Anda di halaman 1dari 5

PATOGENESIS

Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya


sekunder dari TBC tempat lain di dalam tubuh. Penyebarannya secara hematogen,
diduga terjadinya penyakit ini sering karena penyebaran hematogen dari infeksi
traktus urinarius melalui pleksus Batson. Infeksi TBC vertebra ditandai dengan
proses destruksi tulang progresif tetapi lambat di bagian depan (anterior vertebral
body). Penyebaran dari jaringan yang mengalami perkejuan akan menghalangi
proses pembentukan tulang sehingga berbentuk tuberculos squestra. Sedang
jaringan granulasi TBC akan penetrasi ke korteks dan terbentuk abses
paravertebral yang dapat menjalar ke atas atau bawah lewat ligamentum
longitudinal anterior dan posterior. Sedangkan diskus intervertebralis karena
avaskular lebih resisten tetapi akan mengalami dehidrasi dan penyempitan karena
dirusak oleh jaringan granulasi TBC. Kerusakan progresif bagian anterior vertebra
akan menimbulkan kifosis (Savant, 2007).
Perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa terdiri dari lima stadium yaitu:
1. Stadium implantasi
Setelah bakteri berada dalam tulang, apabila daya tahan tubuh penderita
menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama
6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada
anak-anak pada daerah sentral vertebra.
2. Stadium destruksi awal
Selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra dan penyempitan yang ringan pada
diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
3. Stadium destruksi lanjut
Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra, dan terbentuk
massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses, yang tejadi 2-3 bulan
setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum dan
kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di
depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra sehingga
menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.
4. Stadium gangguan neurologis
Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi tetapi
ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Vertebra torakalis mempunyai
kanalis spinalis yang kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi di
daerah ini. Apabila terjadi gangguan neurologis, perlu dicatat derajat kerusakan
paraplegia yaitu:
i. Derajat I
Kelemahan pada anggota gerak bawah setelah beraktivitas atau berjalan
jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.
ii. Derajat II
Kelemahan pada anggota gerak bawah tetapi penderita masih dapat
melakukan pekerjaannya.
iii. Derajat III
Kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak atau aktivitas
penderita disertai dengan hipoestesia atau anestesia.
iv. Derajat IV

Gangguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan gangguan defekasi dan
miksi.
TBC paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau lambat
tergantung dari keadaan penyakitnya. Pada penyakit yang masih aktif,
paraplegia terjadi karena tekanan ekstradural dari abses paravertebral atau
kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan.
Paraplegia pada penyakit yang tidak aktif atau sembuh terjadi karena tekanan
pada jembatan tulang kanalis spinalis atau pembentukan jaringan fibrosis yang
progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa. TBC paraplegia terjadi secara
perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang disertai dengan angulasi dan
gangguan vaskuler vertebra.
5. Stadium deformitas residual
Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah stadium implantasi. Kifosis atau
gibbus bersifat permanen karena kerusakan vertebra yang massif di depan
(Savant, 2007).
PATOFISIOLOGI
Kuman yg bangun kembali dari paru-paru akan menyebar mengikuti aliran
darah ke pembuluh tulang belakang dekat dengan ginjal. Kuman berkembang
biak umumnya di tempat aliran darah yg menyebabkan kuman berkumpul banyak
(ujung pembuluh). Terutama di tulang belakang, di sekitar tulang thorakal (dada)
dan lumbal (pinggang) kuman bersarang. Kemudian kuman tersebut akan
menggerogoti badan tulang belakang, membentuk kantung nanah (abses) yg bisa
menyebar sepanjang otot pinggang sampai bisa mencapai daerah lipat paha. Dapat
pula memacu terjadinya deformitas. Gejala awalnya adalah perkaratan umumnya
disebut pengapuran tulang belakang, sendi-sendi bahu, lutut, panggul. Tulang
rawan ini akan terkikis menipis hingga tak lagi berfungsi. Persendian terasa kaku
dan nyeri, kerusakan pada tulang rawan sendi, pelapis ujung tulang yg berfungsi
sebagai bantalan dan peredam kejut bila dua ruang tulang berbenturan saat sendi
digerakkan.
Terbentuknya abses dan badan tulang belakang yg hancur, bisa menyebabkan
tulang belakang jadi kolaps dan miring ke arah depan. Kedua hal ini bisa
menyebabkan penekanan syaraf-syaraf sekitar tulang belakang yg mengurus
tungkai bawah, sehingga gejalanya bisa kesemutan, baal-baal, bahkan bisa sampai
kelumpuhan.
Badan tulang belakang yg kolaps dan miring ke depan menyebabkan tulang
belakang dapat diraba dan menonjol di belakang dan nyeri bila tertekan, sering
sebut sebagai gibbus
Bahaya yg terberat adalah kelumpuhan tungkai bawah, karena penekanan
batang syaraf di tulang belakang yg dapat disertai lumpuhnya syaraf yg mengurus
organ yg lain, seperti saluran kencing dan anus (saluran pembuangan).
Tuberkulosis tulang adalah suatu proses peradangan yg kronik dan destruktif
yg disebabkan basil tuberkulosis yg menyebar secara hematogen dari fokus
jauh, dan hampir selalu berasal dari paru-paru. Penyebaran basil ini dapat terjadi
pada waktu infeksi pri-mer atau pasca primer. Penyakit ini sering ter-jadi pada anak-

anak. Basil tuberkulosis biasanya menyangkut dalam spongiosa tulang. Pada


tempat infeksi timbul osteitis, kaseasi clan likuifaksi dengan pembentukan pus yg
kemudian dapat mengalami kalsifikasi. Berbeda dengan osteomielitis piogenik,
maka pembentukan tulang baru pada tuberkulosis tulang sangat sedikit atau tidak
ada sama sekali. Di samping itu, periostitis dan sekwester hampir tidak ada. Pada
tuberkulosis tulang ada kecenderungan terjadi perusakan tulang rawan sendi atau
diskus intervertebra.
Dari pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan refleks fisiologis normal. Ditemukan
hipestesia (raba) setinggi VT6. Tidak ditemukan adanya refleks patologis. Pada
pemeriksaan nervi cranialis tidak ditemukan adanya kelainan.

PATOLOGI
Tuberkulosa pada tulang belakang dapat terjadi karena penyebaran hematogen
atau penyebaran langsung nodus limfatikus para aorta atau melalui jalur limfatik ke
tulang dari fokus tuberkulosa yang sudah ada sebelumnya di luar tulang belakang.
Pada penampakannya, fokus infeksi primer tuberkulosa dapat bersifat tenang.
Sumber infeksi yang paling sering adalah berasal dari sistem pulmoner dan
genitourinarius.
Pada anak-anak biasanya infeksi tuberkulosa tulang belakang berasal dari fokus
primer di paru-paru sementara pada orang dewasa penyebaran terjadi dari fokus
ekstrapulmoner (usus, ginjal, tonsil). Penyebaran basil dapat terjadi melalui arteri
intercostal atau lumbar yang memberikan suplai darah ke dua vertebrae yang
berdekatan, yaitu setengah bagian bawah vertebra diatasnya dan bagian atas
vertebra di bawahnya atau melalui pleksus Batsons yang mengelilingi columna
vertebralis yang menyebabkan banyak vertebra yang terkena. Hal inilah yang
menyebabkan pada kurang lebih 70% kasus, penyakit ini diawali dengan
terkenanya dua vertebra yang berdekatan, sementara pada 20% kasus melibatkan
tiga atau lebih vertebra.
Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal tiga bentuk
spondilitis:
1. Peridiskal / paradiskal
Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di
bawah ligamentum longitudinal anterior / area subkondral). Banyak ditemukan
pada orang dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia dan nekrosis diskus.
Terbanyak ditemukan di regio lumbal.
2. Sentral
Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga
disalahartikan sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering
menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe lain sehingga
menghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat. Dapat terjadi kompresi yang
bersifat spontan atau akibat trauma. Terbanyak di temukan di regio torakal.
3. Anterior
Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas dan
dibawahnya. Gambaran radiologisnya mencakup adanya scalloped karena erosi
di bagian anterior dari sejumlah vertebra (berbentuk baji). Pola ini diduga
disebabkan karena adanya pulsasi aortik yang ditransmisikan melalui abses
prevertebral dibawah ligamentum longitudinal anterior atau karena adanya
perubahan lokal dari suplai darah vertebral.
4. Bentuk atipikal
Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa spinal dengan
keterlibatan lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis
tanpa keterlibatan tulang (tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, prosesus
transversus dan spinosus, serta lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral
posterior. Insidensi tuberkulosa yang melibatkan elemen posterior tidak diketahui
tetapi diperkirakan berkisar antara 2%-10%.

. Sidharta P, Spondilitis Tuberculosa, in Lazuardi S, Hok TS,


Sudibjo AI, at all eds, Neurologi Klinik dalam Praktek
Umum,Dian Rakyat, Jakarta 1999:341
7. Dewi LK, Edi A, Suarthana E, Spondilitis Tuberkulosa, in
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, eds,
Kapita Selekta Kedokteran Media Aesculapius Jakarta 2000 : 58

Anda mungkin juga menyukai