Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH MEDICAL SCIENCE

“TOXOPLASMOSIS”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

Annisa Fatimah Setyorini (P07224218005)


Dwi Yanti (P07224218011)
Fifit Rohmah Anggara Putri (P07224218015)
Non Nimonika (P07224218024)
Rizki Dwi Safitri (P07224217032)
Salmiah (P07224218032)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III
KEBIDANAN SAMARINDA
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang.
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah
tentang “TOXOPLASMOSIS”.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang “ TOXOPLASMOSIS” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Samarinda, 26 Januari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................................................ 1
Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 2
Tujuan.............................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
Definisi toxoplasmosis......................................................................................................................... 3
Morfologi............................................................................................................................................... 3

Siklus hidup........................................................................................................................................... 4

Diagnose klinik..................................................................................................................................... 5

Cara penularan...................................................................................................................................... 6

Pencegahan toxoplasmosis.................................................................................................................. 8

Konsep dasar manajemen toxoplasmosis.......................................................................................... 11

BAB IIITINJAUAN KASUS........................................................................................................... 18

BAB IVPENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................................................... 28
Saran..................................................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Toxoplasma atau Toxoplasmosis sering menjadi hal yang sangat ditakuti dan
dikhawatirkan bagi wanita hamil dan yang sedang merencanakan
kehamilan.Toxoplasmosis sendiri merupakan suatu infeksi protozoa
Toxoplasmosa gondii, yang biasanya terjadi melalui kontak dengan tinja kucing,
makan makanan mentah, atau makanan daging yang terkontaminasi dengan toxo
ini. Bila infeksi toxo terjadi saat hamil maka akan dapat menyebabkan
keguguran, atau bila anak lahir maka dapat timbul dengan beberapa masalah
kesehatan, seperti kelainan kongenital cacat, pembesaran hati dan limpa,
kekuningan pada kulit dan mata (jaundice), infeksi mata yang berat, dll. Jika
Anda sudah terinfeksi cara yang harus ditempuh memang dengan mengobatinya.
Pengobatan akan memperendah resiko kelainan pada bayi dalam kandungan
anda. Namun bila Anda sedang merencanakan kehamilan, ada baiknya Anda
memeriksakan diri ke dokter dan bisa diikuti pula dengan menghindari makanan
atau aktivitas yang memiliki risiko tinggi terinfeksi Toxoplasmosis.   Diantaranya
adalah makan makanan mentah atau yang dimasak setengah matang, sayuran
yang tidak dicuci bersih dan dimakan mentah serta minum susu yang tidak
dipasteurisasi. Selain itu hindari pula kotoran kucing, terutama kucing yang
kemungkinan besar mengkonsumsi daging mentah, burung ataupun tikus.

1.2   Tujuan 

4
1. Untuk mengetahui definisi infeksi toxoplasmosis
2. Untuk mengetahiui tanda dan gejala toxoplasma
3. Untuk mengetahui patofisiologi infeksi toxoplasmosis
4. Untuk mengetahui cara mendiagnosa infeksi toxoplasmosis
5. Untuk mengetahui dampak infeksi toxoplasmosis  dan cara penularan dalam
kehamilan
6. Untuk mengetahui pencegahan dan penatalaksanan infeksi toxoplasmosis
dalam kehamilan

1.3 Rumusan masalah


1. Apa definisi infeksi toxoplasmosis ?
2 Apa saja tanda dan gejala toxoplasma ?
3 Apa saja patofisiologi infeksi toxoplasmosis ?
4 Bagaimana cara mendiagnosa infeksi toxoplasmosis ?
5 Apa saja dampak infeksi toxoplasmosis  dan cara penularan dalam
kehamilanm?
6 Bagaimana pencegahan dan penatalaksanan infeksi toxoplasmosis dalam
kehamilan?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Toksoplasmosis
1. Definisi Toksoplasmosis

Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma


gondii, merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke
manusia (Hiswani, 2005). Parasit ini merupakan golongan Protozoa yang
bersifat parasit obligat intraseseluler. Menurut Wiknjosastro (2007),
toksoplasmosis menjadi sangat penting karena infeksi yang terjadi pada saat
kehamilan dapat menyebabkan abortus spontan atau kelahiran anak yang
dalam kondisi abnormal atau disebut sebagai kelainan kongenital seperti
hidrosefalus, mikrosefalus, iridosiklisis dan retardasi mental.

2. Morfologi
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat
dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit)
dan ookista (berisi sporozoit) (Hiswani, 2005). Bentuk takizoit menyerupai
bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat.
Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel,
satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti
mitokondria dan badan golgi (Sasmita, 2006). Bentuk ini terdapat di dalam
tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan
kucing sebagai hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam
berbagai jaringan tubuh. Takizoit juga dapat memasuki tiap sel yang berinti.
Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah

6
membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil
hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi
kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur
hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Di otak bentuk kista
lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel
otot (Gandahusada, 2003).

Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista


mempunyai, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas.
Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding dan
menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit
yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah benda residu. Toxoplasma gondii
dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, berkembang biak secara
seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian.

3. Siklus hidup
Daur hidup T. gondii melalui dua siklus yaitu siklus enteroepitel dan
siklus ekstraintestinal. Siklus enteroepitelial di dalam tubuh hospes definitif
seperti kucing. Siklus ekstraintestinal pula di dalam tubuh hospes perantara
seperti manusia, kambing dan domba. Pada siklus ekstraintestinal, ookista
yang keluar bersama tinja kucing belum bersifat infektif. Setelah mengalami
sporulasi, ookista akan berisi sporozoit dan menjadi bentuk yang infektif.
Manusia dan hospes perantara lainnya akan terinfeksi jika tertelan bentuk
ookista tersebut. Di dalam ileum, dinding ookista akan hancur sehingga
sporozoit bebas. Sporozoit-sporozoit ini menembus mukosa ileum dan
mengikuti aliran darah dan limfa menuju berbagai organ tubuh seperti otak,
mata, hati dan jantung. Sporozoit bebas akan membentuk pseudokista setelah
berada dalam sel organ-organ tersebut. Pseudokista tersebut berisi endozoit

7
atau yang lebih dikenal sebagai takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan
membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista
yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada
infeksi menahun (infeksi laten).

4. Diagnosa Klinik
Diagnosis infeksi protozoa ini dilakukan dengan mendapatkan antibodi
IgM dan IgG anti T. gondii dalam tes serologi (Hiswani, 2005). Untuk
memastikan diagnosis toksoplasmosis kongenital pada neonatus perlu
ditemukan zat anti IgM. Tetapi zat anti IgM tidak selalu dapat ditemukan.
Zat anti IgM cepat menghilang dari darah, walaupun kadang-kadang dapat
ditemukan selama beberapa bulan.

Bila tidak dapat ditemukan zat anti IgM, maka bayi yang tersangka
menderita toksoplasmosis kongenital harus di follow up. Zat anti IgG pada
neonatus yang secara pasif didapatkan dari ibunya melalui plasenta,
berangsur-angsur berkurang dan menghilang pada bayi yang tidak terinfeksi
T. gondii. Pada bayi yang terinfeksi T. gondii, zat anti IgG mulai dibentuk
sendiri pada umur 4-6 bulan, dan pada waktu ini titer zat anti IgG naik.
Untuk memastikan diagnosis toksoplasmosis akuista, tidak cukup bila hanya
sekali menemukan titer zat anti IgG T. gondii yang tinggi, karena titer zat
anti T. gondii yang ditemukan dengan tes-tes tersebut diatas dapat ditemukan
bertahun-tahun dalam tubuh seseorang. Diagnosis toksoplasmosis akut dapat
dibuat, bila titer meninggi pada pemeriksaan kedua kali dengan jangka
waktu 3 minggu atau lebih atau bila ada konversi dari negatif ke positif.
Diagnosis juga dapat dipastikan bila ditemukan zat anti IgM, disamping
adanya titer tes warna atau tes IFA yang tinggi.

8
5. Cara penularan
Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara. Pada
toksoplasmosis kongenital, transmisi toksoplasma kepada janin terjadi
melalui plasenta bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil. Pada
toksoplasmosis akuista, infeksi dapat terjadi bila makan daging mentah atau
kurang matang ketika daging tersebut mengandung kista atau trofozoit T.
gondii. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif
parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk
penyebaran T. gondii. Pada orang yang tidak makan daging pun dapat terjadi
infeksi bila ookista yang dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan. Kontak
yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat
dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter
hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan
orang yang menangani daging mentah seperti juru masak (Chahaya, 2003).
Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor
penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi
T. gondii. Infeksi juga dapat terjadi di laroratorium pada orang yang bekerja
dengan binatang percobaan yang diinfeksi dengan T. gondii yang hidup.
Infeksi dengan T. gondii juga dapat terjadi waktu mengerjakan autopsi.

9
Gambar 2.1 Cara Penularan Toksoplasmosis Sumber: American Family
Physician (2003)

6. Patogenesis
Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses
yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang
organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel
inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan
retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afinitas paling besar.
Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi.
Tahap ketiga rnerupakan fase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di
jaringan otot dan saraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan
peradangan lokal. Infeksi primer pada janin diawali dengan masuknya darah
ibu yang mengandung parasit tersebut ke dalam plasenta, sehingga terjadi
keadaan plasentitis yang terbukti dengan adanya gambaran plasenta dengan

10
reaksi inflamasi menahun pada desidua kapsularis dan fokal reaksi pada vili.
Inflamasi pada tali pusat jarang dijumpai.Kemudian parasit ini akan
menimbulkan keadaan patologik yang manifestsinya sangat tergantung pada
usia kehamilan.

7. Manifestasi Klinis
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya,
toksoplasmosis dapat dikelompokkan atas: toksoplasmosis akuisita (dapatan)
dan toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun
kongenital, sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat
bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejalanya nampak
sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain.
Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan
gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer,
ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis
kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak
umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada
toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam
dan sakit kepala (Gandahusada, 2003). Pada infeksi akut, limfadenopati sering
dijumpai pada kelenjar getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala
tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia dan malaise. Bentuk kelainan
pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip
kelainan kulit pada demam titus, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi
pneumonia interstisial.Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat
bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala
klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada
gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari
hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrad sabin yang

11
disertai kelainan psikomotorik (Gandahusada, 2003). Toksoplasmosis
kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan
kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ
penting dan juga pada sistem saraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya
retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada
retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa.
Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat
infeksi kongenital. Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan
yang sering terjadi bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-
anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat
berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati,
atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus,
kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala
klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai
hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan
lesi mata.

8. Pencegahan Toksoplasmosis
Peranan kucing sebagai hospes definitif merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta
juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam
tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka dapat di jaga
terjadinya infeksi pada kucing, yaitu dengan memberi makanan yang matang
sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Lalat dan lipas dapat menjadi
vektor mekanik yang dapat memindahkan ookista dari tanah atau lantai ke
makanan (Gandahusada, 2003). Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan
ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista

12
dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan
serta air panas 70oC yang disiramkan pada tinja kucing (Gandahusada, 2003).
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga
petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Di
Indonesia, tanah yang mengandung ookista T. gondii belum diselidiki
(Chahaya, 2003). Sayur-mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci
bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran, makanan yang
matang harus di tutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat
memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut.
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam)
sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66 0C.
Daging dapat menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 650C selama
empat sampai lima menit atau lebih, maka secara keseluruhan daging tidak
mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah
dengan garam dan nitrat (Chahaya, 2003). Setelah memegang daging mentah
(tukang potong, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan
sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya
toksoplasmosis kongenital, yaitu anak yang lahir cacat dengan retardasi mental
dan gangguan motorik, merupakan beban masyarakat. Pencegahan dengan
tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan 21-24
minggu, mengurangi kejadian toksoplasmosis kongenital kurang dari 50 %,
karena lebih dari 50 % toksoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer
pada trimester terakhir kehamilan (Chahaya, 2003). Pencegahan dengan obat-
obatan, terutama pada ibu hamil yang diduga menderita infeksi primer dengan
Toxoplasma gondii, dapat dilakukan dengan spiramisin. Vaksin untuk
mencegah infeksi toksoplasmosis pada manusia belum tersedia sampai saat ini.

13
Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan
Toxoplasmosis
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Nama pengkaji :
Tempat pengkajian :

A)DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : Nama Suami :
Umur : Umur
:
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat :

2. Keluhan Utama

14
Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan
adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala
(Gandahusada, 2003).
Kebanyakan individu yang terinfeksi toksoplasmosis tidak menimbulkan
gejala, namun tanda dan gejala pada wanita hamil terlihat samar-samar, yaitu
letih dan malaise, nyeri oto, demam, luka tenggorokan, dan pembesaran
kelenjar limfe di daerah leher dan ketiak (Varney,2006)
3. Riwayat Kesehatan Klien

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

5. Riwayat Menstruasi
6. Riwayat Obstetrik (Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Lalu)
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
S
N u BB Abno
U Pe Pnl Tmp Laktas
o a Anak Jenis Peny JK /P H M rmalit Peny
K ny g t i
m B as
i

7. Riwayat Kontrasepsi

8. Riwayat Kehamilan Saat Ini


Apabila wanita terinfeksi pada masa hamil dapat menyebabkan malformasi
kongenital berat karena protozoa ini dapat menembus melalui plasenta ke
janin. Kasus paling berat terjadi pada akhir trimester 1 (Varney, 2006)

15
9. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas
Personal Memakan makanan yang tercemar kotoran hewan
Hygiene berbulu (kucing)
Tidak mencuci tangan atau membersihkan diri
setelah memegang atau terpapar kotoran kucing
(varney, 2006)
Kebiasaan - Memakan daging mentah atau setengah
matang dari daging yang terinfeksi (Varney, 2006)
Seksualitas -

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologis :
b. Sosial :
c. Kultural :
d. Spiritual :

B) DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital : Tekanan darah :
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
Antropometri :
Berat Badan Sebelum Hamil :
Berat Badan saat ini :

16
Tinggi Badan :
LILA :

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Hidung :
Mulut :
Telinga :
Leher :
Dada :
Payudara :
Abdomen :
Genetalia :
Anus :
Ekstremitas :

Palpasi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia :

17
Anus :
Ekstremitas :

Auskultasi
Dada :
Abdomen :
Perkusi
Dada :
Abdomen :
Ekstremitas :
3. Pemeriksaan Khusus
4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan serologi IgG dan IgM (Montoya, 2002)
IgM : ≤ 0,89 IU = negatif IgG : ≤ 6 IU/mL = negatif
0,9 – 1,09 IU = equivokal 7-8 IU/mL = equivocal
≥ 1,1 IU = positif ≥ 9 IU/mL = postif
- IgG (-) IgM(+) = kemungkinan awal infeksi akut. Perlu dilakukan
uji ulang IgG dan IgM
- IgG (+) IgM (-) = telah terinfeksi toksoplasmosis lebih dari 1 tahun
- IgG (+) IgM (+) = infeksi baru terjadi <12 bulan

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G...Papah usia kehamilan..... minggu janin tunggal/ganda,
hidup/mati, intrauterin/ekstrauterin dengan toxoplasmosis
Masalah :
Kebutuhan :
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

18
Toksoplasmosis sering disebut sebagai salah satu penyebab terjadinya
kegagalan kehamilan dengan berbagai jenis manifestasi klinis seperti :
1. Abortus
2. Lahir prematur
3. IUGR (Intrauterine Growth Restriction
4. Lahir mati
5. Lahir dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis),
hodrosefalus, menongoencephalitis (radang otang), tuli,
pengapuran otak, retardasi mental, kejang-kejang, dan
gangguan neurologis lainnya

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan
serologi IgG dan IgM serta kolaborasi dengan dokter spesialis untuk
pemberian terapi obat dan penanganan selanjutnya.

V. INTERVENSI
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan
Rasional : informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi petugas
dengan klien untuk tindakan selanjutnya
2. Menjelaskan kepada ibu tentang infeksi Toksoplasmosis
Rasional : informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan ibu
serta mempertimbangkan apa yang harus dilakukannya untuk tindakan
pencegahan terhadap infeksi tersebut
3. Menjelaskan kepada ibu cara penularan infeksi toksoplasmosis
Rasional: mencegaah terjadinya penyebaran infeksi toksoplasmosis di
lingkungan sekitar ibu
4. Menjelaskan kepada ibu cara pencegahan infeksi toksoplasmosis

19
Rasional : informasi yang diberikan dapat merubah gaya hidup ibu
menjadi lebih sehat dan bersih sebagai upaya pencegahan penyebaran
parasit toksoplasmosis gondii yang menyebabkan infeksi toksoplasmosis.
5. Memberikan dukungan dan pola istirahat
Rasional: agar ibu dapat tetap tenang dan menjaga kesehatannya sehingga
tidak mudah terpapar penyakit
6. Memberikan KIE tentang nutrisi ibu dan perawatan kebersihan hewan
peliharaan
Rasional: memakan makanan yang bersih serta sehat, tidak memakan
daging mentah atau setengah matang dapat menghindarkan ibu dari
infeksi tosksoplasmosis. Serta menyerahkan tugas merawat hewan
peliharaan kepada orang lain dapat mencegah ibu terpapar parasis
penyebab infeksi.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 20 april2019
Waktu pengkajian : 07.00 wita
Nama pengkaji :
Tempat pengkajian :RS X

S.

1. Biodata/Identitas :

Nama : Ny. S Nama : Tn. A

Umur : 20 th Umur : 25 th

Suku : Jawa/Indonesia Suku : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Pabrik

Alamat : Jetis Wetan

2. Keluhan utama

merasa lemah, demam tinggi, dan pandangan kabur, pusing seperti akan flu.

3. Riwayat kesehatan klien

21
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, ginjal, asma/TBC
paru, hepatitis, D.M, Hipertensi, epilepsy yang dapat mempengaruhi
kehamilannya

4. Riwayat penyakit keluarga :

Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit seperti jantung,


hipertensi, DM,asma,hepatitis dan penyakit lainnya yang dapat menular dan
menurun.

5. Riwayat menstruasi

- Haid pertama : umur 11 tahun - Siklus : 29 hr

- Lama : 7 hari - Banyaknya : 2-1 /hari

- Sifat darah : Merah segar

6. Riwayat obstetri

N Kehamilan Persalinan Anak Nifas


o Suami Ank UK Pen Jenis Pnl Tmpt Peny JK BB/PB H M Abnrmlts Lktsi Peny
y g
1 H A M I L I N I
2

7. Riwayat kontrasepsi
Tidak menggunakan kontrasepsi

22
8. Riwayat kehamilan ini

Haid 1 hadi terakhir : 29 – 5 – 2019 Tp : 4 – 3 – 2020


Pergerakan anak pertama kali : bulan ke 4
Bila pergerakan sudah terasa, pergerakan anak 24 jam terakhir 10 – 12 kali
Keluhan yang dirasakan Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian kanan atas
kurang lebih 1minggu ini

9. Pola fungsional kesehatan

N Pola Sebelum hamil Selama hamil


o
1. Pola nutrisi Sebelum hamil ibu mengatakan selama hamil ibu mengatakan makan 2 – 3
makan 2 – 3 x sehari, porsi sedang, x sehari, porsi sedang, nasi lauk pauk,
nasi laik pauk, sayur, tidak minum sayur, sayur, jarang minum susu,
susu, tidak mengkonsumsi buah- mengkonsumsi buah pisang.
buahan
2. Pola elimiasi Sebelum hamil ibu mengatakan Selama hamil ibu mengatakan buang air
buang air kecil 5 – 6 x sehari, buang kecil 7 – 8 x sehari, buang air besar setiap
air besar setiap hari, tanpa ada hari, tanpa ada keluhan.
keluhan.
3. Pola istirahat Sebelum hamil ibu mengatakan Selama hamil ibu mengatakan tidur siang
tidur siang ± 2 – 3 jam dan malam ± 1 – 2 jam dan malam hari ± 7 - 8 jam.
hari ± 7 - 8 jam.
4. Pola seksualitas Sebelum hamil ibu mengatakan 1 Selama hamil ibu mengatakan semenjak
minggu 2 x melakukan hubungan hamil ke 3 bulan tidak pernah melakukan
seks hubungan seksual.
5. Pola aktifitas Sebelum hamil ibu mengatakan selama hamil ibu mengatakan melakukan
melakukan pekerjaan rumah tangga pekerjaan rumah tangga seperti biasa.
6. Kebiasan yang yang
Ibu mengatakan tidak pernah punya Ibu mengatakan tidak pernah punya
mempengaruhi kebiasaan yang menggangu kebiasaan yang menggangu kesehatan

23
kesehatan kesehatan seperti merokok, minum seperti merokok, minum jamu, minuman
jamu, minuman beralkohol beralkohol

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

a. social :ini merupakan pernikahan ke 1 dan lama menikah 2 tahun,


status pernikahan sah
b. psikologis :Kehamilan ini direncanakan dan di inginkan oleh
ibu,suami,dan keluarga
c. kultural :ibu dan keluarga tidak memiliki adat istiadat yang dapat
merugikan bagi janin dan ibunya
d. spiritual :ibu dan keluarga tidak memiliki keagamaan yang dapat
merugikan bagi janin dan ibunya

O.

1. pemeriksaan umum

Keadaan umum           : baik


Kesadaran                   : Composmetis
Status emosional         : Stabil
Tanda vital sign                      
            Tekana darah   : 120/80 mmHg           Nadi                : 100 x/menit
            Pernapasan      : 29 x/menit                 Suhu                : 39ºC
            BB saat hmil   : 65 kg                         tinggi badan    : 150cm
            BB sebelum hamil       :54 kg
2. pemeriksaan fisik

24
Kepala : bersih,tidak odem,tidak ada massa, distribusi rambut merata
Wajah : tidak pucat, , tidak adanya cloasma gravidarum.
Mata : simetris,konjungtiva merah muda,seklera putih,dan tidak ada
oedem pada palpebra
Telinga : simetris,bersih,tidak ada pengeluaran cairan
Hidung : simetris,tidak ada polip,tidak ada pernafasan cuping
hidung ,bersih,tidak ada pengeluaran cairan
Mulut : simetris,bersih,tidak ada caries dentis, tidak ada stomatitis,
tidak ada pembesaran tonsil dan ovula
Leher : tidak ada bendungan pada vena jugularis,tidak ada
pembesaran pada kelenjar tiroid dan limfe
Dada : tampak simetris, tidak ada retraksi rongga dada,tidak ada
suara nafas tambahan
Payudara : pembesaran payudara, terdapat hiperpigmentasi areola
mamae dan puting susu, puting susu tampak menonjol dan
bersih,tidak ada nyeri tekan
Abdoman : tampak adanya pembesaran sesuai usia kehamilan, ada striea
bivide dan linea nigra, tidak ada bekas luka/bekas operasi.
TFU = 28 Cm
Leopold I :pada fundus teraba kurang bulat, lunak,
kurang melenting
Leopold II :teraba keras dan memanjang seperti papan
sebelah kanan dan teraba bagian
ekstermitas sebelah kiri
Leopold III :pada perut bawah ibu teraba keras,bulat
dan melenting
Leopold IV :konvergen
Genatalia : tidak ada kondilomalata dan kondilama akuminata,
tampak bersih, tidak ada infeksi, varices maupun ogdama,

25
pada vagina dan vulva uretra tampak bersih tidak ada
infeksi, tidak ada varices, klitoris tampak menonjol,
perineum tidak tampak adanya jaringan parut dan tidak
ditemukan adanya hemoroid pada anus.
Ekstermitas : Bawah : tidak ada oedema, homan sign negatif, cavillary
refill kembali kurang dari 2 detik.
Atas : tidak ada oedema dan cavillary refill kurang dari 2
detik.

3. pemeriksaa penunjang

Tanggal:20 april 2019 Jam: 07.05 WIB


            IgG  dan IgM
4. Data penunjang        
Hasil IgG (+) dan IgG (+)
A.

Diagnosis : G1P0000 Uk = 35 minggu dengan toxopasmosis


Janin tunggal hidup intra uterin

Masalah : demam,flu,lemas

Diagnosis potensial : abortus

Masalah potensial : tidak ada

kebutuhan tindakan segera : tidak ada

P.

26
Tanggal / jam Penatalaksanaan Paraf

20 April 2019 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada  ibu yaitu kondisi


07. 15 wita ibu saat ini baik namun menurut hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan bahwa ibu sekarang positf
terkena infeksi toxoplasmosis dan keadaan janinnya saat
ini baik, namun perlu pemantauan yang ketat karena
kemungkinan bisa terjadi abortus, lahir prematur, IUGR,
lahir mati dan lahir dengan cacat bawaan seperti
kebutaan (retinokoroiditis), hidrosefalus,
meningoencephalitis (radang otak), tuli, pengapuran
otak,retardasi mental, kejang-kejang, dan gangguan
neurologis lainnya.
E; Ibu telah mengetahui tentang keadaannya dan ibu
merasa cemas dengan keadaan janinnya.
2. Menjelaskan pengertian dari toxsoplasma adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma
gondii, yang telah diketahui dapat menyebabkan cacat
bawaan (kelainan kongenital) pada bayi dan keguguran
(abortus) pada ibu hamil.
E; Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Menjganjurkan kepada ibu untuk :
 Menganjurkan ibu untuk membersihkan
tangan, alat-alat dapur (seperti; papan atau alas
untuk memotong) yang dipakai untuk
mengelola daging mentah, hal ini untuk
mencegah kontaminasi dengan makanan
lainnya.
 Menganjurkan ibu bila membersihkan sampah

27
atau tempat sampah, jangan lupa menggunakan
sarung tangan, dan mencuci tangannya atau
sebaiknya serahkan tugas ini kepada anggota
keluarga lainnya, karena ibu sedang hamil.
 Menganjurkan ibu untuk memakai sarung
tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun
atau perkarangan, untuk menghindari kontak
langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.
 Menghindari mengkonsumsi daging mentah
atau setengah matang, serta buah dan sayuran
yang belum dicuci.
 Sedapat mungkin kendalikan serangga-
serangga yang dapat menyebarkan kotoran
kucing seperti lalat dan kecoak.
 Jika Anda memiliki hewan peliharaan kucing,
jangan biarkan berkeliaran di luar rumah yang
memperbesar kemungkinan kontak dengan
toxoplasma.
 Mintalah anggota keluarga lain membantu
membersihkan kucing Anda termasuk
memandikannya, mencuci kandang dan tempat
makannya.
 Memberi makan kucing Anda dengan makanan
yang sudah dimasak dengan baik.
 Melakukan pemeriksaan berkala terhadap
kesehatan kucing Anda.
 Mengunakan sarung tangan plastik ketika
Anda harus membersihkan kotoran kucing.

28
 Mencuci tangan sebelum makan dan setelah
berkontak dengan daging mentah, tanah atau
kucing.
E: Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan yang
dianjurkan bidan
4. Memberikan KIE dan saran kepada ibu :
 Menganjurkan ibu untuk menghindari makan
makanan yang dimasak mentah atau setengah
matang.
 Menganjurkan ibu untuk membersihkan dan
mencuci buah-buahan atau sayuran sebelum
dimakan dengan baik.
 Menganjurkan ibu untuk tidak minum susu
unpasteurized dari hewan.
 Menganjurkan pada ibu untuk makan dan
minum yang cukup.
 Melibatkan keluarga untuk membantu ibu agar
makan dan minum yang cukup.
v  Karena ibu memelihara kucing :
 Maka saat ibu sedang hamil, serahkanlah tugas
membersihkan kotoran kucing kepada anggota
yang lainnya, membersihkan kotoran kucing
yang dipelihara setiap hari dan ingat untuk
menggunakan sarung tangan dan mencuci
tangan setiap selesai membersihkan.
 Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan
setiap selesai bermain dengan kucing
peliharaan

29
 Menganjurkan ibu untuk tugas membuang
kotoran kucing dilakukan oleh anggota
keluarga lain yaitu dengan membuang kotoran
dalam plastik dibuang di tempat sampah dan
tidak menanam atau meletakanya di dekat
kebun atau taman.
 Menganjurkan ibu untuk jangan memberi
makan daging mentah untuk kucing
peliharaan.
 Menganjurkan ibu untuk memeriksakan
kucingnya ke dokter hewan bila melihat bahwa
kucing peliharaan ibu terdapat tanda-tanda
sakit.
E: ibu mengerti dan bersedia melalakukan saran yang
diberikan kepada ibu.

BAB IV

PENUTUP

30
A. KESIMPULAN

Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi


tinggi di berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka
sering kali Input dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya
memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat
kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa
antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasmagondii akan dapat diketahui status
penyakit penderita. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita
hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.
1. Toxoplasmosis berbahaya bagi janin bila ibu terinfeksi pada saat hamil,
khususnya pada Trimester I
2. Gejalanya tidak spesifik perlu pemeriksaan laboratorium pada awal kehamilan
3. Bila IgG & IgM negatif, hindarilah sumber infeksi yang dapat menyebabkan
ibu tertular dan selanjutnya perlu dilakukan pemantauan sepanjang kehamilan.
4. Bila IgG  dan IgM positif belum tentu terinfeksi, tes lanjutan IgG avidity
dapat memperkirakan kapan infeksi terjadi (sebelum atau pada saat hamil)

B. SARAN
Diharapkan kepada petugas kesehatan lainnya mampu mempelajari lebih
dalam lagi mengenai infeksi toksoplasmosis ini sehingga dapat memberikan
informasi yang lebih update kepada klien dalam upaya pencegahan infeksi
toksoplasmosis terutapa pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

31
Gandahusada S. Koesharyono C. Prevalensi zat anti toxoplasma gondii pada kucing

dan anjing di Jakarta. Penelitian, 2010.

Montoya JG, Liesenfeld O, Kinney S, Press C, and Remington JS, 2002. VIDAS test

for avidity of Toxoplasmaspecific immunoglobulin G for confirmatory testing of

pregnant women. J Clin Microbiol 40(7):2504-8.

Priyana A. Oesman P, Kresno SB. Prevalensi anti Toxoplasma Gondii pada

pemelihara kucing atau anjing di Jakarta, 2008.

Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC. 2006

Soedarto. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma “Masalah Titer IgG dan IgM

dalam Menentukan Diagnosis Tosksoplasmosis. Surabaya.

32

Anda mungkin juga menyukai