Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN TORCH

Mata kuliah system reproduksi

Dosen pembimbing : Dr.Noer Saudah S.kep Ns M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 16
1. DIAN UTAMI S.R (201501192)
2. TOMMIE SEPTIKA A. (201501193)

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO


Program ILMU S1 Keperawatan
Jl.RayaJabon km 06 Mojokerto 61364.Telp/Fax(0321)3902203
Website:Stikes-PPNI.ac.idEmail:StikesPPNI@yahoo.co.id
TahunAkademik2017/2018

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji kami panjatkan pada Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas Reproduksi dengan judul Makalah Toksoplasmosis tepat waktu.
Penyusunan makalah ini guna melengkapi tugas mata kuliah Reproduksi. Serta
tidak lepas dari bimbingan dosen pengajar. Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu
Noer Saudah, M. Kes, selaku dosen pengajar.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari betapa kurangnya
pengetahuan yang kami dapatkan, sehingga kami berharap kepada pembaca untuk
berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun.

Mojokerto, 28 agustus 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Umum.....................................................................................................4
D. Tujuan Khusus....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5
1. Definisi TORCH.................................................................................................5
2. Etiologi TORCH.................................................................................................5
3. Patofisiologi TORCHs........................................................................................8
4. Tanda dan Gejala TORCH................................................................................11
6. Pemeriksaan Penunjang TORCH.....................................................................13
7. Penatalaksanaan TORCH.................................................................................15
8. Pencegahan TORCH.........................................................................................16
9. Pengobatan TORCH.........................................................................................17
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................19
BAB III PENUTUP.....................................................................................................27
I. Kesimpulan.......................................................................................................27
II. Saran.................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi berupa jenis virus yaitu parasit
Taxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalon Virus), Herpes Simplex Virus
(HSV1-HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas
(misalnya Mcasles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit Torch ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan
yang bisa menyerang siapa saja, ulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria
maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan
pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat visik dan mental beranekaragam.
Infeksi Torc juga dapat menyerang semua bagian organ tubuh, termasuk sistem
saraf pusat dan perifer yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran,
sistem kardiovaskuler serta etabolisme tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi TORCH ?
2. Bagaimana etilogi dariTORCH ?
3. Bagaimana patofisiologi dari TORCH ?
4. Bagaimana cara penularan TORCH ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari TORCH ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan TORCH ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada
klien dengan TORCH adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi I.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari TORCH.
b. Untuk mengetahui etiologi dari TORCH.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari TORCH.
d. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan TORCH.
e. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari TORCH.
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan TORCH.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Torch adalah sebuah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis
penyakit infeksi yang menyebabkan kelainan bawaan, yaitu Taxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus dan Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV 1 dan HSV
2. Keempat jenis penyakit infeksi ini sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi
diderita oleh ibu hamil.
TORCH adalah singkatan dari Taxoplasma gondii (Taxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) serta kemunkinan oleh virus lain yang
dampak klinisnya lebih terbatas misalnya ; Measles, Varicella, Echovirus, Mumps,
Virus Vaccinia, vrus Polio dan virus Coxsackie-B (Ir. A. H Juanda 2007).
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah adanya zat anti (antibody) yang spesifik
terhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebai respon tubuh terhadap adanya benda
asing (kuman). Antibody yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan
Imunoglobulin G (IgG).
Penyakit Torch ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan
yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria
maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan
pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beranekaragam.

1. TAXOPLASMA
Taxoplasmosis penyakit zonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat
ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan
nama Taxoplasma gondi. Taxoplasma gondi yaitu suatu parasit intrseluler yang
menginfeksi pada manusi dan hewan.
Taxoplasma gondi termasuk spesies dari kelas sporozoa (Cocidia), pertama
kali ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundi di Afrika Utara (Tunisia)
oleh Nicole dan Manccaux tahun 19908. Tahun 1928 Taxoplasma gondi ditemukan
pada manusia pertama kali oleh Castellani.
Infeksi ini disebabkan oleh Toksoplasmosis Gondi yang bersumber dari
kucing, tikus, dan hewan peliharaan lain. Jalur kontaminasi adalah melalui makanan
yang terkontaminasi oleh kotoran hewan tersebut dalam bentuk kista yang tidak mati
saat dimasak.
Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat menimbulkan cacat kongenital yang
berat serta miltipel, persalinan atau abortus.diagnosisnya hanya dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan serologis.Bila infeksi masih aktif sebaiknya menunda kehamilan
sehingga terhindar dari kemungkinan cacat pada bayinya.
Gejala klinis orang-orang yang terkena Taxoplasmosis akut pada umumnya
tidak merasa sakit yang menarik perhatiannya sehingga tidak terdeteksi. Gejala klinis
yang muncul mirip seperti gejala kilns penyakit infeksi pada umumnya, seperti;
demam, pembesaran kelenjar limfa di leher bagian belakang tanpa rasa sakit, sakit
kepala, rasa sakit di otot, lesu dan lemas.

2. RUBELLA
Virus Rubella atau disebut juga dengan “Campak Jerman” merupakan jenis
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan menyerang siapa saja. Virus
Rubella ditemukan oleh Sir Norman Greg dari Eropa tahun 1941 dan baru dapat
diisolasikan tahun 1962. Walaupun penderita Virus Rubella tidak menampakan gejal
klinis 14-21 hari, virus ini sebetulnya telah berada di beberapa tempat misalnya bulu
tenggorokan hidung, air seni dan kotoran manusia.
Penyakit ini biasanya menyerang pada bagian saluran pernapasan atau di
dalam tenggorokan. Cara penularannya bisa lewat udara, ludah, kontak kulit, dan
dapat juga lewat kotoran manusia.
Bahaya virus Rubella ini adalah apabila menyerang ibu hamil karena bisa
mengakibatkan keguguran. Kalau tidak keguguran anak yang dilahirkan bisa terkena
penyakit katarak, tuli, hydrosefalus, mikrosefalus, hypoplasia (gangguan pertumbuhan
organ tubuh seperti, jantung, paru-paru dan limfa). Bisa juga menyebabkan berat bayi
tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, randang selaput otak, radang iris
mata dan beberapa penyakit jenis lainnya.
Serangan Rubella pada anak-anak biasanya menyebabkan panas badan dan
sakit persendian tubuh. Kemudian tampat bercak-bercak merah yang berdiameter
sekitar 2-3 mm. juga terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di belakang
telinga atau di bawah leher. Mula-mula bercak-bercak merah menyerang wajah
kemudia menjalar ke seluruh tubuh serta merata. Bercak-bercak ini seperti campak.
Pengaruh langsung terhadap janin adalah keguguran spontan. Sel yang belum
matang lebih mudah terinfeksi virus Rubella. Hal ini disebabkan antigen yang dibuat
janin baru berfungsi setelah kelahirannya. Ini berarti antigen harus menunggu sampai
jangka waktu tertentu. Selain keguguran spontan akibat lain yang dapat muncul
adalah juga menyebabkan pertumbuhan pertumbuhan tengkorak kecil dan penyakit
lainnya.

3. Cyto Megalo Virus (CMV)


Sitomegalovirus (CMV) termasuk golongan virus DNA. Hal ini berdasrkan
struktur dan cara virus pada saat melakukan replikasi. Virus ini menyebabkan
pembengkakan sel yang karakteristik sehingga terlihat sel membesar (sitomegali) dan
tampak sebagai gambaran mata burung hantu. Penularan/ tranmisi CMV berlangsung
secara horisontal, vertikal dan hubungan seksual :
A. Transmisi horisontal terjadi melalui droplet infection dan kontak dengan air
ludah dan air seni.
B. Transmisi vertikal berupa penularan infeksi maternal ke janin.
C. Infeksi CMV kongenital terjadi karena transmisi transplasenta selama kehamilan
dan diperkirakan 0,5-2,5% dari populasi neonatal. Dimasa peripartum infeksi
CMV timbul akibat pemaparan terhadap sekresi servik yang telah terinfeksi
melalui ASI dan tindakan transpusi darah.
Infeksi CMV terjadi karena pemaparan pertama kali atas individu disebut infeksi
primer. Infeksi primer berlangsung simptomatis ataupun asimptomatis serta virus akan
menetap dalam jaringan hospes dalam waktu yang tidak terbatas. Virus masuk
kedalam sel-sel dari berbagai macam jaringan yang disebut infeksi laten. Pada
keadaan tertentu eksaserbasi terjadi dari infeksi laten disertai multiplikasi virus.
Keadaan tersebut misalnya terjadi pada invidu yang mengalami suvresi imun karena
infeksi HIV atau obat-obatan yang dikonsumsi penderita transplant-resipien ataupun
penderita dengan keganasan.
Infeksi rekuren (reaktivasi/reinfeksi) yang dimungkinkan kerena penyakit tertentu
serta keadaan suvresi imun yang bersipat iatrogenic. Dapat diterangkan bahwa kedua
keadaan tersebut menekan respon sel limfosit T sehingga timbul simulasi antigenic
yang kronis.
Pada pengidap CMV, misalnya seorang ibu pada saat hamil, ia akan mengalami
keguguran terus-menerus, atau bayi yang dikadungnya lahir dalam keadaan cacat
fisik, seperi hydrosefalus, pembesaran atau pengecilan kepala, lahir dnegan usus
keluar, kaki dan tangannya jadi bengkok.
4. Herpes Simplex Virus
Pada dasarnya virus Herpes juga disebut Hepes Simplex Virus dan sering
disingkat dengan HSV. Virus ini dibedakan menjadi dua, yaitu HSV 1 dan HSV 2.
Penyebab 84 % kasus penyakit kelamin. Perbedaan antara HSV 1 dan HSV 2 adalah :
a. HSV 1
Bagian pada HSV 1 yakni pada kulit dan selaput lendir mukosa di mata atau di mulut,
hidung dan telinga. Bentuk pada kulit HSV 1 membentuk bercak verikel-verikel kecil.
Pada HSV 1 terdapat antibody anti HSV 1.
b. HSV 2
Sedangkan pada HSV 2 bagian yang disukai yakni pada kulit dan selaput lendir pada
alat kelamin dan perianal. Bantuk pada kulit HSV 2, membentuk bercak verikel-
verikel besar, tebal dan terpusat. Pada HSV 2 terdapat antibody anti HSV 2.
Khusus pada wanita hamil yang terinfeksi HSV 2, harus ditangani secara serius,
karena virus ini dapat menembus plasenta dan menimbulkan kerusakan neonatal,
dampak-dampak congenital dan kematian janin.
Selain itu resiko yang dihadapi penderita adalah kematian, tetapi hal ini jarang terjadi
selama belum dilakukan pengobatan yang afektif, perkembangan penyakit Herpes
sukar diramalkan.
Gejala klinis yang dapat ditimbulkan inveksi HSV dapat dilihat pada table sebagai
berikut :
Gejala Klinis
 Prosentase Infeksi Virus
 Lesu 85 %
 Gangguan pernafasan 60 %
 Bisul berair 60 %
 Suhu panas atau dingin 50 %
 Pendarahan 50 %
 Hepato megali 50 %
 Kelainan jaringan saraf pusat 40 %
 Kulit kuning 30 %
 Kulit biru 20 %
 Radang selaput lendir mata 10 %
 Korioretinis 10 %
 Kematian 70 %
Sumber : Solusi Tepat Bagi Penderita TORCH, pengarang Ir. H, A Juanda Hal : 46

B. ETIOLOGI
Penyebab utama dan virus dan parasit TORCH (Toxo, Rubella, CMV dan Herpes)
adalah hewan yang ada disekitar kita, seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati,
kambing, sapi, anjing, babi dan lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai
penyebab terjangkitnya penyakit yang berasa dari virus ini adalah hewan, namun juga
bisa disebabkan oleh karena perantara (tidak langsung) seperti memakan sayuran,
daging setengah matang dan lainnya.

C. PATOFISIOLOGI
1. Toxoplasma (Kucing)
Organism tempat Toxoplasma gondi hidup adalah kucing. Kucing tersebut
terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang
terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat
pada fesesnya. Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2 minggu sebelum
kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses kucing sudah sangat infeksius. Oocyst
dalam feses menyebar melalui udara dan ketika dihirup akan dapat menyebabkan
infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst
terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus air
hujan. Sisa oocyst dapat bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif.
2. Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan
peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh
tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada
infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring
selama. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap
mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan
bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah
sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan
seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
3. Cyto Megalo Virus (CMV)
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di
amerika utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung
dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen
dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi:
setelah lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah
transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa
bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif
dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
4. Herpes (Herpes Simplex Virus)
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody maka
infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat. Ini disebut
infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf sensoris ke
ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan berdiam disana secara laten. kalau pada
saat virus masuk pertama kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh akan
membuat antibody sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi
primer. Bila sewaktu-waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami aktifasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh sudah
mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. Faktor-faktor
pencetus, virus akan mengalami aktivasi dan multiplikasi kembali sehiangga terajadi
infeksi neklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka
gejalanya tidak seberat infeksi primer.

D. Cara Penularan TORCH


Penularan TORCH pada manusia dapat melalui dua cara, yaitu secara aktif
(didapat) dan secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan diantara lain
sebagai berikut :
1. Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi,
misalnya daging sapi, kambing domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya.
2. Makan makanan yang tercemar oosista dari feses kucing yang menderita
TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan)
dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya
resiko infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karen oosista bisa
bertahan di tanah sampai beberapa bulan (Howard, 1987).
3. Transfuse darah (trofozoid), transpantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid,
sista), kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh
atau tanpa sengaja masuk melalui luka. (Remington dan McLeod 1981, dan Levine
1987).
4. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga dapat menyebabkan menularnya
penyakit TORCH, misalnya, seorang pria terkena salah satu penyakit TORC dan
kemudian melakukan hubungan seksual pada seorang wanita (yang sebelumnya
belum terinfeksi) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena
penyakit TORCH.
5. Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika
mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit
TORCH melalui plasenta.
6. Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH.
Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu
penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa mneular kepada sang
bayi yang sedang disusuinya.
7. Keringat yang menempel pada baju ataupun keringat yang masih menepel di
kulit juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Selain itu jaga dapat
ditularkan melalui air liur.
8. Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia,
anatara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah-buahan segar yang
dicuci kurang bersih, makan tanpa mnecuci tangan dahulu, mengkonsumsi makanan
atau minuman
yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista lebih
besar.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Karena diagnose dengan pengamatan gejala menjadi sukar dilaksanakn, maka
dilakukan diagnose laboraotorik dengan memeriksa serum darah penderita penyakit,
untuk mengukur titer-titer antibody IgG dan IgMnya.
Dalam pemeriksaan serum darah dilakukan pengukuran terhadap kadar antibody
yang dihasilkan tubuh untuk melawan bibit penyakit yang menyerang. Karena zat
antibody untuk setiap penyakit bersifat unik, maka jenis bibit penyakit yang sedang
menyerang tubuh dapat dikenali berdasarkan zat antibody spesifik yang dihasilkan
tubuh. Pada saat tubuh terkena infeksi, sistem pertahanan tubuh menghasilkan
antibody penghalang (blocking) yang disebut IgG. Tugas antibody ini adalah
menangkap sebanyak mungkin bibit penyakit untuk menghambat penyabarannya.
Setelah perkembangan penyakit dihambat, tubuh mengeluarkan antibody jenis
kedua yang disebut IgM, tugas antibody ini menangkap sisa bibit penyakit yang
tertinggal. Pada orang yang tidak terinfeksi semua jenis antibody dalam tubuh berada
di bawah suatu ambang batas, bila ditemukan kadar antibody jauh melebihi ambang
maka dapat disimpulkan bahwa terjadi infeksi, atau terdapat satu kemungkinan ketiga
yaitu antibody berada di sekitar ambang maka terjadi serokonversi, atau adanya
antibody suatu penyakit yang disebabkan bibit penyakit lain yang bereaksi silang.
Kemudian, tubuh menghasilkan IgM terlebih dahulu dari IgG, sehingga bila
ditemukan kadar IgM melebihi ambang sedang IgGmasih di bawah ambang dapat
disimpulkan infeksi baru saja terjadi. Sebaliknya jika ditemukan kada IgG melebihi
ambang sedang IgM di bawah ambang, dapat disimpulkan infeksi telah lama terjadi.
Bila ditemukan kadar IgG maupun kadar IgM melebihi ambang maka dapat dianggap
bahwa infeksi sedang berada pada tahap menifes.
Ambang batas kadar antibody untuk penyakit TORCH bila diamati dengan reagen
Immuno Assay (Elisa) dari medic Biotech.Inc.San Carlos, USA adah sebagai berikut :
1. Antibody anti Toxo IgM : 0,5 IU/ml
2. Antibody anti Toxo IgG : 6 IU/ml
3. Antibody anti Rubella IgM : 0,5 IU/ml
4. Antibody anti Rubella IgG : 10 IU/ml
5. Antibody CMV IgM : 0,5 IU/ml
6. Antibody anti CMV IgG : 15 IU/ml
HSV diamati dengan cara hemaglutinasi pasif (Phassay HSV-Test), dan
hasilnya merupakan ukuran pelarutan serum darah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TORCH

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Identitas atau biodata klien dan keluarga diperlukan untuk melengkapi data-data yang
diperlukan tenaga kesehatan atau pihak rumah sakit. Adapun hal yang perlu dikaji
adalah sebagai berikut :
· Nama
· Tempat Tanggal Lahir (TTL)
· Umur
· Jenis Kelamin
· Agama
· Status perkawinan
· Pendidikan terakhir.
· Pekerjaan
· Alamat
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan Sekarang
b. Riwayat kesehatan Dahulu
c. Riwayat kesehatan Keluarga
3. Keluhan Utama
4. Pemeriksaan Fisik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b/d peningkatan tingkat metabolisme penyakit.
2. Nyeri b/d proses infeksi/inflamasi.
3. Ansietas b/d stress.

D. INTERVENSI
1. Hipertermia b/d peningkatan tingkat metabolisme penyakit.
intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital : suhu tubuh
R : Sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat sedikitnya
2000ml/ hari untuk mencegah dehidrasi
R : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya
dehidrasi
3. Berikan kompres dengan air biasa pada lipatan ketiak dan femur
R : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit
dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan.
4. Anjurka klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur,
juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

2. Nyeri b/d proses infeksi/inflamasi


intervensi
1. Kaji tingkat nyeri klien (PQRST)
R : Memperoleh data untuk merencanakan intervensi selanjutnya.
2.Ajarkan teknik relaksasi.
R : Menggunakan teknik non farmakologi untuk menghilangkan atau mengurangi
nyeri sampai pada tingkat yang diinginkan.
3.Informasikan kepada klien atau keluarga klien untuk meberi kompres air hangat
pada saat nyeri datang.
R : klien dang keluar berpartisipasi dalam rencana keperawatan untuk mengurangi
nyeri.
4.Berikan analgesic.
R : menggunakan teknik farmakologi untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri.

3. Ansietas b/d stress


intervensi
1.Kaji tingkat kecemasan klien.
R : Memperoleh data untuk merencanakan intervensi selanjutnya.
2.Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan emosinya.
R : Dengan mengungkapkan perasaan dan emosinya diharapkan kecemasan klien
berkurang.
3.Diskusikan kepada klien tentang teknik yang berhasil mengatasi kecemasan dimasa
lalu.
R : teknik yang pernah digunakan klien pada masa lalu dalam mengatasi kecemasnnya
kemungkinan juga dapat berhasil untuk mengatasi kecemasannya sekarang.
4.Fasilitasi media hiburan seperti tv, radio dan lai-lain.
R : dengan adanya hiburang setidaknya klien dapat melupakan sejenak maslahnya dan
mengurangi kecemasannya.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
TORCH adalah sebutan untuk beberapa penyakit yaitu Toxoplasmosis, Rubella,
CMV, serta Herpes yang terdiri dari HSV 1 dan HSV 2. Keempat infeksi tersebut
sama-sama disebabkan oleh virus. Untuk Toxoplasma disebabkan oleh virus
Toxoplasma gondi yang biasanya disebut juga virus kucing, Rubella disebabkan oleh
virus Rubella, CMV disebabkan oleh Citomegalo virus dan HSV disebabkan oleh
virus Herpes Simplex.
TORC dapat menyerang siapa saja. Apabila ibu hamil terinfeksi salah satu
penyakit TORCH ini maka akan membahayakan janinnya juga. Penyebaran virus
pada janin dapat melawati plasenta. Sementara virus ini yga dapat menular melewati
hubungan intim oleh pria dan wanit yang salah satunya sudah terinveksi salah satu
virus TORC. Selain itu, penyakit ini juga dapat diperoleh dengan memakan daging yb
belum matang, sayur atau buah yang sudah terinfeksi dan tidak dicuci bersih sebelum
dikonsumsi, serta melalui keringat, liur, transfuse darah bahkan transplantasi organ.

B. SARAN
Untuk menghindari terinfeksi TORC atau salah satu virus TORC ini ada beberapa
cara. Diantaranya; memasak daging dengan matang hingga suhu 100 C, mencuci
sayur atau buah dengan bersih sebelum dikonsumsi, lebih protektif apabila sedang
berkomunikasi dengan orang yang sudah terinveksi virus ini, dan lebih protektif
apabila ingin melakukan transfuse darah. Selain itu, juga disarankan untuk tes
laboratorium darah bagi sepasang suami istri apabila berencana untuk mempunyai
anak.
Daftar Pustaka

Juanda. 2007. Solusi Tepat Bagi Penderita TORCH.Jakarta: PT Wangsa Jatra Sari
http://dannysatriyo.blogspot.com/2013/01/torch.html. Diakses pada tanggal 1 mei
2014. Pukul 22.15 wib
Doengos Merlyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai