Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN

“PENYAKIT RUBELA”

DOSEN

Ruwiah. SP., M.Kes

OLEH :

NAMA : Anggli Febrina R.

NIM : J1A121006

KELAS : A

TUGAS : FINAL

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan rahmatnya
sehingga saya mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Penyakit Rubella pada ibu
hamil” dengan tepat waktu.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Komunikasi Kesehatan dengan dosen pengampu yaitu Ibu Ruwiah. SP., M.Kes

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Ruwiah. SP., M.Kes. selaku dosen mata kuliah
Ilmu Komunikasi Kesehatan yang telah memberikan tugas ini kepada saya sebagai sarana
untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman bagi penulis dan pembaca.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
memberikan pemahamannya dalam pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya menerima kritik dan saran dari para
pembaca untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.

Sabtu 1 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Pengertian Rubella..........................................................................................................6
B. Etiologi............................................................................................................................6
C. Tanda Dan Gejala............................................................................................................8
D. Penyebab.........................................................................................................................8
E. Diagnosa..........................................................................................................................9
F. Dampak...........................................................................................................................9
BAB PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................15
Daftar Pustaka..........................................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari
adalah sebuah infeksi yang menyerang terutama kulit dan kelenjar getah bening.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella ( virus yang berbeda dari virus yang
menyebabkan campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari
hidung atau tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah
seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya. Karena penyakit
ini tergolong penyakit ringan pada anak – anak, bahaya medis yang utama dari
penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan sindrom cacat
bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin melawan rubella tersedia pada tahun
1969, epidemi rubella terjadi, 6 – 9 tahun. Anak- anak dengan usia 5 - 9 menjadi
korban utama dan muncul banayak kasus rubella bawaan. Sekarang, dengan adanya
program imunisasi pada anak - anak dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit kasus
rubella bawaan.

Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama
kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50% sedangkan jika infeksi terjadi
trimester pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College of
Obstatrician and Gynecologist, 1981).

Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari
ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini
setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada
bayi. Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak,
mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.

Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Virus ini
dapat menular lewat udara. Selain itu Virus Rubella dapat ditularkan melalui urin,
kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat
menularkan virus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya “rash” (bercak
merah) pada kulit. “Rash Rubella” berwarna merah jambu, akan menghilang dalam 2-
3 hari, dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit rubella ?
2. Bagaimana dampak penyakit rubella pada kehamilan ?
3. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu bersalin ?
4. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu nifas ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit rubella.
2. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada kehamilan.
3. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu bersalin.
4. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu nifas.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini bermanfaat agar kita mengetahui tentang virus Rubella yang
menyebabkan campak Jerman atau campak 3 hari yang dapat menyerang ibu hamil,
ibu bersalin, dan ibu nifas.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rubella
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus
RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas
dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat
kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat
mengakibatkan kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja
dengan aktif khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah
keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika
infeksi rubela ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama.
Apabila seorang wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki
kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital
(CRS, Congenital Rubella Syndrome).

Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela pada
usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul
adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma,
mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak,
dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami retardasi
pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan.

B. Etiologi
Rubella merupakan mikroba yang jenis sifatnya menetap didalam susunan
saraf pusat seseorang yang terinfeksi. Ketika menetap, rubella bisa menjadi aktif
( manifes), sehingga menimbulkan gejala demam rinagn, sedikit batuk atau pilek,
serta merah – merah pada kulkit penderitanya selama 3 hari. Karena ringan gejala ini
sering kurang diperhatikan oleh si penderita. Setelah virus tersebut seolah - olah tidur
di dalam tubuh penderitanya. Namun, sewaktu – waktu virus tersebut bisa
berkembang dan memunculkan gejala berat. Semua ini tergantung dari kekebakan
tubuh orang yang mengidapnya. Jika dibiarkan aktif, virus ini dapat mengganggu
perkembangan saraf motorik dan sensorik koordinasi keseimbangan seseorang.
1. Masa Inkubasi Dan Masa Klinis
Periode inkubasi rubella adalah 14 – 23 hari, dengan rata – rata inkubasi
adalah 16 – 18 hari.Masa inkubasi campak Measles adalah 9 – 11 hari antara hari
pertama tertular penyakitnya dan munculnya gejala pertama yaitu gatal –gatal.
Penyakit ini biasanya biasanya dialami antara 10 – 14 hari dari gatal pertama
sampai gatal –gatal hilang. 90% orang yang belum imunisasi campak dapat
terkena penyakit ini dengan mudahnya, karena tingkat penularannya sangat tinggi.
Penyebaran virus ini dalam bentuk cairan yang bersal dari mulut dan hidung
melalui udara.
Masa klinis. Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran,
bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin.Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu
yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam,
tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari
muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah
beberapa hari. Sedangkan dalam persalinan terjadi akibat adanya kuman yang
masuk karena dilakukan pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibat
ketuban pecah dini sebelum proses persalinan.Gejala klinis terjadi setelah masa
tunas 10 –12 hari, terdiri dari tiga stadium. Stadium prodromal, berlangsung 2 – 4
hari, ditandai dengan demam yang diikuti batuk pilek susah menelan,stomstitis
konjungtivis. Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam selama 5 –6 hari.
Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut dibelakang telinga, kemudian
menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ektrimitas. Stadium konvalesens,
setelah 3 hari ruam berangsur – angsur menghilang sesuai urutan timbulnya.Ruam
kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1 – 2
minggu.

2. Masa Laten dan Priode Infeksi


Rubella merupakan mikroba yang jenis sifatnya menetap didalam susunan
saraf pusat seseorang yang terinfeksi. Ketika menetap, rubella bisa menjadi aktif
( manifes), sehingga menimbulkan gejala demam rinagn, sedikit batuk atau pilek,
serta merah-merah pada kulkit penderitanya selama 3 hari. Karena ringan gejala
ini sering kurang diperhatikan oleh si penderita. Setelah virus tersebut seolah-olah
tidur di dalam tubuh penderitanya. Namun, sewaktu – waktu virus tersebut bisa
berkembang dan memunculkan gejala berat. Semua ini tergantung dari kekebakan
tubuh orang yang mengidapnya. Jika dibiarkan aktif, virus ini dapat mengganggu
perkembangan saraf motorik dan sensorik koordinasi keseimbangan seseorang.
Ruam rubella biasanya berlangsung selama 3 hari. Pembengkakan kelenjar akan
berlangsung selama satu minggu atau lebih dan sakit persendian akan berlangsung
selama dua minggu.

C. Tanda Dan Gejala


Tanda – tanda dan gejala rubella dimulai dengan adanya deman ringan selama
1 atau 2 hari (99-1000 F atau 37,2 – 37,80 C) dan kelenjar getah bening yang
membengkak dan perih, biasanya dibagian belakang leher atau di belakang telinga.
Pada hari ke 2 atau ke 3, bintik – bintik ( ruam) muncul di wajah dan menjalar ke arah
bawah. Di saat bintik ini menjalar ke bawah, wajahg kembali bersih dan bintik –
bintik. Ruam rubella dapat terlihat sebagai titik merah atau merah muda, yang dapat
berbaur menyatu menjadi sehingga terbentuk tambalan berwarna yang merata. Bintik
ini dapat terasa gatal dan terjadi hingga tiga hari. Dengan berlalunya bintik –bintik ini
kulit yang terkena kadangkala mengelupas halus. Ketika rubrlla terjadi pada wanita
hamil, dapat terjadi sindrom rubella bawaan yang potensial menimbulkan kerusakan
pada janin yang sedang tumbuh. Anak yang terkena rubella sebelum dilahirkan
beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan mental,
kesalahan bentuk jantung dan mata, tuli, problematika hati dan sumsm tulang.

D. Penyebab
Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini
bisa menyerang usia anak dan dewasa muda. Ketika seorang wanita terinfeksi virus
rubella pada awal kehamilan, ia memiliki kesempatan 90% dari menularkan virus
pada janinnya. Hal ini dapat menyebabkan kematian janin, atau dapat menyebabkan
CRS. Meskipun adalah penyakit masa kanak-kanak yang ringan menyebabkan cacat
lahir CRS banyak. Tuli adalah yang paling umum, tetapi CRS juga dapat
menyebabkan cacat pada mata, jantung, dan otak.. Penularan virus rubella adalah
melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah
masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya
gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil
konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2
bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi
virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam
barier bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan
dengan bayi tersebut.

E. Diagnosa
Diagnosis Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul, dan dari
pemeriksaan darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya
terhadap rubela. Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan serologi. IgM akan cepat
memberi respon setelah keluar ruam dan kemudian akan menurun dan hilang dalam
waktu 4 – 8 minggu, IgG juga memberikan respon setelah keluar ruam dan tetap
tinggi selama hidup.

Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari


hemagglutination-inhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh dua kali
selang waktu 2 minggu atau setelah adanya IgM. Diagnosa Rubella juga dapat
ditegakkan melalui biakan dan isolasi virus pada fase akut. Ditemukannya IgM dalam
darah talipusat atau IgG pada neonatus atau bayi 6 bulan mendukung diagnosa infeksi
Rubella.

F. Dampak
1. Rubella pada kehamilan
a. Definisi
10 – 15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan
penyakit tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil dapat atau tidak
memperlihatkan adanya gejala penyakit. Derajat penyakit terhadap ibu tidak
berdampak terhadap resiko infeksi janin. Infeksi yang terjadi pada trimester I
memberikan dampak besar terhadap janin. Infeksi Rubella berbahaya bila
tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada
bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko
terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester
pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of
Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Bila ibu hamil yang belum kebal terserang virus Rubella saat hamil
kurang dari 4 bulan, akan terjadi berbagai cacat berat pada janin. Sebagian
besar bayi akan mengalami katarak pada lensa mata, gangguan pendengaran,
bocor jantung, bahkan kerusakan otak. Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT
menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin
Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-
apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga
membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah
seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Tidak
semua janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya <
12 minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu
saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-
20 persen.
Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu
terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu. Untungnya, Sindrom Rubella
Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur
kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali
terjadi infeksi. Di samping itu, bayi juga berisiko lebih besar untuk terkena
diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan syaraf.
b. Pencegahan
Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan terhadap
serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi
yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan,
dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).Vaksin Rubella
diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat ulangan pada umur
4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus tetap
diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat
diberikan pada ibu yang sudah hamil.
Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya
memeriksa kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi
TORCH lainnya. Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah
terinfeksi atau sudah divaksinasi terhadap Rubella. Anda tidak mungkin
terkena Rubella lagi, dan janin 100% aman. Jika anti-Rubella IgM saja yang
positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, berarti anda baru
terinfeksi Rubella atau baru divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan
menyarankan Anda untuk menunda kehamilan sampai IgM menjadi negatif,
yaitu selama 3-6 bulan.
Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak
mempunyai kekebalan terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan
memberikan vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan. Bila
anda tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan atau sudah
hamil, yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena Rubella. Bila
sudah hamil padahal belum kebal, terpaksa berusaha menghindari tertular
Rubella dengan cara berikut: Jangan mendekati orang sakit demam Jangan
pergi ke tempat banyak anak berkumpul, misalnya Playgroup sekolah TK dan
SD. Jangan pergi ke tempat penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak dapat
100% dilaksanakan karena situasi atau karena orang lain yang terjangkit
Rubella belum tentu menunjukkan gejala demam. Kekebalan terhadap Rubella
diperiksa ulang lagi umur 17-20 minggu. Bila ibu hamil mengalami Rubella,
periksalah darah apa benar terkena Rubella. Bila ibu sedang hamil mengalami
demam disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar Rubella dengan
memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu. Bila IgM positif, berarti
benar infeksi Rubella baru. Bila ibu hamil mengalami Rubella, pastikan
apakah janin tertular atau tidak. Untuk memastikan apakah janin terinfeksi
atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR
(Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban
(cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter
ahli kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan
lebih dari 22 minggu.
c. Pemeriksaan
Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil dengan
mengukur IgG. Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada
masa pasca persalinan. Tindak lanjut pemeriksaan kadar rubella harus
dilakukan oleh karena 20% yang memperoleh vaksinasi ternyata tidak
memperlihatkan adanya respon pembentukan antibodi dengan baik. Infeksi
rubella tidak merupakan kontra indikasi pemberian ASI.
Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian
profilaksis dengan gamma globulin pasca paparan tidak dianjurkan oleh
karena tidak memberi perlindungan terhadap janin. Pemeriksaan Laboratorium
yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan,
dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama
sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan
risiko infeksi rubella bawaan.
2. Rubella Pada Persalinan
a. Penyebab
Adanya kuman yang masuk semisal karena dilakukan pemeriksaan
dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibatketuban pecah dini sebelum
proses persalinan.
b. Gejala Klinis
Suhu tubuh ibu panas, detak jantung janin cepat, begitu pula dengan
detak jantung ibu, air ketuban hijau kental dan berbau. Hal ini bisa
membahayakan kondisi ibu dan janinnya bila tidak segera melahirkan.
c. Penanganan
Jika ditemukan keadaan sangat gawat, bayi harus segera dilahirkan.
Tentunya tergantung kondisi ibu saat itu. Jika sudah waktunya mendekati
persalinan, dilakukan tindakan vakum atau forsep. Jika masih jauh waktunya
dari persalinan, akan dilakukan operasi meski dengan risiko bayi lahir
prematur. Masalah operasi ini memang masih kontroversial. ada kontroversi.
Jika dalam keadaan infeksi dilakukan operasi, luka pada tubuh ibu bisa
memicu terjadinya sepsis. Namun jika bayi tak dikeluarkan segera, akan
terjadi hipoksia (kekurangan oksigen), bahkan kematian janin.
d. Pencegahan
Proses persalinan dilakukan dengan cara dan peralatan yang steril
mungkin, serta sedapat mungkin dibantu oleh tenaga medis.
3. Rubella Pada Nifas
a. Penyebab
Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat ditemui pada
endometrium atau lapisan dalam rahim. Infeksi dapat terjadi bila pertolongan
persalinan tidak steril; kondisi daya tahan tubuh menurun sehingga kuman
yang tadinya tidak menimbulkan penyakit jadi menimbulkan penyakit;
banyaknya luka terbuka di rahim akibat lepasnya plasenta, sehingga bila ada
satu dua kuman yang masuk ke dalam luka tersebut menimbulkan infeksi.
b. Gejala Klinis
Tergantung keganasan kumannya serta masa inkubasi. Bisa dalam
hitungan jam atau hari. Gejalanya ada reaksi radang seperti suhu tubuh naik
(panas tinggi) dan badan terasa nyeri, menggigil, nafsu makan menurun. Pada
hari kedua mungkin timbul perlawanan antibodi-antigen. Kemudian keluarlah
nanah yang berbau dari vagina/jalan lahir. Jika berlanjut, kuman bisa masuk
dalam aliran darah dan terjadi sepsis sehingga harapan hidup si ibu
kemungkinan sangat kecil.
c. Diagnosis
Ditegakkan berdasar gejala klinis pada ibu masa nifas, yaitu panas
tinggi, lokhia berbau/nanah, denyut nadi cepat, rahim tidak berkontraksi secara
adekuat.
d. Pengobatan
Di rawat di rumah sakit dengan pemberian infus/cairan yang adekuat,
antibiotik yang sesuai, dan usahakan rahim berkontraksi.
e. Pencegahan
Persalinan diupayakan dengan cara sesteril mungkin. Dianjurkan pula
ibu hamil untuk imunisasi terutama tetanus guna perlindungan saat
pemotongan tali pusat dengan bayi. Setelah persalinan, karena terjadinya
perdarahan, biasanya dokter memberikan obat-obatan antibiotik untuk
mencegah terjadinya infeksi. Meski ada juga dokter yang tidak memberikan
obat-obatan antibiotik dengan anggapan bahwa luka yang diakibatkan
persalinan adalah alami dan dapat sembuh sendiri. Selain itu, penggunaan
antibiotika dianggap boros dan membuat kuman tertentu menjadi resisten.
4. Pencegahan Terhadap Masyarakat Umum
a) Lakukan penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai cara penularan
dan pentingnya imunisasi rubella. Penyuluhan oleh petugas kesehatan
sebaiknya menganjurkan pemberian imunisasi rubella untuk semua orang
yang rentan. Upaya diarahkan untuk meningkatkan cakupan imunisasi
rubella pada orang dewasa dan dewasa muda yang rentan; perlu dikaji
tingkat kekebalan, hal ini perlu diberikan Perhatian khusus.
b) Berikan dosis tunggal vaksin hidup, yaitu vaksin virus rubella yang
dilemahkan (Rubella virus vaccine, Live), dosis tunggal ini memberikan
respons antibodi yang signifikan, yaitu kira-kira 98-99% dari orang yang
rentan.
c) Vaksin ini dikemas dalam bentuk kering dan sesudah dilarutkan harus
disimpan dalam suhu 2-80C (35,60- 46,40F) atau pada suhu yang lebih
dingin dan dilindungi dari sinar matahari agar tetap poten. Vaksin virus
bisa ditemukan pada nasofaring dari orang-orang yang telah diimunisasi
pada minggu ke-2 hingga ke-4 sesudah imunisasi, umumnya hanya
bertahan selama beberapa hari, namun virus ini tidak menular.

d) Jika diketahui adanya infeksi alamiah pada awal kehamilan, tindakan


aborsi sebaiknya dipertimbangkan karena risiko terjadinya cacat pada janin
sangat tinggi. Pada beberapa penelitian yang dilakukan pada wanita hamil
yang tidak sengaja diimunisasi, kecacatan kongenital pada bayi yang lahir
hidup tidak ditemukan; dengan demikian imunisasi yang terlanjur
diberikan pada wanita yang kemudian 457 ternyata hamil tidak perlu
dilakukan aborsi, tetapi risiko mungkin terjadi sebaiknya dijelaskan.
Keputusan akhir apabila akan dilakukan aborsi diserahkan kepada wanita
tersebut dan dokter yang merawatnya.

e) IG yang diberikan sesudah pajanan pada awal masa kehamilan mungkin


tidak melindungi terhadap terjadinya infeksi atau viremia, tetapi mungkin
bisa mengurangi gejala klinis yang timbul. IG kadang-kadang diberikan
dalam dosis yang besar (20 ml) kepada wanita hamil yang rentan yang
terpajan penyakit ini yang tidak menginginkan dilakukan aborsi karena
alasan tertentu, tetapi manfaatnya belum terbukti.

5. Pengobatan Terhadap masyarakat umum


Tatalaksana kasus dilapangan antara lain :
a) Pengobatan penderita tanpa komplikasi dengan antipiretik
b) Pemberian vitamin A dosis tinggi
c) Pengobatan komplikasi di Puskesmas dengan antibiotik
d) Apabila keadaan penderita cukup berat segera rujuk ke rumah sakit.
BAB PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir
mati atau gangguan terhadap janin.Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami
Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar
belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak
merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
Sedangkan dalam persalinan terjadi akibat adanya kuman yang masuk karena
dilakukan pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibat ketuban pecah dini
sebelum proses persalinan. Selain itu Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat
ditemui juga pada endometrium atau lapisan dalam rahim . Infeksi dapat terjadi bila
pertolongan persalinan tidak steril.

B. Saran
Analis Kesehatan di harapkan dapat mendeteksi sedini mungkin adanya tanda
dan gejala yang mengarah ke Rubella terutama pada ibu hamil, supaya tidak terlambat
dalam mendapatkan penanganan.
Daftar Pustaka

Amankwah KS, Prentile RL, Fleury FJ. The incidence of gestational diabetes. Obstetric and
Gynecology 1977; 49:497-498.

http://www.who.int/immunization_monitoring/diseases/rubella/en/

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan

Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC

http://www.who.int/immunization_monitoring/diseases/rubella_surveillance/en/index.html

Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC

Adam JMF. Survei diabetes melltitus pada wanita hamil. Penelitian Universitas Hasanuddin.
1986.

Anda mungkin juga menyukai