Makalah
Disampaikan dalam Seminar Pendidikan
Diselenggarakan STKIP PGRI Kediri
20 Maret 2010
Oleh :
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si.
budimansyah@upi.edu
Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Sekolah Pascasarjana
0
LATAR BELAKANG
Hampir empat dasawarsa terakhir, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas) terus melakukan inovasi dan perubahan
dalam berbagai komponen sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan
mutu dan relevansi pendidikan. Telah ditemukan dalam berbagai studi baik di
Indonesia maupun di berbagai negara, bahwa komponen paling penting dalam
peningkatan mutu pendidikan adalah pendidik. Lahirnya Undang-Undang No.
14 tahun 2005 tentang “Guru dan Dosen” dan Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 tentang “Standar Nasional Pendidikan”, merupakan kebijakan
pemerintah dalam rangka melakukan restukturisasi dan perbaikan mutu
pendidik di Indonesia.
Jika merupakan faktor yang paling inti dalam memacu kualitas pendidikan,
maka peningkatan kualitas profesi guru adalah keniscayaan. Pendidik yang
profesional memiliki seperangkat kompetensi yang dipersyaratkan untuk
menopang tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Pendidik profesional tidak
sekedar menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode, tapi juga harus
mampu memotivasi peserta didik, memiliki kecakapan yang tinggi dan
berwawasan luas. Sehubungan dengan itu, kompetensi guru ini telah
dipersyaratkan oleh PP 19 tahun 2005 pasal 28 ayat (3) yang meliputi:
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial.
1
Kim, E (2007) Educationan Policy and Reforms in Korea., Korean Educational Development
Institute.
1
Sebelum diberlakukan UU No. 14/2005, telah ditetapkan oleh Presiden
Republik Indonesia (2004) bahwa guru adalah sebuah profesi, sama dengan
profesi lain seperti dokter atau akuntan. Berdasarkan PP No. 19/2005, untuk
menjadi guru yang profesional, seseorang harus memenuhi baik kualifikasi
maupun kompetensi sebagai sebuah profesi. Persyaratan kualifikasi seorang
guru adalah sarjana, sedangkan persyaratan kompetensinya ditetapkan melalui
Standar Kompetensi. Pendidik yang profesional mampu mengelola belajar
siswa secara efektif hingga mencapai minimal standar kualifikasi yang telah
ditetapkan. Pendidik yang profesional juga adalah mereka yang inovatif,
kreatif, dan mampu melahirkan gagasan-gagasan segar untuk mendorong
belajar siswa secara optimal. Sistem keprofesian guru ini menuntut kepada
setiap guru untuk mewujudkan kapasitas, perilaku, dan karya-karya profesional
untuk memacu lebih cepat lagi peningkatan mutu pendidikan. Untuk
mewujudkan guru sebagai profesi ini Menteri Pendidikan Nasional menetapkan
Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam
Jabatan untuk mengatur kompetensi yang harus dimilikinya.
2
pendidik, indikatornya adalah sikap, tindakan dan perilaku produktif dan
kreatif yang tampak dalam proses pembelajaran yang diciptakannya. Mereka
juga mempunyai kompetensi dan kecakapan dalam mengelola kegiatan belajar
siswa sebanyak mungkin sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan
kualitas belajar siswa sebagai ukuran akhir (ultimate measure) dari mutu
pendidikan.
KERANGKA KONSEPTUAL
Sistem Keprofesian Guru
Sertifikasi, menurut definisi yang dirumuskan dalam Ketentuan Umum Pasal 1
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen, sebagai sebagai bukti
formal pengakuan yang dibeikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga
profesional. Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru didasarkan pada amanah
Pasal 42 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
mempersyaratkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan
sertifikasi sesuai dengan kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal 8
UU No 14 tahun 2005 yang mengamanatkan bahwa guru harus memiliki
kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran. Hal ini ditegaskan kembali dalam Pasal 28 ayat (1) sampai (5)
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
3
kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi sebagai suatu kesatuan upaya
pemberdayaan guru. Oleh karena itu program sertifikasi dan pendidikan profesi
guru harus dibingkai oleh perspektif tentang mutu dan daya saing pendidikan.
Kompetensi guru diyakini tidak secara otomatis menjadi baik dengan hanya
menaikkan remunerasi. Oleh sebab itu, diperlukan upaya membangkitkan
motivasi dan kinerja guru secara terencana, terarah, dan berkesinambungan
dalam bentuk pembinaan keprofesian. Dengan system yang terpercaya, guru
yang mengikuti proses sertifikasi seharusnya secara otomatis dapat memenuhi
persyaratan tersebut, dan mereka yang dinyatakan lulus adalah yang telah
memenuhi bahkan melampuai syarat keprofesian yang ditetapkan. Bagi guru
yang belum mengikuti sertifikasi karena belum memenuhi persyaratan, tentu
akan berusaha meningkatkan diri, dan Pemerintah wajib untuk memfasilitasi
guru terutama peningkatan kualifikasi akademik guru yang belum memenuhi
ketentuan.
4
yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap kinerja. Guru tidak siap
mengajar, metode dan media pembelajaran membosankan, tidak respek pada
kondisi siswa, merupakan sebagian kecil contoh perilaku guru yang tidak
memprioritaskan tugas mengajar.
Sertifikasi guru akan berdampak terhadap peningkatan kinerja guru dan pada
gilirannya akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan nasional apabila
sertifikasi dapat dilakukan secara efektif dan obyektif. Artinya sertifikat profesi
guru hanya diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi
akademik dan benar-benar telah memiliki standar kompetensi dan hal ini hanya
akan terwujud apabila program sertifikasi dilakukan secara efektif dan
obyektif.
5
ditambah tunjangan fungsional dan tunjangan profesi, dibutuhkan dana Rp 84
triliun. Itu baru gaji guru PNS, belum mencakup gaji dosen PNS, guru swasta,
serta dosen swasta yang lolos sertifikasi. Sedangkan yang namanya anggaran
pendidikan bukan hanya gaji dan tunjangan, melainkan banyak kebutuhan pos
pendidikan lain yang membutuhkan perhatian serius pemerintah. Seperti projek
pembuatan sekolah baru, rehabilitasi sekolah yang rusak, penyediaan peralatan
dan perlengkapan sekolah, penyediaan bahan dan sumber belajar, maupun
sektor-sektor lain yang memerlukan dana besar. Kalau hal ini terjadi, untuk
anggaran pendidikan diperlukan dana Rp 160 - Rp 200 triliun. Tentu sangat
berat karena sudah melebihi beban APBN. Padahal, pemerintah punya utang
luar negeri yang cukup besar. Belum lagi pos anggaran departemen lain yang
juga perlu dana besar.
6
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru
pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan
kompetensinya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak
lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed (berpengetahuan
paling luas) terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang
berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan,
guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah siswanya
(http://www.psb-psma.org). Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola
penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara
profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari
siswa, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan
profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif.
Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang
dimilikinya secara terus menerus.
Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung
terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan
dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang
menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan
kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang
mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi
dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Guru yang profesional dipersyaratkan memiliki: pertama, dasar ilmu yang kuat
sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu
pengetahuan di abad 21. Kedua, penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset
dan paktis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis bukan hanya
merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi
di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan
pada paktis pendidikan masyarakat Indonesia.
7
her a license to teach.” Amerika memberlakukan uji sertifikasi terhadap guru
melalui badan independent yang disebut The American Association of Colleges
for Teacher Education (AACTE). Pendidik harus mengikuti tes untuk menjadi
pendidik bersertifikasi dan diakui kelayakannya pada bidang mereka.
Di Korea, lulusan program pendidikan guru tidak perlu menempuh ujian untuk
memperoleh sertifikasi. Pendidik dipilih berdasarkan hasil ujian tahunan yang
diselenggarakan oleh provinsi atau kantor pendidikan metropolitan yang
meliputi empat komponen yaitu pedagogy, penguasaan materi pelajaran dan
penulisan essay, tes praktek, dan interview (Kane, 2007).
8
National Board for Profesional Teaching Skill (2002) telah membuat rumusan
standar kompetensi bagi guru di Amerika Serikat. Rumusan tersebut
selanjutnya digunakan sebagai dasar bagi guru untuk memperoleh sertifikat
profesi guru. Rumusan standar kompetensi guru dikenal dengan What Teachers
Should Know and Be Able to Do, didalamnya terdiri dari lima proposisi utama,
sebagai berikut.
9
Crowther (2009:35) mengutip pendapat Goleman, Boyatzis, dan McKee
membuat formula kompetensi pendidik, di dalamnya berisi dua domain
kecerdasan emosional, empat kompetensi, dan dua belas kapabilitas. Konsep
yang disusun Goleman dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
10
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (h)
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (i)
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran, (j)
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
(Personal Competence)
(Goleman’s
Domains
Relationship Social
Management Awareness
(Social Competence)
Profesional secara esensial memiliki tiga dimensi pokok yaitu keilmuan dan
pengetahuan (science and knowledge), keahlian (skills), dan organisasi
kesejawatan (organisation of profession). Kompetensi profesional merupakan
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Guru
profesional memiliki dan mengembangkan kemampuan dalam tiga pilar
profesional diatas. Pendidik profesional mampu menguasai materi
pembelajaran secara luas dan mendalam serta memgembangkan materi tersebut
dengan konsep keterkaitan secara universal dan menerapkan konsep–konsep
keilmuan, metode pengajaran yang koheren dengan materi ajar secara
mendalam dan berkualitas. Disamping itu pendidik juga mengeksplorasi
konsep dan metode keilmuan, melakukan penilitian dan kajian-kajian kritis
11
untuk memperdalam pengetahuan tentang materi ajar sehingga menemukan
hal-hal baru dalam proses pembelajaran.
12
DAFTAR PUSTAKA
Crowther , Frank. 2009. Developing Teacher Leaders Second Edition; How Teacher
Leadership Enhances School Success. California: Corwin Press dan National
Association Of Secondary School Principal.
Furqon. 2008. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Glewwe, Paul. Et.al. 2003. Teacher Incentives. Poverty Action Lab Paper No. 11
April 2003
Gurupembaharu.com.2009./pengelolaan_/peningkatan-mutu_/menerapkan-
penjaminan- mutu- guru- sesuai- standar- nasional- pendidikan/. Online:
gurupembaharu.com. Accesed: 30 November 2009.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Hoadley, Ursula and Paula Ensor. 2009. Teachers’ Social Class, Professional
Dispositions and Pedagogic Practice, Teaching and Teacher Education 25,
(2009) 876–886
Kane, John. (2007). Teacher Education and Professional Development in Korea
dalam “Dinamic Korea” Education Policies and Reform. [online]. Tersedia:
globalizationand education. ed.uiuc.edu/.../ GSEB/.../South%20
Korea2007.pdf. [28 Desember 2009].
Kim, E (2007) Educationan Policy and Reforms in Korea., Korean Educational
Development Institute
Kusdiyono, 2007. Sekali Lagi Sertifikasi, Anggaran Dan Kecemburuan. Available on:
http: kusdiyono.wordpress.com/2007/12/05/sekali lagi sertifikasi anggaran dan
kecemburuan/
Millan, James MC dan Sally Schumacher, 2001. Research in Education. New York:
addison Wesley Longman Inc.
Mhozya, C.M. 2007. The Extent To Which Incentive Influence Primary School
Teachers And Job Satisfaction In Botswana, The Social Science 2 Medwell
Journal (4), 2007 pp. 412-418
Osei, George M. 2006. Teachers In Ghana: Issues Of Training, Remuneration And
Effectiveness. International Journal of Educational Development 26 (2006).
Pp. 38–51
Propper, Carol. 2006. Are Public Sector Workers Motivated By Money?. Available on:
Error! Hyperlink reference not valid.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi
Guru. Available on : http: www.psb-psma.org/ content/blog/peran kepala
sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru (accessed 12 November 2008)
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
13
Tuhusetya, Sawali. 2008. Latar Belakang Sertifikasi. Available on: Error! Hyperlink
reference not valid.
Victorian Institute of Teaching. (2007). The Standards, Guidelines And Process For
The Accreditation Of Pre-Service Teacher Education Courses; Preparing
Future Teachers June 2007. Victoria: Victorian Institute of Teaching.
-------. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
-------. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal
4 Mei 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru, Standar
Kompetensi Pedagogik
-------. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.
-------. 2006. Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
-------. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
-------. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
Sumber internet:
http://sertifikasiguru.org/index.php?mact
http://sismanto.com/2008/05/30/membumikan-guru-profesional-dengan-sertifikasi/
14
15