Pertanyaan
Jawaban
Berdasar Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit (2009), disebutkan
beberapa diagnosis banding dari batuk kronik berulang (hh. 109-110).
DIAGNOSIS GEJALA
Tuberkulosis Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
Uji tuberculin positif (≥10 mm, pada keadaan imunosupresi ≥5 mm)
Berat badan menurun atau gagal tumbuh
Demam (≥2 minggu) tanpa sebab yang jelas
Pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang spesifik
Pembengkakan tulang/sendi punggung, panggul, lutut, falang
Tidak ada nafsu makan, berkeringat malam
Asma Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan dengan batuk dan pilek
Hiperinflasi dinding dada
Ekspirasi memanjang
Respons baik terhadap bronkodilator
Benda Asing Riwayat tiba-tiba tersedak
Stridor atau distress pernapasan tiba-tiba
Wheeze atau suara pernapasan menurun yang bersifat local
Pertusis Batuk paroksismal yang diikuti dengan whoop, muntah, sianosis atau apnu
Bisa tanpa demam
Belum imunisasi DPT atau imunisasi DPT tidak lengap
Klinis baik di antara episode batuk
Perdarahan subkonjungtiva
HIV Diketahui atau diduga infeksi HIV pada ibu
Riwayat transfuse darah
Gagal tumbuh
Oral thrush
Parotitis kronis
Infeksi kulit akibat herpes zoster (riwayat atau sedang menderita)
Limfadenopati generalisata
Demam lama
Diare persisten
Bronkiektasis Riwayat tuberculosis atau aspirasi benda asing
Tidak ada kenaikan berat badan
Sputum purulent, napas bau
Jari tabuh
Abses paru Suara pernapasan menurun di daerah abses
Tidak ada kenaikan berat badan/anak tampak sakit kronis
Pada foto dada tampak kista/lesi berongga.
Menurut Benich dan Carek (2011), batuk kronis adalah batuk yang terjadi lebih dari 4
minggu. Diagnosis banding batuk kronis pada anak dapat dibagi menurut epidemiologinya.
Benich dan Carek membagi batuk kronis menjadi 3 kelompok diagnosis banding, yaitu paling
sering, sering, dan jarang.
Untuk menginvestigasi penyebab batuk kronis pada anak, diperlukan anamnesis yang
baik (80%), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang lain seperti foto thorax, darah lengkap,
serta pemeriksaan mikrobiologik, dan faal paru pada anak. Pada kasus kecurigaan TB, dapat
dilakukan uji tuberkulin. Pada kasus kecurigaan alergi dan atau asma, dapat dilakukan
pemeriksaan IgE serum, pemeriksaan uji kulit, dan uji faal paru pre dan post bronkodilator.
Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan urin dan tinja, serta pemeriksaan imunologik jika
dirasa memerlukan dan ada indikasi.
Referensi
WHO, 2008. Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit rujukan tingkat pertama di
kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim Adaptasi Indonesia. – Jakarta : WHO Indonesia.
Benich, JJ. dan Carek, P.J., 2011. Evaluation of the Patient with Chronic Cough. Am Fam
Physician, 84(8), hh.887-892.
Lubis, H.M., 2005. Batuk Kronik dan Berulang pada Anak. Repository USU.