Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan suatu investasi untuk peningkatan

kualitas sumber daya manusia, salah satu diantaranya pembagunan kesehatan gigi

dan mulut. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan gigi, diantaranya

derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimal, dalam pelaksanaan

pembangunan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang (mindset) program

layanan kesehatan dari paradigma sakit ke paradigma sehat, sejalan dengan visi

Indonesia Sehat 2010 (Kementerian Kesehatan R.I., 2012).

Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma sehat khususnya yang

berkaitan dengan promosi kesehatan di Indonesia, Menteri Kesehatan Republik

Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang

tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan perilaku

hidup bersih dan sehat atau disingkat PHBS. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran

sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau

masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat mencakup semua perilaku yang harus dipraktekkan di bidang-bidang

pencegahan dan penanganan penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan

1
anak, keluarga berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan

(Kementerian Kesehatan R.I., 2011).

Untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, praktek PHBS yang diukur

adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Telah ditetapkan 10 (sepuluh)

indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga telah mempraktekkan

PHBS, yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI

eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci

tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk,

mengonsumsi buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari dan

tidak merokok di dalam rumah. Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian

dari semua perilaku yang harus dipraktikkan di rumah tangga dan dipilih karena

dianggap mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku (Kementrian

Kesehatan R.I., 2011).

Selain itu salah satu usaha untuk mewujudkan pembangunan di bidang

kesehatan adalah pembangunan di bidang kesehatan gigi Kesehatan gigi dan

mulut penting untuk diperhatikan dan merupakan bagian integral dari kesehatan

secara keseluruhan yang memerlukan penanganan segera sebelum terlambat dan

dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Perihal kesehatan gigi dan

mulut perlu dibudidayakan di seluruh lingkungan keluarga dan masyarakat (Yaslis

, 2001).

Mahasiswa kepaniteraan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah

Mada melaksanakan survei di Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,

Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2
Mahasiswa melakukan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta

survei Kesehatan Gigi dan Mulut. Berdasarkan hasil survei tersebut diharapkan

dapat mengetahui masalah-masalah kesehatan yang timbul sehingga dapat

menentukan prioritas masalah beserta pemecahan masalah.

B. Sasaran Survei

Sasaran survei terpadu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Kesehatan

Gigi dan Mulut adalah masyarakat Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,

Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Manfaat Survei

Manfaat survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta kesehatan

gigi dan mulut ini adalah untuk mendapatkan data perilaku hidup bersih dan sehat

serta data kesehatan gigi dan mulut masyarakat di Dusun Suryowijayan,

Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah

Istimewa Yogyakarta. Data yang diperoleh menunjukkan gambaran kebiasaan

masyarakat dalam memelihara kebersihan dan kesehatannya, serta berbagai

masalah yang ditemui di dalam masyarakat tersebut dalam hubungannya dengan

kesehatan. Masalah-masalah yang ada tersebut diurutkan berdasarkan skala

prioritas permasalahan dan dibuatkan rencana pemecahan permasalahan untuk

memecahkan permasalahan tersebut.

3
D. Tujuan Survei

Kegiatan survei PHBS dan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di

Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota

Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta bertujuan:

a. Tujuan umum

Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku

hidup bersih dan sehat serta kesehatan gigi dan mulut pada tingkat rumah

tangga di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, D.I. Yogyakarta pada

bulan April tahun 2016.

b. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari survei PHBS dan kesehatan gigi dan mulut

adalah:

1. Mendapatkan data perilaku hidup bersih sehat pada tingkat rumah

tangga.

2. Mendapatkan data kesehatan gigi dan mulut pada tingkat rumah tangga.

3. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat

tentang kesehatan umum, kesehatan lingkungan, serta kesehatan gigi

dan mulut.

4. Mendapatkan permasalahan sehubungan dengan kesehatan umum,

kesehatan lingkungan, serta kesehatan gigi dan mulut yang ada dalam

masyarakat.

5. Menentukan prioritas masalah dan menyusun rencana pemecahan

masalah.

4
BAB II

METODE SURVEI

A. Lokasi dan Populasi

Lokasi : Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan

Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Populasi : Seluruh masyarakat Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta,

Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Pengambilan Sampel

1. Sampel Unit : Kepala Keluarga (KK)

2. Jumlah sampel : 40 KK

3. Metode pengambilan sampel: Multistage Cluster Random Sampling.

Kecamatan Kelura Dusun RW RT KK


hanha
naaha
Keterangan: n

Pengambilan sampel dalam survei ini dilakukan dengan metode multi-stage

cluster random sampling (pengambilan sampel acak bertingkat) dengan alur

sebagai berikut:

a. Survei ditetapkan akan dilaksanakan di Kecamatan Mantrijeron.

b. Tahap I: dari beberapa Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Mantrijeron,

secara random (acak) diambil 1 Kelurahan. Kelurahan yang terpilih adalah

Kelurahan Gedongkiwo.

5
c. Tahap II: dari beberapa dusun (cluster) yang terdapat di Kelurahan

Gedongkiwo, secara random diambil 1 dusun. Dusun yang terpilih adalah

Dusun Suryowijayan.

d. Tahap III: Dusun Suryowijayan terdiri dari 3 RT. Setiap mahasiswa

memilih keluarga secara acak sehingga terpilih 40 KK sebagai sampel

survei PHBS dan survei kesehatan gigi dan mulut.

C. Alat Ukur

Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menggunakan alat ukur

berupa kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga.

Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk survei Kesehatan Gigi dan Mulut

adalah kuesioner Persepsi tentang Kesehatan Gigi dan Mulut, Pengetahuan

Kesehatan Gigi dan Mulut, Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut, dan Sikap

terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut, serta WHO Oral Health Assessment Form

1986 (yang dimodifikasi).

Data yang dikumpulkan pada survei PHBS tatanan rumah tangga dan

survei Kesehatan Gigi dan Mulut, sebagai berikut :

1. Data keluarga, meliputi:

a. Nama semua anggota keluarga.

b. Umur.

c. Agama.

d. Status.

e. Pendidikan.

6
f. Pekerjaan.

g. Jenis kelamin.

h. Alamat.

2. Data epidemiologi

a. kasus kesakitan (morbiditas) dalam 1 tahun terakhir.

b. kasus kematian (mortalitas) dalam 1 tahun terakhir.

3. Data PHBS

a. Data Perilaku sehat keluarga

1) semua anggota keluarga tidak merokok di dalam rumah

2) mengkonsumsi garam beryodium

3) semua anggota mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari

4) semua anggota keluarga mempunyai asuransi kesehatan

5) semua anggota keluarga mempunyai kebiasaan mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar

6) semua anggota keluarga mempunyai kebiasaan menggosok gigi

sebelum tidur malam

7) semua anggota keluarga usia ≥5 tahun mempunyai kebiasaan

melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit per hari

8) semua anggota keluarga memeriksakan kesehatan di sarana

pelayanan kesehatan

b. Data KIA

1) Persalinan ditolong tenaga kesehatan

2) Memeriksakan kehamilan kepada tenaga kesehatan

7
3) Menggunakan alat kontrasepsi

4) Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan

5) Imunisasi bayi atau balita

6) Penimbangan balita dalam waktu 6 bulan terakhir

c. Data kesehatan lingkungan

1) keluarga buang air besar di jamban yang memenuhi syarat, yaitu

tertutup, tidak berbau, lantai kuat, terdapat lubang kloset, dan

tersedia air bersih

2) keluarga memiliki dan menggunakan sarana air bersih

3) keluarga memiliki dan menggunakan tempat pembuangan sampah

yang tertutup

4) keluarga menanam TOGA dan mengetahui manfaatnya

5) keluarga melakukan pemberantasan sarang nyamuk

6) keluarga memiliki lantai rumah yang bukan dari tanah.

4. Data kesehatan gigi dan mulut

a. Data status kesehatan gigi dan mulut yang berpedoman pada WHO

Oral Health Assessment Form 1986 (yang dimodifikasi), meliputi :

1) Keadaan maloklusi

2) Fluorosis

3) Status kebersihan mulut

4) Status gigi dan perawatan yang diperlukan

5) Status kesehatan periodontal

6) Pemakaian gigi tiruan dan kebutuhan akan gigi tiruan

8
7) Kebutuhan akan perawatan darurat

8) Keadaan lainnya.

b. Data hasil pengisian kuesioner

1) pengetahuan memelihara kesehatan gigi dan mulut

2) persepsi kesehatan gigi dan mulut

3) perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut

4) sikap mengenai kesehatan gigi dan mulut

D. Jadwal Survei

Kegiatan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Kesehatan Gigi dan

Mulut meliputi tahap pembekalan dan pelaksanaan. Rincian kegiatan survei

adalah sebagai berikut:

1. Selasa, 29 Maret 2016

Pembekalan mengenai teori survei oleh drg. Bambang Priyono,S.U.

2. Jumat, 1 April 2016

Pengarahan mengenai PHBS beserta kuesionernya oleh drg. Bambang

Priyono,S.U.

3. Kamis, 7 April 2016

Penjelasan mengenai proposal survei PHBS dan Kesehatan Gigi dan

Mulut serta cara pengisian formulir kuesioner PHBS dan kuesioner

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut oleh drg. Bambang Priyono,S.U.

4. Jum’at, 8 April 2016

Pengarahan tentang cara pengisian formulir WHO Oral Assessments untuk

9
pemeriksaan gigi dan mulut oleh drg. Rosa Amalia, M. Kes.

5. Senin - Kamis, 18-21 April 2016

Pelaksanaan survei dilakukan oleh 4 mahasiswa kepaniteraan angkatan 79,

dimana setiap mahasiswa melakukan survei pada 10 KK yang dipilih

secara acak. Pengumpulan data PHBS dan kesehatan gigi dan mulut di

Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron,

Kota Yogyakarta, Daerah IstimewaYogyakarta.

E. Kalibrasi

Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International

Metrology (VIM), kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk

hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem

pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang

sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.

Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran

konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara

membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar

nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan

bahan-bahan acuan tersertifikasi.

Tujuan kalibrasi adalah:

1. Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat

dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar

10
primer nasional dan/ internasional), melalui rangkaian perbandingan yang

tak terputus.

2. Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional

penunjukan suatu instrument ukur.

3. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun

Internasional.

Kalibrasi perlu dilakukan karena tenaga pelaksana survei PHBS serta

survei kesehatan gigi dan mulut tidak hanya satu orang, oleh karena itu diperlukan

penyesuaian (kalibrasi) terhadap sarana yang akan disurvei. Kalibrasi yang

dilakukan meliputi:

1. Data umum responden

a. Jumlah anggota keluarga

b. Pendidikan, dibagi menjadi beberapa jenjang pendidikan yaitu

tidak/belum sekolah, SD, SMP, SMA, Diploma, dan Sarjana.

c. Pekerjaan, dibagi menjadi beberapa mata pencaharian yaitu tidak/belum

bekerja, pelajar SD/SMP/SMA, wiraswasta, karyawan swasta, PNS.

2. Data epidemiologi

Jawaban YA apabila:

a. Terdapat kasus kesakitan (morbiditas) dalam 1 tahun terakhir.

b. Terdapat kasus kematian (mortalitas) dalam 1 tahun terakhir.

3. Data PHBS

Jawaban YA apabila:

11
a. Data kesehatan perorangan

1. Semua anggota keluarga termasuk kepala keluarga tidak merokok di

dalam rumah.

2. Mengkonsumsi garam beryodium dan makanan beraneka ragam.

3. Semua anggota keluarga kecuali bayi, mengkonsumsi sayur dan buah

setiap hari.

4. Minimal salah satu anggota keluarga mempunyai asuransi kesehatan

seperti BPJS, Askes, Jamkesda, Jamkesmas atau asuransi kesehatan

lainnya.

5. Semua anggota keluarga (usia ≥ 5 tahun) telah membiasakan mencuci

tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar.

6. Semua anggota keluarga (usia ≥ 5 tahun) membiasakan menyikat gigi

sebelum tidur malam.

7. Semua anggota keluarga (usia ≥ 10 tahun) terbiasa melakukan

aktivitas fisik berupa pergerakan tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga (pembakaran kalori), seperti: berjalan,

mencangkul, mengayuh sepeda, dan lain-lain sekurang-kurangnya 30

menit per hari.

8. Semua anggota keluarga memeriksakan penyakit yang diderita di

sarana pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, seperti

puskesmas, rumah sakit, dokter praktek, atau bidan praktek swasta.

b. Data KIA

12
1. Persalinan ibu terakhir ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan,

atau perawat).

2. Ibu hamil memeriksakan kehamilan kepada tenaga kesehatan

(dokter, bidan, atau perawat).

3. PUS (Pasangan usia subur) menggunakan salah satu alat kontrasepsi

(kondom, pil, IUD, suntik, implant/susuk, MOW, MOP), atau bukan

PUS, PUS belum/ingin anak.

4. Bayi umur 0-6 bulan hanya mendapatkan ASI eksklusif.

5. Imunisasi bayi lengkap sesuai program.

6. Penimbangan bayi/balita dalam 6 bulan terakhir teratur.

c. Data kesehatan lingkungan

1. Keluarga buang air besar di jamban sehat (milik sendiri, milik

tetangga, milik umum/MCK) atau di sungai, kolam, model cemplung.

2. Keluarga memiliki dan menggunakan sarana air bersih, dapat berupa

PDAM, sendang, sumur pompa tangan, atau mata air yang terlindung.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) berjarak minimal 10 meter.

3. Keluarga memiliki dan menggunakan tempat pembuangan sampah

yang memenuhi syarat kesehatan yaitu berupa

keranjang/tong/bak/lubang yang kedap air, tertutup sehingga tidak bisa

dimasuki tikus, lalat, dan lain-lain.

4. Keluarga menanam atau memiliki tanaman obat keluarga dan tahu

manfaatnya.

13
5. Keluarga telah melakukan pemberantasan saran nyamuk sehingga

tidak ada jentik nyamuk baik di dalam maupun di sekitar lingkungan

rumah.

6. Keluarga memiliki lantai rumah bukan dari tanah, lantai dapat terbuat

dari keramik, semen, kayu, ubin atau sejenis yang kedap air.

Data PHBS Tatanan Rumah Tangga yang diperoleh kemudian

diklasifikasikan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Sehat I, jika jumlah jawaban YA 1 – 2 (peta PHBS warna merah)

b. Sehat II, jika jumlah jawaban YA 3 – 9 (peta PHBS warna kuning)

c. Sehat III, jika jumlah jawaban YA 10 – 16 (peta PHBS warna hijau)

d. Sehat IV, jika jumlah jawaban YA 17 – 20 (peta PHBS warna biru)

4. Data kesehatan gigi dan mulut

a. Data status kesehatan gigi dan mulut berpedoman pada WHO Oral

Health Assessment Form 1986 (yang dimodifikasi)

1) Maloklusi

Derajat maloklusi dibagi menjadi 3 yaitu:

a. 0 : Normal, Kelas I Angle, tidak ada kelainan

b. 1 : Kelas I Angle, terdapat 1 atau lebih gigi rotasi, crowding atau

spacing ringan

c. 2 : Kelas II atau III Angle, crowding atau spacing sedang sampai

berat (> 4 mm).

14
2) Fluorosis

Derajat fluorosis dibagi menjadi 6, yaitu:

a. 0: Normal

b. 1: Meragukan, terdapat sedikit bercak-bercak putih

c. 2:Sangat ringan, terdapat area opak kecil berwarna putih pada

<25% permukaan labial gigi

d. 3: Ringan, terdapat opasitas putih pada < 50% permukaan labial

gigi

e. 4:Sedang, terdapat keausan pada permukaan gigi dan stain

kecoklatanpada gigi

f. 5: Berat, permukaan email mencekung (pitted) dan terdapat stain

kecoklatan, gigi tampak mengalami korosi

3) Status gigi dan perawatan yang diperlukan

Tabel I. Kode Pengisian Status Kesehatan Gigi dan Mulut


Form WHO 1986 (yang dimodifikasi)
Status
Keterangan
Gigi Permanen Gigi Susu
0 A Gigi sehat
1 B Gigi karies
2 C Ditambal dan terdapat karies
3 D Ditambal, tidak terdapat karies
4 E Gigi hilang karena karies
5 - Gigi hilang bukan karena karies
6 F Fissure sealant
7 G Gigi abutment
8 - Gigi tidak erupsi
9 - Gigi tidak dapat diklasifikasikan

15
Tabel II. Kode Pengisian Jenis Perawatan
Form WHO 1986 (yang dimodifikasi)
Kode Jenis perawatan
0 Tidak memerlukan perawatan
1 Fissure sealant
2 Tambalan 1 permukaan
3 Tambalan > 1 permukaan
4 Gigi abutment untuk GTC
5 Elemen gigi tiruan
Kode Jenis Perawatan
6 Perawatan pulpa
7 Pencabutan
8 Memerlukan perawatan lain (GTS)
9 Perawatan selain diatas

4) Status kebersihan mulut

Pengukuran status kebersihan mulut dengan indeks OHI-S menjadi 3

kriteria, yaitu:

a. 0 – 1,2 = baik

b. 1,3 – 3,0 = sedang

c. 3,1 – 6,0 = buruk.

5) Status kesehatan periodontal

Pengukuran status kesehatan periodontal terdiri dari status kesehatan

gusi dan status kesehatan jaringan periodontal, yang masing-masing

dibagi menjadi 3 kriteria yaitu:

a. Sehat (tidak ada gingivitis atau penyakit periodontal)

b. Gingivitis atau periodontitis yang melibatkan 1 – 3 segmen

c. Gingivitis atau periodontitis yang melibatkan 4 – 6 segmen.

6) Pemakaian gigi tiruan

Status pemakaian gigi tiruan dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu: tidak

16
memakai gigi tiruan, memakai gigi tiruan sebagian (GTS), dan

memakai gigi tiruan lengkap (GTL).

7) Kebutuhan gigi tiruan

Kebutuhan gigi tiruan dibagi menjadi 4 kriteria, yaitu: tidak

membutuhkan gigi tiruan, membutuhkan perbaikan gigi tiruan,

membutuhkan GTS, dan membutuhkan GTL.

8) Kebutuhan perawatan segera

9) Keadaan atau kondisi lain

b. Data hasil pengisian kuesioner

1) Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut

2) Persepsi mengenai kesehatan gigi dan mulut

3) Perilaku mengenai kesehatan gigi dan mulut

4) Sikap mengenai kesehatan gigi dan mulut

F. Sarana dan Prasarana

1. Bahan :

a. Kuesioner PHBS tatanan rumah tangga.

b. Kuesioner persepsi tentang kesehatan gigi dan mulut.

c. Kuesioner pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.

d. Kuesioner perilaku kesehatan gigi dan mulut.

e. Kuesioner sikap terhadap kesehatan gigi dan mulut.

f. Form pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut (WHO Oral Assessment

Form 1986 yang dimodifikasi).

17
2. Alat :

a. Alat diagnostik.

b. Bengkok.

c. Kaca mulut.

d. Ekskavator.

e. Pinset.

f. Probe periodontal.

g. Kapas.

h. Larutan Dettol.

i. Alkohol 70%.

j. Senter.

k. Alat tulis.

G. Pelaksanaan Survei

1. Penentuan Lokasi

Lokasi survei adalah Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,

Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Permohonan izin

Permohonan izin pelaksanaan survei ditujukan kepada Kepala Dusun

Suryowijayan dan Kepala Kelurahan Gedongkiwo.

3. Pelaksanaan Survei.

Pelaksanaan survei dilakukan pada tanggal 18-21 April 2016 yakni

dari hari Senin-Kamis. Kegiatan dilakukan dengan mengunjungi rumah-

18
rumah warga sebanyak 40 KK di Dusun Suryowijayan yang dipilih secara

acak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Wawancara terstruktur dengan panduan kuesioner pada semua anggota

keluarga.

b. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada semua anggota keluarga.

c. Pengisian kuesioner PHBS dan kuesioner mengenai kesehatan gigi dan

mulut.

19
BAB III

HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN

Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Survei Kesehatan

Gigi dan Mulut telah dilaksanakan pada 40 KK di Dusun Suryowijayan,

Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah

Istimewa Yogyakarta pada tanggal 18 hingga 21 April 2016. Berdasarkan survei

tersebut diperoleh data sebagai berikut:

A. Data Umum Wilayah Kecamatan Mantrijeron

1. Data Geografis

a. Gambaran Umum

Kecamatan Mantrijeron terletak di Kota Yogyakarta bagian selatan,

berbatasan dengan Kabupaten Bantul dengan luas 2,61 km2 dan masih

memiliki tanah sawah seluas 1,00 ha. Penduduk Kecamatan Mantrijeron

berdasarkan registrasi penduduk tahun 2015 sejumlah 34.940 jiwa dengan

sex ratio 95,23.

b. Letak

Kecamatan Mantrijeron terletak sekitar 7.49˚14,85” Lintang Selatan dan

110.21˚40,95” Bujur Timur, dengan ketinggian 113 meter di atas permukaan

laut.

c. Iklim

Sebagaimana daerah di Indonesia Kecamatan Mantrijeron juga beriklim

20
tropis dengan memperoleh pengaruh angin muson yang berganti arah setiap

setengah tahun sekali. Pengaruh angin muson ini akan menyebabkan

timbulnya musim hujan dan musim kemarau.

d. Batas-batas Wilayah Administrasi

Batas wilayah Kecamatan Mantrijeron:

Utara : Kecamatan Kraton dan Kecamatan Ngampilan.

Timur : Kecamatan Mergangsan dan Kecamatan Kraton.

Selatan : Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.

Barat : Kecamatan Wirobrajan dan Kecamatan Kasihan, Bantul.

Kecamatan Mantrijeron dengan 55 RW dan 231 RT terbagi dalam 3 (tiga)

kelurahan, yaitu:

a. Kelurahan Gedongkiwo dengan luas 0,9064 km2, terdiri atas 18 RW,

86 RT

b. Kelurahan Suryodiningratan dengan luas 0,8509 km2, terdiri atas 17

RW, 70 RT

c. Kelurahan Mantrijeron dengan luas 0,8584 km2, terdiri atas 20 RW, 75

RT.

2. Data Demografis

a. Penduduk menurut wilayah kelurahan

Menurut Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta (2016), dengan

sumber data dari Kelurahan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(Disdukcapil) Kota Yogyakarta, jumlah penduduk di wilayah kecamatan

Mantrijeron pada tahun 2015 sebanyak 34.940 jiwa, dengan kepadatan

21
penduduk sebesar 13.386 jiwa/km2. Kelurahan yang memiliki wilayah

paling kecil dan memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah

kelurahan Mantrijeron yaitu 10.205 jiwa dengan kepadatan penduduk

11.866 jiwa/km2.

Data jumlah dan kepadatan penduduk menurut wilayah kelurahan

di Kecamatan Mantrijeron pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel III

berikut ini.

Tabel III. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut


Kelurahan di Kecamatan Mantrijeron tahun 2015
No. Kelurahan Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk

(km2) (jiwa) (jiwa/km2)

1. Gedongkiwo 0,90 13838 15375

2. Suryodiningratan 0,85 10897 12820

3. Mantrijeron 0,86 10205 11866

Kecamatan Mantrijeron 26,1 34940 13386

Sumber: Kelurahan dan Dinducapil Kota

22
b. Penduduk berdasarkan jenis kelamin

Tabel IV. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Setiap Kelurahan di


Kecamatan Mantrijeron tahun 2015
No. Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Gedongkiwo 6757 7081 13838

2. Suryodiningratan 5348 5549 10897

3. Mantrijeron 4939 5266 10205

Kecamatan Mantrijeron 17044 17896 34940

Sumber: Dinducapil Kota

Berdasarkan tabel IV diketahui jumlah penduduk di kecamatan

Mantrijeron berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada kelompok perempuan

dengan jumlah 17.896 jiwa.

3. Kondisi Sosial Ekonomi.

a. Sarana Pendidikan

Tabel V. Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Mantrijeron Tahun 2015


No. Sarana Pendidikan Jumlah
1. TK 18
2. SD 11
3. SMP 5
4. SMU 2
5. AK/PT 4
Jumlah 40
Sumber: Kecamatan

Kecamatan Mantrijeron terdapat beberapa sekolah dari tingkat Taman

Kanak-kanak (TK) hingga Akademik/ Perguruan Tinggi (AK/PT) untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Tabel V menunjukkan bahwa

jumlah sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Kecamatan Mantrijeron

23
adalah 40 buah.

b. Sarana Peribadatan

Tabel VI. Jumlah Sarana Keagamaan di Kecamatan Mantrijeron


Tahun 2015
No. Sarana Keagamaan Jumlah
1. Masjid 38
2. Mushala 36
3. Gereja 4
4. Pura 0
5. Vihara 0
Jumlah 78
Sumber: Kecamatan

Tabel VI menunjukkan jumlah sarana peribadatan di wilayah Kecamatan

Mantrijeron. Kecamatan Mantrijeron memiliki beberapa sarana peribadatan untuk

berbagai agama untuk mendukung aktivitas keagamaan dari masyarakat.

c. Sarana Perekonomian

Pariwisata bagi Kecamatan Mantrijeron sebagai salah satu Kecamatan di

Kota Yogyakarta sudah merupakan sebuah industri. Sebagai sebuah industri,

sektor ini banyak melibatkan sektor ekonomi lainnya, seperti sektor perdagangan,

hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan

jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa.

24
B.Data Epidemiologi

Tabel VII. Data Epidemiologi Keluarga Sampel Dusun Suryowijayan,


Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
dalam Satu Tahun Terakhir

No. Kasus Frekuensi Prosentase


1 Kesakitan 6 15
2 Kematian 1 2,5
3 Tidak ada kasus 33 82,5
Jumlah 40 100

Tabel VII menunjukkan bahwa terdapat 6 kasus kesakitan (morbiditas)

dan 1 kasus kematian dalam satu tahun terakhir pada penduduk Dusun

Suryowijayan yang disurvei.

C. Data Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Data survei PHBS tatanan rumah tangga yang telah dilakukan di Dusun

Suryowijayan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel VIII. Distribusi Kepala Keluarga Sampel Menurut Umur dan Jenis
Kelamin Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Umur Jenis Kelamin
(Tahun) Laki-Laki Perempuan Total
No. Σ % Σ % Σ %
1. < 20 0 0 0 0 0 0
2. 20 - < 45 7 17,5 0 0 7 17,5
3. 45 – 60 14 35 4 10 18 45
4. > 60 7 17,5 8 20 15 37,5
Jumlah 28 70 12 30 40 100

Berdasarkan tabel VIII dapat diketahui bahwa dari 40 sampel KK di

25
Dusun Suryowijayan tidak terdapat KK yang berusia kurang dari 20 tahun.

Jumlah kepala keluarga berjenis kelamin laki-laki (70 %) lebih banyak

dibandingkan kepala keluarga berjenis kelamin perempuan (30 %). Berdasarkan

umur, jumlah kepala keluarga terbanyak terdapat pada kelompok usia 45-60

tahun, yaitu sebanyak 45%.

Tabel IX. Distribusi Kepala Keluarga Sampel Menurut Tingkat Pendidikan


Penduduk Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
No Pendidikan KK Frekuensi Prosentase
1 Tidak Sekolah (TS) 2 5
2 Tidak Tamat SD (TSD) 3 7,5
3 Tamat SD (SD) 5 12,5
4 Tamat SMP 9 22,5
5 Tamat SMA 17 42,5
6 Tamat D1-D3 2 5
7 Tamat S1 – S2 2 5
Jumlah 40 100

Tabel IX menunjukkan bahwa prosentase tingkat pendidikan akhir Kepala

Keluarga Dusun Suryowijayan yang terbanyak adalah SMA (42,5%), yaitu

sebanyak 17 kepala keluarga. Terdapat kepala keluarga yang tamat sekolah, tamat

D1-D3 serta tamat S1-S2, masing-masing sebanyak 2 kepala keluarga.

26
Tabel X. Distribusi Kepala Keluarga Sampel Menurut Jenis Pekerjaan
Penduduk Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
No Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase
1 TNI/POLRI 0 0
2 PNS 1 2,5
3 Pegawai Swasta 9 22,5
4 Pensiunan 5 12,5
5 Wiraswasta 8 20
6 Petani 0 0
7 Pedagang 0 0
8 Pengrajin 0 0
9 Buruh 7 17,5
10 Lain-lain 10 25
Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel X diketahui bahwa sebagian besar KK di Dusun

Suryowijayan memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 9 KK

(22,5%). Selain itu sampel KK di Dusun Suryowijayan memiliki pekerjaan

sebagai PNS, pensiunan, wiraswasta, buruh dan lain-lain. Akan tetapi, tidak

terdapat sampel KK yang bekerjanya sebagai TNI/POLRI, petani, pedagang dan

pengrajin.

Tabel XI. Distribusi Kepala Keluarga Sampel Menurut Jumlah Anggota


Keluarga Penduduk Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi Prosentase
≤ 4 Jiwa 38 95
> 4 Jiwa 2 5
Jumlah 40 100

27
Tabel XI menunjukkan bahwa sebagian besar (95%) sampel KK di

Dusun Suryowijayan mempunyai anggota keluarga kurang dari atau sama dengan

4 jiwa.

Tabel XII. Komposisi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Dusun
Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Umur Jenis Kelamin
Total
No. (Tahun) Laki-Laki Perempuan
Σ % Σ % Σ %
1. 0–5 1 0,9 1 0,9 2 1,9
2. 6 – 15 7 6,5 8 7,4 15 13,9
3. 16 – 45 24 22,2 24 22,2 48 44,4
4. 46 – 60 12 11,1 15 13,9 27 25
5. > 60 7 6,5 9 8,3 16 14,8
Jumlah 51 47,2 57 52,8 108 100

Berdasarkan tabel XII diketahui bahwa sebagian besar (57%) penduduk

Dusun Suryowijayan adalah perempuan. Mayoritas kelompok umur penduduk

Dusun Suryowijayan adalah kelompok umur produktif, yaitu 16-45 tahun

sebanyak 48%.

28
Tabel XIII. Rekapitulasi Indikator PHBS Perilaku Sehat Keluarga Tatanan
Rumah Tangga 40 Keluarga di Dusun Suryowijayan, Kelurahan
Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Ya Tidak Jumlah
No Indikator PHBS
F % F % F %
1 Tidak merokok di dalam rumah 32 80 8 20 40 100
Konsumsi garam beryodium dan makan
2 39 97,5 1 2,5 40 100
makanan beragam
3 Makan buah dan sayur setiap hari 37 92,5 3 7,5 40 100
4 Memiliki Jaminan Kesehatan 35 87,5 5 12,5 40 100
Mencuci tangan dengan air bersih dan
5 39 97,5 1 2,5 40 100
sabun
6 Kebiasaan gosok gigi 32 80 8 20 40 100
7 Melakukan aktivitas fisik setiap hari 37 92,5 3 7,5 40 100
Pemanfaatan Sarana Pelayanan
8 39 97,5 1 2,5 40 100
Kesehatan

Berdasarkan Tabel XIII dengan menggunakan indikator PHBS perilaku

sehat keluarga tatanan rumah tangga, hasil survei PHBS dari 40 KK di Dusun

Suryowijayan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tidak merokok (80%)

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Dusun Suryowijayan

didapatkan hamper sebagian besar keluarga sudah tidak merokok di dalam

rumah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga sudah

memiliki kesadaran akan hidup sehat bebas asap rokok, tetapi masih perlu

ditingkatkan karena masih terdapat beberapa keluarga yang memiliki

kebiasaan merokok di dalam rumah (20%). Sosialisasi perlu dilakukan

untuk memberikam informasi tentang bahaya merokok sehingga

masyarakat memiliki kesadaran akan hidup sehat dengan tidak merokok

terutama di dalam rumah yang berdampak negatif bagi diri sendiri dan

orang lain.

29
Asap rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya untuk

kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar

yang bersifat karsinogenik. Beberapa penyakit yang timbul akibat

merokok antara lain penyakit paru,jantung koroner, kanker darah

(leukimia), impotensi, kanker pada mulut, laring, dan esofagus, resiko

melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, bayi lahir prematur, dan

keguguran bagi wanita hamil yang merokok (Yumaria, 2002).

Dampak menghisap asap rokok orang lain (perokok pasif) adalah

memperburuk kondisi pengidap penyakit angina (nyeri dada akibat

penyempitan pembuluh darah), asma (kesulitan bernafas), dan alergi

(mengalami iritasi akibat asap rokok); gejala akibat gangguan kesehatan

berupa iritasi mata, sakit kepala, pusing, sakit tenggorokan, batuk, dan

sesak nafas (Dinkes Kabupaten Pamekasan, 2013).

2. Konsumsi garam yodium (97,5%)

Hasil survei menunjukkan bahwa hamper seluruh keluarga di

Dusun Suryowijayan telah menggunakan garam beryodium dalam

makanan yang dikonsumsi dan membiasakan konsumsi makanan

beranekaragam setiap hari. Garam beryodium dapat mencegah Gangguan

Akibat Kurang Yodium (GAKY) yang ditunjukkan dengan tanda-tanda

adanya pembesaran kelenjar gondok, terhambatnya pertumbuhan (pendek

atau cebol) gangguan perkembangan mental, gangguan fungsi syaraf otak

(gangguan kecerdasan,bisu, tuli dan juling) (Depkes RI, 2008).

Keragaman jenis pangan yang dikonsumsi mempengaruhi kualitas

30
atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi. Semakin beragam jenis pangan

yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Bahkan semakin beragam pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh

memperoleh berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh

karena itu konsumsi anekaragam pangan merupakan salah satu anjuran

penting dalam mewujudkan gizi seimbang (Kementrian Kesehatan RI,

2014).

3. Konsumsi buah dan sayur (92,5%)

Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 92,5% keluarga yang

disurvei memiliki kebiasaan konsumsi buah dan sayur, dan hanya 7,5%

keluarga belum mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Dusun

Suryowijayan sudah mengerti mengenai pentingnya asupan buah dan

sayur setiap hari.

Secara umum sayuran dan buah-buahan merupakan sumber

berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin, mineral

yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan sebagai

antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh. Buah-buahan

menyediakan karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa. Sayur

tertentu juga menyediakan karbohidrat, seperti wortel dan kentang sayur.

Sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh seperti buah

alpokat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi sayuran dan buah-

buahan merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi

31
seimbang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Menurut Dewi (2013), kekurangan konsumsi buah dan sayur dalam

jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti

hipertensi, kanker, jantung koroner, dan diabetes.

4. Mengikuti asuransi kesehatan (87,5%)

Hasil survei menunjukkan bahwa 87,5% penduduk Dusun

Suryowijayan sudah mengikuti asuransi kesehatan. Hal ini menunjukan

bahwa penduduk Dusun Suryowijayan sudah memahami upaya untuk

mencapai pelayanan kesehatan dan cara penanggulangan penyakit.

Asuransi Kesehatan atau yang saati ini lebih dikenal dengan istilah

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari sistem jaminan

sosial nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme

asuransi kesehatan nasional yang bersifat wajib berdasarkan undang-

undang No. 40 tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

5. Mencuci tangan dengan sabun (97,5%)

Berdasarkan hasil survei PHBS menunjukan pola kebiasaan cuci

tangan penduduk Dusun Suryowijayan sudah cukup baik. Jumlah

penduduk Dusun Suryowijayan yang memiliki kebiasaan cuci tangan

menggunakan sabun sebelum makan mencapai angka 97,5% yaitu

sebanyak 39 keluarga, sedangkan 1 keluarga mengaku belum menerapkan

kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun sebelum makan. Hasil tersebut

menggambarkan bahwa sebagian besarpenduduk Dusun Suryowijayan

32
sudah mengerti pentingnya kebersihan untuk mencapai pola hidup yang

sehat, namun hanya satu keluarga belum cukup mengerti bahwa cuci

tangan menggunakan sabun merupakan hal yang penting dalam menjaga

kesehatan tubuh.

Cuci tangan menggunakan sabun terbukti lebih efektif dalam

membunuh kuman-kuman berbahaya yang dapat menginfeksi tubuh

manusia karena sabun dan deterjen memiliki kemampuan untuk

menurunkan ketegangan permukaan sehingga efek pembersihan lebih

kuat. Kurangnya kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun

berhubungan dengan peningkatan angka beberapa penyakit, seperti diare

dan penyakit infeksi parasit (Umar, 2008).

6. Sikat gigi sebelum tidur (80%)

Menurut Budisuari (2010) menyikat gigi sebelum tidur malam

merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah terjadinya gigi

berlubang. Berdasarkan hasil survey diperoleh sebanyak80% penduduk

Dusun Suryowijayan sudah memiliki kebiasaan sikat gigi sebelum tidur

malam, sedangkan 20% penduduk tidak menyikat gigi sebelum tidur. Hal

ini menunjukkan kesadaran penduduk Dusun Suryowijayan untuk menjaga

kebersihan gigi dan mulut sudah cukup baik namun masih perlu dilakukan

pendekatan yang baik berupa penyuluhan agar penduduk mengetahui

pentingnya menyikat gigi sebelum tidur dan dapat menerapkan kebiasaan

tersebut sedini mungkin di keluarganya.

33
7. Melakukan aktivitas fisik (92,5%)

Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga (92,5%)

telah melakukan aktivitas fisik dan hanya 7,5% keluarga yang tidak

melakukan aktivitas fisik setiap harinya. Kebiasaan melakukan aktivitas

fisik merupakan hal yang sangat penting. Meningkatkan aktivitas fisik

dengan cara latihan fisik atau olahraga yang teratur dapat meningkatkan

derajat kesehatan. Tetapi masih banyak masyarakat belum paham bahwa

latihan fisik atau berolahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur akan

meningkatkan kebugaran jasmani yang penting untuk menjaga stamina

tubuh. Jadi tingkat kebugaran jasmani yang baik akan menurunkan angka

kesakitan.Terlebih lagi jika latihan fisik atau olahraga yang teratur juga

dimanfaatkan selama kehamilan dan masa nifas, persiapan fisik bagi calon

jemaah haji serta bagi usia lanjut sehingga hidup tetap aktif dan berkualitas

dengan kemandirian secara fisik dan sosial (Kementerian Kesehatan RI,

2011).

8. Berobat ke sarana pelayanan kesehatan (97,5%)

Hasil survei menunjukkan sebanyak 97,5% keluarga di Dusun

Suryowijayan telah berobat ke sarana pelayanan kesehatan dan 2,5%

keluarga belum berobat ke sarana pelayanan kesehatan saat sakit. Hal ini

membuktikan tingkat kesadaran penduduk untuk berobat ke sarana

pelayanan kesehatan baik milik pemerintah atau swasta (puskesmas,

rumah sakit, dokter praktek, klinik swasta) cukup tinggi.

34
Tabel XIV. Rekapitulasi Indikator PHBS Kesehatan Ibu dan Anak Tatanan
Rumah Tangga 40 Keluarga di Dusun Suryowijayan, Kelurahan
Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Ya Tidak Jumlah
No Indikator PHBS
F % F % F %
Persalinan ditolong oleh Tenaga
1 40 100 0 0 40 100
Kesehatan
2 Memeriksakan kehamilan di Nakes 40 100 0 0 40 100
3 PUS ikut KB 36 90 4 10 40 100
4 Bayi diberi ASI eksklusif 40 100 0 0 40 100
5 Bayi di imunisasi lengkap 40 100 0 0 40 100
6 Bayi/ Balita ditimbang BB 39 97,5 1 2,5 40 100

`Berdasarkan tabel XIV dengan menggunakan indikator PHBS KIA

tatanan rumah tangga, hasil survei PHBS dari 40 KK di Dusun Suryowijayan

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Persalinan oleh tenaga kesehatan (100%)

Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat seluruh ibu di Dusun

Suryowijayan telah melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan. Sebagian

besar merupakan keluarga yang memang tidak memiliki balita. Akan tetapi,

kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai bahaya persalinan tanpa

tenaga kesehatan tampaknya sudah baik.

Pemerintah RI sejak tahun 2000 mencanangkan strategi Making

Pregnancy Safer (MPS) dengan 3 pesan kunci dalam upaya percepatan

penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi)

terutama bayi baru lahir: 1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih, 2) setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pertolongan yang

adekuat, 3) setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap

35
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

pasca keguguran (Astuti dkk., 2011).

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter,dan tenaga para medis lainnya).

Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu

persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat

kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau

rumah sakit. Selain itu, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah

terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya (Depkes RI, 2009).

2. Memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan (100%)

Hasil survei menunjukkan bahwa 40 keluarga di Dusun Suryowijayan

(100%) yang disurvei tidak memiliki anggota keluarga yang sedang hamil.

Akan tetapi, kesadaran masyarakat sudah tinggi untuk pergi ke tenaga

kesehatan saat ada anggota keluarga sedang hamil.

Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak

hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas

pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu,

pondok bersalin Kelurahan, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak

memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai

kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2008).

36
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan, yaitu:

satu kali trimester pertama, satu kali trimester kedua, dan dua kali trimester

ketiga (Saifudin, 2006).

3. Penggunaan alat kontrasepsi (90%)

Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar (90%) keluarga telah

menggunakan alat kontrasepsi baik dari keluarga pasangan usia subur, keluarga

bukan pasangan usia subur, maupun tidak ada keluarga pasangan usia subur

yang sedang hamil. Sebagian besar keluarga pasangan usia subur tersebut

menggunakan alat kontrasepsi berupa IUD, kondom, dan pil KB.

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa pembangunan

keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam

lingkungan yang sehat; dan Keluarga Berencana adalah upaya mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui

promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan

keluarga berkualitas. Pengaturan kehamilan dalam Program KB dilakukan

dengan menggunakan alat kontrasepsi. Menurut Kementerian Kesehatan R.I.

(2014), metode kontrasepsi perempuan yang digunakan jauh lebih besar

dibanding dengan metode kontrasepsi laki-laki. Berdasarkan Kemenkes dalam

Info Datin Situasi dan Analisis Keluarga Berencana tahun 2014, metode

perempuan sebesar 93,66%, sementara metode laki-laki hanya sebesar 6,34%.

Penggunaan alat kontrasepsi masih dominan dilakukan oleh perempuan.

37
4. ASI eksklusif (100%)

Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh keluarga di Dusun

Suryowijayan memberikan ASI eksklusif kepada anaknya walaupun saat ini

tidak ada yang memiliki bayi usia 0–6 bulan. Oleh karena itu, kesadaran dan

pengetahuan tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif sejak dini sudah

tergolong baik.

ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang

cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan

berkembang dengan baik. Air Susu Ibu pertama berupa cairan bening berwarna

kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat

kekebalan terhadap penyakit (Depkes RI, 2009).

Pengertian ASI Eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI

saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. Pemberian ASI

secara mutlak, penting dilakukan, mengingat manfaat yang akan diperoleh si

bayi. Hal ini untuk menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi secara

optimal. Karena di usia ini, bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna

untuk mencerna makanan atau minuman lain. Selain itu, ASI jauh lebih

sempurna dibandingkan susu formula mana pun (Depkes RI, 2009).

5. Imunisasi bayi lengkap (100%)

Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh keluarga di Dusun

Suryowijayan tidak memiliki bayi. Akan tetapi, ketika anak-anak mereka masih

bayi, semua sudah diimunisasi lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran

akan pentingnya imunisasi di Dusun Suryowijayan sudah baik.

38
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu

saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami

sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit

yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: TBC, Difteri,

Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang

paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai

penyakit berbahaya tersebut

Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat

Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin

yang disuntikkan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut. Sebagai

salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi

wajib mendapatkan imunisasi dasar Lengkap yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3

dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Dari

imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan

imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal ini sesuai komitmen Indonesia

pada global untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%

secara tinggi dan merata. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah

salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan

campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita

(Kementrian Kesehatan R.I., 2014).

6. Penimbangan balita rutin (97,5%)

Hasil survei menunjukkan sebagian besar (97,5%) keluarga di dusun

39
Suryowijayan yaitu sebanyak 39 KK sudah melakukan penimbangan balita

secara rutin. Akan tetapi, masih terdapat 1 keluarga dari 40 keluarga yang tidak

menimbangkan bayinya secara rutin. Hal ini dikarenakan oleh kesibukan

pekerjaan orang tua sehingga tidak dapat pergi ke Puskesmas atau Posyandu

untuk menimbangkan bayinya secara rutin.

Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau

pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap

bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di Posyandu. Manfaat penimbangan

balita secara rutin di Posyandu adalah untuk mengetahui apakah balita tumbuh

sehat, mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita, mengetahui

balita yang sakit (misalnya demam/ batuk/ pilek/ diare), berat badan dua bulan

berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis

Merah) dan dicurigai gizi buruk sehingga dapat segera dirujuk ke Puskesmas

(Depkes RI, 2009).

Tabel XV. Rekapitulasi Indikator PHBS Kesehatan Lingkungan Tatanan


Rumah Tangga 40 Keluarga di Dusun Suryowijayan, Kelurahan
Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Ya Tidak Jumlah
No Indikator PHBS
F % F % F %
1 Menggunakan jamban sehat 40 100 0 0 40 100
2 Menggunakan air bersih 39 97,5 1 2,5 40 100
3 Pengelolaan sampah 35 87,5 5 12,5 40 100
4 Memiliki TOGA 20 50 20 50 40 100
5 Memberantas jentik di rumah 39 97,5 1 2,5 40 100
6 Lantai rumah bukan dari tanah 39 97,5 1 2,5 40 100

Berdasarkan tabel XV dengan menggunakan indikator PHBS Kesehatan

Lingkungan Tatanan rumah tangga, hasil survei PHBS dari 40 KK di Dusun

40
Suryowijayan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jamban sehat (100%)

Berdasarkan hasil survei didapat data bahwa seluruh keluarga telah

memiliki jamban sehat milik sendiri (100%). Hal ini menunjukkan bahwa

kesadaran warga akan pentingnya jamban bagi kesehatan sudah tinggi.

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher

angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit

penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.Buang air besar (BAB)

sembarangan bukan lagi zamannya. Dampak BAB sembarangan sangat buruk

bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok, berbagai jenis penyakit ditularkan.

Sebagai gantinya, BAB harus pada tempatnya yakni di jamban. Hanya saja

harus diperhatikan pembangunan jamban tersebut agar tetap sehat dan tidak

menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.

Syarat sebuah jamban keluarga dikatagorikan jamban sehat, jika memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1. Tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang

penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur (SPT

SGL maupun jenis sumur lainnya). Perkecualian jarak ini menjadi lebih

jauh pada kondisi tanah liat atau berkapur yang terkait dengan porositas

tanah. Juga akan berbeda pada kondisi topografi yang menjadikan posisi

jamban diatas muka dan arah aliran air tanah.

41
2. Tidak berbau serta tidak memungkinkan serangga dapat masuk ke

penampungan tinja. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan menutup

lubang jamban atau dengan sistem leher angsa.

3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di

sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban

dengan luas minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup

kearah lubang jamban.

4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-

bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya

dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat;

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna

terang;

6. Cukup penerangan;

7. Lantai kedap air;

8. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;

9. Ventilasi cukup baik, dan

10.Tersedia air dan alat pembersih (Widhaswari, 2012).

2. Sarana air bersih (97,5%)

Dari hasil survei didapatkan data bahwa hampir semua keluarga sudah

menggunakan sarana air bersih (97,5%). Dari data yang didapat, sebagian besar

warga telah menggunakan PDAM.

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu

baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam

42
melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.

Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air

minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak

mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh

manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar

oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri

dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya,

terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini (Azizullah dkk., 2011).

Ketiadaan air bersih mengakibatkan:

1. Penyakit diare. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian kedua

terbesar bagi anak-anak dibawah umur lima tahun. Sebanyak 13 juta

anak-anak balita mengalami diare setiap tahun. Air yang terkontaminasi

dan pengetahuan yang kurang tentang budaya hidup bersih ditenggarai

menjadi akar permasalahan ini. Sementara itu 100 juta rakyat Indonesia

tidak memiliki akses air bersih.

2. Kecacingan.

3. Pemiskinan. Rumah tangga yang membeli air dari para penjaja

membayar dua kali hingga enam kali dari rata-rata yang dibayar bulanan

oleh mereka yang mempunyai sambungan saluran pribadi untuk volume

air yang hanya sepersepuluhnya (Bumolo, 2014)

3.Tempat sampah sehat (87,5%)

Sebagian besar keluarga yang disurvei sudah memiliki tempat sampah yang

sehat. Dari seluruh keluarga yang disurvei 87,5% sudah terbiasa membuang

43
sampah di tempat khusus dengan posisi tertutup, sedangkan sisanya belum. Hal

ini sudah cukup baik bagi kesehatan pribadi dan lingkungan.

Sampah jika tidak diurus dan dikelola dengan baik dapat menyebabkan

masalah lingkungan yang sangat merugikan. Sampah yang menumpuk dan

membusuk dapat menjadi sarang kuman dan binatang yang dapat mengganggu

kesehatan manusia baik badan maupun jiwa, serta mengganggu estetika

lingkungan karena terkontaminasi pemandangan tumpukan sampah dan bau busuk

yang menyengat hidung (Effendi dan Makhfudi, 2009).

4.Tanaman obat keluarga (TOGA) (50%)

Berdasarkan hasil survei didapat data bahwa setengah dari keluarga yang

disurvei belum memiliki tanaman obat keluarga (50%). Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar keluarga belum memiliki kesadaran untuk membuat

tanaman obat keluarga.

Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman hasil budidaya

rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Taman obat keluarga pada hakekatnya

adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang

digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam

rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau

bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Budidaya tanaman obat untuk keluarga

(TOGA) dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal

sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan

tanaman obat secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan terwujud

44
prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga (Tukiman, 2004).

5.Pemberantasan sarang nyamuk (97,5%)

Dari hasil survei didapatkan data bahwa hampir seluruh keluarga di dusun

Suryowijayan sudah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (97,5%). Dengan

demikian dapat diketahui bahwa kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit

akibat nyamuk sudah cukup tinggi.

Pusat promosi kesehatan Kemenkes RI (2013), menghimbau agar

pemberantasan jentik nyamuk dilakukan rutin satu kali seminggu. Program

pemberantasan dapat dilakukan dengan gerakan 3 M (menguras, mengubur, dan

menutup). Selain itu, masyarakat juga dihimbau agar melakukan pemeriksaan

secara rutin pada tempat-tempat yang berpotensi sebagai tempat

perkembangbiakan nyamuk, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas

dan talang air (Anonim, 2013).

6. Lantai rumah bukan dari tanah (97,5%)

Berdasarkan hasil survei didapat data bahwa hampir semua keluarga yang

disurvei sudah memiliki lantai rumah yang bukan dari tanah. Hal ini merupakan

salah satu ciri rumah yang sehat.

Lantai rumah dari semen atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang

dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau

dan tidak becek pada musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan

sarang penyakit (Effendi dan Makhfudi, 2009).

45
Tabel XVI. Klasifikasi PHBS pada Keluarga Sampel Dusun Suryowijayan,
Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
No. Nama KK Jawaban Ya Klasifikasi Peta PHBS
1 Johanes Handoko 17 IV Biru
2 Fx. Budi Santosa 17 IV Biru
3 Waginem 18 IV Biru
4 Eko Indaryono 17 IV Biru
5 Rusman 14 III Hijau
6 Sularso 18 IV Biru
7 Agung Istiadi 18 IV Biru
8 Anastasia Watiasih 15 III Hijau
9 Nasiyah 15 III Hijau
10 Mujinah 14 III Hijau
11 Suharto 19 IV Biru
12 Slamet Wintolo 20 IV Biru
13 Nuryanto 19 IV Biru
14 Edy Sukarwa 17 IV Biru
15 Ig. Suharsanto 20 IV Biru
16 Basuki 18 IV Biru
17 Saptari 18 IV Biru
18 Arwatini Sugiono 20 IV Biru
19 Juwandi 18 IV Biru
20 Rahmat Muntaha 17 IV Biru
21 Usnani Susilowati 18 IV Biru
22 C. Hadi Santosa 20 IV Biru
23 Amat Dasiran 19 IV Biru
24 Suradi 19 IV Biru
25 St Bambang Triambodo 20 IV Biru
26 Anwar 19 IV Biru
27 Titin Sukarni 19 IV Biru
28 Nurdiansyah 19 IV Biru
29 Ngatimun 18 IV Biru
30 Ny. Priyo Diharjo 20 IV Biru
31 Wahyudi 20 IV Biru
32 Aris Pranoto 20 IV Biru

46
No. Nama KK Jawaban Ya Klasifikasi Peta PHBS
33 Suparjo 19 IV Biru
34 Surono 20 IV Biru
35 Hasan 19 IV Biru
36 Yusiyem 19 IV Biru
37 Satinah 19 IV Biru
38 Sutinem 20 IV Biru
39 Saefi 20 IV Biru
40 Suyono 19 IV Biru

Keterangan klasifikasi keluarga:


Sehat I : Jumlah jawaban YA 1–2 Peta PHBS warna merah
Sehat II : Jumlah jawaban YA 3–9 Peta PHBS warna kuning
Sehat III : Jumlah jawaban YA 10 – 16 Peta PHBS warna hijau
Sehat IV : Jumlah jawaban YA 17 – 20 Peta PHBS warna biru

Tabel XVII. Rekapitulasi Hasil Klasifikasi PHBS Keluarga Sampel Dusun


Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
No Klasifikasi PHBS Jumlah Prosentase
1 Sehat I 0 0
2 Sehat II 0 0
3 Sehat III 4 10
4 Sehat IV 36 90
Keterangan strata PHBS tingkat dusun:
Dusun Sehat I : jika klasifikasi keluarga sehat IV<25%
Dusun Sehat II : jika klasifikasi keluarga sehat IV 25%-49%
Dusun Sehat III : jika klasifikasi keluarga sehat IV 50%-74%
Dusun Sehat IV : jika klasifikasi keluarga sehat IV ≥75%

Berdasarkan data PHBS pada tabel XVI dan tabel XVII diketahui bahwa

masyarakat sebanyak 36 KK (90%) di Dusun Suryowijayan termasuk dalam

golongan Dusun Sehat IV dan sisanya sebanyak 4 KK (10%) termasuk golongan

Dusun Sehat III, sehingga strata tingkat dusun adalah Dusun Sehat IV.

47
D. Data Survei Kesehatan Gigi dan Mulut

Survei kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di Dusun Suryowijayan,

Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta memiliki data

yang berisi pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut serta data pengisian

kuesioner tentang kesehatan gigi dan mulut. Pemeriksaan status kesehatan gigi

dan mulut dilakukan pada seluruh anggota dari 40 keluarga yang berusia 6 tahun

ke atas, dengan jumlah responden sebanyak 98 orang sedangkan kuesioner tentang

kesehatan gigi dan mulut hanya diisi oleh anggota keluarga yang berusia 15 tahun

ke atas, yakni berjumlah 84 orang.

Tabel XVIII. Status Maloklusi Gigi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur


Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Kelompok Umur (Tahun)
6 – 15 16 – 45 46 – 60 > 60 Total
No Maloklusi Σ % Σ % Σ % Σ % Σ %
1 0 (Normal) 7 7,2 6 6,1 8 8,2 6 6,1 27 27,6
2 1 (Ringan) 6 6,1 33 33,7 16 16,3 12 12,2 67 68,3
3 2 (Sedang-Parah) 1 1 2 2 0 0 0 0 3 3,1
4 Tidak dapat diukur 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
Jumlah 14 14,3 41 41,8 25 25,5 18 18,4 98 100

Tabel XVIII menunjukkan hasil pemeriksaan derajat maloklusi yang

dimiliki oleh penduduk Dusun Suryowijayan sebagian besar memiliki status

maloklusi ringan (68,3%), pada rentang kelompok umur 16-45 tahun. Terdapat 1

orang yang status maloklusi giginya tidak dapat diukur, yaitu pada rentang umur

46-60 tahun.

48
Tabel XIX. Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Fluorosis
Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Derajat Fluorosis Jumlah
Frekuensi Persentase (%)
0 Normal 98 100
1 Meragukan 0 0
2 Sangat Ringan 0 0
3 Ringan 0 0
4 Sedang 0 0
5 Parah 0 0
Jumlah 98 100

Tabel XIX menunjukkan bahwa semua kondisi gigi penduduk Dusun

Suryowijayan tidak mengalami fluorosis. Hal ini menunjukkan bahwa kadar

fluorida dalam air yang dikonsumsi penduduk dalam batas normal.

Tabel XX. Status Karies Gigi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur


Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Kelompok Umur ( Tahun )
No Status 6 – 15 16 – 45 46 – 60 > 60
Karies Jumlah
Gigi (n=14) (n=41) (n=25) (n=18)
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 d : decay 47 100 0 0 0 0 0 0 47 100
2 e:extraction 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 f : filling 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
∑ def –t 47 100 0 0 0 0 0 0 47 100
Rerata 3,4 0 0 0 3,4
1 D : Decay 34 4,4 247 32 108 14 112 14,5 501 64,9
2 M: Missing 0 0 30 3,9 110 14,3 119 15,4 259 33,6
3 F : Filling 0 0 11 1,4 0 0 0 0 11 1,4
∑ DMF-T 34 4,4 288 37,4 218 28,3 231 29,9 771 100
Rerata 2,4 7 8,7 12,8 7,9

49
Berdasarkan tabel XX diketahui bahwa nilai rerata karies gigi tetap

(DMF-T) sebesar 7,9 dan nilai rerata karies gigi sulung (def-t) sebesar 3,4.

Komponen D dan M menunjukkan nilai yang sangat tinggi dibandingkan

komponen F yang sangat rendah. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran

penduduk untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dimana kesehatan gigi dapat

mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kemungkinan ini dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan dan sosial ekonomi penduduk yang rendah, sehingga

penduduk Dusun Suryowijayan tidak memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan

dengan baik.

Tabel XXI. Status Kebersihan Mulut Sampel Berdasarkan Kelompok Umur


Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Kelompok Umur
6 - 15 16 – 45 46 – 60 > 60
No Kategori Jumlah
(n=14) (n=41) (n=25) (n=18)
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Baik 8 8,2 6 6,1 1 1 0 0 15 15,3
2 Sedang 5 5,1 23 23,5 15 15,3 13 13,3 56 57,1
3 Buruk 1 1 12 12,2 7 7,2 3 3,1 23 23,5
4 Tidak Bisa Diukur 0 0 0 0 2 2 2 2 4 4,1
Jumlah 14 14,3 41 41,8 25 25,5 18 18,4 98 100

Tabel XXI menunjukkan bahwa sebagian besar (56%) penduduk Dusun

Suryowijayan memiliki kondisi kebersihan mulut dalam kategori sedang dengan

prevalensi terbesar terdapat pada kelompok umur 16-45 tahun (23%). Terdapat

15,3% penduduk yang memiliki status kebersihan mulut yang baik dan 23,5%

penduduk yang memiliki status kebersihan mulut buruk.

50
Tabel XXII. Status Kesehatan Gusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Kelompok Umur
6 – 15 16 – 45 46 – 60 > 60
No Gingivitis Jumlah
(n=14) (n=41) (n=25) (n=18)
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Sehat 5 5,1 2 2 0 0 2 2 9 9,2
2 1-3 segmen 8 8,2 16 16,3 10 10,2 3 3,1 37 37,7
3 4-6 segmen 1 1 23 23,5 15 15,3 13 13,3 52 53,1
4 Tidak bisa diukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 14 14,3 41 41,8 25 25,5 18 18,4 98 100

Tabel XXII menunjukkan bahwa sebagian besar (53,1%) penduduk Dusun

Suryowijayan mengalami gingivitis sebanyak 4-6 segmen, dengan prevalensi

tertinggi pada kelompok umur 16–45 tahun (23%). Penduduk Dusun

Suryowijayan yang memiliki kondisi gusi sehat hanya 9,2% yaitu sekitar 9 orang.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan gusi penduduk Dusun

Suryowijayan masih harus ditingkatkan.

Tabel XXIII. Pemakaian Gigi Tiruan Sampel Berdasarkan Kelompok Umur


Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Kelompok Umur
6 – 15 16 – 45 46 - 60 > 60
No Jenis Jumlah
(n=14) (n=41) (n=25) (n=18)
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 0 (Tidak) 14 14,3 41 41,8 19 19,3 18 18,4 92 93,9
2 1 (GTS) 0 0 0 0 5 5,1 0 0 5 5,1
3 2 (GTL) 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
Jumlah 14 14,3 41 41,8 25 25,5 18 18,4 98 100

Berdasarkan tabel XXIII diketahui bahwa sebagian besar penduduk

51
(93,95%) tidak memakai gigi tiruan. Terdapat 5 orang penduduk telah memakai

gigi tiruan sebagian (5,1%) dan satu orang penduduk telah memakai gigi tiruan

lengkap (1%) yang berada pada kelompok umur 46 hingga 60 tahun.

Tabel XXIV. Kebutuhan Gigi Tiruan Sampel Berdasarkan Kelompok Umur


Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Kelompok Umur
6 – 15 16 – 45 46 – 60 > 60
No Jenis Jumlah
(n=14) (n=41) (n=25) (n=18)
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 0 (Tidak) 14 14,3 25 25,5 7 7,2 0 0 46 47
2 1 (Butuh perbaikan) 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
3 2 (GTS) 0 0 16 16,3 17 17,3 18 18,4 51 52
4 3 (GTL) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 14 14,3 41 41,8 25 25,5 18 18,4 98 100

Berdasarkan tabel XXIV diketahui bahwa sebagian besar (52%) penduduk

Dusun Suryowijayan membutuhkan perawatan gigi tiruan sebagian. Sebanyak 46

orang (47%) penduduk tidak membutuhkan perawatan gigi tiruan, dan 1 orang

(1%) penduduk membutuhkan perbaikan gigi tiruan. Tidak ditemukan adanya

penduduk yang membutuhkan perawatan gigi tiruan lengkap

52
Tabel XXV. Prioritas Kebutuhan Perawatan Gigi dan Mulut Sampel
Berdasarkan Kelompok Umur Dusun Suryowijayan,
Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Kelompok Umur ( Tahun )
Kebutuhan
6 – 15 16 – 45 46 -60 > 60
No Perawatan Gigi Jumlah
(n=14) (n=41) (n=25) (n=18)
dan Mulut (orang)
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Opdent 13 13,3 37 37,7 18 18,4 18 18,4 86 87,7
2 Eksodonsi 4 4,1 21 21,4 22 22,4 16 16,3 63 64,3
3 Endodontik 1 1 10 10,2 2 2 1 1 14 14,3
4 Prostodonsia 0 0 16 16,3 18 18,4 18 18,4 52 53,1
5 Scaling 10 10,2 29 29,6 20 20,4 9 9,2 68 69,4

Berdasarkan tabel XXV diketahui bahwa kebutuhan perawatan gigi dan

mulut yang tertinggi di Dusun Suryowijayan adalah operative dentistry (87,7%).

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk merawat gigi

yang berlubang masih rendah.

Tabel XXVI. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur dan


Kebutuhan Perawatan Segera Dusun Suryowijayan,
Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Kelompok Umur ( Tahun )
Kebutuhan 6 – 15 16 – 45 46 -60 > 60
No Jumlah
Perawatan Segera (n=14) (n=41) (n=25) (n=18)
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Tidak Perlu 14 14,3 41 41,8 25 25,5 18 18,4 98 100
2 Mengancam Jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Fraktur Rahang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Infeksi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Rujukan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel XXVI menunjukkan bahwa tidak terdapat penduduk Dusun

Suryowijayan yang memerlukan rujukan untuk perawatan segera.

53
Tabel XXVII. Status Kesehatan Jaringan Periodontal Sampel Berdasarkan
Kelompok Umur Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Status Kelompok Umur
Kesehatan 6 – 15 16 – 45 46 - 60 > 60
No Jumlah
Jaringan (n=14) (n=41) (n=25) (n=18)
Periodontal ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Sehat 0 0 12 12,2 2 2 1 1 15 15,3
2 1-3 segmen 1 1 26 26,5 17 17,3 13 13,3 57 58,2
3 4-6 segmen 0 0 3 3,1 6 6,1 4 4,1 13 13,3
4 Tidak bisa diukur 13 13,3 0 0 0 0 0 0 13 13,3
Jumlah 14 14,3 41 41,8 25 25,5 18 18.4 98 100

Tabel XXVII menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Dusun

Suryowijayan (58,2%) memiliki masalah kesehatan jaringan periodontal di 1-3

segmen dan sebanyak 13 orang (13,3%) penduduk memiliki masalah kesehatan

jaringan periodontal 4-6 segmen. Hanya 15 orang (15,3%) penduduk yang

memiliki jaringan periodontal yang sehat.

Tabel XXVIII. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang


Kesehatan Gigi dan Mulut dan Kelompok Umur Dusun Suryowijayan,
Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Kelompok Umur ( Tahun )
Kategori Tingkat
No 16 – 45 46 – 60 > 60 Jumlah
Pengetahuan
Σ % Σ % Σ % Σ %
Buruk
1 0 0 0 0 0 0 0 0
(Benar 0-3)
Sedang
2 13 15,5 17 20,2 11 13,1 41 48,8
(Benar 4-7)
Baik
3 30 35,7 13 15,5 0 0 43 51,2
(Benar 8-11)
Jumlah 43 51,2 30 35,7 11 13,1 84 100

Berdasarkan tabel XXVIII dari 84 responden yang disurvei, sebagian besar

responden yaitu 43 orang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut

54
kategori baik (51,2%) dan sisanya 41 responden memiliki pengetahuan dengan

kategori sedang (48,8%). Tidak ada responden yang memiliki pengetahuan

tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kategori buruk.

Tabel XXIX. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Persepsi Tentang


Kesehatan Gigi dan Mulut dan Kelompok Umur Dusun Suryowijayan,
Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Kelompok Umur ( Tahun )
No Kategori Persepsi 16 – 45 46 – 60 > 60 Jumlah
Σ % Σ % Σ % Σ %
Buruk
1 0 0 0 0 0 0 0 0
(Benar 15-29)
Sedang
2 23 27,4 18 21,4 8 9,5 49 58,3
(Benar 30-44)
Baik
3 20 23,8 12 14,3 3 3,6 35 41,7
(Benar 45-60)
Jumlah 43 51,2 30 35,7 11 13,1 84 100

Berdasarkan tabel XXIX dari 84 responden yang disurvei, sebagian besar

responden yaitu 49 orang memiliki persepsi tentang kesehatan gigi dan mulut

kategori sedang (58,3%) dan sisanya 35 responden memiliki persepsi kategori

baik (41,7%). Tidak ada responden yang memiliki persepsi tentang kesehatan gigi

dan mulut kategori buruk.

Tabel XXX. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Perilaku Tentang


Kesehatan Gigi dan Mulut dan Kelompok Umur Dusun Suryowijayan,
Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Kelompok Umur ( Tahun )
No Kategori Perilaku 16 – 45 46 – 60 > 60 Jumlah
Σ % Σ % Σ % Σ %
Buruk
1 0 0 0 0 0 0 0 0
(Benar 20-39)
Sedang
2 30 35,7 20 23,8 10 11,9 60 71,4
(Benar 40-59)
Baik
3 13 15,5 10 11,9 1 1,2 24 28,6
(Benar 60-80)
Jumlah 43 51,2 30 35,7 11 13,1 84 100

55
Berdasarkan tabel XXX dari 84 responden yang disurvei, diketahui bahwa

sebagian besar responden, yaitu 60 orang memiliki perilaku dengan kategori

sedang (71,4%) dan sisanya 24 responden memiliki perilaku dengan kategori baik

(28,6%). Tidak ada responden yang memiliki perilaku buruk. Maka, dapat

disimpulkan bahwa perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut masyarakat Dusun

Suryowijayan yang disurvei sudah baik, namun tetap perlu lebih diperhatikan, dan

perlu ditingkatkan lagi, mengingat pentingnya perilaku untuk pengaplikasian

pengetahuan yang telah diperoleh.

Tabel XXXI. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Sikap Tentang


Kesehatan Gigi dan Mulut dan Kelompok Umur
Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Kelompok Umur ( Tahun )
No Kategori Sikap 16 – 45 46 – 60 > 60 Jumlah
Σ % Σ % Σ % Σ %
Buruk
1 0 0 0 0 0 0 0 0
(Benar 15-29)
Sedang
2 30 35,7 23 27,4 9 10,7 62 73,8
(Benar 30-44)
Baik
3 13 15,5 7 8,3 2 2,4 22 26,2
(Benar 45-60)
Jumlah 43 51,2 30 35,7 11 13,1 84 100

Berdasarkan tabel XXXI dari 84 responden yang disurvei, diketahui bahwa

62 orang responden memiliki kategori sikap yang cukup (73,8%) terhadap

kesehatan gigi dan mulut. Sebanyak 22 orang responden memiliki kategori sikap

baik (26,2%). Tidak ada responden dengan kategori sikap buruk.

Survei yang dilakukan di Kecamatan Mantrijeron tentang pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut hanya mengukur tingkat pengetahuan paling dasar atau

dengan kata lain hanya sebatas tahu saja. Pengetahuan tersebut dinilai sesuai

56
kriteria baik, sedang dan kurang.

Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan

pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak

seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap

sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi

dan data sekadar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan

menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk

mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki (Meliono,

2014).

Menurut Schacter (2011) persepsi (dari bahasa latin perceptio, percipio)

adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna

memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi

semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau

kimia dari organ pengindra (Goldstein, 2010).

Robbins (2007) menyatakan bahwa sikap adalah pernyataan evaluatif

terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang

terhadap sesuatu. Sikap mempunyai tiga komponen utama: kesadaran, perasaan,

dan perilaku.

Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat

diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku

dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh

karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.

Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu

57
tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang

secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku

seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol

sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk

mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya

masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam

rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif (Albarracin, 2005).

58
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Dusun Suryowijayan,

Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, DIY dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dusun Suryowijayan termasuk kategori Dusun Sehat IV

2. Permasalahan dalam konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

Dusun Suryowijayan, yaitu:

a. Perilaku Hidup Sehat

1) Terdapat keluarga yang masih merokok di dalam rumah (20%).

2) Terdapat keluarga yang belum mengkonsumsi garam beryodium dan

makan makanan beragam (2,5%)

3) Terdapat keluarga yang belum mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari

(7,5%)

4) Terdapat keluarga yang belum mengikuti asuransi kesehatan (12,5%)

5) Terdapat keluarga yang belum mencuci tangan dengan air dan sabun

setelah buang air besar (2,5%).

6) Terdapat anggota keluarga yang tidak menggosok gigi sebelum tidur

(20%).

7) Terdapat keluarga yang belum memiliki kebiasaan melakukan aktivitas

fisik (7,5%).

59
8) Terdapat keluarga yang belum memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan (2,5%)

b. KIA /KB

1) Terdapat pasangan usia subur yang belum menggunakan alat

kontrasepsi (10%)

2) Terdapat keluarga yang belum melakukan penimbangan bayi/balita

rutin (2,5%)

c. Kesehatan Lingkungan

1) Terdapat keluarga yang belum menggunakan air bersih (2,5%)

2) Terdapat keluarga yang belum memiliki tempat pembuangan sampah

yang tertutup (12,5%)

3) Terdapat keluarga yang belum menanam TOGA dan mengetahui

manfaatnya (50%)

4) Terdapat keluarga yang belum melakukan pemberantasan jentik

nyamuk (2,5%)

5) Terdapat keluarga yang belum memakai lantai rumah yang bukan dari

tanah (2,5%)

Permasalahan dalam konsep perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini

dapat diatasi melalui kegiatan penyuluhan dan pemanfaatan tenaga kader dalam

menangani permasalahan-permasalahan kesehatan.

3. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Dusun Suryowijayan adalah sebagai

berikut:

a. Tingkat perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut masih sedang.

60
b. Tingginya prevalensi karies dengan nilai DMF-T rerata sebesar 7,9.

c. Tingkat kebersihan mulut masih dalam kategori sedang yaitu sebesar

57,1%.

d. Tingginya prevalensi gingivitis yaitu sebesar 90,8%.

e. Kebutuhan perawatan gigi dan mulut bagi penduduk yang membutuhkan

gigi tiruan sebagian yaitu sebesar 5,1% dan gigi tiruan lengkap sebesar

1%.

f. Kebutuhan perawatan gigi dan mulut tertinggi berupa operative dentistry

yaitu sebesar 87,7%.

Permasalahan ini dapat diatas melalui penyuluhan untuk mengubah pola

pikir dan meningkatkan pengetahuan masyarakat megenai pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut melalui upaya promotif, serta melakukan upaya-upaya

preventif dan rehabilitatif di bidang kedokteran gigi.

B. Saran

1. Perlunya penyuluhan mengenai konsep Perilaku Bersih dan Sehat serta

pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut kepada penduduk Dusun

Suryowijayan agar tercipta derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.

2. Perlunya pelatihan para kader kesehatan dusun Suryowijayan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar kinerja para kader dapat

lebih baik lagi sehingga didapatkan hasil yang lebih optimal.

61
RENCANA PEMECAHAN MASALAH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT SERTA MASALAH KESEHATAN GIGI DAN MULUT

BAB I
PENDAHULUAN

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan hasil

dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan

manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.

Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari survei kesehatan yang

khusus diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan kesehatan.

Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah

kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber

daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun

langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya,

2004).

Berdasarkan survei yang telah dilakukan di Dusun Suryowijayan,

Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, D.I.

Yogyakarta ditemukan beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian khusus.

Permasalahan tersebut perlu dipecahkan dengan segera dan mendapatkan

penanganan yang lebih lanjut. Permasalahan yang ada mencakup masalah

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupa perilaku sehat, kesehatan ibu dan

anak, masalah kesehatan lingkungan serta masalah kesehatan gigi dan mulut

berupa tingginya status karies gigi, status kebersihan gigi dan mulut, status

kesehatan gingiva, dan status kesehatan jaringan periodontal.

62
BAB II

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan survei PHBS maupun survei kesehatan gigi dan mulut di

Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota

Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh beberapa masalah mengenai

PHBS dan kesehatan gigi dan mulut, yaitu:

1. Permasalahan PHBS

a. Perilaku hidup sehat keluarga

i.masih terdapat keluarga yang merokok di dalam rumah.

ii. masih terdapat keluarga yang belum mengkonsumsi garam beryodium

dan makan makanan beragam.

iii. masih terdapat keluarga yang belum mengkonsumsi sayur dan buah

setiap hari.

iv.masih terdapat keluarga yang belum mengikuti asuransi kesehatan.

v. masih terdapat keluarga yang belum mencuci tangan dengan air dan

sabun setelah buang air besar.

vi. masih terdapat anggota keluarga yang tidak menggosok gigi sebelum tidur.

vii. masih terdapat keluarga yang belum memiliki kebiasaan melakukan

aktivitas fisik.

viii. masih terdapat keluarga yang belum memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan.

63
b. KIA/KB.

i. Masih terdapat pasangan usia subur yang belum menggunakan alat

kontrasepsi.

ii. Masih terdapat keluarga yang belum melakukan penimbangan balita

rutin.

c. Kesehatan Lingkungan.

i. Masih terdapat keluarga yang belum menggunakan air bersih.

ii. Masih terdapat keluarga yang belum memiliki tempat pembuangan sampah

yang tertutup.

iii. Sebagian keluarga masih belum menanam TOGA.

iv. Masih terdapat keluarga yang belum melakukan pemberantasan jentik

nyamuk.

v. Masih terdapat keluarga yang belum memakai lantai rumah yang bukan

dari tanah.

2. Permasalahan Kesehatan Gigi dan Mulut

Permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang ditemui pada masyarakat

Dusun Suryowijayan antara lain; tingkat perilaku kesehatan gigi dan mulut masih

sedang, tingginya prevalensi karies gigi, kebersihan mulut yang sedang, tingginya

prevalensi gingivitis, kebutuhan gigi tiruan dan perawatan operative dentistry

yang tinggi.

64
B. Prioritas Masalah

Prioritas masalah dilakukan untuk memilih masalah yang paling penting

untuk segera ditangani. Teknik yang digunakan dalam menentukan prioritas

masalah PHBS dan kesehatan gigi dan mulut di Dusun Suryowijayan, Kelurahan

Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta ini adalah teknik kriteria

matriks. Teknik kriteria matriks adalah metode penentuan prioritas masalah

dengan cara skoring. Nilai yang diberikan adalah 1 - 5 untuk berbagai parameter

yang telah ditetapkan. Nilai tertinggi adalah 5 jika masalah tersebut prioritas, dan

nilai 1 untuk masalah yang paling tidak diprioritaskan. Secara umum parameter

yang digunakan, yakni:

1. Pentingnya masalah (importancy)

Terdapat beberapa ukuran pentingnya suatu masalah, yakni:

a. Besarnya masalah (prevalence).

b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity).

c. Kenaikan besarnya masalah (rate of increase).

d. Derajat keinginan masyarakat yang tak terpenuhi (degree of unmeet

need).

e. Keuntungan sosial jika masalah terselesaikan (social benefit).

f. Rasa prihatin/ kepedulian masyarakat terhadap masalah (public concern).

g. Suasana politik (political climate).

2. Kelayakan teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk mengatasi

masalah (technical feasibility).

65
3. Ketersediaan sumber daya yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah (resources availability).

a) Penentuan prevalensi masalah PHBS

Penentuan prevalensi masalah ditentukan dari persentase jumlah keluarga

yang menjawab “tidak” pada setiap indikator lalu dibagi dengan jumlah keluarga

yang diperiksa pada tiap pertanyaan indikator, kemudian hasil dikalikan 100%.

Tabel XXXII. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner PHBS Tatanan Rumah


Tangga di Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan
Mantrijeron Tahun 2016
Perilaku Sehat Kesehatan
Keluarga Jawaban KIA/ KB
Keluarga lingkungan
1 Ya 7 5 5
Tidak 1 1 1
2 Ya 5 6 6
Tidak 3 0 0
3 Ya 7 6 5
Tidak 1 0 1
4 Ya 6 6 5
Tidak 2 0 1
5 Ya 6 6 3
Tidak 2 0 3
6 Ya 7 5 6
Tidak 1 1 0
7 Ya 7 6 5
Tidak 1 0 1
8 Ya 5 6 4
Tidak 3 0 2
9 Ya 7 5 4
Tidak 1 1 2
10 Ya 5 5 4
Tidak 3 1 2
11 Ya 6 6 5
Tidak 2 0 1
12 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0
13 Ya 8 6 6

66
Keluarga Jawaban Perilaku Sehat KIA/ KB Kesehatan
Keluarga lingkungan
Tidak 0 0 0
14 Ya 8 6 5
Tidak 0 0 1
15 Ya 7 6 5
Tidak 1 0 1
16 Ya 7 6 5
Tidak 1 0 1
17 Ya 6 6 5
Tidak 2 0 1
18 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0
19 Ya 7 6 5
Tidak 1 0 1
20 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0
21 Ya 7 6 5
Tidak 1 0 1
22 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0
23 Ya 7 6 6
Tidak 1 0 0
24 Ya 8 6 5
Tidak 0 0 1
25 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0
26 Ya 8 6 5
Tidak 0 0 1
27 Ya 8 6 5
Tidak 0 0 1
28 Ya 8 6 5
Tidak 0 0 1
29 Ya 7 6 5
Tidak 1 0 1
30 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0
31 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0
32 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0
33 Ya 7 6 6
Tidak 1 0 0
34 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0

67
Keluarga Jawaban Perilaku Sehat KIA/KB Kesehatan
Keluarga lingkungan
35 Ya 7 6 6
Tidak 1 0 0
36 Ya 8 5 6
Tidak 0 1 0
37 Ya 8 6 5
Tidak 0 0 1
38 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0
39 Ya 8 6 6
Tidak 0 0 0
40 Ya 8 6 5
Tidak 0 0 1
JUMLAH Ya 290 235 213
Tidak 30 5 27

Jumlah keluarga dengan masalah PHBS


Prevalensi = x 100%
Jumlah keluarga yang disurvei

Prevalensi kasus permasalahan PHBS di Dusun Suryowijayan, Kelurahan

Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta adalah:

a. Jumlah penduduk yang disurvei adalah yaitu sebanyak 40 keluarga.

b. Penentuan prevalensi dilakukan berdasarkan data yang didapat dan

dikelompokkan sebagai berikut:

1) Permasalahan perilaku sehat keluarga

Sebuah keluarga dinyatakan memiliki permasalahan perilaku sehat

keluarga jika memiliki 4-8 jawaban “tidak” dari 8 permasalahan.

2) Permasalahan KIA/KB

Sebuah keluarga dinyatakan memiliki permasalahan KIA/KB jika

memiliki 3-6 jawaban “tidak” dari 6 permasalahan.

3) Permasalahan kesehatan lingkungan

68
Sebuah keluarga dinyatakan memiliki permasalahan kesehatan lingkungan

jika memiliki 3-6 jawaban “tidak” dari 6 permasalahan.

Penentuan prevalensi dilakukan berdasarkan data yang didapat dan

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Prevalensi masalah perilaku sehat keluarga

Jumlah keluarga dengan masalah PHBS


𝑥 100%
Jumlah keluarga yang disurvei

=0/40 x 100%

= 0%

b. Prevalensi masalah KIA/KB

Jumlah keluarga dengan masalah PHBS


𝑥 100%
Jumlah keluarga yang disurvei

= 0/40 X 100%

= 0%

c. Prevalensi masalah kesehatan lingkungan

Jumlah keluarga dengan masalah PHBS


= 𝑥 100%
Jumlah keluarga yang disurvei

= 1/40 X 100%

= 2,5 %

Nilai untuk prevalensi diberikan dengan ketentuan:

Prevalensi 0 – 20% Nilai = 1

Prevalensi 21 – 40% Nilai = 2

Prevalensi 41 – 60% Nilai = 3

Prevalensi 61 – 80% Nilai = 4

69
Prevalensi 81 – 100% Nilai = 5

b) Penentuan Prioritas Masalah PHBS

Teknik penentuan prioritas masalah PHBS yang digunakan adalah teknik

kriteria matriks. Prioritas masalah ditentukan dengan cara mengalikan nilai dari

masing-masing parameter kriteria prioritas masalah. Masalah dengan jumlah nilai

terbesar akan menjadi prioritas masalah.

Tabel XXXIII. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Masalah PHBS


di Dusun Suryowijayan, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron,
Kota Yogyakarta, DIY Tahun 2016
Kriteria Prioritas Masalah
No Daftar Masalah I IXTXR
T R
P S RI DU SB PB PC
Perilaku sehat 1 3 4 4 3 2 3 3 4 10.368
1
keluarga
2 KIA 1 2 3 2 3 3 2 4 3 2592
3 Kesling 1 1 2 2 2 1 2 2 2 64
Keterangan:
I = Importancy, P = Prevalence, S = Severity, RI = Rate of Increase, DU =
Degree of Unmeet Need, SB = Social Benefit, PB = Public Concern, PC =
Political Climate, T = Technical Feasibility, R = Resources Availability

Nilai 1 : Untuk kriteria masalah kurang penting


Nilai 2 : Untuk kriteria masalah cukup penting
Nilai 3 : Untuk kriteria masalah penting
Nilai 4 : Untuk kriteria masalah sangat penting
Nilai 5 : Untuk kriteria masalah sangat penting sekali

Berdasarkan tabel XXXIII diketahui bahwa prioritas masalah PHBS di

Dusun Suryowijayan, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Kota

Yogyakarta, DIY pada tahun 2016 adalah masalah perilaku sehat keluarga.

Masalah perilaku sehat keluarga tersebut meliputi masalah adanya anggota

keluarga yang masih memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah, belum

mengkonsumsi sayur dan buah, belum mengikuti asuransi kesehatan, belum

70
terbiasa mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, belum terbiasa menggosok

gigi sebelum tidur malam, belum terbiasa melakukan aktifitas fisik dan belum

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.

c) Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut

Berdasarkan hasil survei penduduk Dusun Suryowijayan, Kecamatan

Mantrijeron tahun 2016 diambil lima besar masalah kesehatan gigi dan mulut

untuk penentuan prioritas masalah.

Tabel XXXIV. Rekapitulasi Data Survei Kesehatan Gigi dan Mulut


Penduduk Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Tidak
Bermasalah
No Indikator bermasalah
Σ % Σ %
1 Memiliki karies gigi 3 3,1 95 96,9
Kebersihan mulut yang sedang dan
2 26 26,5 72 73,5
buruk
3 Gingivitis 11 11,2 87 88,8
4 Periodontitis 28 28,6 70 71,4
5 Kebutuhan gigi tiruan tinggi 46 46,9 52 53,1

Berdasarkan tabel XXXIV diketahui bahwa prevalensi karies gigi sebesar

96,9%, prevalensi kebersihan mulut yang sedang sebesar 73,5%, prevalensi

gingivitis sebesar 88,8%, prevalensi penyakit jaringan periodontal sebesar 71,4%,

dan 53,1% kebutuhan gigi tiruan belum terpenuhi.

71
Tabel XXXV. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Masalah
Kesehatan Gigi dan Mulut Penduduk Dusun Suryowijayan,
Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron,
Kota Yogyakarta, DIY Tahun 2016
Bobot Nilai
No. Daftar Masalah I IXTXR
T R
P S RI DU SB PB PC
1 Karies gigi 5 5 3 4 5 3 3 4 4 216.000
Kebersihan mulut yang
2 4 4 3 3 3 4 3 4 4 82.944
sedang dan buruk
3 Gingivitis 5 4 2 2 2 2 3 3 2 5760
4 Periodontitis 4 4 2 2 2 2 2 3 2 3072
Kebutuhan gigi tiruan
5 3 3 2 3 4 2 2 4 3 10.368
belum terpenuhi
Keterangan:
Nilai 1 : Untuk kriteria masalah kurang penting.
Nilai 2 : Untuk kriteria masalah cukup penting.
Nilai 3 : Untuk kriteria masalah penting.
Nilai 4 : Untuk kriteria masalah sangat penting.
Nilai 5 : Untuk kriteria masalah sangat penting sekali.

Nilai untuk prevalensi diberikan dengan ketentuan:


Prevalensi 0 – 20% Nilai = 1
Prevalensi 21 – 40% Nilai = 2
Prevalensi 41 – 60% Nilai = 3
Prevalensi 61 – 80% Nilai = 4
Prevalensi 81 – 100% Nilai = 5

Tabel XXXV menunjukkan bahwa karies gigi merupakan permasalahan

kesehatan gigi dan mulut di Dusun Suryowijayan yang menjadi prioritas dan perlu

dicari pemecahannya.

72
BAB III

RENCANA PEMECAHAN MASALAH

A. Masalah PHBS

Penentuan prioritas jalan keluar adalah tahapan yang dilakukan setelah

penentuan prioritas masalah. Penentuan prioritas jalan keluar diawali dengan

analisis penyebab masalah kemudian disusun alternatif jalan keluar. Masalah

PHBS yang menjadi prioritas di Dusun Suryowijayan adalah perilaku sehat

keluarga.

Tabel XXXVI. Alternatif Jalan Keluar Masalah PHBS Penduduk di Dusun


Suryowijayan, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron,
Kotamadya Yogyakarta, DIY Tahun 2016
Masalah Simbol Penyebab Timbulnya Masalah Alternatif Jalan Keluar
Masih ada keluarga yang anggota Penyuluhan tentang kandungan rokok,
keluarganya merokok di dalam bahaya merokok, penyakit-penyakit
rumah. yang ditimbulkan karena merokok
bagi perokok yang belum/ tidak
merokok, perokok dan keluarga serta
A
memberikan tips berhenti merokok
dan bekerja sama dengan Puskesmas
setempat untuk mengadakan
konsultasi berhenti merokok bagi
Perilaku warga.
Sehat Masih ada keluarga yang belum Penyuluhan tentang manfaat dan
Keluarga membiasakan konsumsi garam pentingnya garam beryodium serta
beryodium dan makanan beragam. makanan beragam serta akibat yang
B
ditimbulkan bila kurang
mengkonsumsi garam beryodium dan
makanan beragam.
Masih ada keluarga belum makan Penyuluhan manfaat makan sayur dan
buah dan sayur setiap hari. buah setiap hari, manfaat makanan
C berserat, jenis sayuran dan buah yang
baik kita makan, cara memilih buah
dan sayur yang terjangkau daya beli.

73
Simbol Penyebab Timbulnya Masalah Alternatif Jalan Keluar
Masih ada keluarga yang belum Memberikan penyuluhan serta
memiliki asuransi kesehatan. sosialisasi tentang manfaat program
D asuransi kesehatan secara
berkesinambungan.

Masih ada keluarga yang belum Penyuluhan mengenai tata cara


menerapkan mencuci tangan mencuci tangan yang baik dan benar,
dengan air bersih yang mengalir serta manfaat yang ditimbulkan serta
E dan memakai sabun. menggerakkan masyarakat untuk
mencuci tangan memakai sabun secara
massal.
Masih ada keluarga yang belum Penyuluhan tentang manfaat dan
membiasakan menyikat gigi pentingnya menyikat gigi sebelum
F sebelum tidur. tidur, waktu dan cara menyikat gigi
yang tepat serta pentingnya merawat
kebersihan gigi dan mulut.
Masih ada keluarga yang belum Penyuluhan manfaat aktivitas fisik
melakukan aktivitas fisik setiap secara teratur, bagaimana melakukan
G hari. aktivitas fisik yang benar sesuai usia
dan kondisi fisik.

Masih ada keluarga yang belum Mengadakan sosialisasi dari kader


H memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
kesehatan yang telah tersedia. lingkungan masing-masing kader.

Hasil analisis beberapa penyebab masalah yang mengakibatkan

permasalahan perilaku sehat keluarga ditunjukkan pada tabel XXXVI. Penyebab

masalah tersebut menjadi dasar penentuan alternatif jalan keluar, masing-masing

penyebab masalah akan memiliki alternatif jalan keluarnya masing-masing.

Alternatif jalan keluar disimbolkan sebagai A, B, C, D, E, F, G dan H. Simbol

tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus dalam tabel XXXVII.

Prioritas masalah PHBS pada masyarakat Dusun Suryowijayan yang harus

dipecahkan adalah perilaku sehat keluarga, meliputi:

1) Terdapat keluarga yang masih merokok di dalam rumah.

74
2) Terdapat keluarga yang belum mengkonsumsi garam beryodium dan

makan makanan beragam.

3) Terdapat keluarga yang belum mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.

4) Terdapat keluarga yang belum mengikuti asuransi kesehatan.

5) Terdapat keluarga yang belum mencuci tangan dengan air dan sabun

setelah buang air besar.

6) Terdapat anggota keluarga yang tidak menggosok gigi sebelum tidur.

7) Terdapat keluarga yang belum memiliki kebiasaan melakukan aktivitas

fisik.

8) Terdapat keluarga yang belum memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan.

Teknik yang digunakan untuk menentukan prioritas jalan keluar adalah

Teknik Kriteria Matriks, dengan dua kriteria yang sering digunakan yaitu

Efektivitas Jalan Keluar dan Efisiensi Jalan Keluar.

1. Efektivitas jalan keluar.

Skor antara 1-5. Skor 1 untuk untuk yang paling tidak efektif dan skor 5

untuk yang paling efektif. Prioritas jalan keluar adalah alternatif jalan keluar

dengan skor terbesar. Kriteria tambahan dari efektivitas yaitu:

a. Magnitude (M)

Besarnya masalah yang dapat diselesaikan oleh jalan keluar. Semakin

besar masalah yang dapat diatasi, semakin besar skornya.

b. Importancy (I)

Pentingnya jalan keluar dalam menyelesaikan masalah. Semakin lancar

75
dan langgeng masalah terselesaikan dengan jalan keluar tersebut, semakin

besar skornya.

c. Vulnerability (V)

Sensitivitas jalan keluar untuk menyelesaikan masalah. Semakin cepat

suatu masalah terselesaikan dengan jalan keluar tersebut, semakin besar

skornya.

2. Efisiensi jalan keluar (C)

Skor antara 1-5 untuk yang paling tidak efisien sampai yang paling

efisien. Semakin besar biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan jalan

keluar, semakin tidak efisien.

Prioritas jalan keluar diperoleh dengan mengalikan seluruh komponen

efektifitas dan membaginya dengan efisiensi. Skor yang paling besar

merupakan prioritas jalan keluar.

Tabel XXXVII. Prioritas Jalan Keluar Masalah PHBS Penduduk


di Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron,
Kotamadya Yogyakarta, DIY Tahun 2016
Daftar Alternatif Efektivitas 𝑀𝑥𝐼𝑥𝑉
No Efesiensi (C)
Jalan Keluar M I V 𝐶
1 A 3 3 2 2 9
2 B 3 4 2 1 24
3 C 4 3 3 1 36
4 D 2 4 2 1 16
5 E 4 4 3 1 48
6 F 4 4 4 2 32
7 G 3 2 2 1 12
8 H 3 3 3 1 27
Keterangan :
M = Magnitude,I = Importancy, V = Vulnerability, C = Cost

Berdasarkan tabel XXXVII dapat diketahui pilihan jalan keluar yang

76
terbaik adalah memberikan penyuluhan mengenai tata cara mencuci tangan yang

baik dan benar, serta dampak yang muncul akibat pola hidup yang tidak bersih.

B. Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut

Berdasarkan hasil survei masyarakat di Dusun Suryowijayan tahun 2016,

prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut yang harus dipecahkan adalah

tingginya status karies gigi. Alternatif pemecahan masalah terhadap tingginya

status karies gigi masyarakat yaitu penyuluhan tentang penyebab dan proses

terjadinya gigi berlubang, akibat yang ditimbulkan bila gigi yang berlubang tidak

dilakukan penanganan dan perawatan dengan segera, dan pentingnya menjaga dan

memelihara kesehatan gigi dan mulut

Altenatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan lagi yaitu penyuluhan

tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar di waktu yang tepat disertai

mencontohkan gerakan menyikat gigi yang benar dengan menggunakan alat

peraga berupa model gigi.

77
Tabel XXXVIII. Alternatif Jalan Keluar Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut
Penduduk di Dusun Suryowijayan, Kelurahan Mantrijeron,
Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, DIY tahun 2016
Penyebab Timbulnya
Masalah Alternatif Jalan Keluar
Masalah
1. Kurangnya C. Penyuluhan tentang penyebab dan
pengetahuan proses terjadinya gigi berlubang,
masyarakat mengenai akibat yang ditimbulkan bila gigi
tindakan pencegahan yang berlubang tidak dilakukan
gigi berlubang dan penanganan dan perawatan
perawatan kesehatan dengan segera, dan pentingnya
Tingginya gigi. menjaga dan memelihara
status kesehatan gigi dan mulut
karies 2. Kurangnya D. Penyuluhan tentang cara
pengetahuan tentang menyikat gigi yang baik dan
cara menyikat gigi benar di waktu yang tepat disertai
mencontohkan gerakan menyikat
yang baik dan benar
gigi yang benar dengan
di waktu yang tepat. menggunakan alat peraga berupa
model gigi.

Tabel XXXVIII menunjukkan bahwa terdapat 2 alternatif jalan keluar dari

masalah tingginya status karies sebagai prioritas masalah kesehatan gigi dan

mulut. Prioritas jalan keluar dilakukan penetapan melalui teknik kriteria matriks

sebagai berikut:

Tabel XXXIX. Alternatif Jalan Keluar Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut
Penduduk di Dusun Suryowijayan, Kelurahan Mantrijeron,
Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta,
DIY Tahun 2016
Daftar Alternatif Efektivitas 𝑀𝑥𝐼𝑥𝑉
No Efesiensi (C)
Jalan Keluar M I V 𝐶
1 A 4 4 3 3 16
2 B 3 3 4 3 12
Keterangan:
M = Magnitude,I = Importancy, V = Vulnerability, C = Cost

Berdasarkan tabel XXXIX diketahui bahwa pilihan jalan keluar terbaik

78
untuk prioritas masalah tingginya tingkat karies gigi adalah dengan penyuluhan

tentang penyebab dan proses terjadinya gigi berlubang, akibat yang ditimbulkan

bila gigi yang berlubang tidak dilakukan penanganan dan perawatan dengan

segera, dan pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut.

79
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Prioritas masalah yang perlu diselesaikan berdasarkan analisis yang telah

dilakukan terhadap permasalahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta

Kesehatan Gigi dan Mulut di Dusun Suryowijayan, Kelurahan Gedongkiwo,

Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta pada tahun 2016 adalah:

1. Prioritas masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah permasalahan

perilaku sehat keluarga berupa kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai

manfaat dan pentingnya menggunakan air bersih dan sabun saat mencuci

tangan.

2. Prioritas jalan keluar masalah PHBS yang ditetapkan adalah memberikan

penyuluhan mengenai tata cara mencuci tangan yang baik dan benar, serta

dampak yang muncul akibat pola hidup yang tidak bersih.

3. Prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut adalah tingginya status karies gigi.

4. Prioritas jalan keluar masalah kesehatan gigi dan mulut yang ditetapkan

adalah mengadakan penyuluhan tentang penyebab dan proses terjadinya gigi

berlubang, akibat yang ditimbulkan bila gigi yang berlubang tidak dilakukan

penanganan dan perawatan dengan segera, dan pentingnya menjaga dan

memelihara kesehatan gigi dan mulut.

80
B. Saran

1. Puskesmas perlu mengadakan penyuluhan tentang pengertian konsep dasar

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat Dusun

Suryowijayan sehingga dapat diperoleh derajat kesehatan masyarakat yang

lebih baik.

2. Puskesmas perlu mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga dan

memelihara kesehatan gigi dan mulut serta lebih mengoptimalkan

pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.

3. Perlunya peningkatan kualitas dan pemberdayaan para kader kesehatan

Dusun Suryowijayan sebagai tenaga pendukung yang berada di dalam

masyarakat demi peningkatan derajat kesehatan umum, kesehatan lingkungan

maupun kesehatan gigi dan mulut di wilayahnya.

81

Anda mungkin juga menyukai