“TOXOPLASMOSIS”
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang.
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah
tentang “TOXOPLASMOSIS”.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang “ TOXOPLASMOSIS” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................................................ 1
Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 2
Tujuan.............................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
Definisi toxoplasmosis......................................................................................................................... 3
Morfologi............................................................................................................................................... 3
Siklus hidup........................................................................................................................................... 4
Diagnose klinik..................................................................................................................................... 5
Cara penularan...................................................................................................................................... 6
Pencegahan toxoplasmosis.................................................................................................................. 8
BAB IVPENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................................................... 28
Saran..................................................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
Toxoplasma atau Toxoplasmosis sering menjadi hal yang sangat ditakuti dan
dikhawatirkan bagi wanita hamil dan yang sedang merencanakan
kehamilan.Toxoplasmosis sendiri merupakan suatu infeksi protozoa
Toxoplasmosa gondii, yang biasanya terjadi melalui kontak dengan tinja kucing,
makan makanan mentah, atau makanan daging yang terkontaminasi dengan toxo
ini. Bila infeksi toxo terjadi saat hamil maka akan dapat menyebabkan
keguguran, atau bila anak lahir maka dapat timbul dengan beberapa masalah
kesehatan, seperti kelainan kongenital cacat, pembesaran hati dan limpa,
kekuningan pada kulit dan mata (jaundice), infeksi mata yang berat, dll. Jika
Anda sudah terinfeksi cara yang harus ditempuh memang dengan mengobatinya.
Pengobatan akan memperendah resiko kelainan pada bayi dalam kandungan
anda. Namun bila Anda sedang merencanakan kehamilan, ada baiknya Anda
memeriksakan diri ke dokter dan bisa diikuti pula dengan menghindari makanan
atau aktivitas yang memiliki risiko tinggi terinfeksi Toxoplasmosis. Diantaranya
adalah makan makanan mentah atau yang dimasak setengah matang, sayuran
yang tidak dicuci bersih dan dimakan mentah serta minum susu yang tidak
dipasteurisasi. Selain itu hindari pula kotoran kucing, terutama kucing yang
kemungkinan besar mengkonsumsi daging mentah, burung ataupun tikus.
1.2 Tujuan
4
1. Untuk mengetahui definisi infeksi toxoplasmosis
2. Untuk mengetahiui tanda dan gejala toxoplasma
3. Untuk mengetahui patofisiologi infeksi toxoplasmosis
4. Untuk mengetahui cara mendiagnosa infeksi toxoplasmosis
5. Untuk mengetahui dampak infeksi toxoplasmosis dan cara penularan dalam
kehamilan
6. Untuk mengetahui pencegahan dan penatalaksanan infeksi toxoplasmosis
dalam kehamilan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Toksoplasmosis
1. Definisi Toksoplasmosis
2. Morfologi
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat
dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit)
dan ookista (berisi sporozoit) (Hiswani, 2005). Bentuk takizoit menyerupai
bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat.
Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel,
satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti
mitokondria dan badan golgi (Sasmita, 2006). Bentuk ini terdapat di dalam
tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan
kucing sebagai hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam
berbagai jaringan tubuh. Takizoit juga dapat memasuki tiap sel yang berinti.
Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah
6
membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil
hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi
kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur
hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Di otak bentuk kista
lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel
otot (Gandahusada, 2003).
3. Siklus hidup
Daur hidup T. gondii melalui dua siklus yaitu siklus enteroepitel dan
siklus ekstraintestinal. Siklus enteroepitelial di dalam tubuh hospes definitif
seperti kucing. Siklus ekstraintestinal pula di dalam tubuh hospes perantara
seperti manusia, kambing dan domba. Pada siklus ekstraintestinal, ookista
yang keluar bersama tinja kucing belum bersifat infektif. Setelah mengalami
sporulasi, ookista akan berisi sporozoit dan menjadi bentuk yang infektif.
Manusia dan hospes perantara lainnya akan terinfeksi jika tertelan bentuk
ookista tersebut. Di dalam ileum, dinding ookista akan hancur sehingga
sporozoit bebas. Sporozoit-sporozoit ini menembus mukosa ileum dan
mengikuti aliran darah dan limfa menuju berbagai organ tubuh seperti otak,
mata, hati dan jantung. Sporozoit bebas akan membentuk pseudokista setelah
berada dalam sel organ-organ tersebut. Pseudokista tersebut berisi endozoit
7
atau yang lebih dikenal sebagai takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan
membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista
yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada
infeksi menahun (infeksi laten).
4. Diagnosa Klinik
Diagnosis infeksi protozoa ini dilakukan dengan mendapatkan antibodi
IgM dan IgG anti T. gondii dalam tes serologi (Hiswani, 2005). Untuk
memastikan diagnosis toksoplasmosis kongenital pada neonatus perlu
ditemukan zat anti IgM. Tetapi zat anti IgM tidak selalu dapat ditemukan.
Zat anti IgM cepat menghilang dari darah, walaupun kadang-kadang dapat
ditemukan selama beberapa bulan.
Bila tidak dapat ditemukan zat anti IgM, maka bayi yang tersangka
menderita toksoplasmosis kongenital harus di follow up. Zat anti IgG pada
neonatus yang secara pasif didapatkan dari ibunya melalui plasenta,
berangsur-angsur berkurang dan menghilang pada bayi yang tidak terinfeksi
T. gondii. Pada bayi yang terinfeksi T. gondii, zat anti IgG mulai dibentuk
sendiri pada umur 4-6 bulan, dan pada waktu ini titer zat anti IgG naik.
Untuk memastikan diagnosis toksoplasmosis akuista, tidak cukup bila hanya
sekali menemukan titer zat anti IgG T. gondii yang tinggi, karena titer zat
anti T. gondii yang ditemukan dengan tes-tes tersebut diatas dapat ditemukan
bertahun-tahun dalam tubuh seseorang. Diagnosis toksoplasmosis akut dapat
dibuat, bila titer meninggi pada pemeriksaan kedua kali dengan jangka
waktu 3 minggu atau lebih atau bila ada konversi dari negatif ke positif.
Diagnosis juga dapat dipastikan bila ditemukan zat anti IgM, disamping
adanya titer tes warna atau tes IFA yang tinggi.
8
5. Cara penularan
Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara. Pada
toksoplasmosis kongenital, transmisi toksoplasma kepada janin terjadi
melalui plasenta bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil. Pada
toksoplasmosis akuista, infeksi dapat terjadi bila makan daging mentah atau
kurang matang ketika daging tersebut mengandung kista atau trofozoit T.
gondii. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif
parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk
penyebaran T. gondii. Pada orang yang tidak makan daging pun dapat terjadi
infeksi bila ookista yang dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan. Kontak
yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat
dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter
hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan
orang yang menangani daging mentah seperti juru masak (Chahaya, 2003).
Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor
penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi
T. gondii. Infeksi juga dapat terjadi di laroratorium pada orang yang bekerja
dengan binatang percobaan yang diinfeksi dengan T. gondii yang hidup.
Infeksi dengan T. gondii juga dapat terjadi waktu mengerjakan autopsi.
9
Gambar 2.1 Cara Penularan Toksoplasmosis Sumber: American Family
Physician (2003)
6. Patogenesis
Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses
yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang
organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel
inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan
retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afinitas paling besar.
Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi.
Tahap ketiga rnerupakan fase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di
jaringan otot dan saraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan
peradangan lokal. Infeksi primer pada janin diawali dengan masuknya darah
ibu yang mengandung parasit tersebut ke dalam plasenta, sehingga terjadi
keadaan plasentitis yang terbukti dengan adanya gambaran plasenta dengan
10
reaksi inflamasi menahun pada desidua kapsularis dan fokal reaksi pada vili.
Inflamasi pada tali pusat jarang dijumpai.Kemudian parasit ini akan
menimbulkan keadaan patologik yang manifestsinya sangat tergantung pada
usia kehamilan.
7. Manifestasi Klinis
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya,
toksoplasmosis dapat dikelompokkan atas: toksoplasmosis akuisita (dapatan)
dan toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun
kongenital, sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat
bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejalanya nampak
sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain.
Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan
gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer,
ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis
kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak
umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada
toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam
dan sakit kepala (Gandahusada, 2003). Pada infeksi akut, limfadenopati sering
dijumpai pada kelenjar getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala
tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia dan malaise. Bentuk kelainan
pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip
kelainan kulit pada demam titus, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi
pneumonia interstisial.Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat
bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala
klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada
gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari
hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrad sabin yang
11
disertai kelainan psikomotorik (Gandahusada, 2003). Toksoplasmosis
kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan
kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ
penting dan juga pada sistem saraf penderita.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya
retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada
retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa.
Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat
infeksi kongenital. Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan
yang sering terjadi bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-
anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat
berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati,
atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus,
kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala
klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai
hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan
lesi mata.
8. Pencegahan Toksoplasmosis
Peranan kucing sebagai hospes definitif merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta
juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam
tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka dapat di jaga
terjadinya infeksi pada kucing, yaitu dengan memberi makanan yang matang
sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Lalat dan lipas dapat menjadi
vektor mekanik yang dapat memindahkan ookista dari tanah atau lantai ke
makanan (Gandahusada, 2003). Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan
ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista
12
dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan
serta air panas 70oC yang disiramkan pada tinja kucing (Gandahusada, 2003).
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga
petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Di
Indonesia, tanah yang mengandung ookista T. gondii belum diselidiki
(Chahaya, 2003). Sayur-mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci
bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran, makanan yang
matang harus di tutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat
memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut.
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam)
sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66 0C.
Daging dapat menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 650C selama
empat sampai lima menit atau lebih, maka secara keseluruhan daging tidak
mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah
dengan garam dan nitrat (Chahaya, 2003). Setelah memegang daging mentah
(tukang potong, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan
sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya
toksoplasmosis kongenital, yaitu anak yang lahir cacat dengan retardasi mental
dan gangguan motorik, merupakan beban masyarakat. Pencegahan dengan
tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan 21-24
minggu, mengurangi kejadian toksoplasmosis kongenital kurang dari 50 %,
karena lebih dari 50 % toksoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer
pada trimester terakhir kehamilan (Chahaya, 2003). Pencegahan dengan obat-
obatan, terutama pada ibu hamil yang diduga menderita infeksi primer dengan
Toxoplasma gondii, dapat dilakukan dengan spiramisin. Vaksin untuk
mencegah infeksi toksoplasmosis pada manusia belum tersedia sampai saat ini.
13
Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan
Toxoplasmosis
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Nama pengkaji :
Tempat pengkajian :
A)DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : Nama Suami :
Umur : Umur
:
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat :
2. Keluhan Utama
14
Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan
adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala
(Gandahusada, 2003).
Kebanyakan individu yang terinfeksi toksoplasmosis tidak menimbulkan
gejala, namun tanda dan gejala pada wanita hamil terlihat samar-samar, yaitu
letih dan malaise, nyeri oto, demam, luka tenggorokan, dan pembesaran
kelenjar limfe di daerah leher dan ketiak (Varney,2006)
3. Riwayat Kesehatan Klien
5. Riwayat Menstruasi
6. Riwayat Obstetrik (Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Lalu)
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
S
N u BB Abno
U Pe Pnl Tmp Laktas
o a Anak Jenis Peny JK /P H M rmalit Peny
K ny g t i
m B as
i
7. Riwayat Kontrasepsi
15
9. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas
Personal Memakan makanan yang tercemar kotoran hewan
Hygiene berbulu (kucing)
Tidak mencuci tangan atau membersihkan diri
setelah memegang atau terpapar kotoran kucing
(varney, 2006)
Kebiasaan - Memakan daging mentah atau setengah
matang dari daging yang terinfeksi (Varney, 2006)
Seksualitas -
B) DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital : Tekanan darah :
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
Antropometri :
Berat Badan Sebelum Hamil :
Berat Badan saat ini :
16
Tinggi Badan :
LILA :
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Hidung :
Mulut :
Telinga :
Leher :
Dada :
Payudara :
Abdomen :
Genetalia :
Anus :
Ekstremitas :
Palpasi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia :
17
Anus :
Ekstremitas :
Auskultasi
Dada :
Abdomen :
Perkusi
Dada :
Abdomen :
Ekstremitas :
3. Pemeriksaan Khusus
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan serologi IgG dan IgM (Montoya, 2002)
IgM : ≤ 0,89 IU = negatif IgG : ≤ 6 IU/mL = negatif
0,9 – 1,09 IU = equivokal 7-8 IU/mL = equivocal
≥ 1,1 IU = positif ≥ 9 IU/mL = postif
- IgG (-) IgM(+) = kemungkinan awal infeksi akut. Perlu dilakukan
uji ulang IgG dan IgM
- IgG (+) IgM (-) = telah terinfeksi toksoplasmosis lebih dari 1 tahun
- IgG (+) IgM (+) = infeksi baru terjadi <12 bulan
18
Toksoplasmosis sering disebut sebagai salah satu penyebab terjadinya
kegagalan kehamilan dengan berbagai jenis manifestasi klinis seperti :
1. Abortus
2. Lahir prematur
3. IUGR (Intrauterine Growth Restriction
4. Lahir mati
5. Lahir dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis),
hodrosefalus, menongoencephalitis (radang otang), tuli,
pengapuran otak, retardasi mental, kejang-kejang, dan
gangguan neurologis lainnya
V. INTERVENSI
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan
Rasional : informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi petugas
dengan klien untuk tindakan selanjutnya
2. Menjelaskan kepada ibu tentang infeksi Toksoplasmosis
Rasional : informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan ibu
serta mempertimbangkan apa yang harus dilakukannya untuk tindakan
pencegahan terhadap infeksi tersebut
3. Menjelaskan kepada ibu cara penularan infeksi toksoplasmosis
Rasional: mencegaah terjadinya penyebaran infeksi toksoplasmosis di
lingkungan sekitar ibu
4. Menjelaskan kepada ibu cara pencegahan infeksi toksoplasmosis
19
Rasional : informasi yang diberikan dapat merubah gaya hidup ibu
menjadi lebih sehat dan bersih sebagai upaya pencegahan penyebaran
parasit toksoplasmosis gondii yang menyebabkan infeksi toksoplasmosis.
5. Memberikan dukungan dan pola istirahat
Rasional: agar ibu dapat tetap tenang dan menjaga kesehatannya sehingga
tidak mudah terpapar penyakit
6. Memberikan KIE tentang nutrisi ibu dan perawatan kebersihan hewan
peliharaan
Rasional: memakan makanan yang bersih serta sehat, tidak memakan
daging mentah atau setengah matang dapat menghindarkan ibu dari
infeksi tosksoplasmosis. Serta menyerahkan tugas merawat hewan
peliharaan kepada orang lain dapat mencegah ibu terpapar parasis
penyebab infeksi.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 20 april2019
Waktu pengkajian : 07.00 wita
Nama pengkaji :
Tempat pengkajian :RS X
S.
1. Biodata/Identitas :
Umur : 20 th Umur : 25 th
2. Keluhan utama
merasa lemah, demam tinggi, dan pandangan kabur, pusing seperti akan flu.
21
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, ginjal, asma/TBC
paru, hepatitis, D.M, Hipertensi, epilepsy yang dapat mempengaruhi
kehamilannya
5. Riwayat menstruasi
6. Riwayat obstetri
7. Riwayat kontrasepsi
Tidak menggunakan kontrasepsi
22
8. Riwayat kehamilan ini
23
kesehatan kesehatan seperti merokok, minum seperti merokok, minum jamu, minuman
jamu, minuman beralkohol beralkohol
O.
1. pemeriksaan umum
24
Kepala : bersih,tidak odem,tidak ada massa, distribusi rambut merata
Wajah : tidak pucat, , tidak adanya cloasma gravidarum.
Mata : simetris,konjungtiva merah muda,seklera putih,dan tidak ada
oedem pada palpebra
Telinga : simetris,bersih,tidak ada pengeluaran cairan
Hidung : simetris,tidak ada polip,tidak ada pernafasan cuping
hidung ,bersih,tidak ada pengeluaran cairan
Mulut : simetris,bersih,tidak ada caries dentis, tidak ada stomatitis,
tidak ada pembesaran tonsil dan ovula
Leher : tidak ada bendungan pada vena jugularis,tidak ada
pembesaran pada kelenjar tiroid dan limfe
Dada : tampak simetris, tidak ada retraksi rongga dada,tidak ada
suara nafas tambahan
Payudara : pembesaran payudara, terdapat hiperpigmentasi areola
mamae dan puting susu, puting susu tampak menonjol dan
bersih,tidak ada nyeri tekan
Abdoman : tampak adanya pembesaran sesuai usia kehamilan, ada striea
bivide dan linea nigra, tidak ada bekas luka/bekas operasi.
TFU = 28 Cm
Leopold I :pada fundus teraba kurang bulat, lunak,
kurang melenting
Leopold II :teraba keras dan memanjang seperti papan
sebelah kanan dan teraba bagian
ekstermitas sebelah kiri
Leopold III :pada perut bawah ibu teraba keras,bulat
dan melenting
Leopold IV :konvergen
Genatalia : tidak ada kondilomalata dan kondilama akuminata,
tampak bersih, tidak ada infeksi, varices maupun ogdama,
25
pada vagina dan vulva uretra tampak bersih tidak ada
infeksi, tidak ada varices, klitoris tampak menonjol,
perineum tidak tampak adanya jaringan parut dan tidak
ditemukan adanya hemoroid pada anus.
Ekstermitas : Bawah : tidak ada oedema, homan sign negatif, cavillary
refill kembali kurang dari 2 detik.
Atas : tidak ada oedema dan cavillary refill kurang dari 2
detik.
3. pemeriksaa penunjang
Masalah : demam,flu,lemas
P.
26
Tanggal / jam Penatalaksanaan Paraf
27
atau tempat sampah, jangan lupa menggunakan
sarung tangan, dan mencuci tangannya atau
sebaiknya serahkan tugas ini kepada anggota
keluarga lainnya, karena ibu sedang hamil.
Menganjurkan ibu untuk memakai sarung
tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun
atau perkarangan, untuk menghindari kontak
langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.
Menghindari mengkonsumsi daging mentah
atau setengah matang, serta buah dan sayuran
yang belum dicuci.
Sedapat mungkin kendalikan serangga-
serangga yang dapat menyebarkan kotoran
kucing seperti lalat dan kecoak.
Jika Anda memiliki hewan peliharaan kucing,
jangan biarkan berkeliaran di luar rumah yang
memperbesar kemungkinan kontak dengan
toxoplasma.
Mintalah anggota keluarga lain membantu
membersihkan kucing Anda termasuk
memandikannya, mencuci kandang dan tempat
makannya.
Memberi makan kucing Anda dengan makanan
yang sudah dimasak dengan baik.
Melakukan pemeriksaan berkala terhadap
kesehatan kucing Anda.
Mengunakan sarung tangan plastik ketika
Anda harus membersihkan kotoran kucing.
28
Mencuci tangan sebelum makan dan setelah
berkontak dengan daging mentah, tanah atau
kucing.
E: Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan yang
dianjurkan bidan
4. Memberikan KIE dan saran kepada ibu :
Menganjurkan ibu untuk menghindari makan
makanan yang dimasak mentah atau setengah
matang.
Menganjurkan ibu untuk membersihkan dan
mencuci buah-buahan atau sayuran sebelum
dimakan dengan baik.
Menganjurkan ibu untuk tidak minum susu
unpasteurized dari hewan.
Menganjurkan pada ibu untuk makan dan
minum yang cukup.
Melibatkan keluarga untuk membantu ibu agar
makan dan minum yang cukup.
v Karena ibu memelihara kucing :
Maka saat ibu sedang hamil, serahkanlah tugas
membersihkan kotoran kucing kepada anggota
yang lainnya, membersihkan kotoran kucing
yang dipelihara setiap hari dan ingat untuk
menggunakan sarung tangan dan mencuci
tangan setiap selesai membersihkan.
Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan
setiap selesai bermain dengan kucing
peliharaan
29
Menganjurkan ibu untuk tugas membuang
kotoran kucing dilakukan oleh anggota
keluarga lain yaitu dengan membuang kotoran
dalam plastik dibuang di tempat sampah dan
tidak menanam atau meletakanya di dekat
kebun atau taman.
Menganjurkan ibu untuk jangan memberi
makan daging mentah untuk kucing
peliharaan.
Menganjurkan ibu untuk memeriksakan
kucingnya ke dokter hewan bila melihat bahwa
kucing peliharaan ibu terdapat tanda-tanda
sakit.
E: ibu mengerti dan bersedia melalakukan saran yang
diberikan kepada ibu.
BAB IV
PENUTUP
30
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Diharapkan kepada petugas kesehatan lainnya mampu mempelajari lebih
dalam lagi mengenai infeksi toksoplasmosis ini sehingga dapat memberikan
informasi yang lebih update kepada klien dalam upaya pencegahan infeksi
toksoplasmosis terutapa pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
31
Gandahusada S. Koesharyono C. Prevalensi zat anti toxoplasma gondii pada kucing
Montoya JG, Liesenfeld O, Kinney S, Press C, and Remington JS, 2002. VIDAS test
Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC. 2006
Soedarto. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma “Masalah Titer IgG dan IgM
32