Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MATERNITAS II

INFEKSI TORCH

DISUSUN OLEH :

1. BAYU NOVIANTORO (2020206203072P )


2. ESTIK FITRIANI (2020206203073P)
3. INDAH PRAISTIAWATI (2020206203478P)
4. FADILAH AGUSTIYANI (2020206203075P)
5. KUS TRIPANJI (2020206203076P)
6. NURAINI HABIBAH (2020206203080P)
7. DIMAS DEFRI (2020206203081P)
8. LU’LUUL JANNAH (2020206203496P)

S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subahanahuwata’ala yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
INFEKSI TOURCH ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
maternitas. Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar yang telah memberikan
tugas ini sehinggadapat menambah wawasan dan pemgetahuan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulisini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangunakan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Lampung 30 april 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.....................................................................................................................I
Kata Pengantar.......................................................................................................................II
Daftar Isi................................................................................................................................III
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang…......................................................................................................................1
Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi.......................................................................................................................................2
Etiologi.......................................................................................................................................3
Klasifikasi...................................................................................................................................3
Patofiologi...............................................................................................................................3-4
Pelaksanaan medis dan keperawatan......................................................................................4-5
Manifestasi Klins.....................................................................................................................5-6
WOC...........................................................................................................................................7
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian...............................................................................................................................8
Diagnosa Keperawatan...........................................................................................................8
Intervensi................................................................................................................................9-12
Daftar Pustaka..........................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Infeksi TORCH (toxoplasma, Other Disease, cytomegalovirus, dan Herpes Simplexs
Virus ), merupakan beberapa jenis infeksi yang bias dialami oleh wanita yang akan
ataupun sedang hamil.
Infeksi ini dapat menyebabkan cacat bayi akibat terjadinya penularan dari ibu kebayi pada
saat hamil ( Roza E, 20016).
Infeksi TORCH di Indonesia pada kehamilan menunjukkan prevalensi cukup tinggi,
berkisar antara 5,5% sampai 84%. Infeksi TORCH pada 67% wanita kasus infertilitas di
dapatkan sebanyak 10,3% toxoplasma, 13,8% positif rubella, 13,8% positifinfeksi CMV
(Cytomegalovirus), (Gershon. A).
infeksi TORCH pada ibu hamil sering kali tidak menimbulkan gejala atau simtomatik,
tetapi dapat memberkan dampak serius bagi janin yang dikandungnya. Dampak klinis
dapat berupa Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B.
infeksi TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan beserta keluhan yang dapat
dirasakan oleh berbagai rentang usia mulai dari ibu anak-anak sampai dewasa. Ibu hamil
yang terinfeksi pun dapat menyebabkan kelainan pada bayinya berupa cacat fisik dan
mental yang beragam serta keguguran. Infeksi Torch dapat menyebabkan 5-10%
keguguran dan kelainan kongenital pada janin. Kelainan congenital dapat menyerang
semua jaringan mapun organ tubuh termasuk system sarafpusat dan perifer yang
mengakibatkan gangguan penghlihatan, pendengran, system kardiovaskuler dan
metabolisme tubuh.
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa 100 sampel ibu hamil yang pernah
mengalami infeksi salah satu unsur TORCH diperoleh 12% ibu pernah melahirkan anak
dengan kelainan kongenital, 70% perah mengalami abortus dan 18% pernah mengalmi
intra uterine fetal death (IUFD).
RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu infeksi torch?
2. Apa askep TORCH?
TUJUAN
1. Untuk Mengetahui tentang infeksi TORCH
2. Untuk Mengetahui dan memahami askep TORCH.
BAB II
PEMBAHASAN

DEFINISI

A. Toxoplasma

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat
di tularkan kemanusia yang disebabkan sporozoa dengan nama Toxoplasma gondii, yang
dapat menginfeksi hewan peliharaan dan manusia.

B. Rubella

Rubella merupakan penyakit infeksi pada anak dan dewasa muda. Penyakit rubella
bila menginfeksi pada anak akan menimbulkan gejala dan efek klinis yang menyerupai
campak, hanya saja dalam bentuk yang lebih ringan atau bahkan tampak gejala. Tetapi jika
infeksi ini terjadi pada wanita hamil muda (terantarna pada trimester pertama) penyakit ini
dapat rnenyebabkan keguguran, kematian janin atau janin yang dilahirkan menderita sindrom
rubela congenital SRK. Kecacatan SRK dapat berupa katarak pada mata, tuli dan kelainan
jantung.

C. Cytomegalovirus

Infeksi akibat Cytomegalovirus (CMV) merupakan infeksi kongenital yang terbanyak


dan menyebabkan morbiditas yang cukup tinggi pada bayi baru lahir. Infeksi CMV tersebar
luas di seluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Infeksi CMV
menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan organ-organ pada janin. CMV juga
merupakan penyebab terbanyak dari gangguan pendengaran, gangguan perkembangan saraf,
dan retardasi mental pada anak. Transmisi CMV dapat terjadi secara horizontal (dari satu
orang ke orang yang lain) maupun vertikal (dariibukejanin). CMV ditransmisi kan secara
horizontal terjadi melalui cairan tubuh dan membutuhkan kontak yang dekat dengan cairan
tubuh yang telah terkontaminasi CMV.

D. Herpes

Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah orolabial
atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitar nya atau herpes genitalis, dengan
gejala khas berupa adanya vesikel berkelompok di atas dasar makulaeritematosa. 1 Herpes
simplek sgenitalis merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering
menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering berulang (rekuren), juga karena
penularan, penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa gejala atau asimtomatis.1,2 Kata
herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau maju perlahan (creep or crawl) untuk
menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi herpes simpleks genitalis.

ETIOLOGI

A. Toxoplasma
Disebabkan oleh parasit yang disebut juga toxoplasma gondi. parasit tersebut dapat
ditemukan pada hampir dan unggas yang berdarah panas. Contoh: pada saat berkebun ataua
saat membenahi tanaman diperkarangan, kemudian tangan yang masih belum membersihkan
melakukan kontak dengan mulut.

B. Rubella
Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1996, rubella pernah menjadi
endemic di banyak negara didunia, virus ini menyebar melalui droplet.

C. Cytomegalovirus
Terjadi jika ada kontak langsung dengan cairan tubuh penerita seperti air seni, air ludah,
air mata, sperma dan air susu ibu. Dan bisa juga terjadi karena transplantasi organ. namun
kebanyakan penularan terjadi akibat.

D. Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA. Pembagian tipe I dan
II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic, dan lokasi klinis
(tempat predileksi)

KLASIFIKASI
Penularan dapat disebut penularan dari ibu ke anak mother to child transmission.
(infeksi yang dapat ditularkan vertical dapat disebut infeksi perinatal infaction) jika
ditularkan pada periode perinatal, yaitu periode yang dimulai pada masa gestasional 22
minggu sampai 28, dengan variasi regional untuk definisi dan berakhir tujuh hari penuh
setelah kelahiran. (istilah infeksi kongenital 'congenitalinfection) dapat digunakan jika infeksi
uang ditularkan vertical itu masih terus dialamisetelah melahirkan. Contoh: Beberapa
infeksi yang ditularkan vertikel dimasukkan kedalam kompleks TORCH, yang merupakan
singkatan dari:

T: Toxoplasmosis

C: toxoplasma

gondi

O: Other infections (see below)

R: Rubella

C: Cytomegalovirus

H: Herpes simplex virus atau neonatal herpes simplex

huruf O nerujuk pada other agentsatau penyebab lain termasuk coxsackievirus hickenpox
atau cacar air disebabkan oleh varicella zoster virus pharvovirushlamydiak uman T-
Iymphotropic virussyphilis hepatitis B juga dapat digolongkan sebagai infeksi yang ditularkan
vertikal, tetapi virus hepatitis B berukuran besar dan tidak dapat menembus ke
plasenta,sehingga tidak dapat menginfeksi janin kecuali ada kebocoran pada barier ibu bayi,
misalnya pada pendarahan pada waktu melahirkan atau amniocentesis.

PATOFISOLOGI

A. Toxoplasma

Mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Tiga fase ini terbagilagi menjadi 9 tingkat siklus: fase
proliferatif, stadium kista, fase schi&ogoni,gematogoni, dan fase ookista. Siklus aseksual
terdiri dari fase proliferasi dan stadium kista. fase ini dapat terjadi dalam bermacam-macam
inang, sedangkansiklus seksual secara spesifik hanya terdapat pada kucing. kucing menjadi
terinfeksi setelah ia memakan mamalia, seperti tikus yang terinfeksi. kista dalam tubuh
kucing dapat terbentuk setelah infeksi kronis yang berhubungan dengan imunItas tubuh.
B. Rubella
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan pada
mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruhtubuh. dari saluran
pernafasan inilah !irus akan menyerang ke sekelilingnya. faring. pada rubella yang kongenal
saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini
perlu diperhatikan dalam peralatan bayi di rumah sakit dan di rumah untuk mencegah
terjadinya penularan.

C. Cytomegalovirus
Masa inkubasi CMV
a.Setelah lahir 3-12 minggu
b. Setelah tranfusi 3-12 mingguc setelah transplatasi 4 minggu 4 8 buland.
c. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi.
virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan
kembali. hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini.

D. Herpes
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa
mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-1 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan
seksual dan menyebabkan vAgina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi,
penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit 'jaundice( dan kesulitan
bernafas atau kejang. Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah
yang paling berat dandimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gejala yang timbul meliputi
nyeri,inflamasi dan kemerahan pada kulit 'eritema(, dan diikuti dengan
pembentukangelembung$gelembung yang berisi cairan bening yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi nanah diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab).

PELAKSANAAN MEDIS DAN PRINSIP KEPERAWATAN

Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2
petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu: munoglobulin (igG) dan imunoglobulin dan
Imnunoglobin M (IgM). Normalnya keduanya negatif.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat pengobatan
seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir,azithromisin,
klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannyamembutuhkan biaya yang
sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu,terdapat pula cara pengobatan alternatif
yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai

MANIFESTASI KLINIS
A. Toxoplasma
Pada toksoplasmosis kongenital berat dapat menyebabkan kematian janin, tetapi pada
keadaan yang lain, infeksi dapat tidak memberikan gejala dan bayi dapat lahir normal.
Kelainan pada janin dengan toksoplasmosis kongenitaldapat berupa gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim, hidrosefali,anensefali, mikrosefali, korioretinitis. Pada bayi dapat juga
lahir tanpa gejalatetapi kemudian timbul gejala lambat seperti korioretinitis, katarak,
ikterus,mikrosefali, pneumonia, dan diare.Komplikasi jangka panjang yang serius adalah
timbulnya kejang,retardasi mental dan gangguan penglihatan. Kebanyakan bayi yang
meninggalkarena infeksi toksoplasma mengalami kerusakan yang berat pada otak.

B. Rubella
Pada janin, infeksi rubella dapat menyebabkan abortus bila terjadi pada trimestre I.
Mula-mula replikasi virus terjadi dalam jeringan janin, dan menetapdalam kehidupan janin,
dan mempengaruhi pertumbuhan janin sehinggamenimbulkan kecacatan atau kelainan yang
lain. Infeksi ibu pada trimester II juga dapat menyebabkan kelainan yang
luas pada organ. Menetapnya virus dan interaksi antara virus dan sel di dalamuterus dapat
menyebabkan kelainan yang luas pada periode neonatal, seperti anemiahemolitika dengan
hematopoesis extra meduler, hepatitis, nefritisinterstitial, encefalitis, pancreatitis interstitial,
dan osteomielitis. Gejala rubella kongenital dapat dibagi dalam 3 kategori :
1. Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek utama yaitu:
a) Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadisebelum umur
kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang timbul.

b) Gangguan jantung meliputi PDA, VSD, dan stenosis katup pulmonal.

c) Gangguan mata : katarak dan glukoma. Kelainan ini jarang berdirisendirid.


C. Cytomegalovirus
Hanya pada individu dengan penurunan daya tahan dan pada
masa pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakkan virulensinya pada manusia.Tidak
seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap saat dalam
kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis(trimester I) atau selama periode
pertumbuhan dan perkembangan aktif(trimester II) dapat terjadi kelainan yang serius.

D. Herpes Simpleks
Secara umum gejala klinik infeksi virus herpes simpleks dapat dibagidalam 2 bentuk
yaitu : 2,7
a) Infeksi primer yang biasanya disertai gejala (simtomatik) meskipun
dapat pula tanpa gejala (asimtomatik). Keadaan tanpa gejala kemungkinan karena
adanya imunitas tertentu dari antibodi yang bereaksi silang dandiperoleh setelah
menderita infeksi tipe 1 saat anak-anak. Masa inkubasi yang khas selama 3-6 hari
yang diikuti dengan erupsi papuler dengan rasa gatal, atau pegal-pegal yang
kemudian menjadi nyeri dan pembentukan
b) vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang multipel dan dapat menyatu. Infeksi
rekuren. Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, partikel- partikel virus akan
menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungandan menimbulkan infeksi laten
yang berlangsung lama. Infeksi latendimana partikel-partikel virus terdapat dalam
ganglion saraf secara berkalaakan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi
rekuren yangmengakibatkan infeksi yang asimtomatik secara klinis (pelepasan
virus)dengan atau tanpa lesi yang simtomatik.
WOC
3. Toxoplasma cytomegalovirus rubella herpes

TORCH

Virus disebarkanmelaluiudara Tidakmengetahui


Ibuhamilterpapar
prognosis
pathogen
penyakit,
gelisah/cemas

Masukmelaluisaluranpernafasan
Infeksi pada ibuhamil
ANSIETAS

Menyebarkeseluruhtubuh
Beresikomegalamibayi
premature

RESIKO INFEKSI
Peradangan
RESIKO IKTERIK
NEONATUS

Terjadinya proses infeksi

NYERI AKUT
Peningkatansuhutubuh

HIPERTERMI
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan
- Suhu tubuh meningkat
- Malaise
- Sakit tenggorokan
- Mual dan muntah
- Nyeri otot
c. Riwayat kesehatan dahulu
- Kxsering berkontak lansung dengan bintanag
- Kxsering mengkonsumsi daging setengah matang
- Kxpernah mendapatkan transfuse darah
d. Data psikologis
e. Data spiritual
f. Data sosial dan ekonomi
g. Pemeriksaan fisik
- Mata :
- Kepala :
- Dada
- Abdomen
- Kulit

DIAGNOSA

a. Resiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme pathogen


b. Hipertermi b.d proses proses penyakit
c. Nyeri b.d agen pencedera fisiologis
d. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
e. Resiko ikterik neonatus b.d prematuritas
Intervensi Rasional
Observasi 1. Untuk mengetahui tanda dan gejala
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local infeksi
dan sistemik 2. Untuk mencegah terjadi nya infeksi
Terapeutik 3. Untuk mencegah terjadinya
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah peningkatan resiko infeksi
kontak dengan pasien dan lingkungan 3. Untuk mencegah terjadinya infeksi
pasien 4. Untuk mecegah terjadinya infeksi
2. Perthan akan tekhnik septic tinggi pada
pasien beresi kotinggi
Edukasi
1. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
Kolaborasi
1. Berikan imunisasi, jika perlu

INTERVENSI
a. Resiko infeksi b.d peningkatan paparan orgnisme pathogen didalam tubuh
- Setelah dilakukan intervensi kep selama x24 jam maka diharapkan resiko
infeksi menurun dengan criteria hasil :
1. Kebersihan tangan meningkat
2. Kebersihan badan meningkat
3. Demam menurun
4. Kemerahan menurun
5. Nyeri menurun
6. Kadar sel darah putih membaik

b. Hipertermi b.d proses penyakit


- Setelah dilakukan intervensi selama x24jam diharapkan hipertermi membaik
Dengan kriteriahasil :

1. Suhu tubuh membaik


2. Suhu kulit membaik
Intervensi Rasional
Observasi 1. Untuk memantau suhu tubuh
1. Monitor suhu tubuh 2. Agar mengetahui komplikasi yang
2. Monitor komplikasi akibat terjadi saat hipertermia
hipertermia 3. Agar suhu tubuh menurun
Terapeutik 4. Untuk mencegah dehidrasi
1. Longgarkan atau lepaskan pakaian 5. Untuk menurunkan panas tubuh
2. Berikan cairan oral dengan cara konduksi
3. Lakukan pendinginan eksternal 6. Untuk menurunkan suhu tubuh
(kompres)
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
eletrolit

c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis


- Setelah dilakukan intervensi selama x 24 jam diharapkan nyeri menurun
Dengan criteria hasil :

1. Keluhan nyeri menurun


2. Meringis menurun
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur menurun

Intervensi Rasional
Observasi 1. Untuk mengetahui skala nyeri
1. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui faktor yang
2. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
memperberat dan memperingan nyeri nyeri
3. Identifikasi pengetahuan dan 3. Agar px mengerti tentang
keyakinan tentan gnyeri pengetahuan dan keyakinan nyeri
4. Monitor terapi komplementer yang 4. Untuk mengurangi rasa nyeri
sudahdiberikan 5. Untuk memperingan nyeri
Terapiotik 6. Untuk mengurangi rasa nyeri
1. Berikan Teknik non farmakologis
Edukasi
1. Ajarkan Teknik non farmakologi
suntuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. kol. Pemberianan algetik jika perlu

d. Ansietas b.d kurang terpapar informasi


- Setelah dilakukan intervensi selama x 24 jam diharapkan cemas menurun
Dengan criteria hasil :

1. Verbalisasi kebingungan menurun


2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadap imenurun
3. Perilaku gelisah menurun
4. Perilaku tegang menurun
5. Frekuensi nadi menurun
6. Konsentrasi membaik

Intervensi Rasional
Observasi 1. Untuk mengetahui apakah pasien bias
1. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan secara rasional
mengambil keputusan 2. Untuk menurunkan tingkat kecemasan
Terapeutik pasien
1. Ciptakan suasana 3. Agar psien tidak cemas yang
terapeutik untuk berlebiihan
menumbuhkan kepercayaan 4. Agar ansietas semakin berkuragng
2. Pahami situasi yang membuat 5. Karena keluarga merupakan support
ansietas dengar kandengan penuh utama
perhatian 6. Untuk mengetahui apa yang terjadi saat
3. Gunakan pendekatan yang ini
tenang dan meyakinkan 7. Untuk mngurangi tingkat cemas pasien
Edukasi
1. Anjurkan keluarga untuk tetap
Bersama pasien
2. Jelaskan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan
dan prognosis
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obatan
tlansietas jika perlu.

e. Resiko ikterik neonates b.d prematuritas


- Setelah dilakukan intervensi selama x 24 jam diharapkan resiko ikterik
neonates membaik
Dengan criteria hasil :

1. Elastisitas meningkat
2. Kemerahan menurun
3. Suhu kulit membaik
4. Tekstur membaik

Intervensi Rasional
Observasi 1. Untuk mengetahui kondisi awal
1. Identifikai kondisi awal bayi bayi lahir
setelah lahir 2. Untuk mengetahui perkembangan
2. Monitor tanda vital bayi ttv bayi
Terapeutik 3. Untuk mempertahan kan
1. Oleskan baby oil untuk krlrmbapan kuli tbayi
mempertahankan kelembapan kulit 4. Untuk mencegah hipotermia
2. Selimuti untuk mempertahan kan 5. Untuk mencegah terjadinya
kehangatan dan mencegah masalah baru
hipotermi Edukasi 6. Untuk mencegah terjadinya infeksi
1. Anjurkan tidak membubuhi apapun
di tali pusat
2. Anjurkan ibu untuk mencuci tangan
sebelum mnyentuh bayi
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2018). StandarDiagnosaKeperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). StandarLuaranKeperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018): StandarIntervensiKeperawatan Indonesia: Definisi dan TindakanKeperawatan,


Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Sari RatnaDP. 2019. ”KehamilanDenganInfeksiTORCH”.Vol. 3 (176). FakultasKedokteran,


Universitas Lampung.

Aini ZM, SaiminJuminten. 2017. “HubunganInfeski TORCH Pada


KehamilanDenganKejadianKelainanKongenital Pada BayiBaruLahir”. Vol 4 (0218-2443).

Suparman Erna. 2012. “ToksoplasmaDalamKehamilan”. Vol 4 (13-19). Jurnalbiomedik

Anda mungkin juga menyukai