Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL


“PROLONGE LATENT”

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ns.Elok Yulidaningsih,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 8 :


1. Ade Putri Mahendriya (P17240201013)
2. Nabila Putri Ramadhani (P17240201017)
3. Brilliana Lintang Q. (P17240203026)

(Tingkat 2A)

PROGRAM STUDI
D3 KEPERAWATAN TRENGGALEK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Juli 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih


karena atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil Patologis : Kehamilan Ektopik
Terganggu” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari ada banyak hambatan dan
kesulitan. Hambatan dan kesulitan itu akhirnya dapat diatasi karena adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada ibu Ns. Elok Yulidaningsih, S.Kep. M.Kep. dosen mata kuliah
Keperawatan maternitas serta teman-teman yang telah mendukung dalam proses
pembuatan makalah ini. Semoga awal baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki keterbatasan. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dari pembaca pada umumnya.

Trenggalek, 28 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Partus lama atau prolonged labour merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan adanya abnormalitas persalinan di kala 1. Sampai saat
ini belum ada konsensus mengenai definisi partus lama. WHO mendefinisikan
partus lama sebagai adanya kontraksi uterus ritmik dan reguler yang disertai
pembukaan serviks dan berlangsung lebih dari 24 jam. American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) mendefinisikan sebagai kala 1 fase
laten lebih dari 20 jam pada wanita nulipara dan lebih dari 14 jam pada
perempuan multipara. ACOG menggunakan batasan pembukaan serviks < 6
cm sebagai acuan fase laten.
Partus lama dapat menyebabkan komplikasi pada ibu dan janin.
Komplikasi pada ibu meliputi trauma obstetrik dan korioamnionitis,
sedangkan komplikasi pada janin meliputi asfiksia neonatorum dan admisi ke
ruang rawat intensif. Di Indonesia, partus lama dilaporkan sebagai penyebab
1-1,8% kematian ibu.
Partus lama dapat disebabkan oleh abnormalitas pada kekuatan
kontraksi (power), jalan lahir (passage), atau posisi janin (passenger). Risiko
terjadinya partus lama meningkat dengan faktor berupa nuliparitas, analgesik
epidural, dan usia ibu lebih dari 35 tahun.
Secara umum, ibu yang akan menjalani persalinan perlu dievaluasi
secara berkala. Evaluasi yang dilakukan tidak hanya menilai kontraksi dan
kemajuan persalinan tetapi juga menilai kondisi emosional, tingkat kelelahan,
dan dukungan untuk ibu. Status hidrasi ibu juga perlu diperhatikan dan jika
memungkinkan, ibu dapat diminta untuk makan dalam porsi kecil sehingga
dapat menghimpun tenaga untuk persalinan.
Jika terjadi partus lama, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan,
seperti induksi atau augmentasi kekuatan kontraksi (pemberian oxytocin),
tindakan amniotomi, dan tindakan operasi jika diperlukan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa itu Prolonge Latent
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan memahami apa itu Prolonge Latent beserta cara
pengobatan

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Prolonge Latent
2. Mengapa Prolonge Latent bisa terjadi?
3. Apa saja tanda dan gejala pada ibu hamil yang mengalami Prolonge
Latent?
4. Bagaimana pengobatan dan cara mengatasi Prolonge Latent?
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Partus lama atau prolonged labour merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan adanya abnormalitas persalinan di
kala 1. Sampai saat ini belum ada konsensus mengenai definisi partus
lama. WHO mendefinisikan partus lama sebagai adanya kontraksi
uterus ritmik dan reguler yang disertai pembukaan serviks dan
berlangsung lebih dari 24 jam. American College of Obstetricians and
Gynecologist (ACOG) mendefinisikan sebagai kala 1 fase laten lebih
dari 20 jam pada wanita nulipara dan lebih dari 14 jam pada
perempuan multipara. ACOG menggunakan batasan pembukaan
serviks < 6 cm sebagai acuan fase laten.
Persalinan dengan kala I memanjang adalah persalinan yang
fase latennya berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju
pembukaannya tidak adekuat atau bervariasi; kurang dari 1 cm setiap
jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan;
kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang dari 1,5 per
jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 sampai
pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden ini terjadi pada
5 persen persalinan dan pada primigravida insidensinya dua kali lebih
besar dari pada multigravida (Saifuddin, 2009).

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Menurut Mochtar (2011), sebab-sebab terjadinya partus lama yaitu:
a. Kelainan letak janin.
b. Kelainan-kelainan panggul.
c. Kelainan his.
d. Janin besar atau ada kelainan kongenital.
e. Primitua

Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama antara lain:
a. Kelainan letak janin

Meliputi presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi


dahi, letak sungsang, letak melintang, dan presentasi ganda.
Pada kelainan letak janin dapat menyebabkan partus lama dan
ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi
intrapartum. Sementara pada janin dapat berakibat adanya
trauma partus dan hipoksia karena kontraksi uterus terus
menerus (Mochtar, 2011).

b. Kelainan his

Menurut Wiknjosastro (2010) kelainan his antara lain :

 Inertia Uteri

Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak


adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong janin keluar. Disini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita
dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia,
uterus yang terlalu teregang misalnya akibat
hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grande multipara atau primipara, serta para penderita
dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada
kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif
maupun pada kala pengeluaran (Sarwono, 2007).

 His terlampau kuat (hypertonic uterine contraction)

His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan


persalinan selesai dalam waktu yang singkat. Partus
yang sudah selesai kurang dari tiga jam, dinamakan
partus presipitatus: sifat his normal, tonus otot di luar
his juga biasa, kelainan terletak pada kekuatan his.
Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah terjadinya
perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri,
vagina, dan perineum, sedangkan bayi bisa mengalami
perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut
mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
C. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya partus lama
meliputi kelainan letak janin seperti letak sungsang, letak lintang,
presentasi muka, dahi dan puncak kepala, Kelainan panggul seperti
pelvis terlalu kecil dan CPD (cephalopelvic disproportion), kelainan
his seperti inersiauteri, incoordinate uteri action. Kelainan-kelainan
tersebut dapat mengakibatkan pembukaan serviks berjalan sangat
lambat, akibatnya kala I menjadi lama. Persalinan kala I dikatakan
lama apabila fase laten lebih dari 8 jam, dan fase aktif >12 jam pada
primigravida dan > 6 jam pada multi gravida(Saiffudin, 2010).

D. TANDA DAN GEJALA KET


Menurut Mochtar (2011) tanda klinis kala I lama terjadi pada ibu dan
juga pada janin meliputi:
a. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering
dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan ketuban yang berbau,
terdapat mekonium.
b. Pada janin
 Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan
negatif; air
 ketuban terdapat mekonium, kental kehijauhijauan, berbau.
 Kaput suksedaneum yang besar
 Moulage kepala yang hebat.
 Kematian janin dalam kandungan.
 Kematian janin intra partal

E. PENATALAKSANAAN KET
Menurut Saifuddin (2013) dan Oxorn (2010), penanganan
umum pada ibu bersalin dengan kala I lama yaitu:
1. Nilai keadaan umum, tanda-tanda vital, tingkat hidrasinya dan
tentukan apakah pasien daam masa persalinan.
2. Tentukan keadaan janin:
A. Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung
frekuensinya setidaknya satu kali dalam 30 menit
selama fase aktif.
B. Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput
ketuban pecah, pertimbangkan adanya indikasi
penurunan jumlah air ketuban yang dapat menyebabkan
gawat janin.
C. Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan
atau bercampur darah pikirkan kemungkinan gawat
janin.
D. Jika terdapat gawat janin lakukan forsep jika memenuhi
syarat atau lakukan sectio caesarea.
3. Perbaiki keadaan umum dengan :
A. Beri dukungan semangat kepada pasien selama
persalinan.
B. Pemberian intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari
melalui infus larutan glukosa. Dehidrasi ditandai
adanya aseton dalam urine harus dicegah.
C. Pengosongan kandung kemih dan usus harus dilakukan.
D. Pemeriksaan rectum atau vaginal harus dikerjakan
dengan frekuensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini
menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi.

4. Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi


berdasarkan partograf.

5. Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal tiap 4 jam.

A. Apabila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan


sectio secarea.

B. Apabila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.

6. Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD


(Cephalopelvicdisproportion) atau obstruksi

A. Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan


memperbaiki kontraksi dan mempercepat kemajuan
persalinan.

B. Bila ketuban utuh maka pecahkan ketuban.

C. Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase


aktif kurang dari 1 cm per jam lakukan penilaian
kontraksi uterus.
7. Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit dalam 500 cc
dekstrosa atau NaCl, mulai dengan 8 tetes per menit, tiap 30
menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40
tetes/menit).

8. Konsultasi dokter jika persalinan tidak ada kemajuan.

DAFTAR PUSTAKA

 file:///C:/Users/user/Dropbox/My%20PC%20(LAPTOP-
6VM8ITIT)/Downloads/BAB%20II%20(1).pdf

 https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/partus-
lama/patofisiologi

 file:///C:/Users/user/Dropbox/My%20PC%20(LAPTOP-
6VM8ITIT)/Downloads/344249688-Prolonged-Fase-Laten.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
a) Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Hal-hal yang menjadi alasan klien datang ke tenaga kesehatan. Pada
ibu bersalin dengan partus lama, pasien mengeluh mengalami kontraksi
menetap atau melemah, lelah dan lemas (Saiffudin, 2013) dan (Sofian,2012).
2. Data psikososial
Pasien dengan partus lama menunjukkan respon gelisah, cemas, takut
dan stres (Sofian, 2012).
b) Data Objektif
Adalah data yang dapat diobservasikan dan diukur. Data obyektif yang
berkaitan dengan partus lama antara lain:
1. Pengukuran vital sign
Pada kasus partus lama akan dijumpai keadaan ibu dengan suhu badan
meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat (Sofian, 2012).
2. Auskultasi
Pada kasus partus lama, denyut jantung janin dapat terdengar cepat atau tidak
teratur bahkan negatif saat pemeriksaan secara auskultasi dengan Doppler atau
leanec (Sofian, 2012).
3. Pemeriksaan penunjang
Pada kasus partus lama dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui
kelainan letak janin yaitu letak sungsang atau letak lintang. Pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin guna mengidentifikasi
apakah pasien menderita anemia atau tidak (Oxorn, 2010).
2) DIAGNOSA

Diagnosa: Ny. S. umur 23 tahun, G 1 P 0 A 0 , hamil 39+4 minggu, dengan janin

tunggal atau ganda, hidup intra atau ekstra uteri, letak janin membujur, punggung
kanan , kepala sudah masuk pintu atas panggul 3/5 bagian, dengan partus lama.

Pada kasus ibu bersalin dengan partus lama dasar diagnosa tersebut adalah:

1) Dasar Subjektif

Meliputi pernyataan pasien tentang identitas, umur, jumlah kehamilan, jumlah

persalinan, hari pertama menstruasi terakhir dan keluhan yang dialami saat ini.

2) Data Objektif :

(a) Hasil pemeriksaan fisik:

(1) Tanda tanda vital meliputi nadi, respirasi, suhu

(2) Hasil kontraksi

(3) Hasil pemeriksaan dalam meliputi pembukaan dan pendataran

serviks

(b) Hasil pemeriksaan penunjang

(1) Pemeriksaan laboratorium

(2) Pemeriksaan USG

3) INTERVENSI
4) IMPLEMENTASI
5) EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai