Welcome To My Blog
Assalamualaikum Wr. Wb.
4 Votes
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, penting sekali bagi dokter, jika menghadapi pasien dengan tanda
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, untuk selalu mencari penyakit
penyebab gangguan tersebut. Kemudian terapi hendaknya dikerjakan serentak,
yaitu terapi suportif untuk mengurangi derajat gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit bersama terapi definitif atau kausal untuk menyembuhkan penyakit
dasarnya. Untuk itu, pemahaman yang mendasar tentang metabolisme garam, air
dan elektrolit merupakan bagian penting pada pengelolaan pasien bedah.
Penatalaksanaan cairan dan elektrolit adalah hal yang utama dalam perawatan
pasien bedah. Perubahan – perubahan pada volume cairan dan komposisi elektrolit
dapat terjadi secara preopertif, intraoperatif dan postoperatif sebagai respon
terhadap trauma dan sepsis.( 1,2 )
Istilah ” resusitasi cairan ” mulai diperkenalkan sebagai istilah untuk terapi cairan
dalam jumlah banyak menimbulkan dan diberikan dalam waktu singkat, guna
mengatasi gangguan akut yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan
kematian.( 1 )
PEMBAHASAN
Sebagian besar (60%) tubuh kita terdiri dari air. Cairan tubuh (air & zat-zat yg
terlarut di dalamnya) berfungsi :
Masuk : Keluar:
Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan
total dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiap individu dan merupakan
refleksi dari lemak tubuh. Jaringan yang tidak berlemak seperti otot dan organ –
organ yang padat mempunyai kadar air yang tinggi dibandingkan dengan lemak
dan tulang. Sebagai contoh, laki – laki muda yang kurus mempunyai kadar air
dalam tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan orangtua atau orang yang
gemuk. Rata – rata 60% dari berat badan laki – laki dewasa muda terdiri atas air,
sedangkan pada pada wanita muda rata – rata 50%. Persentasi total air dalam
tubuh yang lebih rendah pada wanita berhubungan dengan persentase yang tinggi
dari jaringan adiposa dan persentase yang rendah dari massa otot yang dimiliki
oleh wanita. Total cairan tubuh diperkirakan menurun kira – kira 10 – 20 % pada
individu yang gemuk dan meningkat 10 % pada individu yang malnutrisi.
Persentase total air dalam tubuh yang paling tinggi terdapat pada bayi yang baru
lahir, dengan rata – rata 80% dari berat badan totalnya terdiri dari air. Kandungan
air ini akan menurun kira – kira menjadi 65% pada tahun pertama dan kemudian
relatif konstan pada tahun – tahun berikutnya.
Total air dalam tubuh dibagi menjadi 2 bagian : ekstraseluler dan intraseluler.
Cairan ekstraseluler menyusun ± 1/3 dari total air dalam tubuh dan 2/3 sisanya
merupakan cairan intraseluler. Cairan ekstraseluler menyusun 20% dari berat
badan total yang terdiri dari plasma ( 5% dari berat badan ) dan cairan interstitial (
15 % dari berat badan ). Jumlah cairan intraseluler dihitung dengan cara
mengurangi total air dalam tubuh dengan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler
terdiri dari 40% berat badan total pada masing – masing individu dengan proporsi
terbesar terdapat pada otot rangka. ( 2 )
Plasma 5%
PLASMA
KATION ANION
K+ 4 HCO3 - 27
Ca++ 5 SO4 – 3
Mg++ 3 PO4 —
As. Organik 5
Protein 16
CAIRAN INTERSTITIAL
KATION ANION
K+ 4 HCO3- 30
Ca++ 3 SO4 – 3
Mg++ 2 PO4 —
As. Organik 5
Protein 1
CAIRAN INTRASELULER
200 mEq/L 200 mEq/L
KATION ANION
Na+ 10 HCO3 - 10
Protein 40
Cairan ekstraseluler seimbang antara kation utama yaitu natrium dan anion utama
yaitu klorida dan bikarbonat. Cairan intraseluler terdiri dari kation utama yaitu
kalium dan magnesium dan anion utam yaitu fosfat dan protein. Gradien
konsentrasi antara bagian – bagian cairan diatur oleh pompa ATP Na-K yang
terletak di antara membran sel. Komposisi dari plasma dan cairan interstitial agak
berbeda pada komposisi ion, dengan perbedaan yang utama dapat terlihat pada
komposisi protein yang lebih tinggi pada plasma. Osmolaritas plasma yang
ditambahkan dengan protein menyeimbangkan cairan yang melewati endotel
kapiler. Walaupun perpindahan ion dan protein antara cairan yang berbeda
terbatas, air dapat berdifusi dengan bebas. Air tersebar disemua cairan tubuh
sehingga pemberian sejumlah air dapat meningkatkan sedikit volume dari cairan.
Bagaimanapun, Natrium merupakan bagian dari cairan ekstraseluler dan karena
osmotiknya dan kemampuan elektriknya, sehingga dapat berikatan dengan air. Oleh
karena itu cairan yang mengandung natrium didistribusikan melalui cairan
ekstraseluler dan ditambahkan pada volume intravaskuler dan interstitial. Ketika
cairan yang mengandung natrium yang masuk akan mempengaruhi volume
intravaskuler, juga akan memperluas ruang interstitial kurang lebih tiga kali lipat
seperti plasma.
TEKANAN OSMOTIK
Perpindahan air melewati membran sel terutama tergantung dari osmosis. Untuk
mendapatkan keseimbangan osmotik, air berpindah melewati membran
semipermeabel untuk menyeimbangkan konsentrasi pada kedua bagian.
Perpindahan ini dapat terlihat dari konsentrasi solut pada salah satu membran.
Tekanan osmotik diukur dalam unit osmolaritas ( osm ) atau miliosmol ( mOsm )
yang menunjukkan jumlah sebenarnya dari partikel – partikel yang aktif. Sebagai
contoh, satu millimole ( mmol ) dari natrium klorida sama dengan 2 mOsm ( satu
dari natrium dan asatu dari klorida ). Prinsip utama dari osmolaritas adalah
konsentrasi natrium, glukosa dan urea ( blood urea nitrogen ( BUN ) ) :
Osmolaritas dari cairan intraseluler dan ekstraseluler normalnya antara 290 – 310
mOsm pada setiap bagian. Karena membran sel permeabel terhadap air, setiap
perubahan pada tekanan osmotik pada tiap bagian terjadi bersamaan dengan
redistribusi air sampai tekanan osmotik efektif antar bagian seimbang. Sebagai
contoh, jika konsentrasi Na cairan ekstraseluler meningkat dapat terjadi
perpindahan air dari cairan intraseluler ke cairan ekstraseluler. Sebaliknya, jika
konsentrasi Na cairan ekstrasel menurun, air akan masuk ke dalam sel. Perubahan
volume pada setiap bagian, bagaimanapun tidak diikuti dengan perpindahan air
selama konsentrasinya pada kedua bagian sama.
Untuk ion yang univalen seperti Na, 1 mEq adalah sama dengan 1 mmol. Untuk ion
bivalen seperti Mg, 1 mmol sama dengan 2 mEq. Hal ini penting karena jumlah mEq
dari kation harus seimbang dengan jumlah mEq dari anion.
Konsumsi air rata-rata pada orang normal kurang lebih 2000 ml, ± 75% dari
pemasukan oral dan sisanya dari ekstraksi dari makanan padat. Kehilangan air
perhari terdiri dari 1 L melalui urin, 250 ml melalui feses dan 600 ml melalui
Insensible loss. Insensible loss dapat terjadi melalui kulit 75% dan paru 25%
berupa air murni. Insensible loss dapat meningkat pada banyak faktor seperti
demam, hipermetabolisme dan hiperventilasi. Berkeringat, pada sisi lain
merupakan proses aktif dan meliputi kehilangan elektrolit (hipotonik) dan air. Untuk
membersihkan sisa produk metabolisme ginjal harus mengeksresi minimal
500-800 ml urin perhari tanpa memperhatikan jumlah masukan peroral.
Defisit volume ekstraseluler adalah gangguan yang sering terjadi pada pasien
bedah dan dapat terjadi secara akut dan kronik. Defisit volume akut berhubungan
dengan kardiovaskuler dan tanda-tanda SSP, ketika terlihat tanda-tanda defisit
kronik jaringan seperti penurunan turgor kronik dan mata yang cekung, sebagai
tanda kelainan sistem kardiovaskuler dan SSP. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan peningkatan N urea darah jika terjadi defisit berat sehingga
menurunkan filtrasi glomerolus dan hemokonsentrasi. Osmolaritas urin biasanya
lebih tinggi daripada osmolaritas serum, dan urin Na dapat menjadi rendah, bisa
kurang dari 20 Meq/l. Konsentrasi Na tidak menunjukkan jumlah volume, dan oleh
karena itu dapat tinggi, normal atau rendah ketika terjadi defisit volume. Etiologi
yang paling sering dari defisit volume pada pasien bedah adalah kehilangan cairan
dari gastrointestinal yang berasal dari Nasogastric suction, muntah, diare atau
fistula. Sebagai tambahan, kerusakan sukunder pada cedera jaringan lunak, luka
bakar, dan proses intraabdominal seperti peritonitis, obstruksi, tindakan
pembedahan yang lama juga dapat memicu terjadinya defisit volume.
Oligouria Murmur
Kolon 600-800 60 30 40 0
PENGATURAN VOLUME
Perubahan serum Na merupakan kebalikan proporsi dari kadar total air dalam
tubuh. Oleh karena itu abnormalitas dari total air dalam tubuh dapat terlihat dari
abnormalitas serum Na.
HIPONATREMIA
Kadar serum Na yang rendah terjadi ketika adanya kelebihan dari air ekstraseluler
yang berhubungan dengan Na. Volume ekstraseluler dapat tinggi, normal atau
rendah.
Hiponatremia
Volume status
Hiponatremia dapat juga terlihat dari peningkat dari solute yang berhubungan
dengan air bebas, seperti hiperglikemia yang tidak diobati atau intake manitol.
Penggunaan glukosa pada osmosis bagian ekstraseluler, dapat menyebabkan
pergeseran air dari ruang intraseluler ke ruang ekstraseluler yang kemudian terjadi
hiponatremia delusional. Hiponatremia dapat juga terlihat jika tekanan osmotik
pada bagian ektraseluler secara efektif normal atau bahkan meningkat. Jika
hiponatremia terjadi bersamaan dengan hiperglikemia, konsentrasi Na dapat
dihitung :
Untuk setiap kenaikan 100-mg/dl glukosa plasma diatas normal, Na plasma harus
diturunkan 1,6 mEq/L.
Peningkatan lipid plasma dan lipid protein yang ekstrem dapat menyebabkan
pseudo hiponatremia jika tidak ada penurunan Na ekstraseluler yang nyata yang
dihubungkan dengan air.
Tanda dan symptom dari hiponatremia tergantung dari derajat hiponatremia dan
kecepatan ketika hiponatremia terjadi. Manifestasi klinik yang utama pada SSP dan
berhubungan dengan intoksikasi air seluler dan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial.
HIPERNATREMIA
Hipernatremia dapat terjadi baik dari kehilangan air bebas atau kelebihan Na.
Seperti hiponatermia, hipernatremia dapat berhubungan dengan peningkatan,
normal, atau penurunan volume ekstraseluler. Hipernatremia hipervolemi biasanya
disebabkan oleh masuknya iatrogenic dari cairan yang mengandung Na (termasuk
Na bikarbonat) atau mineralokortikoid atau kelebihan mineralokortikoid yang dapat
terlihat pada hiperaldosteronism, cushing sindrom, dan hyperplasia adrenal
congenital. Na urin biasanya lebih dari 20 mEq/L dan osmolalitas urin biasanya
lebih dari 300 mOsm/L. Hipernatremia normovolemik dapat berhubungan dengan
ginjal (diabetes insipidus, diuretic, penyakit ginjal) atau bukan ginjal
(gastrointestinal atau kulit) yang dapat menyebabkan kehilangan air.
Hipernatremia
Volume status
High normal
low
↓ ↓ ↓
Aldosteronism Gastrointestinal
Gastrointestinal
Adrenal failure
Terakhir, hipernatremia hipovolemik dapat terjadi baik karena kehilangan air baik
renal maupun non renal. Yang disebabkan oleh ginjal termasuk diabetes insipidus,
diuretic osmotic, gagal ginjal, dan penyakit tubulus ginjal. Konsentrasi Na urin
kurang dari 20 mEq/L dan osmolalitas urin kurang dari 300-400 mOsm/L.
Kehilangan air non renal dapat terjadi secara sekunder karena kehilangan cairan
gastrointestinal seperti diare, atau kehilangan cairan dari kulit seperti demam atau
trakeostomi. Sebagai tambahan tirotoksikosis dapat menyebabkan kehilangan air
seperti pada penggunaan cairan glukosa hipertonik untuk dialysis peritoneal. Pada
kehilangan air non renal Konsentrasi Na urin kurang dari 15 mEq/L dan osmolalitas
urin lebih dari 300-400 mOsm/L.
Lakrimasi, salivasi
Oligouria
Demam
Rata-rata intake diet K kira-kira 50-100 mEq/d, yang mana kekurangan dari
hipokalemia dieksresi melalui urine. K ekstrasel dipertahankan dalam batas yang
sempit , prinsipnya dengan eksresi K oleh ginjal, yang mana dapat bergeser dari 10
sampai 700 mEq/d, walaupun hanya 2% dari total K tubuh (4,5 mEq/L x 14 L = 63
mEq) lokasinya dalam bagian dari cairan ekstrasel, jumlah yang sedikit ini sangat
kritis untuk jantung dan fungsi neuromuskular. Jadi meskipun perubahan kecil
namun dapat menyebabkan efek yang besar pada aktifitas jantung. Distribusi K
intrasel dan ekstrasel dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk stress pada
pembedahan, asidosis dan katabolisme jaringan.
HIPERKALEMIA
Hiperkalemia
Peningkatan intake
Suplementasi kalium
Transfusi darah
Peningakatan pelepasan
Asidosis
Diuretik kalium
Insufisiensi renal
Meningkatnya intake dapat sama baik dari oral maupun suplement intravena,
begitupun juga dari transfusi darah. Kerusakan sel dapat menyebabkan pelepasan
K yang berhubungan dengan hemolisis, Rhabdomiolisis, Crush injury, dan
perdarahan saluran cerna. Asidosis dan peningkatan secara cepat dari osmolalitas
ekstrasel (hiperglikemia atau manitol) dapat meningkatkan kadar serum K dengan
membuat perubahan dari ion K ke bagian ekstraseluler. Mayoritas dari total K tubuh
terdapat di intraseluler, bahkan perubahan kecil dari K intrasel yang keluar dari
cairan intraseluler dapat mempunyai peranan penting untuk meningkatkan K
ekstraseluler.
Beberpa pengobatan dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama sekali
padarinsufisiensi ginjal, termasuk diuretik hemat kalium, inhibitor angiotensin-
converting enzim dan Non Steroid Antiinflamation Drugs. Sejak aldosteron
memainkan peranan penting dalam menstimulasi sekresi K dari ductus koledokus,
banyak obat (seperti Spironolakton dan inhibitor Angiotensin-converting enzym),
mengganggu aktifitas aldosteron untuk menghambat sekresi K, akibatnya eksresi K
juga dapat terjadi pada insufisiensi ginjal dan gagal ginjal.
- Pendataran gelombang T
- Fibrilasi ventrikel
HIPOKALEMIA
Hipokalemia lebih sering terjadi pada pasien dengan pembedahan. Ini mungkin
disebabkan oleh intake yang tidak adekuat (diet K bebas cairan intravena atau
total nutrisi parenteral dengan penggantian K yang tidak adekuat). Kelebihan
eksresi ginjal (hiperaldosteron, pengobatan contohnya diuretik yang meningkatkan
sekresi K atau obat seperti Penicillin yang menyebabkan tubulus ginjal kehilangan K
). Kehilangan pada sekresi gastrointestinal (kehilangan langsung dari K dalam feses
atau kehilangan K ginjal dari muntah atau pengeluaran melalui nasogastric yang
cepat) atau perubahan inrasel (seperti terlihat pada alkalosis metabolik atau terapi
insulin).
Etiologi Hipokalemia
Intake inadekuat
Dietary, kalium bebas dalam cairan intravena, nutrisi perenteral total kalium
defisiensi
Hiperaldosteronism
Medikasi
Kehilangan melalui gastrointestinal
Kehilangan kaliun melalui ginjal ( cairan gaster, seperti muntah atau output
nasogastric yang tinggi )
Penurunan K 0,3 mEq/L untuk setiap 0,1 peningkatan pada pH diatas normal
- Gelombang U
- Pendataran gelombang T
- Perubahan segmen ST
ABNORMALITAS MAGNESIUM ( Mg )
Magnesium adalah mineral ke empat terbanyak dalam tubuh dan terutama terdapat
di intraseluler. Sama seperti K, fraksi dari Mg dapat ditemukan dalam ruang
ekstrasel, terbanyak mengandung Mg satu-tiga hádala tulang sampai serum
albumin. Untuk itu kadar plasma Mg dapat menjadi indikator dari total
penyimpanan tubuh terhadap hipoalbuminemia. Mg seharusnya diganti sampai
kadarnya diatas batas normal. Intake normalnya Kira-kira 20 mEq (240 mg) zaherí
dan dieksresi melalui urine dan feses. Ginjal mempunyai kemampuan untuk
menghemat pengeluaran Mg sama seperti pada Na.
HIPERMAGNESEMIA
- Pelebaran interval PR
HIPOMAGNESEMIA
Deplesi Mg merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, terutama yang dirawat di ICU. Ginjal terutama bertanggung jawab
untuk homeostasis Mg melalui regulasi dengan Ca atau Mg receptor pada sel
tubulus ginjal. Hipomagnesemia hádala hasil dari variasi etiologi, mulai dari
rendahnya intake (kelaparan, alkoholisme, terlalu lama menggunakan cairan
intravena dan total nutrisi parenteral dengan suplemen Mg yang tidak adekuat),
meningkatkan eksresi ginjal (alcohol, diuretik, amfoterisin B), gastrointestinal
(diare), malabsorbsi, pancreatitis akut, diabetes ketoasidosis, dan terutama
aldosteronism.
- Depresi segmen ST
- Torsades de pointes
- Aritmia
Hipomagnesemia sangat penting, tidak hanya sebagai efek langsung pada sistem
saraf, tapi juga karena Mg dapat mebuat hipokalsemia dan persisten hiperkalemia.
Ketika hipokalemia atau hipocalsemia bersama dengan hipomagnesemi, Mg harus
lebih agresif diganti untuk membantu mengendalikan homeostasis K atau Ca.
ABNORMALITAS KALSIUM
Mayoritas kalsium tubuh tersimpan dalam matrix tulang dengan hanya kurang dari
1% ditemukan dalam cairan ekstrasel. Ca serum didistribusikan dalam tiga bentuk :
- Ion (50%)
Fraksi ion ini bertanggung jawab untuk stabilitas dan keteraturan neuromuskular
secara langsung. Ketika mengatur kadar serum total, konsentrasi albumin harus
dipertimbangkan :
HIPERKALSEMIA
- Pemendekan interval QT
HIPOKALSEMIA
- Pemanjangan interval QT
- Inversi gelombang T
- Heart blok
- Fibrilasi ventrikel
Polidipsi
ABNORMALITAS FOSFOR
Fosfor adalah anion divalent intraseluler utama dan jumlahnya banyak pada
metabolisme sel aktif. Fosfor bertanggung jawab untuk mempertahankan produksi
energi dalam bentuk glikolisis atau produk fosfat energi tinggi seperti adenosine
triphosphat (ATP), dan kadarnya sangat dikontrol dengan eksresi ginjal.
HIPERFOSFATEMIA
HIPOFOSFATEMIA
Hipofosfatemia dapat menjadi tanda penurunan intake fosfat, pada fosfat bagian
intraseluler, atau peningkatan eksresi fosfat. Penurunan intake dapat terjadi
bersamaan dengan malnutrisi atau jika terjadi penurunan absorpsi pada
gastrointestinal (malabsorpsi atau ikatan fosfat). Kebanyakan kasus yang terjadi
pada fosfat bagian intraseluler berhubungan dengan alkalosis respiratori, terapi
insulin, sindrom pemberian makan berulang, dan Hungry Bone Syndrome.
Manifestasi klinik dari hipofosfatemia biasanya tidak ada sampai terjadi penurunan
kadar secara signifikan. Umumnya gejala berhubungan dengan penurunan fosfat
energi-tinggi dan manifestasinya pada disfungsi jantung atau kelemahan otot.
pH dari cairan tubuh dipelihara didalam batas sempit walaupun kemampuan ginjal
untuk mengeluarkan sejumlah besar HCO 3- dan sejumlah besar asam yang normal
di produksi sebagai produk dari metabolisme.
KEGAGALAN METABOLIK
ASIDOSIS METABOLIK
Ginjal juga meningkatkan sekresi hidrogen dan oleh sebab itu meningkatkan eksresi
NH4 + (H+ + NH3 + = NH4 + ) dalam urin. Dalam evaluasi pada pasien dengan level
serum bikarbonat yang rendah dan asidosis metabolik, ukuran pertama dari
perbedaan anion atau Anion Gap (AG), index dari anion yang tidak terukur.
AG = [ NA ] – [ CL + H CO3 ]
Normal perbedaan anion (AG) adalah < 12 mmol/L dan menunjuk terutama pada
albumin, jadi perkiraan perbedaan anion sesuai untuk albumin (hipoalbumin
menurunkan AG).
Salah satu penyebab paling sering dari asidosis metabolik berat pada pasien bedah
dengan asidosis laktit. Dengan shock, laktat diproduksi dari produk perfusi jaringan
yang inadekuat. Terapi adalah untuk mengembalikan perfusi.
Asidosis metabolik dengan AG normal dari pemasukan asam lain (HCL atau NH4+)
atau kehilangan bikarbonat yang bersumber dari gastrointestinal seperti diare,
fistula (enterik, pankreatitis atau biliary), ureterosigmoidostomy atau kehilangan
anion dari ginjal, kehilangan bikarbonat diimbangi dengan masuknya klorid, yang
menyebabkan perubahan AG. Untuk mengetahui bahwa kehilangan bikarbonat
disebabkan oleh renal, kadar [NH 4 +] dalam urin yang rendah menunjukkan adanya
asidosis hiperkloremik yang mengindikasikan adanya kehilangan anion melalui
ginjal dan evaluasi untuk asidosis renal tubular dapat dilakukan. Asidosis tubular
proksimal ginjal dihasilkan dari penurunan reabsorbsi dari HCO 3 -, ketika asidosis
renal tubular distal dihasilkan dari penurunan eksresi asam. Inhibitor karbonik
anhidrase asetazolamid juga dapat menyebabkan kehilangan bikarbonat dari ginjal.
ALKALOSIS METABOLIK
KEGAGALAN RESPIRATORI
Dalam keadaan normal PCO2 dijaga secara ketat oleh ventilasi alveolar, dan
dikontrol oleh pusat pernapasan pada pons dan medula oblongata.
ASIDOSIS RESPIRATORY
Keadaan ini berhubungan dengan retensi CO 2 untuk meningkatkan ventilasi
alveolar. Penyebab utama dapat dilihat pada tabel 2-10. Sebagai kompensasi
utama adalah ginjal, yang merupakan respon yang lambat. Pengobatan ditujukan
untuk faktor penyebab dan pengukuran untuk menjamin ventilasi yang adekuat.
Tindakan ini memerlukan strategi ventilasi patient-initiated volume expansiun atau
non invasive ( bilevel positive airway pressure, BIPAP) atau invasiv (intubasi
endotrakeal).
ALKALOSIS RESPIRATORY
Pada banyak kasus alkalosis respiratori terjadi secara akut dan sekunder pada
hiperventiasi alveolar. Penyebabnya termasuk nyeri atau gelisah, kelainan neurologi
( meningitis, trauma), obat-obatan ( seperti salisilat ), demam, bakterimia gram – ,
thyrotoxicosis, atau hipoksemia. Hipokapnea akut dapat menyebabkan pemasukan
potassium dab fosfat kedalam sel dan meningkatkan pengikatan calsium terhadap
albumin, menyebabkan hipokalemia simptomatik, hipofosfatemia, dan hypocalemia,
yang kemudian dapat terjadi aritmia, parestesi, kejang pada otot dan bangkitan.
Pengobatan ditujukan untuk mengobati penyebab penyakit, dan juga mengobati
hiperventilasi yang terjadi.
LARUTAN PARENTERAL
Ada sejumlah larutan elektrolit komersial yang dapat digunakan untuk pemasukan
parenteral. Jenis cairan yang dimasukkan tergantung pada status volume pasien
dan tipe konsentrasi atau adanya komposisi abnormal. Baik ringer laktat dan
normal saline bersifat isotonik dan bermanfaat dalam menggantikan kehilangan
cairan gastrointestinal dan defisit volume ekstraseluler. Ringer laktat bersifat agak
hipotonik karena mengandung 130 mEq Natrium, yang diseimbangkan dengan 109
mEq klorida dan 28 mEq laktat. Laktat lebih sering digunakan dibandingkan
bikarbonat karena laktat bersifat lebih stabil sebagai cairan intravena selama
penyimpanan. Laktat diubah menjadi bikarbonat di hati mengikuti proses
pencairan, walaupun dihadapkan pada syok hemoragik. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa resusitasi menggunakan ringer laktat dapat menyebabkan
kerusakan karena RL mengaktivasi respon inflamasi dan menyebabkan terjadinya
apoptosis. Komponen yang terlibat adalah isomer D laktat, yang berbeda dengan
isomer D, bukan merupakan perantara yang normal pada metabolisme mamalia.
Biasanya larutan mengandung campuran 50:50 dari D dan isomer.
Na Cl K HCO3 - Ca Mg mOsm
Cairan ekstraseluler 142 103 4 27 5 3 280-310
1026
D5 W
Natrium Klorida 3%
Sejumlah larutan alternative untuk ekspansi volume dan resusitasi telah tersedia
table 2-12 larutan salin hipertonik (3,5% dan 5% digunakan untuk mengatasi
deficit Na yang berat. Salin hipertonik (7,5% ) digunakan sebagai terapi pada
cedera kepala tertutup. Salin hipertonik meniungkatkan perfusi cerebral dan
menurunkan tekanan intracranial, hal tersebut akan meunurunkan edema otak.
Salin hipertonik dalamjumlah kecil, dibandingkan dengan salin isotonic dalam
jumlah besar, lebih efektif dalam meningkatkan volume pada shock hemoragik.
Bagaimanapun harus diperhatikan juga dalam meningkatkan darah, seperti salin
hipertonik sebagai vasodilator arteriola.
Koloid juga digunakan pada pasien bedah dan masih diperdebatkan sebagai
penambahan volume dibandingkan kristaloid isotonic. Melalui berat molekulnya
koloid tertahan di ruang intravascular. Bagaimanapun pada kondisi shock
hemoragik berat, permeabilitas membrane kapiler meningkat, menyebabkan koloid
dapat masuk ke ruang interstitial yang dapat memperburuk edema dan merusak
oksigenasi jaringan.
Ada empat tipe koloid yaitu :
- Albumin
- Dekstran
- Beta starch
- Gelatin
Larutan dengan ukuran partikel lebih kecil dan berat molekul lebih kecil mempunyai
efek onkotik yang lebih besar, tapi tertahan dalam sirkulasi pada periode lebih
singkat dibandingkan koloid dengan ukuran partikel lebih besar dan berat molukul
lebih besar.
Albumin (berat molekul 70000) merupakan derifat dari darah, oleh karena itu
dapat dihubungkan dengan reaksi alergi. Albumin dapat menginduksi gagal ginjal
dan merusak fungsi paru jika digunakan untuk resusitasi shock hemoragik.
Dextran adalah polimer glukosa yang dihasilkan oleh pertumbuhan bakteri pada
media sukrosa dan tersedia dalam larutan dengan berat molekul 40.000 atau
70.000. Dextran menambah volume melalui efek osmotiknya. Dextran terutama
lebih banyak digunakan untuk menurunkan viskositas darah daripada penambahan
volume.
Gelatin merupakan kelompok ke empat dari koloid yang diproduksi dari kolagen
sapi. Ada dua jenis yaitu gelatin urea – linked dan succinylated gelatin (gelofusine).
NATRIUM
HIPERNATREMIA
140
Banyak kasus hiponatremia dapat diatasi dengan restriksi air dan jika berat
ditambahkan Na. Pada pasien dengan fungsi renal normal hiponatremi tidak akan
terjadi jika serum Na ≥ 120 mEq/L. Jika terjadi gejala neurologik, maka normal
saline 3% digunakan untuk meningkatkan Na tidak lebih dari 1 mEq/L per jam
sampai kadar serum Na mencapai kadar 130 mEq/L atau gejala neurologik teratasi.
Koreksi dari hiponatremia yang asimptomatik dilakukan dengan meningkatkan
kadar Na tidak lebih dari 0,5 mEq/L sampai maksimum 12 mEq/L per hari dan lebih
rendah lagi pada hiponatremi kronik. Koreksi hiponatremi yang cepat dapat
menyebakan mielinolisis pons dengan kejang, lemah atau paresis, gerakan akinetik
dan unresponsif serta kerusakan otak permanen. MRI dapat membantu
menegakkan diagnosis.
KALIUM
HIPERKALEMIA
Pengeluaran kalium
Kayexalate
Dialisis
Pengantian kalium
1 ampul bikarbonat IV
HIPOKALEMIA
Terapi untuk hipokalemi adalah dengan pemberian kalium. Pemberian secara oral
efektif untuk hipokalemia ringan dan asimptomatik. Jika diperlukan pemberian
secara intravena, tidak boleh lebih dari 10-20 mEq/h.
MAGNESIUM
HIPERMAGNESEMIA
HIPOMAGNESEMIA
Koreksi deplesi Mg dapat dilakukan secara oral jika ringan dan asimptomatik.
Pemberian Mg dapat dilakukan secara intravena jika berat dan menimbulkan gejala.
CALCIUM
HIPERKALSEMIA
HIPOKALSEMIA
Pemeliharaan cairan harus dilakukan pada individu yang sehat sebelum operasi.
10-20 kg II = 50 ml/kgbb/hari
Evaluasi preoperatif status volume pasien dan elektrolit abnormal yang ada
merupakan bagian yang penting pada penilaian dan perawatan preoperatif.
Jika telah terdiagnosa defisit volume harus dilakukan penggantian cairan secara
cepat, biasanya digunakan kristaloid isotonik. Pasien yang mengalami defisit
volume dengan gejala kardiovaskular harus diberikan 1-2L cairan isotonik infus.
Monitoring yang ketat selama periode ini sangat penting. Pasien yang gagal
teratasi defisit volumenya biasanya fungsi ginjalnya rusak, dan pada orang tua
harus dibawah monitoring yang ketat di ICU, untuk mengontrol tekanan vena
sentral atau kardiak output.
Pada induksi anestesi mekanisme kompensasi akan hilang dan hipotensi akan
terjadi jika defisit volume tidak diatasi secara cepat sebelum operasi.
Ketidakstabilan hemodinamik dapat dihindari dengan mengkoreksi cairan yang
sudah hilang, menggantikan cairan yang sedang hilang dan menyediakan terapi
cairan yang adekuat sewaktu preoperatif.
Thank’s to :
1.
Like
One blogger likes this.
« Previous Next »
Leave a Reply
Your email address will not be published.
Name
Email
Website
Comment
Post Comment
Asslmkm dok..
Apakah px hipokalemi dengan kadar kalium 2,2 mg/dl masih bisa diterapi
dengan suplemen kalium oral (mungkin bisa diberikan nama obatnya)..px
post tx diuretik karena asites..dengan kadar albumin 3,1..apakah kadar
magnesium perludiperiksa sebelumnya..trimakasih atas perhatiaanya..
Wassalamualkm
0 0 Rate This
Reply
salam dok,
bisa kalau dok menerangkan tentang pengelolaan terapi cairan dan
elektrolit pada bayi pasca bedah? apa beda nya dengan dewasa?
bagaimana menghitung nya?
0 0 Rate This
Reply
pada bayi memang berbeda dengan org dewasa, krn pada bayi tubuh
nya sebagian besar masih terdiri dari cairann, jadi bila menghitung
cairan pada bayi jangan sampe berlebihan. dapat dihitung dengan
rumus :
2 0 Rate This
Reply
Just ordinary people who want to share his knowledge and stories of his life with others
Search text
tweet…tweet
OK Liverpool unggul atas newcastle skrg, to city jg udah unggul 2-0 1 week ago
My Article
ANESTHESIA (9)
DENTIST (9)
DERMATOVENEROLOGY (16)
EAR, NOSE & THROAT (11)
INTERNIST (20)
MY WORLD (33)
NEUROLOGY (10)
OBSTETRIC & GINECOLOGY (13)
OPTHALMOLOGY (10)
PEDIATRICS (16)
PSYCHIATRY (10)
PTT Kalimantan April 2010-Maret 2011 (52)
RADIOLOGY (4)
SOAL-SOAL UKDI (5)
SURGERY (16)
Info-Info
Archives
language
You Are Visitor No:
Flag Visitor
Comments