Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH MATERNITAS ISS IT

INFEKSI TORCH

Dosen Pembimbing: Ely Isnaeni S.Kep., Ns., M.Kep.

Dosen Pembimbing : Ely Isnaini S. Kep Ns, M. Kep

Oleh : Kelompok 6

1. Nella Sari (10218055)


2. Nico Sahrul Yanuar Abidin (10218056)
3. Novi Dwi Puji Lestari (10218057)
4. Nugraheni Dwi Septiani (10218058)
5. Octawayaning Marvionada (10218059)
6. Padma Putra Indra Utomo (10218060)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDRI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
nikmat dan karuniaNya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ISS
IT Infeksi TORCH dan tepat waktu.Kami juga mengucapakan banyak terima kasih kepada
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kekurangan.Untuk itu, kami mengharapakan kritik dan saran dari pembaca makalah,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.Demikian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kediri, 26 Februsri 2020

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian TORCH............................................................................................................3


2.2 Etiologi........................................................................................……………...................4
2.3 Patofisiologi........................................................................................................................4
2.4 Pathway..............................................................................................................................8
2.5 Manifestasi Klinis..............................................................................................................15
2.6 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................16
2.7 Penatalaksanaan.................................................................................................................16
2.8 Asuhan Keperawatan.........................................................................................................18
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................34

3.2 Saran...................................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................35

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis
penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Penyakit
TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa
menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita.
Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada
bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. Beberapa jenis infeksi yang
umum dialami oleh wanita yang akan ataupun sedang hamil dan infeksi ini biasanya
ditularkan ke calon bayi sehingga menyebabkan cacat.
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa dari 100 sampel ibu hamil yang
pernah mengalami infeksi salah satu unsur TORCH diperoleh 12% ibu pernah
melahirkan anak dengan kelainan kongenital, 70% pernah mengalami abortus dan 18%
pernah mengalami Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Infeksi TORCH di Indonesia pada
kehamilan menunjukkan prevalensi cukup tinggi, berkisar antara 5,5% sampai 84%.
Infeksi TORCH pada 67% wanita kasus infertilitas didapatkan sebanyak 10,3 %
Toxoplasma, 13,8% positif Rubella, 13,8% positif infeksi CMV (Cytomegalovirus).
Oleh sebab itu, sangat penting dilakukan diagnosis dini agar dapat dilakukan
pencegahan atau pengobatan lebih awal. Proses diagnosis dapat dilakukan langsung
kepada dokter atau bidan, namun sering terjadi hambatan-hambatan seperti: keterbatasan
waktu, keadaan fisik yang tidak memungkinkan untuk meninggalkan rumah, masalah
keuangan, keterbatasan tenaga dokter atau bidan, dan lain-lain (Evaliata, 2016)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari infeksi TORCH ?
2. Apa etiologi dari infeksi TORCH ?
3. Bagaimana patofisiologi dari infeksi TORCH ?
4. Bagaimana pathway atau WOC dari infeksi TORCH ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari infeksi TORCH ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari infeksi TORCH ?
7. Apa pemeriksaan penunjang dari infeksi TORCH ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari infeksi TORCH ?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari infeksi TORCH


2. Untuk mengetahui etiologi dari infeksi TORCH
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari infeksi TORCH
4. Untuk mengetahui pathway atau WOC dari infeksi TORCH
5. Untuk mengetahui manifestasi dari infeksi TORCH
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari infeksi TORCH
7. Untuk mengetahu penatalaksanaan TORCH
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari infeksi TORCH

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus)
merupakan kelompok kelainan konginetal yang didapat akibat infeksi. Infeksi TORCH
pada wanita hamil seringkali tidak menimbulkan gejala atau asimtomatik, tetapi dapat
memberikan dampak serius bagi janin yang dikandungnya. Di sebabkan oleh hewan
mamalia (kucing, anjing, kambing, domba) dan aves (burung) merupakan agen yang ikut
berperan dalam penyebaran infeksi TORCH terutama infeksi toxoplasmosis dan kucing
memegang peranan penting sebagai hospes definitif yang membawa stadium seksual
Toxoplasma gondii, sehingga merupakan sumber utama infeksi toxoplasmosis bagi
manusia.
Infeksi TORCH merupakan beberapa jenis infeksi yang bisa dialami oleh wanita
yang akan ataupun sedang hamil. Dampak klinis bisa berupa Measles, Varicella,
Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B. Infeksi TORCH ini dikenal karena
menyebabkan kelainan beserta keluhan yang dapat dirasakan oleh berbagai rentang usia
mulai dari anak-anak sampai dewasa. Ibu hamil yang terinfeksi pun dapat menyebabkan
kelainan pada bayinya berupa cacat fisik dan mental yang beragam serta keguguran.
Infeksi TORCH dapat menyebabkan 5-10% keguguran dan kelainan kongenital pada
janin.
1. Toksoplasmosis
adalah infeksi burung, manusia, dan mamalia lain dengan protozoa Toksoplasma
gondii yang merupakan parasit intraselular obligat.
2. Rubela (campak jerman)
adalah penyakit endemik dan epidemik, di tambahi dengan ruang makulopapula dan
limfademopati belakang telingga dan suboksifital. Rubela adalah suatu penyakit
yang utama karena insiden kelainan kongenetal yang terjadi pada anak tinggi bila
ibu terserang virus rubela saat hamil.
3. Citomegalovirus (CMV)
dikenal sebagai penyebab utama congenetal dan sebagai infeksi berat dan
mengancam nyawa pada orang dengan tanggap imun lemah.
4. Herpes simpleks
adalah salah satu agen penyebab infeksi yang paling lazim pada usia anak.

3
2.2 Etiologi
1. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis ialah parasit koksidia yang hospes devinitifnya adalah kucing dan
keluarga kucing lain (felin). Diluar keluarga kucing, toksoplasma menunjukan dua
bentuk extraintestinum :
a. Trofozoid atau bentuk proliveratif (takizoid)
b. kista jaringan (bradizoid)
2. Rubela (campak jerman)
virus Rubela adalah toga virus (genus rubivirus) dengan genom RNA untai tunggal
dan kapsul lemak (toga).
3. Citomegalovirus (CMV)
CMV adalah virus spesifik-spesies yang termasuk fameli herpesviridae. Seperti virus
herpes lain, virions sempurnya mengandunng inti DNA untai- ganda, kapsid
ikosahedral, dan kapsul lipoprotein yang melingkarinya.
4. Herpes simpleks
meliputi sitomegalovirus, varisela zoster, dan virus epstin-barr (EBEVI) dan virus
manusia 6 dan 7.
2.3 Patofisiologi
1. Toxoplasma Gondii
Toxoplasma gondii merupakan protozoa intraselular obligat yang tergolong dalam
filum Apicomplexa dan secara taksonomi mempunyai kekerabatan dengan
Plasmodium, penyebab malaria dan Pneumocystis, penyebab pneumonia. Hospes
definitif Toxoplasma gondii adalah kucing dan hospes sementara adalah burung dan
mamalia, termasuk manusia. Toksoplasmagondii mempunyai 3 bentuk, (1) Ookista,
yang dibentuk dalam mukosa usus kucing (2) Takizoit (tropozoit yang membelah
dengan cepat), merupakan bentuk yang ditemukan pada infeksi akut dalam tubuh
hospes perantara. (3) Kista (mengandung bradizoit, tropozoit yang membelah lebih
lambat), yang terdapat dalam jaringan hospes perantara, terutama di otak, otot rangka
dan otot jantung. Kista dapat bertahan lama dan menyebabkan infeksi menahun.
Siklus hidup Toksoplasmagondii memiliki 2 fase, yaitu seksual dan aseksual. Fase
seksual terjadi dalam tubuh hospes definitif. Pada fase ini terjadi pembentukan ookista
dalam mukosa usus halus kucing yang akan dikeluarkan lewat tinja. Ookista sangat
stabil pada lingkungan yang lembab dan hangat, tetapi tidak mampu bertahan terhadap
iklim dingin dan kering. Ookista juga resisten terhadap banyak desinfektan. Ookista

4
dapat menyebar ke lingkungan dan mengkontaminasi air, tanah, buah-buahan, dan
sayur-sayuran, sehingga dapat tertelan oleh binatang lain dan manusia. Babi, sapi,
atau kambing yang terinfeksi dapat menyebabkan infeksi sekunder pada manusia yang
memakan daging yang tidak dimasak. Fase aseksual terjadi dalam tubuh hospes
perantara. Pada fase ini terbentuk takizoit yang masuk dalam peredaran darah dan
menyebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan infeksi akut. Daya tahan tubuh
akan menghambat proses infeksi dan takizoit berubah menjadi bentuk kista yang
mengandung bradizoit, yang dapat bertahan seumur hidup. Toksoplasmosis umumnya
ditularkan melalui 3 cara: menelan bentuk ookistaToksoplasma dari kotoran kucing
yang melekat di tangan, memakan makanan mentah seperti sayuran atau buah yang
tidak dicuci atau daging yang kurang matang, dan dari ibu kepada janin melalui
plasenta. Penularan juga bisa terjadi melalui tranfusi darah dan transplantasi organ
Ookista atau kista yang ditelan akan pecah dalam usus dan mengeluarkan tropozoit
yang akan menyerang sel tubuh dan berkembang biak dalamnya. Sel yang telah penuh
dengan tropozoit akan pecah dan menyerang se lain disekitarnya. Parasit dapat
menyerang semua sel tubuh kecuali sel darah merah serta mampu melewati dinding
usus, bloodbrainbarrier dan plasenta. Parasit tidak menghasilkan toxin, tetapi
pertumbuhan kista intraselular akan menyebabkan sel tubuh menjadi nekrosis. (Saiful,
2017)
2. Rubella
Penularan terjadi melalui oral droplet, dari nasofaring, atau rute pernafasan.
Selanjutnya virus rubella memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi dikulit
belum diketahui patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul
erupsi di kulit. Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi
dan kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubella
telah diisolasi dari kelenjer getah bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan
sinovial dan paru. Penularan dapat terjadi biasanya sejak 7 hari sebelum hingga 5 hari
sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir inkubasi, kemudian
menurun dengan cepat. Dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi.
Rubella dapat ditularkan melalui kontak pernafasan dan memiliki masa inkubasi
antara 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan penyakit ini selama seminggu
sebelum dan sesudah timbulnya rash (bercak - bercak merah) pada kulit. Rash pada
Rubella berwarna merah jambu, mengjilang dalam waktu 2-3 hari dan tidak selalu
muncul untuk semua kasus infeksi. Penularan virus rubella adalah melalui udara

5
dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan
mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir
60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama
secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal
dan viremiafetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas.
Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta. Untuk
dapat terjadi viremiafetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin.
Viremiafetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas. Bayi- bayi yang
dilahirkan dengan rubella kongenital 90 % dapat menularkan virus yang infeksius
melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 – 50 %, dan
dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10 %. Dengan demikian bayi - bayi tersebut
merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan
dan berhubungan dengan bayi. (Amin Huda, 2015)
3. CytoMegalo Virus
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus kongenital di
amerika utara. CMV ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan
cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secretservikal, semen dan ASI.
Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah
lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah
transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa
bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif
dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini. Ada 3 jenis CMV:
a. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta.
b. Akut-didapat: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa.
c. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi,
terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ. (Bayu Fajar, 2018)

6
4. Herpes Simplex
HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2.
HSV 1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat
menyebabkan lesi genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau
kontak fisik lainnya. Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan
mengadakan replikasi pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari.
Replikasi akan berlangsung terus sehingga sel akan menjadi lisis serta terjadi
inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia di mana virus akan menyebar ke
saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang diikuti
penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain.

Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan.


Akan tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam
2.000 sampai 1 dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung
dengan HSV pada saat melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35-40% jika ibu
yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer pada akhir kehamilannya. (Bayu
Fajar, 2018)

7
2.4 PATHWAY ( WOC )
1. Toksositoplasma

Toksoplasma Gondii

Fase sexual Fase asexual

Ditubuh kucing Takizoit ( infeksi akut


yang terinfeksi )

Bradizoit ( infeksi
Masa inkubasi ± 9
kronis )
hari

Mikro & makrogamet


toksoplasma mengalami Membentuk ookista
fusi

Tinja kucing Ookista dikeluarkan lewat tinja


yang sporozoit kucing yang terinfeksi &
mengandung membentuk spora yang tahan
spora terhadap lingkungan
mencemari
tanaman

8
Dimakan hewan Ex : Manusia makan
kambing , sapi , kuda daging yang tidak Kista
matang

Mengeluarkan
Parasit dapat menyerang semua tropozoit yang akan
sel kecuali sel darah merah serta menyerang sel
mampu melewati dinding tubuh
usus ,bloodbrainbarrier dan
plasenta

Parasit tidak
menghasilkan Pertumbuhan kista Kerusakan sel sel
toxin intraseluler akan semakin
menyebabkan sel menyebar
tubuh menjadi
nekrosis

Infeksi

Muncul gejala seperti


ruam dan gatal gatal Peradangan
Nyeri akut
disertai nyeri

Suhu tubuh
Hipertermi Leukosit meningkat
meningkat

9
2. Rubella ( Campak Jerman )

Virus Rubella Masuk melalui pernafasan &


Ditransmisikan
masuk kedalam bereplikasi di nasofaring &
oleh droplet
tubuh daerah kelenjar getah bening

Infeksi Rubella pada ibu hamil menyebabkan


kerusakan janin
Viremia pada hari ke 5 – 7
setelah terpajan

 Kerusakan kardiovaskuler
 Ketulian pada bayi Dapat menular pada setiap
 Kelainan mata : Glaukoma , Katarak orang yang berada di riangan
 Mycrocepaly yang sama dengan penderita
 Hambatan pertumbuhan janin

Masa penularan 1 minggu


sebelum & 4 hari setelah
 Trimester I: 80% - 90 % ruam
menimbulkan kerusakan janin
 Trimester II : 60% - 70%
menimbulkan kerusakan janin
 Trimester III : 40% - 50%
menimbulkan kerusakan janin Masa inkubasi 14 – 21 hari

Tubuh ruam
Virus menginfeksi tubuh
kemerah merahan

MK : Gangguan integritas
kulit

10
Demam Tubuh bereaksi terhadap
virus

MK : Hipertermi

3. Sitomegalovirus

Terpapar cairan
Ibu dengan tubuh yang
CMV yang terdapat CMV
melahirkan ( urine , saliva ,
anaknya darah , sperma
lender vagina ,
transplantasi
organ

kongenital

Akut
didapat

Kurangnya
CMV paparan
informasi Defisit
mengenai Pengetahuan
penyakit

11
CMV

Invasi virus Reaksi Kerusakan


Reaksi
memicu makrofag , sel sel epitel
hipermetabolik
respon leukosit yang usus
inflamasi memfagosit
virus

Penurunan Terganggun
Pelepasan nafsu ya kerja
mediator makan absorbsi
Peningkatan
peradangan dan sekresi
produksi
seperti usus
sputum
protaglandin

BB ± > 10%
BB ideal
Batuk tidak Diare
efektif
Memicu
pusat
termostaf Defisit Nutrisi
hipotalamu
s Risiko
Bersihan
jalan nafas Ketidakseimbangan
tidak Cairan
efektif
Peningkatan
suhu tubuh ( >
37,5 ° C )

Hipertermi
12
4. Herpes

Virus herpes hominis

Imun menurun

Masuk ke daerah
mukokutan

Virus menetap di
susunan saraf tepi
kulit seumur hidup

Virus mengalami
multiplikasi

Virus menuju ke kelenjar


limfe regional

Invasi ke pembuluh
darah

Bereproduksi
didalam kulit

13
Infeksi primer

Faktor kekambuhan :
Infeksi primer stress , imun menurun ,
keletihan , makanan ,
menstruasi

Rasa Nyeri
gatal dan
terbakar
Infeksi rekuren

Nyeri Akut
Malaise
Suhu naik
Gangguan
integritas
kulit Intoleransi
aktivitas
Hipertermi

Luka bakar dan bau

14
2.5 Manifestasi Klinis
1. Toksoplasma
a. Pembesaran kelenjar getah bening di leher ukuran < 3 cm dan tidak nyeri
b. Demam, keringat malam, dan pegal-pegal, batuk, sesak nyeri dada
c. Nyeri tenggorokan
d. Nyeri perut akibat pembesaran getah bening di sekitar usus
e. Bitnik-bintik merah pada kulit
f. Kejang dan mengalami gangguan keseimbangan, gangguan saraf, nyeri hebat pada
kepala
g. Kelumpuhan sebelah anggota gerak
h. Nyeri mata, silau, mata merah gelap pada sebagian lapang pandang
2. Rubela
a. Demam serta keringat dingin
b. Sakit kepala terlalu sering disertai hidung tersumbat, pembengkakan kelenjar limfa
pada telinga dan leher
c. Tidak nafsu makan dan mual, ruam-ruam merah pada seluruh badan
3. Cytomegalovirus(CMV)
a. Demam, letih lesu, gangguan pengliatan
b. Jumlah sel darah putih menurun
c. Kejang-kejang dan muntaber
4. Herpes Simplex
a. Muncul ruam merah disertai gelembung-gelembung air pada tubuh
b. Nyeri pada area vital
c. Gatal-gatal, keluar nanah serta kotoran dari kelamin
d. Kelenjar limpe pada paha membesar serta buang air kecil terasa sakit dan perih

15
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Toksoplasmosis
a. Pemeriksaan Serologi IgG dan IgM
b. Deteksi parasit
2. Rubella
a. Ditemukan IgM spesifik rubella dalam 3 bulan setelah kelahiran. Ada dan
menetapnya IgG spesifik rubella pada usia 4-6 bulan.
b. Pemeriksaan PCR RNA virus pada urin,sediaan apus tenggoro, cairan serebro
spinal
3. Sitomegalovirus (CMV)
a. Pemeriksaan PCR virus atau biakan urin dan saliva pada minggu 2-3
b. Deteksi anti bodu IgM spesifik
c. Pemeriksaan IgG setelah minggu ke 3
4. Herpes simplex
a. Biakan virus untuk menentukan diagnosis pasti HSV
b. Pewarnaan kerokan lesi secara imunoflueresen dengan antisera khusus HSV -1
dan HSV-2
c. Tes serologi

2.7 Penata laksanaan


1. Toksoplasma
a. Pyrimethamine 2 mg/kgBB/hari, selama 2 hari, dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari
selama 6 bulan, diikuti dosis yang sama 3 kali per minggu untuk 6 bulan
berikutnya, total selama 1 tahun.
b. Sulfadiazin 100-150 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2 dosis, selama 1 tahun.
c. Leucovorin (asam folat) 5-10 mg 3 kali seminggu.
2. Rubella
a. Bayi baru lahir asimtomatik diberikan terapi suportif, tidak ada terapi khusus.
Dilakukan uji tapis pemeriksaan mata dan pendengaran.
b. Melakukan pemeriksaan evaluasi mata dengan teliti, dan bila terdapat perkabutan
kornea, katarak, dan retinopati rujuk ke dokter mata. Perkabutan kornea
mengindikasikan adanya glaukoma infantil.

16
c. Terapi suportif di NICU mungkin diperlukan apabila bayi dengan SRK
mengalami distres pernafasan.
d. Hepatosplenomegali harus dipantau secara klinis, tidak memerlukan intervensi
tertentu.
e. Pasien dengan hiperbilirubinemia memerlukan fototerapi, atau tranfusi tukar bila
ikterus berat, untuk mencegah terjadinya kernikterus.
f. Kelainan hematologi umumnya tidak berat, tetapi seandainya bayi mengalami
trombositopenia yang berat dapat dipertimbangkan pemberian imunoglobulin
intra vena (IVIG). Kortikosteroid tidak diberikan karena bukan merupakan
indikasi.
g. Bayi dengan kelainan jantung perlu dilakukan pemantauan adanya tanda-tanda
gagal jantung kongestif. Pemeriksaan ekhokardiografi diperlukan untuk
menegakkan diagnosis kelainan jantung.
h. Isolasi kontak diperlukan selama perawatan di rumah sakit.

3. Sitomegalovirus (CMV)
Tidak ada terapi khusus untuk CMV pada individu yang sehat. Pasien dengan
gangguan kekebalan dan mereka yang memiliki gejala mononukleosis atau gejala
hepatitis diobati berdasarkan gejala yang timbul atau dengan terapi antivirus. Terapi
untuk infeksi CMV secara umum adalah antiviral gansiklovir, famsiklovir, dan
sidofovir.
4. Herpes Simplex
Asiklovir merupakan terapi pilihan untuk infeksi lokal dan diseminata pada
bayi dan anak.
a. Infeksi HSV neonatal: asiklovir IV dosis tinggi, 20 mg/kg/dosis, 3 kali sehari,
diberikan selama 21 hari.
b. Infeksi kulit, mata, dan mulut diberikan dosis sama, selama 14 hari
c. Pada penyakit HSV susunan saraf pusat: asiklovir tidak boleh dihentikan
d. Sebelum pemeriksaan ulang PCR DNA HSV cairan serebrospinalis negatif.
e. Herpes kerato-konjungtivitis diberikan topikal trifluridin 1 tetes pada
f. Kornea setiap 2 jam, tidak lebih dari 9 tetes/hari dan tidak direkomendasikan
lebih dari 21 hari.

17
2.8 Asuhan keperawatan
1. Toksoplasmosis
Pengkajian

a. Kemungkinan dalam gangguan sistem imun, terpajan dengan feses kucing,


memakan daging yang tidak dimasak dengan matang
b. Malayse
c. Keletihan
d. Mialgia
e. Sakit kepala
f. Sakit tenggorokan
g. Muntah

Temuan pemeriksaan fisik

a. Demam ( jika generalisata, kemungkinan 41,1°C )


b. Batuk dispenea
c. Sianosis
d. Ronki kasar
e. Delirium, kejang
f. Ruam makulopapular divus ( kecuali ditelapak tangan, telapak kaki, dan kulit
kepala )
g. Pada bayi yang mengidap tokoplasmosis kongenital :
- Hidrosevalus atau microsevalus
- Ekterus, purpura, ruam
- Strabismus, kebutaan
- Epilepsi, retadesimental
- Limfadenopati, plenimegali, dan hepatomegali
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d inflamasi
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan akttual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

18
Gejala dan tanda mayor
Subjectif : mengeluh nyeri
Objectif : - tampak meringis
- Bersikap protektif (waspada,posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjectif : tidak tersedia

Objectif : - Tekanan darah meningkat

- Pola nafas berubah


- Nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaphoresis
b. Hipertermi b.d proses infeksi
Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Gejala dan tanda mayor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : suhu tubuh di atas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : - kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat

19
Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
inflamasi keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
diharapkan nyeri berkurang  Identifikasi skala nyeri
atau hilang.  Monitor efek samping
Kriteria hasil: penggunaan analgesic
1.Tingkat nyeri 2.Terapeutik
 Keluhan nyeri (5)  Fasilitasi istirahat dan
 Meringis (4) tidur
 Kesulitan tidur (4)  Pertimbangkan jenis dan
 Gelisah (5) sumber nyeri dalam
 Ketegangan otot (4) pemilihan strategi
meredakan nyeri
3.Edukasi
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4.Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgesic jika perlu

2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi


proses infeksi keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
diharapkan suhu tubuh  Monitor suhu tubuh
0
dalam batas normal (36,5 -  Identifikasi penyebab
37,50 C) hipertermi
Kriteria hasil:

20
1.Termoregulasi
 Pucat (4)
 Tekanan darah sistolik 2.Terapeutik
(5)  Sediakan lingkungan
 Tekanan darah yang hangat
diastolik (4)  Lakukan penghangatan
 Tekanan nadi (5) aktif internal

 Fatigue (5) 3.Edukasi


 Anjurkan makan /
minum hangat

2. Rubella
Pengkajian

a. Imunisasi tidak adekuat terpajar oleh individu yangmengalami infeksi rubela dalam
2 hingga 3 minggu sebelumnya atau melakukan berjalan buru-buru ke area
endemik tanpa imunisasi ulang
b. Pada anak tidak ada gejala prodormal
c. Pada remaja atau ornang dewasa sakit
d. Padaremaja atau orang dewasa sakit kepala malaise, manoreksia, koriza, sakit
tenggorokan dan batuk terjadi sebelum awitan ruam.
e. Poliartragia dan poliartritis pada orang dewasa
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi
Definisi : kerusakan kulit (dermis dan/ atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/ atau
ligamen)
Gejala dan tanda mayor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : kerusakan jaringan dan/ atau lapisan kulit

21
Gejala dan tanda minor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : - Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
b. Hipertermi b.d proses infeksi
Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Gejala dan tanda mayor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : suhu tubuh di atas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : - kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan


1. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
b.d perubahan pigmentasi keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
diharapkan gangguan  Identifikasi penyebab
dapat teratasi gangguan integritas
Kriteria hasil: kulit
1.integritas kulit dan 2.Terapeutik
jaringan  Ubah posisi tiap 2
 Elastisitas (4) jam jika tirah baring
 Kerusakan jaringan (4)  Hindari produk
 Kerusakan lapisan kulit berbahan daras
(4) alcohol pada kulit
 Nyeri (5) kering

22
 Kemerahan (5) 3.Edukasi
 Anjurkan minum air
yang cukup
 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
2. Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi
infeksi keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
diharapkan suhu tubuh  Monitor suhu tubuh
dalam batas normal (36,50-  Identifikasi penyebab
37,50 C) hipertermi
Kriteria hasil: 2.Terapeutik
1.Termoregulasi  Sediakan lingkungan
 Pucat (4) yang hangat
 Tekanan darah  Lakukan
sistolik (5) penghangatan aktif
 Tekanan darah internal
diastolik (4) 3.Edukasi
 Tekanan nadi (5)  Anjurkan makan /
 Fatigue (5) minum hangat

3. Sitomegalovirus
Pengkajian
a. Riwayat transfusi
b. Riwayat transplatasi organ
c. Keluarga yang menderita CMV
Pemeriksaan fisik
a. TTV
b. Kulit: petekia, ekimosis, lesi berwarna ungu
c. Penurunan berat badan

23
Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum
Definisi : ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten
Gejala dan tanda mayor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : - batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
- Mengi, wheezing, ronki kering
- Meconium di jalan nafas (pada neonates)
Gejala dan tanda minor
Subjectif : - Dyspnea
- Sulit bicara
- Ortopnea
Objectif : - Gelisah
- Sianosis
- Bunyi nafas menurun
- Frekuensi nafas berubah
- Pola nafas berubah

b. Defisit nutrisi b.d penurunan berat badan


Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Gejala dan tanda mayor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor
Subjectif : - Cepat kenyang setelah makan
- Kram / nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Objectif : - Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat

24
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
c. Risiko ketidakseimbangan cairan b.d disfungsi usus
Definisi: berisiko engalami penurunan, peningkatan, atau percepatan perpindahan
cairan dari intravascular, interstisial atau intraselular
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Definisi: ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topic
tertentu
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif: - menunjukan perilaku tiak sesuai anjuran
- Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan tanda minor
Subjektif: tidak tersedia
Objektif: - Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
- Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan, agitasi,
hysteria)

Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
tidak efektif b.d keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
peningkatan produksi diharapkan bersihan jalan  Monitor pola nafas
sputum nafas kembali efektif  Monitor sputum
Kriteria hasil: 2.Terapeutik
1.bersihan jalan nafas  Posisikan semi
 Batuk efektif (4) fowler/flowrer
 Produksi sputum (5)  Lakukan fisioteapi
 Dispenea (4) dada
 Frekuensi nafas (4)
 Pola nafas (5)
3. Edukasi

25
 Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kotra indikasi
 Ajarkan teknik
batuk efektif
4.Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,mukoli
tik, jika perlu
2. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
penuruna berat badan keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
diharapkan nutrisi pasien  Identifikasi
terpenuhi sesuai kebutuhan kebutuhan kalori dan
Kriteria hasil: jenis nutrient
1. Status nutrisi  Monitor berat badan
 Porsi makan yang 2.Terapeutik
dihaskan (4)  Lakukan oral
 Perasaan cepat hygiene sebelum
kenyang (4) makan jika perlu
 Berat badan (4)  Berikan suplemen
 Frekuensi makan (5) makanan jika perlu
 Nafsu makan (5) 3.Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk jika mampu
 Ajarkan diet yang di
programkan

4.Kolaborasi

26
 Pemberian medikasi
sebelum makan
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang di
butuhkan, jika perlu.
3. Risiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
ketidakseimbangan keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
cairan b.d disfungsi usus diharapkan kebutuhan  Minitor status
cairan dalam tubuh pasien hidrasi
seimbang  Monitor berat
Kriteria hasil: badan harian
1. keseimbangan ciran 2.Terapeutik
 Asupan cairan (4)  Catat in take
 Dehidrasi (5) sampai output dan
 Tekanan darah (5) hitung balans cairan
 Mata cekung (4) 24 jam

 Berat badan (5)  Berikan asupan


cairan sesuai
kebutuhan
3.Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian diuretic
jika perlu

4. Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan


kurang terpapar keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
informasi pasien menunjukkan  Identifikasi kesiapan
pemahaman tentang dan kemampuan
informasi yang diberikan menerima informasi
Kriteria hasil:  Identifikasi faktor-
1. Tingkat pengetahuan faktor yang dapat

27
 Perilaku sesuai meningkatkan dan
anjuran (5) menurunkan
 Perilaku sesuai motivasi perilaku
dengan pengetahuan hidup bersih dan
(4) sehat
 Pertanyaan tentang 2.Terapeutik
masalah yang  Sediakan materi dan
dihadapi (5) media pendidikan
 Menjalani kesehatan
pemeriksaan yang  Berikan kesempatan
tidak tepat (5) untuk bertanya
 Perilaku (5) 3.Edukasi
 Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi yang
dapat di gunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup sehat.

4. Herpes Simplex
Pengkajian

a. Kontak seksual peroral vaginal, atau anal dengan orang yang terinfeksi atau kontak
langsung lainnya dengan lesi
b. Pada infeksi berulang, berbagai faktor presipitasi teridentikiasi.

Temuan pemeriksaan fisik

HSV perioral primer

28
a. Sakit tenggorok, demam, anoreksia, adenopati
b. Peninggkatan salifasi
c. Nyeri mulut yang sangat hebat, halitosis
d. Fesikal kecil pada dasar eritematosus mungkin terapat pada mukosa terin dan
mukosa oral

HSVgenital primer

a. Malaise
b. Adenopati inguinal lunak
c. Disuria, leukore
d. Dipareunia
e. Physical yang berisi cainran pada serfik, labiam, kilit perianal, vulva, dan vagina:
glansvenis, prepusium, dan batang penis
f. Lesi ekstragenital mungkin terlihat pada mulut atau anus

Infeksi okular primer

a. Fotofobia, pengeluaran air mata yang berlebuhan


b. Konjungtifits klikular, kemosis
c. Blefaritis, physical pada kelopak mata
d. Letargi dan demam
e. Adenopati regional

Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d infeksi primer
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan akttual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Gejala dan tanda mayor
Subjectif : mengeluh nyeri

Objectif : - tampak meringis


- Bersikap protektif (waspada,posisi menghindari nyeri)
- Gelisah

29
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjectif : tidak tersedia

Objectif : - tekanan darah meningkat

- Pola nafas berubah


- Nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaphoresis
b. Hipertermi b.d proses infeksi
Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Gejala dan tanda mayor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : suhu tubuh di atas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : - kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
c. Gangguan integritas kulit b.d luka bakar
Definisi : kerusakan kulit (dermis dan/ atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/ atau
ligamen)
Gejala dan tanda mayor
Subjectif : tidak tersedia
Objectif : kerusakan jaringan dan/ atau lapisan kulit
Gejala dan tanda minor
Subjectif : tidak tersedia

30
Objectif : - nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
Definisi : ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Gejala dan tanda mayor
Subjecif : mengeluh lelah
Objectif : frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif : - dyspnea saat / setelah aktifitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah

Objectif : - tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat

- Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat / setelah aktivitas


- Gambaran EKG menunjukkan iskemia
- Sianosis

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
infeksi primer keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
diharapkan nyeri berkurang  Identifikasi skala nyeri
atau hilang  Monitor efek samping
Kriteria hasil: penggunaan analgesic
1.Tingkat nyeri 2.Terapeutik
 Keluhan nyeri (5)  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Meringis (4)  Pertimbangkan jenis dan
 Kesulitan tidur (4) sumber nyeri dalam pemilihan
 Gelisah (5) strategi meredakan nyeri
 Ketegangan otot (4) 3.Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan

31
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4.Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgesic jika perlu

2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi


proses infeksi keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
diharapkan suhu tubuh  Monitor suhu tubuh
dalam batas normal (36,50-  Identifikasi penyebab
0
37,5 C) hipertermi
Kriteria hasil: 2.Terapeutik
1.Termoregulasi  Sediakan lingkungan yang
 Pucat (4) hangat
 Tekanan darah  Lakukan penghangatan aktif
sistolik (5) internal
 Tekanan darah 3.Edukasi
diastolik (4)  Anjurkan makan/ minum
 Tekanan nadi (5) hangat
 Fatigue (5)

3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit


integritas kulit b.d keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
luka bakar diharapkan gangguan dapat  Identifikasi penyebab
teratasi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil: 2.Terapeutik
1. Integritas kulit dan  Ubah posisi tiap 2 jam jika
jaringan tirah baring
 Elastisitas (4)  Hindari produk berbahan
 Kerusakan jaringan (4) daras alcohol pada kulit
 Kerusakan lapisan kulit kering
(4) 3.Edukasi
 Nyeri (5)  Anjurkan minum air yang

32
 Kemerahan (5) cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
aktivitas b.d keperawatan 2 x 24 jam 1.Observasi
kelemahan diharapkan pasien dapat  Monitor kelelahan fisik dan
beraktivitas kembali seperti emosional
biasanya  Monitor pola dan jam tidur
Kriteria hasil: 2.Terapeutik
1.Toleransi Aktivitas  Lakukan latihan rentang gerak
 Keluhan lelah (4) pasif dan atau aktif
 Dyspnea saat aktivitas  Berikan aktifitas distraksi
(4) yang menenangkan
 Dyspnea setelah 3.Edukasi
aktivitas (5)  Anjurkan melakukan aktifitas
 Perasaan lemah (4) secara bertahap
 Frekuensi nafas (5)  Ajarkan strategi kopig untuk
mengurangi kelelahan
4.Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus
(CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2. Penyakit ini

33
sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran, cacat pada
bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.
Tata laksana infeksi TORCH merupakan suatu kumpulan rangkaian kegiatan berbagai
disiplin ilmu, dimulai dari masa kehamilan, masa kelahiran hingga masa pasca natal.
Pemberian terapi pada waktu yang tepat sangatlah penting, sehingga diperlukan deteksi
dini terhadap tanda gejala penyakit TORCH.
3.2 Saran
Sebagai perempuan terutama ibu hamil diharapkan untuk selalu waspada terhadap
penyakit TORCH yaitu dilakukan dengan cara mengetahui serta memahami media dan
cara penyebaran penyakit ini sehingga kita dapat menghindari kemungkinan tertular .
Selain itu kita juga harus membiasakan hidup bersih dan lebih baik makan makanan yang
di masak dengan matang.

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Saiful. 2017. Toksoplasmosis Okular Kongenital Volume 17


https://doi.org/10.24815/jks.v17i2.8993
Bobak, Lowdermilk, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

34
Dewi, R. (2019). Kehamilan dengan Infeksi TORCH Pregnancy with Torch Infection. 3, 176–
181.
Fajar, Bayu. 2018. Infeksi CMV. Volume 1.
https://doi.org.10.26891/jkm.vl2.2018.114-117
M. Rudolph, Abraham.2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph.Jakarta:EGC
PB IDAI Jaya. (2014). Practical Management in Pediatrics.
Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka
Williams Lippincott dan Wilkins.2014.Kapita Selecta Penyakit.Jakarta:EGC

35

Anda mungkin juga menyukai