Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTRONIK

DISUSUN OLEH :

RENDRA PURWANDY
1420123512

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN


JURUSAN KEPERAWATAN ALIH JENJANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada
bayi dan anak total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu
70-80%. Di dalam tubuh,sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara
lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan seperti paru-paru atau
jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah
sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan agar
menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis yang melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di
distribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur
sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan.Untuk
mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian, dan
keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan
satu sama lain.

Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang


lainnya.Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolitdalam
tubuh dapat mengakibatkan overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia,
hipokalemia, hiperkalemia, dan hipokalsemia.Dengan demikian, keseimbangan cairan
dan elektrolit merupakan komponen atau unsur vital pada tubuh manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Komposisi Cairan Tubuh Manusia

Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan


tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.
Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase jumlah cairan terhadap berat
badan menurun.

Distribusi cairan Laki-laki Dewasa Perempuan Dewasa Bayi


Total air tubuh (%) 60 50 75
Intraseluler 40 30 40
Ekstraseluler 20 20 35
- Plasma 5 5 5
- Intersisial 15 15 30
Tabel 1. Distribusi Cairan Tubuh

Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2


kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular.
a. Cairan intraseluler
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya
terdapat di intraselular. Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat
badannya merupakan cairan intraselular.

b. Cairan ekstraseluler
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan
bertambahnya usia, yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total
pada dewasa.Cairan ekstraselular terbagi menjadi cairan interstitial dan
cairan intravaskular.
Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan
termasuk cairan yang terkandung diantara rongga
tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi
sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan.
Sementara, cairan intravaskular merupakan cairan yang
terkandung dalam pembuluh darah, dalam hal ini plasma darah.

2. Asam Basa

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan
bersifat netral. Asam dan basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat
kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Sifat asam basa suatu larutan juga
dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu parameter
yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih
dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH 7. pH suatu larutan dapat ditentukan
dengan indikator pH atau dengan pH meter. Menurut penjelasan tersebut
menjelaskan tentang keseimbangan asam basa serta berbagai macam faktor
atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa.
Keseimbangan asam basa merupakan hal yang penting bagi tubuh
karena dapat mempengaruhi fungsi organ vital. Gangguan keseimbangan asam
basa yang berat, dapat mempengaruhi kelangsungan hidup pasien. Derajat
keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar
proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan
asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan
ginjal.
a. Asam

Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain
(disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat
menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam
baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima proton yang
dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida (HCL), yang berionasi
dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-) demikian juga,
asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion
bikarbonat (HCO3 - ).
Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan, contohnya adalah HCL. Asam
lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-
ionnya dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H+ , contohnya adalah
H2CO3.

b. Basa

Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai
contoh, ion bikarbonat (HCO3 - ), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung
dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat (H2CO3). Protein-
protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino
yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion
hidrogen.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+.
Oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas
adalah OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air (H2O). Basa lemah
yang khas adalah HCO3 - karena HCO3 - berikatan dengan H+ secara jauh lebih
lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler
yang berhubungan dengan pengaturan asam basa normal adalah asam dan
basa lemah.
3. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu

elektrolit dan non-elektrolit.

A. Elektrolit

Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion


positif (kation) dan ion negatif (anion). Kation utama dalam cairan
ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation utama dalam cairan
intraselular adalah potasium (K+).
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan
bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular
adalah ion fosfat (PO43-). Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan
interstitial kurang lebih sama, sehingga nilai elektrolit plasma mencerminkan
komposisi dari cairan ekstraseluler.

Kation mEq/L Anion mEq/L


Na+ 142 HCO3- 24
K+ 5 C1- 105
Ca++ 5 HPO4 = 2
Mg++ 1 SO4 = 1
Asam Org 6
Protein 16
Total 154 Total 154
Tabel 2. Komposisi elektrolit ekstraseluler
Kation mEq/L Anion mEq/L
Na+ 15 HCO3- 10
K+ 150 CL- 1
Ca++ 2 HPO4 = 100
Mg++ 27 SO4 = 20
Protein 63
Total 194 Total 194
Tabel 3. Komposisi elektrolit intraseluler

B. Non Elektrolit

Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa, urea,


kreatinin, dan bilirubin yang tidak terdisosiasi dalam cairan.

C. Mekanisme keseimbangan cairan dan elektrolit

Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif,


yang tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif
yang membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah
bergeraknya molekul melalui membran semipermeable dari larutan berkadar
lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama.
Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan
osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma
darah ialah 270-290 mOsm/L.
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi
tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik. Pompa
natrium kalium merupakan suatu proses transport yang memompa ion
natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dari luar ke dalam.
4. Larutan Isotonik, Hipotonik, dan Hipertonik

1) Isotonik
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai
konsentrasi zat terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama)
seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan
isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan
molekul yang melewati membran biologis tidak sempurna. Larutan-
larutan yang tersisa dalam kesetimbanganosmotik yang berhubungan
dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Ini berbeda
dengan larutan-larutan iso osmotik yang tidak melibatkan pergerakan
jaringan molekul ketika dipisahkan oleh membran semipermeabel.
Sebuah larutan yang mempunyai konsentrasi garam yang sama
contohnya sel, sel tubuh yang normal dan darah. Minuman isotonik
dapat di minum untuk menggantikan fluida dan mineral yang
digunakan tubuh selama aktifitas fisik.
Larutan isotonik : Infus dengan tekanan sama seperti cairan tubuh
normal.
Contoh : Normal Saline (Na Cl 0,9%), larutan Ringer Laktat

2) Hipotonik
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat
terlarut lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang
lain sehingga air bergerak ke dalam sel. Dengan menempatkan sel
dalam lingkungan hipotonik, tekanan osmotik menyebabkan jaringan
mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan
tidak berfungsi.

Larutan hipotonik : Infus dengan ekanan osmotik lebih rendah


dari cairan tubuh.
Contoh : Dekstrosa 5% dan cairan rumatan (Seri KAEN) disebut
hipotonis karena kandungan glukosanya yang masuk kedalam tubuh
akan cepat diserap dan dimetabolisme dalam sel.
3) Hipertonik
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat
terlarut lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang
lain sehingga air bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik,
tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel. Jika cukup air
dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi
air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.
Larutan hipertonik : Infus dengan tekanan osmotik lebih tiggi dari
plasma darah.

5. Sistem Buffer

Sistem buffer adalah sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan
tubuh, yang dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah
perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan
tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah
perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada
cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini memiliki keterbatasan yaitu :
a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang
disebabkan karena peningkatan CO2.
b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali
sistem pernafasan bekerja normal.
c. Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada
tersedianya ion bikarbonat.

Ada 4 macam system buffer, yaitu


a) Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
b) Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
c) Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat
d) Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan
intrasel.

Sistem kimia hanya dapat mengatasi ketidakseimbangan asam-basa


sementara. Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki
ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru
yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah
akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat
dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam
darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan
ginjal dalam menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi,
ekskresi, dan absorpsi ion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer
tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa
dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh
dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme buffer tersebut
bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.
BAB III
KESIMPULAN

Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan


tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.Seluruh
cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu
intraselular dan ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit
dan elektrolit yang masing-masing memegang peranannya.
Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang
tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang
membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal, tubuh
mememiliki suatu sistem mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh, baik melalui kendali osmoler dan nonosmoler.
Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah
keseimbangan cairan tubuh dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang
tidak balans, perlu diberikan terapi cairan.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan
berbagai macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi
dalam beberapa bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipernatremia,
dan sebagainya. Masing- masing gangguan keseimbangan tersebut menimbulkan
berbagai gejala dan bahkan kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu, praktisi
kesehatan seharusnya mengetahui tentang pentingnya keseimbangan cairan dan
elektrolit agar tidak terjadi kasus-kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with Fluid


and Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology
5th ed. New York: Mc-Graw Hill. 2013
2. Agro FE, Fries D, Vennari M. Body Fluid Management From Physiology to
Therapy. Verlag Italia: Springer.
3. Waterhouse BR, Famery AD. The Organization and Composition of Body
Fluids.
Anaesthesia & Intensive Care Medicine. 2012

4. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku


Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.
5 Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam
Handbook for Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Inc.

6. Miller RD. 2015. Miller’s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders.
7. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and
Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic
Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015
8. Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai