Anda di halaman 1dari 18

Pemandu

Early Clinical Exposure

Pengisian Lembar Diskusi Ortodonti

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
Nama Kegiatan : Early Clinical Exposure
Tema : Maloklusi Sederhana Non Ekstraksi
Semester : VII
Waktu Pelatihan : 1 kali pertemuan @ 2 jam

Kegunaan Kasus
Kasus ini digunakan agar mahasiswa dapat melakukan pelatihan keterampilan klinik
pemeriksaan objektif ekstra oral dan pemeriksaan intra oral, menentukan klasifikasi menurut
Angle modifikasi Dewey dan menetukan diagnosis ortodonti berdasarkan Ackerman-Proffit.

Kompetensi Utama
1. Melakukan pemeriksaan sistem stomatognatik dengan melkukan pemeriksaan ekstra oral
dan intra oral, guna mengevaluasi kondisi medic pasien.
2. Mampu menentukan klasifikasi ortodonti menurut Angle modifikasi Dewey.
3. Mampu menentukan diagnosis ortodonti berdasarkan Ackerman-Proffit.

Kompetensi Penunjang
1. Melakukan pemeriksaan ekstra dan intra oral dengan memperhatikan kondisi klinis.
2. Menentukan klasifikasi ortodonti menurut Angle modifikasi Dewey.
3. Mampu menentukan diagnosis ortodonti berdasarkan Ackerman-Proffit.

Bahan Kajian
1. Pemeriksaan ekstra oral dibidang ortodonti.
2. Pemeriksaan intra oral dibidang ortodonti.
3. Penentuan klasifikasi ortodonti menurut Angle modifikasi Dewey.
4. Penentuan diagnosis ortodonti berdasarkan Ackerman-Proffit.

Tujuan Umum
1. Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan klinik ini mahasiswa harus mampu
melakukan. pemeriksaan objektif berupa meneriksaan ekstra oral dan intra oral secara
benar.
2. Mampu menentukan klasifikasi menurut Angle modifikasi Dewey.
Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan klinik ini mahasiswa harus :
1. Mampu melakukan pemeriksaan obyektif berupa pemeriksaan ekstra oral secara
benar.
2. Mampu melakukan pemeriksaan obyektif berupa pemeriksaan intra oral secara benar.
3. Mampu menentukan klasifikasi menurut Angle modifikasi Dewy.
4. Mampu menetukan diagnosis ortodonti berdasarkan Ackerman-Proffit.

Metode Pelatihan
 Modelling / Role Play
 Demonstrasi
 Simulasi pada model studi
 Simulasi antar teman

Tempat Pelatihan
Laboratorium SPKKT

Peserta Pelatihan
Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi semester 7

Sistem Assesment
Rubrik formatif

Sistem Evaluasi
Rubrik sumatif pada OSCE

Alat dan Bahan


1. Alat dasar (kaca mulut, sonde, pinset, excavator)
2. Cotton pellet dalam container
3. Model studi dengan Maloklusi kelas I tipe 1 yang sudah dibasis
4. Lembar status ortodonti
5. Baki yang dialasi taplak putih
6. Papan jalan
7. Pensil
8. Pulpen
9. Penghapus
10. Penggaris besi ujung nol
11. Jangka dua ujung jarum
12. Head caliper/ jangka sorong
13. Gelas kumur
14. Slaber
15. Masker
16. Handscoon
17. Spidol merah

Catatan : semua alat disiapkan masing-masing oleh mahaiswa kecuali model studi

Penyusun Pemandu DPKKT :


Dr. drg. Endah Mardiati, MS., Sp.Ort (K)
Dr. drg. I.A. Evangelina., Sp.Ort (K)
Dr. drg. Avi Laviana., Sp.Ort (K)
Dr. drg. Elih., Sp.Ort (K)
Drg. Iwa R.S., M.Kes., Sp.Ort (K)
Drg. Deni S.L., Sp.Ort (K)
Drg. Andriani Harsanti., MM., Sp.Ort (K)
Drg. Gita Gayatri., Sp.Ort (K)
Drg. Melinda Aziz, MMRS., Sp.Ort
Drg. Dita Hofinessia., Sp.Ort
Drg. Regina Yosephine
TOPIK 1 : Melakukan Pemeriksaan Ekstra Oral di Bidang Ortodonti
Pokok Pelatihan Keterampilan
Prosedur Pemeriksaan Objektif (pemeriksaan ekstra oral)

Materi dalam Melakukan Pemeriksaan Ekstra Oral


1. Tipe Muka (Rakosi, 1993)
Menggunakan rumus Morphological Facial Index (MFI)

Gambar 1. Anatomi pengukuran MFI

Morphologic Facial height


MFI = --------------------------------- x 100
Bizygomatic width
Klasifikasi :
 Hypereuryprosop : x - 78,9
 Euryprosop : 79,0 - 83,9
 Mesoprosop : 84,0 - 87,9
 Leptoprosop : 88,0 - 92,9
 Hyperleptoprosop : 93,0 - x

Pengertian (Proffit, 2007) :


 Morphologic Facial Height adalah jarak vertikal dari titik Nasion ke titik Gnation.
 Nasion titik paling anterior dari perpotongan tulang nasal dengan tulang frontal.
 Gnation pertengahan dari titik inferior simfisis mandibular. Bizygomatic width
adalah jarak antara titik zigoma kiri dan kanan.
2. Simetris Muka (Rakosi, 1993)
Menggunakan tiga garis yang terdiri dari :
a. Garis vertikal : garis midsagital/tengah wajah; garis yang menghubungkan titik
Nasion jaringan lunak ke titik subnasal jaringan lunak.
b. Garis Horizontal Atas : garis bipupillary; garis yang menghubungkan pupil kanan dan
kiri.
c. Garis Horizontal Bawah : garis yang melalui stomion/sudut bibir.

Gambar 2. Wajah Simetris Gambar 3. Wajah Asimetris


Jika garis horizontal atas dan Garis horizontal tidak tegak lurus
bawah relatif tegak lurus terhadap garis vertikal dan kedua
terhadap garis vertikal dan kedua garis horizontal tidak sejajar.
garis horizontal relatif sejajar.

3. Profil Wajah
Menggunakan tiga titik referensi terdiri dari :
1) Glabela
Titik terdepan dari tulang frontalis yang terletak pada bidang midsagital setinggi
orbital ridge superior. (Soemantri, 1999; Rohen, JW, 2011)
2) Tepi anterior bibir atas
3) Pogonion
Titik paling anterior dari jaringan lunak dagu pada garis median wajah. (Rakosi,
1982)

Profil dibentuk dari dua garis :


1) Garis atas : Garis yang menghubungkan titik glabela dengan tepi anterior bibir
atas.
2) Garis bawah : Garis yang menghubungkan tepi anterior bibir atas dengan pogonion
jaringan lunak.
Gambar 4. Profil Wajar Normal
Jika garis atas dan bawah hampir membentuk satu garis lurus.

Gambar 5. Profil Wajar Cembung/Convex/Posterior Divergent


Jika garis atas dan bawah membentuk sudut yang menunjukan dagu lebih
ke belakang.

Gambar 6. Profil Wajah Cekung/Concav/Anterior Divergent


Jika garis atas dan bawah membentuk sudut yang menunjukan dagu
terletak lebih ke depan.
4. Tonus Bibir
Pemeriksaan ketegangan otot bibir. Pasien di instruksikan untuk okluasi sentrik dan bibir
dalam keadaan istirahat.

A B C
Gambar 7. (A) Bibir Normal, (B) Bibir Hipotonus, dan (C) Bibir Hipertonus

5. Relasi Bibir
Pemeriksaan hubungan bibir atas dan bibir bawah, pasien dalam keadaan istirahat dan
dipalpasi bibir atas dan bawahnya.

A B
Gambar 8. (A) Relasi bibir normal (competent), (B) Relasi bibir terbuka (incompetent)

6. TMJ
Melakukan palpasi pada sendi temporo mandibular yang terletak didepan dari meatus
akustikus eksterna. Meinstruksikan pasien untuk membuka dan meutup mulut, dan
mendengarkan apakah ada bunyi clicking atau poping serta menanyakan pada pasien
apakah ada rasa nyeri.

Gambar 9. Palpasi pada sendi temporo mandibular


TOPIK 2 : Melakukan Pemeriksaan Intra Oral di Bidang Ortodonti
Pokok Pelatihan Keterampilan
Prosedur Pemeriksaan Objektif (pemeriksaan intra oral).

Prosedur Pemeriksaan Intra Oral


1. Malposisi gigi
Menggunakan istilah bagian gigi, arah malposisi dan dengan akhiran versi.
 Kelainan arah vertikal : infraversi/invraklusi dan supraversi/supraklusi.
 Kelainan arah sagital : distoversi, mesioversi, palatoversi, dan labioversi.
 Kelainan arah transversal : rotasi (mesial in, distal out atau mesial out, distal in)

Gambar 10. Garis Oklusi. (Proffit, 2007)

Titik referensi
Rahang atas : molar (central fossa), premolar (central fossa), kaninus dan insisif
(cingulum).
Rahang bawah : molar (bonjol bukal), premolar (bonjol bukal), kaninus dan insisif
(insisal).

Gambar 11. Malposisi mesioversi gigi 36 Gambar 12. Malposisi palatoversi gigi 11
dan 22; bukoversi gigi 27
Gambar 13. Malposisi infraversi gigi 22 Gambar 14. Maposisi supraversi gigi 16

2. Pemeriksaan Frenulum Labii


Memeriksa adakah kelainan anatomi perlekatan frenulum labii yang menyebabkan
diastema sentral. Nama pemeriksaan ini adalah “blach test”. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara menarik bibir atas ke arah depan dan atas, lalu amati bagian perlekatan yang
terlihat pucat, apakah mendekati papila interdental atau menjauhi papila interdental.

Gambar 15. Frenulum labii rendah menyebabkan diastema sentral.

3. Pemeriksaan Garis Median Gigi


Memeriksa pergeseran garis pertemuan insisif sentral rahang atas dan rahang bawah
terhadap garis tengah wajah/midsagital.

Gambar 16. Garis pertemuan insisif sentral rahang atas sesuai dengan garis tengah
wajah, garis pertemuan insisif sentral ranag bawah bergeser ke kanan 0,5
mm terhadap garis median.
4. Pemeriksaan Lidah
Memeriksa keadaan lidah pasien. Mengisntruksikan pasien untuk membuka mulut dan
menjulurkan lidah. Mengetahui ukuran lidah dengan cara melihat teraan pada bagian tepi
lidah.

Gambar 17. Lidah dengan ukuran besar (macroglosia)

5. Pemeriksaan Overjet
1) Posisi pasien/model studi pada keadaan oklusi sentrik.
2) Ukur jarak horizontal antara permukaan labial insisif rahang bawah dengan
permukaan labial insisif rahang atas, menggunakan penggaris atau jangka sorong.

Gambar 18. Pengukuran Overjet


3) Tuliskan nilai overjet.
Nilai normal : Laki-laki : 2,2 mm ± 0,8 mm
Perempuan : 2,5 mm ± 1,1 mm
4) Apabila ada crossbite anterior, nilai overjet negatif.

6. Pemeriksaan Overbite
1) Posisikan pasien/model studi pada keadaan oklusi sentrik.
2) Tandai posisi insisal insisif rahang atas pada permukaan labial insisif rahang bawah.
3) Pasien diinstruksikan untuk membuka mulut (buka studi model).
4) Ukur jarak vertikal antara insisal insisif rahang bawah dengan proyeksi insisal rahang
atas menggunakan pensil yang dipanjangkan dan tegak lurus sumbu panjang gigi (bisa
juga menggunakan penggaris atau jangka sorong).
5) Ukur jarak vertikal antara insisal dan servikal insisif rahang bawah, menggunakan
penggris atau jangka sorong.
6) Tuliskan nilai overbite berdasarkan rumus :
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑠𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖𝑓 𝑅𝐵 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑠𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖𝑓 𝑅𝐴
Overbite = x 100
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑠𝑠𝑎𝑙 𝑘𝑒 𝑠𝑒𝑟𝑣𝑖𝑘𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖𝑓 𝑅𝐵

Nilai normal : Laki-laki : 45% ± 20%


Perempuan : 36% ± 13%

7. Pemeriksaan Crossbite
1) Posisikan pasien/model studi pada keadaan oklusi sentrik.
2) Periksa pada bidang sagital untuk mencari crossbite anterior (gambar D).

Gambar 19. Crossbite anterior


3) Periksa pada bidang transversal untuk mencari crossbite posterior.

Gambar 19. Crossbite posterior


4) Tuliskan hasil pemeriksaan

8. Pemeriksaan Kurva Spee


1) Posisikan pasien/model studi dalam keadaan mulut terbuka.
2) Pilih salah satu alat yang akan digunakan :
- Tangkai instrumen
- Penggaris besi
3) Pada rahang bawah :
- Tentukan puncak insisal gigi insisif yang paling anterior.
- Tentukan pncak bonjol distal gigi molar paling posterior.
4) Hubungkan puncak pada insisal insisif paling anterior dan puncak bonjol bukal paling
posterior menggunakan tangkai instrumen atau penggaris besi.
Gambar 20. Pengukuran kurva Spee
5) Ukur jarak instrumel/penggaris besi ke cekungan terdalam.

Gambar 21. Mengukur kurvatur terdalam pada gigi premolar kedua


6) Tuliskan nilai kurva spee
Nilai normal: 0-1,5 mm

9. Penutupan Mandibula
Pasien diminta untuk membuka dan menutup mulut. Perhatikan apakah terdapat
pergeseran fungsional ketika penutupan mandibula.

A B C
Gambar 8. (A) Posisi istirahat, (B) Kontak awal, (C) Oklusi habitual.
TOPIK 3 : Melakukan Penentuan Klasifikasi Angle
Pokok Pelatihan Keterampilan
Prosedur Penentuan Klasifikasi Angle Modifikasi Dewey.

Prosedur Penentuan Klasifikasi Angle Modifikasi Dewey :


1. Posisikan pasien/model studi pada keadaan oklusi sentrik.
2. Tandai puncak bonjol mesiobukal gigi molar permanen pertama rahang bawah pada
kedua sisi.
3. Tandai buccal groove molar permanen pertama rahang bawah pada kedua sisi.
4. Tuliskan Klasifikasi Angle berdasarkan relasi molar permanen (memakai angka romawi).
 Kelas I Angle
Puncak bonjol mesio bukal molar permanen pertama rahang atas terletak tepat pada
buccal groove molar permanen pertama rahang bawah.

Lima tipe Maloklusi Kelas I Angle (Modifikasi Dewey) :


Tipe 1 : Gigi anterior berjejal (crowding) dengan gigi kaninus terletak lebih
kelabial (Ektopik).
Tipe 2 : Gigi anterior terutama pada gigi rahang atas terlihat labioversi atau
protrusif.
Tipe 3 : Terdapat gigitan bersilang anterior (anterior crossbite) karena inklinasi
gigi atas ke palatinal.
Tipe 4 : Terdapat gigitan bersilang posterior (posterior crossbite).
Tipe 5 : Gigi posterior mengalami pergeseran kea rah mesial (mesial drifting).

 Kelas II Angle
Puncak bonjol mesio bukal molar permanen pertama rahang atas terletak lebih
anterior dari buccal groove molar permanen pertama rahang bawah.
Pada kelas II Angle penuh, puncak bonjol distal molar permanen pertama rahang atas
berada pada buccal groove molar permanen pertama tahang bawah.
Kelas II Angle Divisi 1

Kelas II Angle Divisi 2

Apabila terdapat maloklusi kelas II hanya pada satu sisi, maka ditambahkan subdivisi
(sisi yang mana yang terdapat maloklusi kelas II). Cth: Kelas II Angle, Subdivisi
(kanan/kiri).

 Kelas III Angle


Puncak bonjol mesio bukal molar permanen pertama rahang atas terletak lebih
posterior dari buccal groove molar permanen pertama rahang bawah.
Pada kelas III penuh, puncak bonjol gigi premolar 2 rahang atas berada pada buccal
groove gigi molar permanen pertama rahang bawah.

Tipe 1 : Gigitan anterior “edge to edge”.


Pada rahang bawah edge to edge ini disebabkan oleh adanya gigi-gigi
yang berjejal dan inklinasi yang condong ke lingual.
Tipe 2 : Hubungan gigi-gigi insisif rahang atas dengan rahang bawah tampak
normal.
Hubungan gigi insisif bawah lebih condong ke lingual dibandingkan tipe
1 dan disertai gigi-gigi insisif dan kaninus rahang bawah yang berjejal.
Tipe 3 : Tipe ini merupakan gambaran khas mandibula yang besar. Bentuk profil
muka cekung, dagu menonjol ke depan dan terdapat gigitan bersilang
gigi anterior (anterior crossbite).
TOPIK 4 : Diagnosis Ackerman-Proffit
Pokok Pelatihan Keterampilan
Prosedur Penentuan Diagnosis menurut Ackerman-Proffit.

Prosedur Penentuan Diagnosis menurut Ackerman-Proffit.


1) Langkah-langkah Penentuan Diagnosis menurut Ackerman-Proffit
 Langkah 1
Proporsi wajah dan estetik (facial proportion and esthetic).
 Langkah 2
Kesejajaran gigi dan kesimetrisan lengkung gigi (dental alignment and arch
symmetry).
 Langkah 3
Hubungan dental dan skeletal dalam bidang transversal (skeletal and dental
relationship in the transverse plane).
 Langkah 4
Hubungan dental dan skeletal dalam bidang antero posterior (skeletal and dental
relationship in the antero-posterior plane).
 Langkah 5
Hubungan dental dan skeletal dalam bidang vertikal (skeletal and dental relationship
in the vertical plane).
2) Tuliskan diagnosis ortodonti bedasarkan kasus yang ditemukan.
Sesuai dengan tata cara oenulisan sebagai berikut :
[kelainan dental dan atau skeletal] [relasi molar] disertai dengan [kelainan kesejajaran
gigi dan kesimetrisan lengkung gigi] [kelainan pada pemeriksaan ekstra oral dalam arah
transversal, sagital dan vertikal] [kelainan pada pemeriksaan intra oral dalam arah
transversal, sagital, vertikal].
Referensi :
Bishara, S.E. 2001. Textbook of Orthodontics. W.B. Saunders company. Philadelphia.
Hal 103, 109-110, 143, 278-279.
Graber, L.W., Vanarsdall, R.L., Katherine, W.L., Orthodontic Currents
Principles and Technique. 5th Edition. USA: Elsevier Mosby, 2012. 20-26.

Proffit, W.R. dan Henry W.F. 2000. Contemporary Orthodontics. Edisi Ke-3. Mosby year
Book. Inc. St. Louis, Missouri. Halaman 10.
Rakosi, T., dkk. 1993. Orthodontic Diagnosis. Thieme medical publishers, inc.
Newyork. Hal. 46-47, 132.
Soemantri, E.S. Sefalometri.

Anda mungkin juga menyukai