
O: pasien
tampak lemas
dan lelah RR:
30x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah
belum teratasi.
P.Intrvensi dilanjutkan
I. - jelaskan tentang
penyakit ke pasien
-Melakukan pengkajian
primer
-Mengukur tanda-tanda
vital
-Mengkaji kemampuan
berktivitas
E. -Pasien mulai
mengataui tentang
penyalitnya
-obserpasi TTV
Td:120/80
t:36.2ºc
rr:30x/menit
-pasien hanya bisa
berbaring dan duduk d
bed ruangan
A :Masalah belum
teratasi
P :intervensi
dilanjutkan
i. Memberikan posisi
yang nyaman untuk
mengurangi sesak
-Memberikan
oksigenasi kanul 4 lpm
-Memberikan terapi
inhalasi : ventolin dan
flixotide
E.-pasien dalam posisi
semifawler
-pasien tampak
menggunakan oksigen
-Setelah di nebú sesak
pasien berkurang.
2 S.Pasien mengatakan
tidak bisa tidur dikarna
sesak
O: ku sedang
A.masalah berom
teratasi
P.intervensi dilanjutkan
-obserpasi TTV
TTV : TD
100/70mmHg
Nadi 87x/mt
Suhu 36,5°C
RR 29x/mnt
- kolaborasi pemberian
th
I.-Mengideentifikasi
faktor pengganggu
tidur (fisik dan
psikologis)
-menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama sakit
- menganjurkan pasien
utk tidur tepat waktu
E.-pasien tidak bisa
tidur karna sesak
-Pasien tampak
menggerti apa yang
dikatakan perawt
-Pasien mencoba utk
tidur tepat waktu
3 S.pasien mengatakan
masih sesak saat
beraktivitas
Pasien mengatakan
cepat lelah
O: pasien tampak
lemas dan lelah
RR: 29x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah belum
teratasi
P.Intrvensi dilanjutkan
I. - jelaskan tentang
penyakit ke pasien
-Melakukan pengkajian
primer
-Mengukur tanda-tanda
vital
-Mengkaji kemampuan
berktivitas
E. -Pasien mulai
mengataui tentang
penyalitnya
- obserpasi TTV
TTV : TD
100/70mmHg
Nadi 87x/mt
Suhu 36,5°C
RR 29x/mnt
-pasien hanya bisa
berbaring dan duduk d
bed ruangan
2 S.Pasien mengatakan
tidak bisa tidur dikarna
sesak
O: ku sedang
A.masalah teratasi
P.intervensi dihentikan
-obserpasi TTV
obserpasi TTV
Td:100/70
t:36.5˚c
rr. 22x/menit
- kolaborasi pemberian
th
I.-Mengideentifikasi
faktor pengganggu
tidur (fisik dan
psikologis)
-menjelaskan
pentingny tidur
cukup selama sakit
- menganjurkan pasien
utk tidur tepat waktu
E.-pasien tidak bisa
tidur karna sesak
-Pasien tampak
menggerti apa yang
dikatakan perawt
-Pasien tidur tepat
waktu
3 S.pasien mengatakan
sudah tidak sesak lagi
O: ku sedang
RR: 22x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah teratasi
P.Intrvensi dihentikan
S.pasien mengatakan
masih sesak saat
beraktivitas
Pasien mengatakan
cepat lelah
O: pasien tampak
lemas dan lelah
RR: 26x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah belum
teratasi
P.Intrvensi dilanjutkan
I. - jelaskan tentang
penyakit ke pasien
-Melakukan pengkajian
primer
-Mengukur tanda-tanda
vital
-Mengkaji kemampuan
berktivitas
E. -Pasien mulai
mengataui tentang
penyalitnya
- obserpasi TTV
Td:100/70
t:36.5˚c
rr:22x/menit
-pasien sudah bisa
beraktivitas seperti
biasa
CATATAN PERKEMBANGAN
2 S.Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
dikarna sesak
O: ku sedang
A.masalah belom
teratasi
P.intervensi
dilanjutkan
-obserpasi TTV
Td:120/80
t:35.2ºc
rr:34x/menit
- kolaborasi
pemberian th
3 S.pasien mengatakan
masih sesak saat
beraktivitas
Pasien mengatakan
cepat lelah
O: pasien tampak
lemas dan lelah
RR: 34x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah
belum teratasi
P.Intrvensi
dilanjutkan
1 23- S:Klien mengatakan
11- masih terasa sesak
2020 dan dahak belum
22.0 bisa keluar
0 O :dahak belum ada
yang keluar
Klien masih terlihat
sesak
- Suara paru kanan
dan kiri whezing
TTV : TD
110/70mmHg
Nadi 78x/mt
Suhu 36,5°C
RR 29x/mnt
A :Masalah belum
teratasi
P :intervensi
dilanjutkan
2 S.Pasien mengatakan
tidak bisa tidur
dikarna sesak
O: ku sedang
obserpasi TTV
Td:110/70
t:36.5˚c
rr:29x/menit
A.masalah berom
teratasi
P.intervensi
dilanjutkan
- kolaborasi
pemberian th
3 S.pasien mengatakan
masih sesak saat
beraktivitas
Pasien mengatakan
cepat lelah
O: pasien tampak
lemas dan lelah
RR: 29x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah
belum teratasi
P.Intrvensi
dilanjutkan
1 23- S:Klien mengatakan
sudah tidak sesak dan
10- batuk lagi
2021 O : KU Sedang
TTV : TD 110/70
08:0 mmHg
Nadi 87x/mt
0 Suhu 36.5°C
RR 27x/mnt
A :Masalah teratasi
P :intervensi
dihentikan
2 S.Pasien mengatakan
sudah bisa tidur
O: ku sedang
obserpasi TTV
Td:110/70
t:36.5˚c
rr:27x/menit
A.masalah teratasi
P.intervensi
dihentikan
- kolaborasi
pemberian th
3 S.pasien mengatakan
sudah tidak sesak lagi
O: ku sedang
RR: 30x/menit
Aktivitas pasien
terbatas
A: masalah teratasi
P.Intrvensi dihentikan
SOP PEMASANGAN NEBULIZER
Pengertian
Tujuan
Prosedur
1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aquades
Pelaksanaan
A. Tahap PraInteraksi
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
Tahap Terminasi
C. Face Mask
D. Rebreating Mask ( RM )
jam
cuci tangan