Anda di halaman 1dari 19

MIKOSIS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK

:7

1. Peri
2. Rima Asriyani
3. Sigit Maulana

(A21309064)
(A21309068)
(A21309070)

Mata Kuliah

: IDK (III)

Dosen Pengasuh

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Mikosis dan
juga kami berterima kasih kepada Dosen pengasuh yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Palembang, 10 Agustus 2015

Kelompok 7

DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar ..........................................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................................................

ii

BAB I
Latar Belakang .........................................................................................................

BAB II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Definisi ..........................................................................................................
Ciri-ciri Fungsi ..............................................................................................
Peranan Jamur ...............................................................................................
Morpologi.......................................................................................................
Struktur Sel Jamur .........................................................................................
Reproduksi.....................................................................................................
Klasifikasi......................................................................................................
Faktor Predisposisi / pertumbuhan.................................................................

2
3
3
4
5
6
6

BAB III
...............................................................................................................................
kesimpulan.............................................................................................................

15

Daftar Pustaka ...........................................................................................................

16

Ii

MIKOSIS

BAB.1
Pendahuluan
Latar Belakang
Mikologi Berasal dari bahasa Yunani Mykes yang berarti Jamur dan Logos yang

berarti

Ilmu. Mikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jamur. Dalam bahasa Inggris Jamur
disebut Fungi / Fungus.
kita mengenal ada berbagai jenis spesies ragi dan jamur tetapi ada hanya ada sekitar 1000 yang
menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan (banyak yang lain menyebabkan penyakit pada
tumbuhan). Hanya dermatofita dan spesies candida yang sering ditularkan dari satu orang ke
orang lain.
Untuk lebih mudahnya, infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam infeksi jamur superfisial,
kutan, subkutan, dan profundan (atau sistematik).

Infeksi-infeksi jamur superfisial, kutan, atau subkutan pada kulit, rambut, dan kuku dapat
menjadi kronis dan resisten terhadap pengobatan tetapi jarang mempengaruhi kesehatan
umum si penderita. Mikosis profunda disebabkan oleh jamur patogenik atau jamur
opurunistik yang menginfeksi penderita dengan gangguan imunologi.

Mikosis profunda dapat menimbulkan gangguan sistematik yang kadang-kadang fatal.


Aktinomisetes bukan merupakan jamur tetapi bakteri filamentosa yang bercabang.
Namun, organisme ini menimbulkan penyakit yang gambarannya menyerupai infeksi
jamur.

Mikosis kutan disebabkan oleh jamur yang hanya menginvasi jaringan superfisialis yang
terkeratinisasi (kulit, rambut dan kuku) dan tidak ke jaringan yang lebih dalam. Bentuk
yang paling penting adalah dermatofita, suatu kelompok jamur serumpun yang
diklasifikasika menjadi 3 genus Epidennophyton, Microsporum danTrychopyton. Pada
jaringan

keratin

yang

tidak

hidup,

artrokonidia.

Bab. 2

bentuk-bentuk

ini adalah

bila dan

Jamur pada Manusia


A. Pengertian Fungi
Fungi adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di daerah tropik,
subtropik, di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga ditemukan di darat, di perairaian tawar, di
laut, di mangrove, di bawah permukaan tanah, di kedalaman laut, dipengunungan, maupun di
udara.
Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan fungi, antara lain kelembapan, suhu,
keasaman

substrat,

pengudaraan,

dan

kehadiran

nutriennutrien

yang

diperlukan.

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar
makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap
molekul nutrisi ke dalam sel-selnya.
Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi
sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan
luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak
disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda
(ingat metamorfosis pada serangga atau katak).
Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara :dua
hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah,
sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa.
Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora.
Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas
adalah Saccharomyces.
Sedangkan dari sudut lain mengatakan bahwa fungi adalah mikroorganisma eukaryotik yang
hidup secara saprofit karena tidak dapat berfotosintesa. Pada dasarnya sel -sel fungi hampir sama
dengan sel - sel hewan. Bahkan hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa sulit
ditemukan strategi yang tepat dalam mengobati infeksi oleh jamur tanpa berefek toksik bagi
inang / host nya.
Di alam ini fungi dapat bersifat sangat merugikan manusia dengan menimbulkan infeksi
(penyakit) dan toksin yang dihasilkan ataupun bersifat menguntungkan dengan menghasilkan
produk - produk yang dapat digunakan oleh manusia sebagai contoh antibiotika, vitamin, asam
organik dan enzim.Infeksi yang ditimbulkan oleh fungi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : infeksi
yang ditimbulkan karena fungi sebagai individu bersarang atau menyerang tubuh kita
2
(mengakibatkan infeksi) atau produk yang dihasilkan oleh fungi yang masuk ke dalam tubuh kita
(tanpa sengaja) yang bersifat toksik dan mematikan, sebagai contoh : produk aflatoxin.

Beberapa antibiotika yang dihasilkan oleh fungi sebagai contoh penisilin dan sefalosporin sangat
bermanfaat bagi perkembangan dunia klinis. Produk ini bersifat efektif melawan bakteri gram
positif maupun gram negatif yang bersifat sangat merugikan kita.
Berdasarkan suhu, dikenal fungsi termofil, mesofil dan psikofil, berdasarkan pH lingkungan,
dikenal fungsi basofil, asidofil, dan netrofil. Berdasarkan oksigen bebas yang ada dilingkungan
fungi dapat dikelompokkan sebagai fungi aerob dan fungi anaerob. Misalnya fungi yang hidup
dalam rumen ternak dan sejumlah khamir yang berperan pada permbuatan bir.
Fungi dapat hidup dalam lingkungan yang ekstrem dan dikenal sebagai fungsi termofil apabila
tumbuh baik pada suhu di atas 550C.
B. Ciri-ciri Fungi :
- Merupakan
sel
- Berkembang

biak

Eukariotik
dengan

(mempunyai
spora

secara

Inti
asexual

yang
maupun

- Tidak
- Dinding

jelas)
sexual
berklorofil

sel

terdiri

dari

khitin

dan

selulosa

- Bersifat sebagai Saprofit


C. Peranan jamur di alam ada yang bermanfaat dan ada yang merugikan bagi

manusia

Yang bermanfaat diantaranya adalah :


-Fermentasi alcohol, pembuatan tempe, menghasilkan antibiotik (Penicillium notatum).
- Jamur yang bisa dimakan edible Mushrom (Volvariella volvacea, Pleurotus ostreatus)

dll.
Yang merugikan diantaranya :
-yang
bersifat

pathogen

- merusak perabot, penyakit tumbuhan

3
D. Morfologi
Bentuk jamur secara garis besar ada 3 bentuk yaitu :
a. Yeast

pada

manusia

merupakan jamur uniselluler yang berbentuk oval / lonjong dengan diameter 3 15 mikron,
berkembang biak dengan cara membelah diri (asexual) membentuk tunas atau budding cell.
Yeast ada dua yaitu : Yeast murni merupakan jamur uniselluler yang tidak mampu membentuk
pseudohifa/ klamidospora, Yeast like merupakan jamur uniselluler yang mampu membentuk
pseudohifa. Contoh

: Candida sp, Candida

albicans, Torulla (koloni

berwarna

merah

orange), Cryptococcus neoformans.Secara makroskopik (pada media padat SGA) koloni


jamur bentuk yeast tampak Smooth, warna krem, cembung bau seperti ragi. Identifikasi dengan
uji biokimia
b. Mold / Kapang
Merupakan jamur multiselluler (mempunyai inti lebih dari satu) yang membentuk benangbenang hifa / filament, kumpulan dari hifa disebut miselium yang membentuk suatu anyaman.
Hifa yang dibentuk ada yang bersekat maupun tak bersekat. Hifa yang berada di atas permukaan
media disebut Hifa aerial yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Hifa yang berada
didalam media disebut Hifa Vegetatif berfungsi sebagai alat untuk menyerap makanan.
Secara makroskopik (pada media SGA) jamur yang berbentuk Mold membentuk koloni yang
berserabut / granuler koloninya tampak kasar (Rought). Untuk identifikasi, hasil mikroskopik
dan makroskopik merupakan dasar identifikasi.
Contoh: Aspergillus, Penicellium, Rhizopus, Mucor, Microsporum, Trichophyton, Epidermophyto
n
c. Dimorfik
Merupakan jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold. Berbentuk Yeast jika
berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37 derajat C, dan berbentuk mold jika
berada diluar inangnya atau pada suhu inkubasi suhu ruang.
Contoh : Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Blastomyces dermatidis

4
E. Struktur Sel Jamur
Jamur merupakan sel Eukariotik oleh karena itu struktur sel jamur dapat kita ketahui adanya :
o Dinding sel
o Membrane sel

o
o
o
o
o
o
o
o

Inti
Sitoplasma
Retikulum endoplasma
Badan golgi
Vakuola
Ribosom
Mitokondria
Organel yang lain

Dinding sel : Dinding sel jamur terdiri dari selulosa , chitin atau campuran keduanya yang
merupakan karbohidrat ( 90 % ) dan protein 10 % ( enzim ). Ada beberapa golongan fungi yang
mempunyai dinding sel yang berbeda diantaranya :
FUNGI

DINDING SEL Monomer KH

1. Fungi Aquatik

Selulosa

2. Klas Zygomycetes

Chitin, Chitosan

3 Klas Ascomycetes(Yeast)

Beta Glucan, Mannan

4. Klas Basidiomycetes (Yeast)

Chitin, Mannan

5. Fungi dengan hifa septa

Chitin, Beta Glucans

Protein pada dinding sel jamur berfungsi membantu dalam metabolisme yaitu membentuk
enzim baik enzim ektraseluler maupun intraselluler. Struktur tambahan pada jamur juga ditemui
adanya Kapsul, atau lendir pada jamur yang merupakan struktur tambahan pada bagian luar
dinding sel merupakan Polisakarida yang berfungsi sebagai menjaga dari kekeringan dan
meningkatkan daya patogenitas. Jamur yang berkapsul secara makroskopik koloninya tampak
basah / Mucoid . Contoh jamur yang berkapsul adalah Cryptococcus neoformans

5
F. Reproduksi
Perkembang biakan jamur dengan membentuk spora, spora dibentuk dengan dua cara yaitu :
Asexual dan Sexual Asexual, Spora asexual dibentuk oleh hifa fertile yang mengalami pemutusan
atau fragmentasi.
Macam- macam spora asexual :

Blastospora, spora asexual yang dibentuk oleh jamur yang berbentuk oval (jamur

uniselluler) dengan membentuk sel anakan Budding cell.


Arthrospora, spora asexual yang dibentuk pada ujung hifa dan berbentuk persegi.
Klamidospora, spora asexual yang dibentuk oleh hifa yang mengalami penebalan terletak
pada ujung hifa (klamidospora terminal), atau pada tengah hifa disebut klamidospora

interkalar. Spora/ Konidia yang dibentuk pada hifa yang fertile secara asexual atau sexual
Mikrokonidia, spora asexual pada hifa yang ukurannya kecil berbentuk seperti tetes air,

cerutu.
Makrokonidia, spora asexual pada hifa yang ukurannya besar dan bentuknya seperti
gada, bulan sabit.

Pada beberapa jamur pada bagian ujung menggelembung membentuk suatu wadah
(sporangium), dimana protoplasmanya membagi diri membentuk spora (sporangiospora), hifa
dari jamur tersebut disebut sporangiospore.
Macam- macam Sexual :
Spora jamur yang dibentuk melalui percampuran sitoplasma dan inti dari 2 hifa atau 2 sel
jamur. Perkembang biakan secara sexual ada dua cara yaitu : Plasmogami dan Karyogami.
Plasmogami, persatuan antara dua sel jamur yang didahului dengan protoplasma kemudian
persatuan inti. Karyogami, Persatuan antara dua sel jamur atau hifa pada bagian inti.

G. Klasifikasi
Klasifikasi jamur Sejati (Eumycetes)terbagi menjadi empat berdasarkan cara perkembang
biakannya yaitu :
1. Golongan Zygomycetes, Jamur yang berkembang biak secara sexual dengan membentuk
zigot dari penggabungan ujung-ujung hifa. Contoh : Mucor, Absidia
2. Golongan Basidiomycetes, Jamur yang berkembang biak secara sexual, spora dibentuk
diluar tubuhnya pada sel berbentuk seperti pemukul yang disebut basidia
6
3. Golongan Ascomycetes, Jamur yang berkembang biak secara sexual dengan membentuk
spora didalam askus (wadah).
4. 4.
Golongan Deuteromycetes, Jamur yang brekembang biak secara asexual atau jamur
tidak

sempurna

(Fungi

Imperfekti),

dijumpai

pada

jamur

penyebab

penyakit. Penggolongan jamur pathogen lebih diutamakan pada lokasi infeksinya,


misalnya

Mikosis Superfisial, Mikosis Subcutan, Mikosis Sistemik, Oportunis.

Jamur berdasarkan habitat asal dibagi menjadi :


1.

Habitat Tanah (Geofilik)

Menyebabkan penyakit pada manusia melalui :


a. Inhalasi ( Pernafasan ) : Jamur ini masuk kedalam tubuh manusia melalui
pernafasan, sehingga biasanya menyebabkan penyakit pada organ dalam (Mikosis
Sistemik). Contoh : Aspergillosis paru, Histoplasmosis, Cryptococosis, Blastomyces
b. Traumatik / luka / lesi : Jamur ini masuk kedalam tubuh manusia karena adanya luka, dan
dapat

menyebabkan

penyakit

pada

Mikosis

Subcutan. Contoh

: Cladosporium

corioni, Phialospora verukosa


c. Kontak kulit : Jamur ini pathogen pada manusia karena kontak antara kulit sehingga
menyebabkan

Mikosis

Superfisial(Jamur

Kulit). Contoh

: Malazezia

furfur /

panu, Microsporum, Trychophyton, Epidermophyton


2.

Habitat hewan (Zoofilik)

Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui kontak kulit dengan hewan,
menyebabkan Mikosis Superfisial. Contoh : Microsporum, Trychophyton, Epidermophyton
3.

Habitai Air / Aquatik

Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui mulut, luka kontak dengan kulit,
menyebabkan Mikosis Sub cutan. Contoh : Cladosporium, Phialospora verucosa, Candida
4.

Habitat pada manusia (Anthropofilik)

Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui kontak kulit, menyebabkan penyakit
Mikosis Superfisial. Contoh : Malazezia furfur / panu, Epidermophyton, Candida

H. Faktor Predisposisi/ Pertumbuhan


Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur ada 2 yaitu :
-

secara Eksogen
secara Endogen

Faktor Eksogen

Cuaca (kelembaban, suhu yang tinggi, pH asam), Pakaian, Penggunaan emolin yang berminyak
dan Kebiasaan / pekerjaan.

Faktor Endogen :

Immunodefisiensi, Malnutrisi, Genetic, Hormonal (Mengandung), Diabetes militus dan Obesitas,


kulit berminyak.

Bab. 3
Beberapa Penyakit Yang disebabkan Oleh Jamur
Mikosis Subkutan
Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit meliputi
otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.

1.

Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat

pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian
menyebar melalui aliran getah bening. Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang
terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran
infeksi terjadi juga pada persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya
peradangan menahun, dan nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menahun, meskipun
demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu.
2.

Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh

Fonsecaea pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii.


Habitat jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada
dalam keadaan saprofit. Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan
subkutan.
Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk
pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran getah bening .
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka (lapangan tanah,
sawah, kebun dll.)
Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih
besar dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.
3.

Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur

Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut
Actinomycotic mycetoma.

9
-

Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah.
Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat

meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah.
Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer

sehingga berakibat pada derormitas.


Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan
tanah, sawah, kebun dll.)

Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase


dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu
penyembuhan.
Mikosis Sistemik
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam.
Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masingmasing jamur cenderung menyerang organ tertentu.
Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap
pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C. Mikosis subkutan akut
kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi skunder.
1.

Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-

paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes
dermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat,
pada kasus ringan .
Biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat
dibedakan dengan infeksi pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika
terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan
terbuka (leher,muka, lengan dan kaki).
Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol.

10
Mikosis Fungoides
Mikosis Fungoides adalah suatu jenis limfoma non-Hodgkin yang jarang terjadi, sifatnya
menetap dan berkembang dengan lambat, berasal dari sel limfosit T yang matang dan menyerang
kulit; bisa menyebar ke kelenjar getah bening dan organ dalam.
Gejalanya : Mikosis fingoides dimulai sangat ringan dan berkembang lambat sehingga pada
mulanya tidak diperhatikan. Kemudian akan menjadi ruam kulit gatal yang menetap, kadang

merupakan penebalan kulit yang kecil dan gatal, yang kemudian menjadi benjolan dan menyebar
secara perlahan.
Pada beberapa penderita, mikosis fungoides berkembang menjadi leukemia (sindroma S?zary),
dimana

limfosit

yang

abnormal

ditemukan

dalam

aliran

darah.

Kulit terasa makin gatal dan menjadi kering, kemerahan dan mengelupas.
Diagnosis : penyakit ini pada stadium awal agak sulit, walaupun telah dilakukan biopsi.
Tetapi pada stadium lanjut, biopsi bisa menunjukkan adanya sel limfoma di dalam kulit.
Sebagian besar penderita telah berusia diatas 50 tahun ketika penyakitnya terdiagnosis.
Bahkan tanpa pengobatan sekalipun, harapan hidup penderita mencapai 7-10 tahun.
Pengobatan : Penebalan pada kulit diobati dengan suatu bentuk penyinaran yang disebut sinar
beta atau dengan sinar matahari dan obat steroid yang menyerupai kortison.
Nitrogen mustard bisa dioleskan langsung ke kulit untuk mengurangi gatal dan ukuran daerah
yang

terkena.

Obat interferon juga

bisa

mengurangi

gejalanya.

Jika penyakit telah menyebar ke kelenjar getah bening dan organ lainnya, maka diperlukan
kemoterapi.

Mikosis Superfisial
Mikosis Superfisial merupakan penyakit kulit yany disebabkan oleh jamur yang menyerang kulit
pada bagian epidermis yang mengandung keratin yaitu Stratum korneum basale misalnya : kulit,
rambut, kuku. Penyakit ini banyak ditemukan di Indonesia dan merupakan penyakit
rakyat. Berdasarkan topografinya ( bentuk klinis ) Mikosis Superfisial ada 2 yaitu :
1. Dermatofitosis
2. Non dermatofitosis
11
DERMATOFITOSIS
Penyakit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofit, jamur ini dapat mencerna keratin kulit
( keratinofilik ), sehingga jamur ini dapat menyerang lapisan kulit mulai dari stratum korneum
sampaim

stratum

basalis.

genus : Trichophyton, Epidermophyton, Microsporum

Penyebabnya adalah

GENUS TRICHOPHYTON
Secara Mikroskopik ditemukan hifa bersepta / bersekat, hifa spiral, ditemukan makrokonidia
berbentuk gada berdinding tipis terdiri dari 6 12 sel juga ditemukan

mikrokonidia

yang bentuknya

yang

seperti

tetes

air. Secara

makroskopik

ditemukan

koloni

kasar

berserbuk / radier pada bagian tengah menonjol. Contoh : Trichophyton mentagropytes.


GENUS MICROSPORUM
Genus Microsporum secara mikroskopik ditemukan hifa bersekat,Mikrokonidia. Makrokonidia
seperti gada dengan dinding sel tebal dan berduri / kasar, sel pada makrokonidia terdiri dari 8
12 sel. Secara makroskopik koloni tampak granuler berserbuk. Contoh : M. Cannis, M .
gypseum. M. nannum. M. Cokkei
GENUS EPIDERMOPHYTON
Genus Epidermophyton secara mikroskopik tampak hifa bersekat, ditemukan makrokonidia
berbentuk seperti gada berdinding halus mengandung 2 - 4 sel, ditemukan klamidospora.
Makrokonidia ini tersusun pada satu konidiophore 2 3 buah. Tidak ditemukan
mikrokonidia. Secara makroskopik koloni epidermophyton tampak granuler,berserabut,menonjol
pada bagian tengah. Contoh : Epidermophyton flocosum

12
Penularan penyakit ini melalui : Kontak langsung , kontak tak langsung ( alat-alat ) dari penderita
( manusia / Antropofilik ). Berdasarkan daerah infeksi
-

Tinea
Tinea

Capitis

jamur

Barbae

(
(

Tinea

Fasei

Tinea

Cruris

yang

ada beberapa istilah yaitu:

menyerang

menyerang
menyerang
menyerang

daerah

daerah

kepala

jenggot

pada

muka

daerah

pantat

Tinea

Pedis

Tinea

unguium

Tinea

Corporis

menyerang

kaki

menyerang

kuku

menyerang

badan

- Tinea interdigitalis ( menyerang jari kaki, tangan )


NON DERMATOFITOSIS
Infeksi non dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar , karena jamur
ini tidak dapat mencerna keratin kulit sehingga hanya menyerang lapisan kulit bagian luar. Yang
termasuk

jamur

non

dermatofitosis

antara

lain

: Pitiriasis

versicolor, Tinea

nigra

palmaris, Piedra.
PITIRIASIS VERSICOLOR
Disebut juga Pityrosporum ovale / Pytirosporum orbiculare / Tinea versicolor atau Panu
disebabkan oleh jamur Malazzezia furfur. Penyakit ini bersifat kronik , ditandai dengan adanya
bercak putih sampai coklat bersisik menyerang pada bagian badan, ketiak, paha, leher, tungkai
dan kulit kepala. Infeksi terjadi jika jamur / hifa/ spora melekat pada kulit. Penderita mengalami
kelainan pada kulit , orang yang berkulit putih maka jamur akan tampak bercak-bercak coklat
atau merah ( hiperpigmentasi ) sedangkan pada penderita berkulit sawo matang / hitam maka
jamur akan tampak bercak-bercak lebih muda ( hipopigmentasi ). Dengan demikian warna kulit
tampak bermacam-macam ( versicolor).Penderita mengeluh merasa gatal jika berkeringat atau
tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita merasa malu karena adanya bercak-bercak pada
kulit. Penyebaran jamur ini melalui kontak atau alat- alat pribadi yang terkontaminasi kulit
penderita dan predisposisi kebersihan pribadi.

13
Diagnosa : Dengan pemeriksaan bahan pemeriksaan kerokan kulit yang mengalami kelainan.
a. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 % Kulit yang mengalami kelainan dilakukan kerokan
dengan alat skalpel yang sudah disterilkan dengan alkohol 70 %. Hasil kerokan ditampung pada
cawan petri steril atau kertas steril, dan dilakukan pemeriksaan dengan cara diambil dengan ose
diletakkan pada objek glas dan diberi KOH 10 % ditutup dengan deck glas dan diperiksa dibawah
mikroskop. Secara mikroskopik ditemukan hifa pendek pendek dan spora bergerombol.
b. Pemeriksaan sinar wood.

Dengan pemeriksaan sinar wood pada daerah infeksi akan memperlihatkan flouresens warna
emas atau orange.
c.

Kultur.

Jamur Malazzezia furfur belum dapat dibiakkan pada media buatan.

14
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian materi di atas dapat kami simpulkan bahwa :
1. Fungi adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di daerah tropik,
subtropik, di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga ditemukan di darat, di perairaian
tawar, di laut, di mangrove, di bawah permukaan tanah, di kedalaman laut,
dipengunungan, maupun di udara.

2. Fungi dulu dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi


dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda.
3. Fungi hidup menyerap zat organik dari lingkunganya.
4. Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup di tempat
yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.gudangmateri.com/2010/06/mikologi-fungi-pada-manusia.html
http://medicastore.com/penyakit/310/Mikosis_Fungoides.html
http://sodiycxacun.blogspot.com/2010/05/sekilas-tentang-mikologi-jamur.html

http://sodiycxacun.blogspot.com/2010/05/dermatomikosis-mikosis-superfisial.html

16

Anda mungkin juga menyukai