OLEH :
Nim : 22081019
Kelas : 1D FARMASI
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis
tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “TOXOPLASMA” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi & Parasitologi. Penulis berharap
makalah tentang pencegahan Toxoplasma dapat menjadi referensi bagi
masyarakat agar tetap waspada terhadap jenis penyakit ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 1 PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 2 PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Definisi Toxoplasma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Taksonomi & Morfologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Siklus Hidup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. Jalur Penularan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
E. Gejala Klinis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
F. Diagnosis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
G. Contoh Kasus Toxoplasma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
H. Pencegahan & Pengobatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 3 PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toxoplasma gondii dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes
yang berinti. Dominasi sel dan jaringan yang diinfeksi oleh takizoit sangat
ditentukan oleh rute infeksi dan jenis inangnya (Subekti dan Arrasyid,
2006).Toxoplasma gondii dapat menular melalui beberapa rute yaitu peroral dari
makanan atau minuman yang kurang matang, transmisi kongenital atau melalui
plasenta, susu yang tidak dipasteurisasi, transfusi darah, kecelakaan saat di
laboraturium dan transplantasi organ yang terinfeksi (Premani, 2014).Kerusakan
yang terjadi pada jaringan tergantung pada umur,virulensi,strainToxoplasma
gondii, jumlah parasit yang menginfeksi dan organ yang diserang (Lisawati dan
Srisasi, 2008).Infeksi akut Toxoplasma gondii dapat menyerang jaringan dan pada
infeksi buatan secara intraperitoneal takizoit dapat menyebabkan nekrosis hepar,
lien dan pankreas. Hal ini disebabkan oleh multiplikasi interseluler dari takizoit
Toxoplasma gondii(Riganti et al., 2003).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam studi
kasus ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit toxoplasmosis?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Definisi Toxoplasmosis
Dalam hal ini, hewan memegang peranan yang sangat penting sebagai salah satu
bentuk penularan. Seperti diketahui, manusia dapat tertular tooplasma dengan
cara menelan oosista toksoplasma bersama makanan, makan daging yang kurang
matang secara langsung yang mengandung bradizoit atau salah satu bentuk
dalam daur hidup toksoplasma, melalui luka terbuka yang kemasukan oosista
atau bermain-main dengan hewan kesayangan, seperti kucing, anjing dan burung.
Selain itu, masih banyak lagi modus penularan yang lain yang berpotensi sebagai
gerbang masuknya infeksi toksoplasmosis pada manusia dan hewan (Nurcahyo
dan Priyowidodo, 2019).
Kingdom : Protista
Subkingdom : Protozoa
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoasida
Ordo : Euccidiorida
Famili : Sarcolystidae
Genus : Toxoplasma
Toxoplasma gondii merupakan salah satu parasit golongan protozoa yang dapat
menginfeksi manusia dan semua hewan berdarah panas lainnya. Parasit ini hidup
tumbuh dan berkembang biak secara seksual (hospes definitif) hanya di tubuh
kucing (Tenter, et al., 2000). Kucing yang terinfeksi Toxoplasma gondiigondii
dapat mempunyai manifestasi infeksi sistemik dan infeksi usus. Sementara di
tubuh manusia dan hewan lain, parasit ini hidup tumbuh dan berkembang biak
secara aseksual (hospes perantara) dan dapat menimbulkan infeksi sistemik
(Soedarto a, 2012). Kucing sehat dapat terinfeksi melalui tiga bentuk parasit ini
yaitu ookista, takizoit dan bradizoit (Saadatnia dan Golkar, 2012).
Ookista adalah stadium parasit yang berada di tubuh kucing dan berfungsi sebagai
stadium reproduksi seksual. Ookista berdiameter 10μ. Ookista ini terbentuk dari
proses gametogoni dan mengandung zigot atau sporon yang dikelilingi oleh
dinding sel. Apabila ookista ini keluar bersama feses kucing, ookista yang tidak
matang (immature oocysts) maka ookista ini akan menghasilkan dua sporokista
yang masing-masing mengandung empat sporozoit (Furtado, et al., 2013).
Pada saat berada di di luar tubuh kucing ini, ookista dapat mengkontaminasi
tanah dan air. Takizoit merupakan salah satu bentuk replikasi tercepat dari
Toxoplasma gondii yang berperan dalam penyebaran sistemik. Takizoit
mempunyai bentuk seperti bulan sabit (cresentic form) dan berukuran sekitar 2-
6μ. Toxoplasma gondii pada stadium ini mempunyai bentuk yang menonjol pada
salah satu sisinya. Penonjolan ini mengandung kompleks apikal yang berfungsi
sebagai media perlekatan ke sel membran hospes. Hal inilah yang menjadikan
Toxoplasma gondii berada dalam filum apikompleksa bersama dengan spesies
Cryptosporidium dan Plasmodium.
Ketika memasuki sel hospes, takizoit akan memiliki selubung dalam vakuola
parasitoporus yang berasal dari membran sel hospes. Dalam bentuk ini, takizoit
mampu bertahan dan berkembang biak dalam tubuh hospes. Takizoit
mengandung sitoskeleton yang digunakan untuk bergerak bebas. Selain itu,
takizoit mengandung organel termasuk ribosom, retikulum endoplasma, badan
golgi, mitokondria, dan apikoplas. Apikoplas merupakan organel yang menyimpan
genom dan digunakan sebagai salah satu target obat dalam eradikasi infeksi
Toxoplasma gondii (Furtado, et al., 2013).Bradizoit merupakan bentuk dorman
parasit Toxoplasma gondii. Keberadaan bradizoit ini dalam jaringan dan berbagai
organ menandakan adanya infeksi kronis dalam tubuh hospes. Stadium ini
merupakan bentuk aseksual dari Toxoplasma gondii yang tumbuh lambat dan bisa
berkembang hingga mencapai ratusan parasit dan berukuran panjang sekitar
100μ. Bradizoit ini mempunyai kemampuan untuk berpindah dari sel yang
terinfeksi ke sel yang tidak terinfeksi dan meninggalkan bentuk yang utuh
(Furtado, et al, 2013).
C. Siklus Hidup
Gambar 1.1 Fase Seksual dan Aseksual
Toxoplasma gondii mempunyai dua siklus hidup, siklus hidup seksual dan siklus
hidup aseksual. Siklus hidup seksual terjadi di usus halus hospes definitifnya yaitu
kucing. Setelah kucing menelan jaringan yang mengandung kista, dalam tubuh
kucing kista ini akan berubah menjadi bentuk bradizoit dengan melepaskan
dinding luar kista. Proses ini dibantu oleh enzim pencernaan. Bradizoit ini
menyerang sel epitel intestinal kucing. Bradizoit kemudian mengalami replikasi
dan bertransformasi menghasilkan mikrogamet dan makrogamet. Mikrogamet
sebagai sel kelamin betina dan makrogamet sebagai sel kelamin jantan kemudian
bersatu dan membentuk zigot. Tiap zigot atau sporon diselubungi oleh dinding sel
dan keluar dari intestinal sebagai ookista tak bersporulasi (unsporulated oocyst).
Apabila ookista ini keluar bersama feses kucing, maka ookista ini dapat
mengkontaminasi tanah dan air. Ookista ini menjadi infektif pada suhu ruangan
selama 3-4 hari.
Selama waktu ini, sporoblast primer terbelah menjadi dua sporoblast dan tiap
sporoblast akan pecah menjadi empat sporozoit. Ookista yang mengalami proses
sporozoit dalam tubuhnya disebut sporokista yang infektif sampai satu tahun di
tanah (Natadisastra, 2009). Selanjutnya, sporokista ini masuk ke dalam tubuh
manusia atau hewan yang berdarah panas melalui ingesti daging yang kurang
matang atau tanaman dan air yang terkontaminasi dan akan berlangsung siklus
hidup aseksual di tubuh hospes intermediet (Tenter, et al., 2000). Setelah hospes
menelan ookista infektif, ookista ini akhirnya pecah di traktus gastrointestinal
yang akhirnya mengeluarkan bradizoit atau sporozoit yang menginvasi dan
berdiferensiasi menjadi takizoit yang berada di epitel gastrointestinal. Takizoit ini
kemudian berjalan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Takizoit ini akhirnya
bersirkulasi melalui darah dan sistem limfatik dan berpotensi menginfeksi semua
jenis sel dan jaringan.
D. Jalur Penularan
Bermula dari feses kucing yang mengandung Toxoplasma gondii, protozoa ini
selanjutnya dapat mengkontaminasi air, tanah, sayuran, maupun manusia secara
langsung. Transmisi Toxoplasma gondii ke hewan berdarah panas ataupun ke
manusia umumnya melalui 3 cara baik secara horizontal maupun vertikal.
Secara horizontal, transmisi ini dapat terjadi melalui ingesti ookista ketika makan
daging yang kurang matang dari hasil peternakan yang telah terinfeksi
Toxoplasma gondii. Selain daging, ingesti ookista juga dapat terjadi dari air, tanah,
ataupun sayuran yang telah terkontaminasi Toxoplasma gondii. Manusia juga
dapat terkena toksoplasmosis melalui transplantasi dari organ yang
terinfeksi(Tenter, et al., 2000). Secara vertikal, transmisi ini dapat terjadi dari ibu
ke janin selama proses kehamilan. Manurut Harker, et al., 2015, pada beberapa
hospes, takizoit bisa juga ditransmisikan dari ibu ke anak melalui Air Susu Ibu
(ASI), tetapi langka sekali terjadi kasus transmisi takizoit melalui susu yang tidak
terpasteurisasi dan menyebar langsung ke aliran darah (Tenter, et al., 2000).
E. Gejala Klinis
F. Diagnosis
Menurut Soedarto a (2012) selain isolasi parasit, tes serologis dapat digunakan
untuk menunjang diagnosis. Ada tiga jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan
yaitu Sabin-Fieldman dye test, antibodi Immunoglobulin-M (IgM) dan Direct
Agglutination Test (DAT). Sementara tes yang sering digunakan adalah Enzyme-
linked Immunoabsorbent Assay (ELISA) untuk deteksi ImmunoglobulinM (IgM)
dan Immunoglobulin-G (IgG). Dalam kondisi normal, IgG dan IgM dapat dideteksi
bersamaan, kecuali pada penderita immunocompromise. Penderita
imunokompromais tidak akan memberikan gambaran peningkatan titer IgM
karena infeksinya telah mengalami penyebaran (disseminated infection). Apabila
IgM dan IgG keduanya positif artinya menunjukkan infeksi toksoplasma akut.
Apabila IgG positif dan IgM negatif berarti infeksi telah berlangsung lebih dari satu
tahun. Immunoglobulin-G dalam tubuh manusia muncul pada 1-2 minggu setelah
paparan Toxoplasma. Pada neonatus, anti IgM positif berarti sudah bisa
menegakkan diagnosis toksoplamosis kongenital. Hal ini berarti bahwa antibodi
dibuat oleh janin yang terinfeksi dalam uterus. Sementara pada toksoplasmosis
didapat, diagnosis dapat ditegakkan jika ada titer IgG yang meninggi secara
bermakna pada pemeriksaan kedua kali dengan jangka waktu tiga minggu atau
lebih atau bila ada konversi negatif ke positif (Sutanto, et al., 2011).
Menurut Natadisastra (2009) pada dasarnya, belum ada cara yang cukup praktis
untuk mencegah toksoplasmosis. Menghindari binatang yang kemungkinan
terinfeksi tidak mempunyai arti yang signifikan. Pencegahan ini dapat berupa
memasak daging sampai matang untuk daging kambing, sapi, dan babi.
Penyimpanan daging di freezer pada suhu rendah dapat juga mencegah penyakit
toksoplasmosis meskipun tidak sebaik pemanasan yang sempurna. Sampai saat ini
pencegahan yang dapat dilakukan adalah perbaikan higiene dan sanitasi.
Penggunaan vaksin belum memungkinkan diproduksi dan diterapkan pada
manusia karena banyak menimbulkan efek samping dan pendeknya waktu
efektivitas vaksin (Sudarto a, 2012).
Pada ternak pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian preparat
Clindamycin dengan dosis 25-50 mg/kg bb perhari dibagi menjadi 2 dosis yaitu
pagi dan sore yang diberikan secara oral. Pengobatan ini diberikan sampai 2
minggu setelah gejala klinis hilang. Preparat yang lain adalah Sulfidazine dengan
dosis 30 mg/kg bb diberikan peroral setiap 12 jam. Bersama sama dengan
pemberian pyrimethamin 0,5 mg/kg bb dan untuk mengurangi gejala samping
yang timbul, maka pada waktu memberi makan perlu ditambahkan folinic acid 5
mg/hari.
Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek
sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis
spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali
pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester
pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu
kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai
sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan
terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.
Vaksinasi Toxoplasmosis yang saat ini tersedia adalah vaksin hidup untuk domba,
misalnya di Belanda terdapa Toxovax, Intervet BV, di New Zealand (Toxovax,
Agvax, Ag Research). Saat ini vaksin-vaskin tersebut telah mendapatkan lisensi
untuk digunakan di UK, Irlandia, Perancis, Portugal dan Spanyol. Vaksin ini akan
menstimulasi immun protektif selama sekurang-kurangnya 18 bulan pasca
pemberian dosis tunggal dan mempunyai waktu efektif yang pendek serta
berpotensi mempunyai dampak immunosupresi.
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati, alangkah baiknya perlu dilakukan
deteksi dini pada manusia khususnya ibu ibu hamil dan hewan hewan dengan
cara melaporkan setiap ada aktivitas gejala gejala yang berkaitan dengan
toxoplasma ke instansi kesehatan sebelum menjadi endemi bahkan pandemi.
DAFTAR PUSTAKA
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/11148/05.2%20bab
%202.pdf?sequence=6&isAllowed=y
https://wiki.isikhnas.com/images/2/23/Penyakit_TOXOPLASMOSIS.pdf
https://bbpkhcinagara.com/site/detail-blog-parasit-toxoplasma-bukan-hanya-
dari-kucing
https://www.researchgate.net/figure/Transmission-dynamics-of-Toxoplasma-
gondii-2_fig2_342771683
https://www.kompasiana.com/amp/garantang/556f0e632523bd364f65e1e9/
toxoplasmosis-apakah-itu
https://docplayer.info/amp/135887764-Toksoplasmosis-pada-hewan.html
http://www.breakthrough-generation.com/info/berita/Penyakit/168