Disusun oleh :
NPM 1102014031
Pembimbing :
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. DEFIBRILASI
2.1 Definisi Defibrillator
Shock defibrilasi mengantarkan energi listrik dalam jumlah yang sangat
banyak dan hampir serentak dengan durasi beberapa milidetik yang akan mengalir
antara elektrode positif dan negatif melewati jantung yang mengalami fibrilasi
ventrikel atau takikardi ventrikel tanpa denyut.
Aliran arus listrik ini tidak secara langsung membuat jantung berdenyut
normal, tapi mendepolarisasi seluruh miokardium sehingga kemudian terjadi
complete electrical silence atau asystole. Periode electrical silence pasca pemberian
shock yang singkat ini akan memberikan efek repolarisasi spontan pada sel
pacemaker jantung untuk pulih. Siklus regular dari repolarisasi dan depolarisasi dari
sel pacemaker ini akan kembali mengatur terjadinya aktifitas kontraktil yang
normal.
Defibrilator adalah suatu alat yang menghasilkan shock listrik dalam jumlah
yang terkontrol pada pasien untuk mengakhiri aritmia jantung. Defibrillator adalah
perangkat yang menyalurkan renjatan arus listrik dengan dosis tertentu ke jantung
yang digunakan ketika jantung memiliki irama yang abnormal (aritmia).
Defibrilator dibagi menjadi dua yaitu defibrillator eksternal meliputi bantalan yang
ditempatkan pada dada untuk memberikan energi listrik. Sedangkan defibrillator
internal (defibrillator cardioverter implan, atau ICD) terlihat mirip dengan alat
pacu jantung yang secara terus memantau ritme jantung untuk mendeteksi adanya
aritmia, ventrikel takikardia, maupun ventrikel fibrilasi. ICD mengoreksi irama
jantung dengan memberikan energi listrik yang telah terkalibrasi dengan tepat
untuk mengembalikan detak jantung normal. (Hazinski et al, 2015)
3
muatan listrik yang ada di kapastor ke pasien melalui media paddle sternum dan
paddle apex. Teknik kardioversi listrik eksternal saat ini bergantung pada
penerapan sejumlah energi yang umumnya antara 50-360 J yang dialirkan melalui
dua elektroda (paddle). Mekanisme defibrilasi tidak diketahui secara pasti. Zipes et
al telah menjelaskan bahwa kegagalan untuk menjaga reentrant tachicardia oleh
jaringan miokard yang tersisa setelah terjadinya depolarisasi pada massa kritis
adalah faktor utama dalam mekanisme defibrilasi. (Zipes et al, 2000)
Renjatan arus listrik dari defibrillator baik dengan gelombang
monophasic maupun biphasic diharap mampu menghentikan aktivitas jantung
(depolarisasi), sehingga jantung dapat melakukan repolarisasi hingga muncul irama
sinus. (Ideker et al, 2000)
4
besar organisasi memilih bentuk gelombang Bifasik saat membeli defibrillator
eksternal baru hari ini. Di masa lalu hanya ada satu jenis defibrilasi transthoracic,
yaitu standar dibasahi sinus gelombang kejut monofasik. Selama bertahun-tahun
penelitian, teori impedansi dan waktu renjatan sudah digunakan dalam praktek
standar saat ini (jika menggunakan pads). Sehubungan dengan energi ada banyak
penelitian untuk mengevaluasi pengaruh dari beberapa energi tinggi renjatan pada
otot jantung itu sendiri.
1. Lepaskan pakaian dari dada pasien. Lap kelembaban dari dada pasien.
2. Oleskan gel pada terapi elektroda paddle sternum dan Apex.
3. Pasang paddle atau pad terapi elektroda ke pasien seperti pada gambar.
4. Ubah ke mode “manual defib” dengan cara memutar Knob rotary.
5. Pilih energi, Anda dapat memilih tingkat energi dengan
menyesuaikan tombol pemilihan energi pada peralatan.
6. Tekan tombol “charge” pada panel depan. jika menggunakan
paddleeksternal, tekan tombol “charge” pada paddle, dapat digunakansebagai
gantinya. sebuah progres bar akan ditampilkan dalam pada area informasi
defibrasi.
7. Apabila charge telah terisi penuh Tekan tombol “shock” untuk memberikan
terapi kejut kepada pasien melalui media paddle sternum dan apex (Mittal et al,
2000).
.
Sternum
Apex
5
2.4 Jenis-Jenis Defibrillator
1. Manual external defibrillator
6
3. Automated external defibrillator (AED)
Alat ini dapat menganalisa ritme jantung dan memberikan saran apakah
diperlukan kejutan listrik atau tidak. Akan tetapi diperlukan waktu 10-20 detik,
sedangkan seorang professional dapat mendiagnosa dan mengatasi kondisi lebih
cepat dengan alat manual. Alat ini hanya dapat mengirimkan kejutan listrik untuk
Ventrikular fibrilasi, dan ventricular takikardi. Saat jeda waktu untuk analisa alat,
dekompresi dada harus dihentikan. Hal ini mengalam perubahan pada AHA
defibrillation guideline dan merekomendasikan tidak memakai AED bila terdapat
alat manual defibrillator disertai operator yang terlatih.
Lokasi alat ini selalu ditempatkan pada tempat-tempat yang ramai, dimana
resiko terjadinya sudden cardiac arrest tinggi. Tempat-tempat seperti bangunan
dengan rasio laki-laki lewat usia 50 tahun yang tinggi, lokasi alat ini juga biasanya
diwarnai dengan warna cerah, dan ditutupi dengan pelindung di dekat pintu masuk
bangunan (Link et al, 2010)
7
diatur sendiri oleh operator. Beberapa alat juga dapat berperan sebagai pacemaker
jika pasien mengalami bradikardi dan masih memiliki kegunaan lain tergantung
keahlian operator.
Bisa juga dikenal sebagai automatic internal cardiac defibrillator (AICD). Wujud
alat ini ialah implant, mirip seperti pacemaker (dapat juga berfungsi sebagai
pacemaker). Alat ini memonitor ritme jantung pasien secara konstan, dan secara
otomatis memberikan kejutan listrik untuk berbagai macam aritmia yang
membahayakan jiwa, sesuai dengan program yang terinstall pada alat. Saat ini
sudah terdapat alat yang dapat membedakan ventrikuler fibrilasi, ventricular
takikardi, dan aritmia seperti supreaventrikuler takikardi dan atrial fibrilasi, dan
dapat melakukan synchronized cardioversion. Saat terjadi aritmia yang mengancam
jiwa seperti ventricular fibrilasi, alat ini sudah terprogram untuk melakukan kejutan
tidak tersinkronisasi (Samii, 2015).
8
apabila diperlukan. Alat ini diindikasikan pada orang-orang yang menunggu
operasi defibrillator implant (Adler et al, 2013)
9
2.6 Dosis Penggunaan Defibrillator
10
3. ELEKTRO-KARDIOVERSI
11
Pada kardioversi, aliran listrik diberikan ke miokardium saat puncak
gelombang R. Ini penting dipahami, karena ketika aliran listrik kejut diberikan
bukan pada puncak gelombang R, misalnya pada saat ST, justru pasien malah
berpotensi mengalami komplikasi aritmia. Mengapa saat puncak gelombang R?
Karena QRS adalah gambaran depolarisasi Ventrikel. Aliran listrik yang diberikan
pada puncak gelombang R akan menyebabkan terjadinya depolarisasi seluruh
miokardium, sehingga masa refrakter memanjang, sehingga dapat menghambat dan
menghentikan terjadinya re-entry, dan memungkinkan SA Node mengambil alih
irama jantung menjadi irama sinus.
Indikasi Kardioversi
1. Fibrilasi ventrikel
4. Fibrilasi atrial yang tidak bisa dikonversi menjadi irama sinus dengan obat-
obatan.
5. Fluter atial yang tidak bisa dikonversi menjadi irama sinus dengan obat-obatan.
4. PACING
Pacemaker adalah alat pacu detak jantung dan langsung mengontrol detak
jantung. Kontraksi jantung (cardiac) otot pada manusia , alat mekanis yang
disebut alat pacu jantung buatan (atau hanya "alat pacu jantung") dapat digunakan
setelah kerusakan pada sistem konduksi intrinsik tubuh untuk menghasilkan impuls
sintetis.
12
Temporary pacemaker adalah suatu alat pacu jantung sementara dimana
kawat atau elektrode pacu jantung dimasukan melalui vena (pembuluh darah balik)
biasanya melalui vena femoralis/ vena jugularis/ vena subclavia menuju atrium atau
ventrikel kanan. Sedangkan generatornya ditempatkan diluar dan bersifat
sementara.
· Permanent pacemaker
Pacu jantung menetap adalah suatu alat medis yang ditanam dalam tubuh
pasien beruapa kawat pacing yang ditanam dalam satu ruang atau beberapa ruang
jantung melalui vena yang tepat dan dihubungkan generator dari pacu jantung
tersebut yang ditanam dibawah kulit atau otot dada kanan atau kiri. Ada beberapa
tipe dari pacu jantung permanen, yaitu :
Single-chamber pacemaker. Pada tipe ini kawat pacing hanya ada satu yang
akan ditempatkan disalah satu ruang jantung yaitu atrium(serambi) atau
ventrikel(bilik).
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Butterworth J et al. 2013. Morgan and Mikhail’s Clinical Anesthesiology. 5th ed.
McGraw-Hill Profesional Publishing.
Jerry PN, Jasmeet S, David AZ, Dominique B, Leo LB, et al. 2010. European
Resuscitation Guidelines for Resuscitation 2010. Resuscitation; 1219-1276.
Maltzahn WW et al. 2000. Medical Instruments and Devices. CRC Press University
of Texas.8:77-80
15
Samii SM.2015. Indications for Pacemakers, Implantable Cardioverter-
Defibrillator and Cardiac Resynchronization Devices. Elsevier Med Clinic.
99(4):795-804
Zipes DP, Fischer J, King RM, Nicoll A deB, Jolly WW. Termination of ventricular
fibrillation in dogs by depolarizing a critical amount of myocardium. Am J
Cardiol.1975;36:37–44.
16