Disusun Oleh :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
PREVALENSI PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH
OOKISTA Toxoplasma gondii DALAM FESES KUCING
PADA KOTAK PASIR DI SURABAYA
Proposal Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mengajukan skripsi dan untuk memperoleh gelar
Oleh :
061311133165
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
(Ira Sari Yudaniayanti drh., M.P.) (Dr. Maslichah Mafruchati, M.Si., Drh.)
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
1
BAB I PENDAHULUAN
obligat parasit yang mempunyai hospes definitif kucing dan keluarga Felidae serta
dapat menyerang semua hewan berdarah panas seperti sapi, kambing, babi, kuda,
domba, ayam, rodensia dan manusia (Manahan dkk, 2013). Infeksi Toxoplasma
gondii umumnya tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas baik pada inang
toxoplasmosis bervariasi, pada kucing 5,56% - 40%, kambing 23,5 - 60%, domba
32,18 - 71,97%, sapi 36,4%, kerbau 27,3 %, ayam 19,24%, itik 6,1%, babi 28 -
32% dan secara serologis pada manusia di atas 40% (Direktorat Kesehatan
Hewan, 2014).
pada hampir seluruh sel berinti seperti hati, sumsum tulang, paru-paru, jantung,
otak, ginjal, urat daging, jantung dan testis (Subekti dan Arrasyid, 2006;
apabila manusia atau hewan mengkonsumsi daging kurang matang dari inang
darah atau intraplasental induk. Stadium ookista yaitu bentuk telur infektif
Toxoplasma gondii dalam feses yang dikeluarkan kucing (Priyana, 2003). Stadium
masyarakat, baik secara sengaja dipelihara maupun kucing liar. Kucing hidup di
tempat seperti tanah, pot bunga, penampungan pasir, tempat sampah dan bahkan
tempat bermain anak. Faktor lingkungan dan kenaikan jumlah populasi kucing
selama setahun dan tahan terhadap pestisida sehingga hal tersebut berpeluang
Penelitian ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi bahaya yang dapat
ditimbulkan dari pencemaran lingkungan oleh feses kucing dan informasi untuk
manusia.
3
melalui perkembangan vegetatif dengan cara membelah diri yang terjadi pada
dan makrogamet dalam usus halus sehingga dapat mengeluarkan telur atau ookista
Kucing merupakan hewan yang paling dekat dengan manusia dan mudah
Toxoplasma gondii dari feses kucing 0 - 1%, secara serologis 15% - 40% dari
populasi. Namun, dari sampel tanah yang diambil dari daerah yang sering
dikunjungi oleh kucing terdapat 9 - 434 ookista Toxoplasma gondii per kaki
persegi. Di Brazil, ookista Toxoplasma gondii yang diisolasi 10 sampel positif dari
31 sampel yang diambil dari taman bermain di sekolah dasar. Di Perancis, studi
Polandia, ookista Toxoplasma gondii yang terisolasi 18 positif dari 101 sampel
tanah yang diambil dari tempat-tempat yang dianggap disukai oleh kucing antara
lain : kotak pasir, taman bermain, taman, kebun, dan daerah sekitar tempat
sampah. Di Wuhan (China) pada tahun 2009 dan 2010, 58 sampel (23%) positif
lingkungan oleh ookista Toxoplasma gondii dalam feses kucing pada kotak pasir
di Surabaya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pustaka bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih lanjut serta semua
Phylum Chordata, Sub Phylum Vertebrata, Kelas Mamalia, Sub Kelas Theria, Sub
Ordo Fissipedia, Famili Felidae, Sub Famili Fellidae, Genus Fellis, Spesies Fellis
silvestris. Kucing merupakan sejenis karnivora kecil dari Famili Felidae yang
telah dijinakkan selama ribuan tahun, memiliki kharakter yang unik berbeda dari
hewan kesayangan lainnya. Keluarga kucing terbagi menjadi tiga kelompok yaitu
(Pugnetti 1983). Warna dan pola warna rambut kucing domestik lebih beragam
daripada warna dan pola warna rambut keluarga kucing besar, karena kucing besar
memerlukan pola warna dan warna tertentu agar dapat berkamuflase saat berburu
(Kent & Robert 2001). Panjang rambut kucing umumnya sekitar 4,5 cm,
sedangkan pada kucing longhair yang sehat dapat mencapai sekitar 12,5 cm
(Wright & Walters 1980). Karakter morfologi pada kucing seperti warna, pola,
dan panjang rambut, warna mata, bentuk tubuh, panjang ekor, ukuran dan bentuk
Ditunjang dengan tulang yang kuat membuat gerakan kucing semakin lincah dan
mampu berlari kencang (Suwed dan Budiana, 2006). Kucing memiliki indra
kucing suka mengubur kotoran dalam tanah. Kucing telah hidup berdampingan
dengan manusia sebagai hewan peliharaan atau pemburu rodensia terutama tikus
manusia tidak dapat lepas dari kehadiran kucing. Tempat yang terdapat kucing
tempat yang digemari kucing sebagai tempat tinggal antara lain tempat sampah,
pasar, kantin, perumahan, taman dan sekolah. Kucing memegang peran penting
pada penularan toksoplasmosis. Hewan ini terinfeksi karena memakan tikus dan
memiliki kebiasaaan yaitu tidak buang air besar secara acak, melainkan memilih
tempat dengan tanah yang gembur sehingga mereka dapat menutupi kotoran
mereka. Kucing biasanya membuang kotoran pada kebun, area bermain anak-anak
dan khususnya kotak pasir. sehingga fesesnya yang mengandung stadium infektif
dalam feses di tanah, rumput, pakan ternak, air atau di tempat lain. Mengeluarkan
ookista selama rata-rata 8 hari dengan total mencapai 55 juta ookista per hari.
Pencemaran kotoran kucing setiap hari per kucing mencapai 40,2 g untuk kucing
dewasa dan 31,7 g untuk anak kucing (Torrey dan Yolken, 2013).
Ookista tahan dan resisten terhadap kondisi lingkungan yang umum dan
dalam lingkungan yang lembab ookista dapat tetap bertahan hidup selama
lalat, lipas (kecoa), dan cacing tanah dapat menyebarkan secara mekanik ookista
kucing, menjaga kucing dalam ruangan, mengurangi popolasi kucing liar dan
banyak ditemukan pada hewan dan manusia diseluruh dunia yang disebabkan oleh
manusia dan hewan berdarah panas termasuk herbivora, karnivora dan omnivora,
sedangan inang definitif adalah kucing dan keluarga kucing yang termasuk dalam
2.3.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Apicomplexa
Class : Sporozoa
Ordo : Eucoccidia
Famili : Sarcocystidae
Genus : Toxoplasma
2.3.2 Morfologi
tiga bentuk yaitu takizoit (poliferatif atau tropozoit), bradizoit (kista jaringan), dan
ookista (sporozoit) yang terdapat dalam feses kucing (Sasmita, 2006). Takizoit
berbentuk menyerupai bulan sabit dengan bentuk yang runcing dan ujung lain
selaput sel serta memiliki organel seperti mitokondria, ribosom, badan golgi,
berpigmen. Bentuk ini terdapat dalam tubuh hospes kucing, hewan dan manusia
(Levine, 1990).
9
hospes. Apabila berlanjut kearah infeksi kronis dalam jaringan takizoit akan
terdapat pada fase laten toksoplasmosis yang dialami oleh penderita dengan
dalam jaringan otot dan saraf (Soedarto, 2011). Bradizoit hidup pada suhu 36 0 C -
370 Cdalam jaringan hidup namun dapat bertahan hidup sampai -40 C selama 3
minggu. Kista jaringan ini dapat mati jika daging dimasak pada suhu 70 0 C Atau
didinginkan dalam keadaan beku -150 C selama 3 Hari atau -200 C selama dua hari
sepanjang hidup terutama pada otak, otot jantung dan otot bergaris. Bentuk kista
sehingga apabila pecah, maka parasit akan keluar menyerang sel lain
(Gandahusada, 2003).
10
Ookista yang terdapat di dalam tinja kucing. Dibentuk dalam mukosa usus
antara 10-13 mikron. Setiap okista mengandung dua sporokista yang masing-
feses, dihasilkan dalam feses selama tujuh sampai dua belas hari dan puncak
produksi ookista terjadi antara hari kelima dan delapan (Sasmita, 2006). Kucing
akan selalu menghasilkan ookista apabila terjadi reinfeksi. Ookista mati dalam
suhu 450 - 500 C, dikeringkan, dicampur formali, amoniak atau larutan yodiun
namun, pada keadaan lingkungan yang panas dan lembab ookista dapat bertahan
tetap infektif sampai satu tahun lamanya, sedangkan di dalam air kista tersebut
dapat tetap infektif sampai enam bulan (Dubey dan Frenkel, 1972; Soedarto,
2011).
11
Pada suhu kamar proses sporulasi terjadi antara 1-5 hari, sedangkan pada
udara yang bersuhu dingin ookista membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
ookista dapat bertahan lebih lama di lingkungan luar dan tahan terhadap paparan
Siklus hidup parasit ini terdiri dari dua fase yaitu fase intestinal atau
enteroepitelial dan fase extraintestinal. Fase intestinal terjadi pada kucing terdiri
dari pembelahan aseksual dan seksual didalam epitel usus halus. Fase intestinal
12
hanya terjadi pada golongan kucing dan menghasilkan ookista yang ditemukan di
dalam feses kucing. Fase extraintestinal dapat terjadi pada semua hewan yang
sekresi dan ekskresi. Stadium yang lambat akan menetap pada jaringan
2001).
daging yang yang mengandung kista yang berisi bradizoit. Oleh adanya enzim
proteolitik dalam usus dan lambung kucing, dinding kista dan ookista akan hancur
dan sporozoit akan keluar dari ookista serta bradizoit dari kista. Zoit yang bebas
akan menembus lamina propria usus halus kucing dan berubah menjadi tropozoit
skizon, skizon pecah membebaskan merozoit dan merozoit akan menginfeksi sel
Periode prepaten kucing jika yang tertelan kista jaringan adalah 2 – 3 hari.
Tetapi apabila yang tertelan adalah takizoit atau ookista maka waktu infeksi yang
dalam usus kucing akan terbentuk makrogamet dan mikrogamet. Gamet-gamet ini
kemudian akan menghasilkan ookista, dan terus menerus dikeluarkan dalam feses
ookista. Ookista ini dapat mencemari lingkungan dan benda-benda yang ada di
berperan penting pada penularan toxoplasmosis pada hewan dan manusia (Dubey
dkk, 1998).
yang dapat memperbanyak diri dengan cepat. Takizoit bebas dapat ditemukan
dapat ditemukan pada sel berinti seperti fibroblas, epitel, endotel, monosit dan
makrofag (Carruthers et al., 2000; Chahaya, 2003). Pada penderita dengan daya
tahan tubuh atau imunitas normal, parasit akan membentuk kista yang
akan tetap bertahan hidup pasif dalam keadaan istirahat (dorman) sepanjang hidup
sporozoit akan keluar dari kista lalu memasuki sel-sel usus dan kemudian
14
membelah diri secara aseksual dan membentuk takizoit. Takizoit akan menyebar
pseudokista memiliki dinding tipis sehingga apabila pecah, maka parasit akan
sistem saraf pusat, sel-sel otot, dan juga di beberapa organ. Kista dapat tetap hidup
hospes termakan oleh hewan lain, di dalam usus bradizoit akan keluar dari kista
dan proses pembentukan kista jaringan yang baru akan berulang kembali
(Soedarto, 2011).
Infeksi Toxoplasma gondii pada manusia, hewan dan kucing terjadi secara
daging kurang masak yang mengandung kista, mengkonsumsi sayur buah dan air
yang tercemar ookista yang berasal dari feses kucing yang terinfeksi serta
transplasental dari ibu yang terinfeksi selama masa kehamilan (Hanifah, 2009).
Penularan secara vertical dan kongental melalui plasenta dari induk ke janin
sewaktu dalam kandungan atau diperoleh setelah lahir (Janovy dan Robert, 2000).
15
Infeksi ookista dapat ditular oleh vector lalat, kecoa, tikus dan melalui
tangan yang tidak bersih. Tikus dan burung sebagai hospes perantara yang
merupakan binatang buruan kucing. Serta sejumlah vector seperti kecoa dan lalat
dapat memindahkan ookista dari feses kucing kemakanan. Ternak domba, sapi,
babi, ayam dan kuda terinfeksi toxoplasmosis Karena pakan dan air minum yang
tercemar ookista dari feses kucing (Seizt, 2009). Infeksi Toxoplasma gondii juga
dapat terjadi pada para peneliti yang menggunakan hewan percobaan yang
proses yang terdiri dari tiga tahap menurut Chahaya (2003) yaitu Fase pertama
parasetiamia, yaitu Toxoplasma gondii yang tertelan akan menembus epitel usus
dan difagositosis oleh makrofag atau masuk kedalam limfosit kemudian terjadi
berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut didestruksi dan akan
berhenti ketika hospes telah membentuk antibodi. Anti bodi dalam susunan saraf
dan mata tidak dapat melalui barrier otak, sehingga destruksi akan terus
jaringan retikulo endothelial dan otak. Tahap ketiga merupakan fase kronik, kista
Lesi pada susunan saraf pusat dan mata biasanya lebih berat dan
regenerasi. Kelainan pada susunan saraf pusat berupa nekrosis yang disertai
dengan klasifikasi. Pada toksoplasmos kongnital, nekrosis pada pada otak lebih
Pada infeksi akut di retina ditemukan reaksi peradangan focal dengan edema dan
infitrasi leukosit yang dapat menyebabkan kerusakan total dan pada proses
penyembuhan menjadi parut dengan atrofi retina dan koroid, disertai pigmentasi.
pseudokista dalam otak, otot skeletal, jantung, diafragma, paru-paru, hati, limpa,
ginjal dan testis (Dubey et al., 1998; Hismawani, 2005; ayu, 2012). Toxoplasma
(Soedarto, 2011).
pembesaran kelenjar limfa atau mengeluh sakit otot dan nyeri yang berlangsung
selama satu bulan atau lebih. Toksoplasmosis yang berat menimbulkan kerusakan
seluler akibat pembelahan diri takizoit yang umumnya terjadi di otak, hati, paru,
otot rangka dan mata. Infeksi dapat menimbulkan penyakit yang berat pada hewan
atau manusia yang sedang hamil atau berada dalam keadaan imunitas yang rendah
tinggi. Gejala yang tidak Nampak diduga berkaitan dengan virulensi parasit,
Toxoplasma gondii secara akut selama kehamilan dan parasite menginfeksi janin
cacat lahir atau kematian janin, tetapi induk yang terinfeksi biasanya tidak
tingkat keparahan kerusakan organ tergantung umur janin saat terjadi infeksi.
18
Semakin muda usia janin saat terjadi infeksi maka akan memberikan efek semakin
parah. Namun, semakin tua usia kehamilan saat terjadi infeksi primer pada ibu
maka semakin kecil presentasi kerusakan pada janin. Bila bayi terinfeksi secara
kongental dan dapat lahir normal, gejala klinis baru timbul beberapa hari atau
2011).
Toxoplasmosis akuista atau dapatan, pada infeksi akut dan sub akut sering
dijumpai limfadenopati yang terjadi pada kelenjar getah bening daerah leher dan
terjadi keradangan pada organ diantaranya saraf pusat, limfa, hepar, pulmo,
Isolat Toxoplasma gondii dapat berasal dari feses, jaringan otak, otot, saliva dan
untuk mendeteksi antibodi antara lain Complemen Fixation Test (CFT), Tes warna
(Sasmita, 2006; Zhang et al., 2009; Soedarto, 2011). Pada diagnosa pencemaran
takizoit Toxoplasma gondii dan tidak membasmi stadium kista, sehingga obat
menahun, yang dapat aktif kembali. Pasien dengan okuler toxoplasmosis harus
ditambah sulfadiazin 4 – 6 g / hari dalam dosis terbagi 4. Selain itu diberikan pula
kalsium folinat 10 -15 mg / hari selama 6 minggu. Semua preparat ini hanya
hidup dengan pirimetamin (25 -50 mg) dan sulfadiazin (2 – 4 g). Jika pemberian
-75 mg / hari) mungkin sudah cukup untuk terapi supresif yang lama. Neonatus
kg BB) juga memberikan respon yang baik untuk infeksi kongenital (Ernawati,
20
dengan sulfadiazine atau obat lain yang aktif terhadap Toxoplasma gondii, dapat
yaitu ibu hamil dan penderita imun rendah serta menghindari paparan dengan
21
feses kucing dan kotak kotoran kucing.
diasingkan sementara dari lingkungan tempat tinggal kita dan diobati dengan baik
sampai tidak lagi mengeluarkan ookista. Kucing juga harus tetap dirawat dan
dibersihkan dengan teratur karena ookista mungkin masih ada yang melekat pada
Toxoplasma gondii sebagai berikut: Semua jenis daging harus dimasak sampai
suhu internal (di bagian dalam daging) pada suhu di atas 67 0 C, buah dan sayuran
harus dikupas dan dicuci bersih sebelum dimakan, semua benda yang pernah
terpapar daging mentah harus dibersihkan, hindari paparan dengan litter kucing
dan selalu mencuci tangan sebersih mungkin sesudahnya, jangan memberi daging
mentah pada kucing, kucing harus selalu dipelihara dan berada di dalam rumah
agar tidak terinfeksi Toxoplasmosis karena makan tikus atau mangsa kecil lainnya
yang berada di luar rumah, hindari minum air yang belum diproses, menggunakan
sarung tangan pada waktu berkebun atau setiap kali terpapar tanah atau pasir
karena mungkin telah tercemar tinja kucing yang mengandung telur Toxoplasma
infeksi, kotak pasir untuk bermain anak selalu ditutupi jika sedang tidak
digunakan, kucing hanya diberi makanan kaleng atau makanan kering atau yang
sudah dimasak, jangan diberi makan daging mentah atau kurang matang,
mengganti litter box tiap hari dan menyiram pasir litterbox dengan air panas
22
menggunakan dua jenis data yaitu data hasil pemeriksaan sampel feses di
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili
dari populasi tersebut. Menurut Snedecor dan Cochran (1967) dalam Lemeshowb
dkk, (1997) untuk menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan, digunakan rumus
cross sectional dengan besar populasi (n) tidak diketahui sebagai berikut:
Z2α p q Z2 p (1-p)
n = -------------- = --------------
d2 d2
Keterangan :
d = toleransi kesalahan
p = proporsi kasus yang diteliti dalam populasi, jika p tidak diketahui maka
1-p = q, yaitu proporsi untuk terjadinya suatu kejadian. Jika penelitian ini
maka Z1 – α/2 = 1.64 Jika sudah ditetapkan bawah score Z = 1.64, maka Z 2 = 2.69
3 . 0,5 (1-0,5)
n = -----------------
0,12
n = 0,75
0.001
n = 75
zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
b. Kotak Pasir merupakan wadah atau tempat yang berisi pasir atau tanah
alamiah yang berada di pasar, taman bermain anak ataupun sengaja diletakkan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah feses kucing, kapas,
saringan teh, pengaduk, gelas ukur, pipet Pasteur, mortar, obyek glass, cover glass
pada kotak pasir (secara langsung atau membuat penampungan feses yang
wadah yang telah diberi formalin 10%, kemudian diberi keterangan menggunakan
berikut :
larutan gula atau garam jenuh sebanyak 30 ml, aduk feses dan larutan
d. Tambahkan lagi sedikit larutan gula atau garam jenuh sampai permukaan
e. Letakkan cover glass di atas tabung, biarkan selama 5 menit, ambil cover
3.6.3 Prevalensi
Pengamatan mikroskopik
Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
Ayu K, Saptianingtyas. 2012. Kejadian Infeksi Takizoit Toxoplasma gondii pada
Januari 2017.
Carruthers, H.B., Sherman and Sibley, D.L. 2000. The Toxoplasma Adhesive
Dubey, J.P. (1998) Toxoplasma gondii oocyst survival under defined temperatures.
Dubey, J.P., 2010. Toxoplasmosis of animal and humans. Edisi ke-2 USA. CRC :
press.
28
Dubey, J.P., Linsay D.S. and Sperr C.A. 1998. Structure of Toxoplasma gondii
Florence, R.G., and Marie, L.D. 2012. Epidemiology of and Diagnostic Strategies
Hanafiah, M., Nurcahyo, W., Kamarudin, L. dan kamil, F. 2009. Produksi dan
Kent, G.C., and Robert, K.C. 2001. Comparative Anatomy of The Vertebrates.
Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J dan Lwanga, S.K. 1997. Besar Sampel
Yogyakarta.
Manahan M. A., Oka. I.B.M. dan Dwinata, I.M. 2013. Bioassay Toxoplasma
Meadow, G., and Flint, E. 2006. Buku Pegangan Bagi Pemilik Kucing. Batam
Mufasirin, Lasttuti, N.D.R., Suprihatin, E dan Suwanti, L.T. 2011. Buku Ajar Ilmu
Mufasirin, Lasttuti, N.D.R., Suprihatin, E dan Suwanti, L.T. 2012. Buku Ajar Ilmu
Pugnetti, G. 1983. Simon & Schuster’s Guide to Cats. New York: Simon &
Schuster, Inc.
Robert, L.S. and Janovy, J.R. 2000. Gerald Schimdt and Larry s. Robert’s
Susanto I., I.S., Ismid, P.K. Sjarifudin dan Sungkar, S. 2008. Buku Ajar
Suwed, M.A., dan Budiana, N.S. 2006. Membiakkan Kucing Ras. Penebar
Swadaya. Jakarta
http://www.occulist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v4/v4c046.
Wright M, and Walters, S. 1980. The Book of The Cat. London: Pan Book Ltd.
Zhang D., X.M., Hu, L., Qian, J.P. O’Callaghan and Hong, J.S. 2010. Astrogliosis
41 (2-3), 232-241.