Anda di halaman 1dari 11

BOLTON STANDAR

BAB I
PENDAHULUAN
Standar kondisi normal dalam lingkungan biologis, telah lama
didiskusikan dari berbagai sudut pandang, khususnya yang berhubungan dengan
kompleks dentofasial. Webster memberikan beberapa definisi standar kondisi norma,
yaitu: suatu keadaan atau bentuk yang dianggap normal, suatu pola dasar standar
individual yang sesuai, atau suatu kondisi yang lazim/biasa, yang secara kuantitas
menyerupai rata-rata. Gould juga memberikan definisi yang hampir sama dalam
literatur medis, seperti "kesesuaian bentuk alami yang memiliki struktur umum".
Keadaan yang umum ini menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak spesifik
bisa dianggap sebagai suatu hal yang normal, disebabkan karena perbedaan
dimensi dan morfologi pada semua struktur dentofasial baik secara anatomi
maupun fungsional, dimana dalam mengkategorikannya tidak bisa diterapkan melalui
cara yang kaku.
Menurut Broadbent, diperlukan suatu standar mengenai kondisi normal yang
menyangkut pertumbuhan dan perkembangan dentofasial karena banyaknya variabel yang
terlibat, jenis dan alat ukur yang dipakai harus dapat memberikan akurasi sehingga
didapatkan hasil pengukuran yang secara logika dan ilmiah dapat dibenarkan. Bolton standar
dipakai langsung secara klinis dengan membandingkan hasil dan perbaikannya yang selama
bertahun-tahun hingga didapat kesimpulan bahwa penelitian ini merupakan hasil
pengalaman klinis dan alat penelitian yang penting.
BAB II
STANDAR BOLTON
Berdasarkan penelitian selama bertahun-tahun tentang hubungan gigi geligi,
dihasilkan perbedaan konsep standar kondisi normal. Hal tersebut dijabarkan dalam konsep
kondisi normal individu yang dikemukakan oleh Johnsons bahwa setiap orang memiliki
keunikan dan kompleksitas tersendiri dimana tidak ada standar yang baku, di satu sisi untuk
melihat hubungan sederhana seperti inklinasi aksial insisif sentral mandibula dengan
mandibular plane yang normal, disisi lain bertujuan untuk melihat hasil dari perawatan
ortodonti.
Menurut Broadbent, diperlukan batasan yang dapat dipertimbangkan
tentang standar kenormalan yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan
dentofasial karena banyaknya variabel yang terlibat, jenis ukuran dan alat ukur
yang dipakai harus dapat memberikan akurasi sehingga didapatkan hasil
pengukuran yang secara logika dan ilmiah dapat dibenarkan. Bolton standar
digunakan secara klinis dengan membandingkan hasil dan perbaikan selama
bertahun-tahun hinggai diperoleh kesimpulan bahwa penelitian ini merupakan
hasil pengalaman klinis dan alat penelitian yang penting.
Sebagai kualifikasi dasar yang telah ditetapkan, standar Bolton

0
berhubungan dengan konsep umum tentang kondisi normal, bukan sebagai alat
ukur yang dibuat-buat, tetapi berasal dari kasus-kasus sebenarnya yang
menunjukkan kondisi morfologi dentofasial yang normal sesuai dengan
susunannya dalam lengkung rahang. Hal yang yang perlu ditekankan adalah
gambar rata-rata statistik populasi yang ditarik secara acak menunjukkan nilai
optimum.
Salah satu contoh pendekatan yang diambil dalam mendefinisikan suatu
kondisi normal dentofasial adalah Krogman dan Sassoni yang membaginya
kedalam 4 kategori umum yaitu secara statistik, anatomis, fungsional atau secara
estetik. Secara statistik dapat dilihat hubungannya dengan populasi sampel, setiap
orang akan menyadari bahwa populasi yang mempunyai wajah dengan skeletal
kelas III jumlahnya terbatas. Sebaliknya yang memiliki hubungan kelas I atau
kelas II jumlahnya lebih banyak.
Bolton (1958) memperkenalkan suatu metoda rasio matematika. Rasio
matematika pada kasus yang membutuhkan pencabutan, diperlukan untuk
membantu analisis, agar diperoleh hubungan antar geligi yang serasi dan
seimbang, baik secara fungsional maupun estetik serta hasil perawatan yang stabil.
Hubungan yang tepat antara lebar mesiodistal geligi rahang atas terhadap lebar
mesiodistal geligi rahang bawah penting untuk mencapai interdigitasi oklusal
yang baik pada akhir perawatan. Tanpa ketepatan rasio mesiodistal geligi rahang
atas dan rahang bawah maka koordinasi kedua lengkung geligi akan sulit dicapai.
Rasio matematika Bolton (1958) didasarkan atas ukuran lebar mesiodistal
gigi. Untuk melihat adanya diskrepansi lebar mesiodistal geligi pada regio anterior
atas terhadap lebar mesiodistal geligi pada regio anterior bawah dengan
menghitung rasio geligi anterior. Sedangkan untuk mengetahui adanya diskrepansi
lebar mesiodistal geligi pada regio anterior dan posterior rahang atas terhadap
lebar mesiodistal geligi pada regio anterior dan posterior rahang bawah dengan
menghitung rasio geligi keseluruhan
Rasio Anterior = Jumlah 6 gigi anterior mandibula x 100
Jumlah 6 gigi anterior maksila
Rasio Keseluruhan = Jumlah 12 gigi anterior mandibula x 100
Jumlah 12 gigi anterior maksila
Dengan rasio Bolton diperoleh informasi hasil perawatan serta diketahui
kemungkinan adanya penyimpangan klinik, sehingga menjadikan analisis tersebut
sebagai sarana diagnostik yang praktis dan mudah, karena didasarkan atas
perhitungan secara matematis.
Rasio geligi anterior diperoleh dari:
Jumlah lebar keenam gigi anterior rahang bawah dibagi dengan jumlah lebar
keenam gigi anterior rahang atas dikalikan seratus persen.
Rasio geligi anterior sebesar 77,2% akan memberikan hubungan tumpang
gigit dan jarak gigit yang ideal, bila angulasi insisif tidak berlebihan. Apabila rasio
geligi anterior lebih besar dari 77,2% berarti material gigi anterior rahang bawah
berlebihan dan bila rasio geligi kurang dari 77,2% maka material gigi anterior
rahang atas berlebihan (Bolton, 1958; Basaran, 2006; Akyalgin, 2006).

1
2.1 Seleksi Wajah Bolton
Jumlah populasi pada penelitian Bolton tercatat sekitar 5000 individu,
diantaranya mempunyai catatan sefalometri serial yang dibuat 6 bulan hingga 4
tahun pertama hidupnya dan kemudian setahun sekali hingga remaja. Penelitian
Bolton memiliki kelebihan sebagai satu-satunya penelitian longitudinal terbesar
yang pernah dilakukan. Karena adanya faktor radiasi modern, penelitian ini tidak
mungkin dilakukan ulang pada masa yang akan datang. Dari laporan longitudinal
kelompok ini, kasus individu yang dianggap spesifik dikumpulkan menjadi
kelompok yang disebut kelompok wajah Bolton yang sebanding dengan standar
Bolton (nilai optimum).
Kriteria berikut ini ditetapkan sebagai kerangka kerja untuk proses seleksi
wajah Bolton :
1. Oklusi yang baik sesuai studi model yang dibuat pada waktu yang dengan
catatan serial sefalometri.
2. Riwayat kesehatan baik, penderita penyakit yang melemahkan tidak diambil.
3. Wajah cocok sesuai rara-rata statistik pengukuran kraniofasial.
4. Wajah yang tampak estetik.
5. Adanya catatan jangka panjang, artinya tiap kasus individual dicatat secara
longitudinal setiap tahun dari usia 1 tahun hingga 18 tahun (beberapa kasus
yang tidak mempunyai catatan individual tahunan memerlukan kualifikasi,
untuk ini diisi dengan kasus-kasus yang ukuran dan bentuknya serupa, sesuai
dasar seleksi untuk melengkapi susunan longitudinal).
2.2 Penentuan Nilai Rata-rata untuk Penggabungan
Masing-masing individu dalam seri wajah Bolton saat radiograf
sefalometri diambil, mempunyai model studi serta catatan tinggi badan, berat
badan dan foto rontgen pergelangan tangan untuk mengetahui usia kerangka.
Kelompok ini dibagi menurut jenis kelamin, 16 laki-laki dan 16 perempuan, dan
hasil sefalometri yang diperoleh kemudian ditracing. Dengan metode ini hasil
tracing film struktur lateral bilateral dipindahkan ke outline tracing tunggal yang
kemudian dibandingkan dengan proyeksi struktur kanan dan kiri pada bidang
midsagital.
Gambar 2.1 menunjukkan langkah lebih lanjut tracing rata-rata untuk
membentuk gabungan dan kemudian sebaliknya mengambil rata-rata hasil gabungan
untuk membentuk tracing tunggal lainnya. Metode interpolasi ini dilakukan sampai ke 16
tracing individu kelompok laki-laki diinterpolasi ke dalam suatu wajah optimum dan juga
pada ke-16 tracing individu kelompok perempuan. Proses ini diikuti pada setiap usia
kronologis dan seluruhnya menunjukkan sekitar 2174 tracing untuk hasil pemeriksaan
frontal dan lateral.

2
Gambar 2.1
Langkah tracing
Alasan untuk menyeleksi 16 individu dalam masing-masing kelompok
jenis kelamin, adalah agar mencakup jumlah sampel yang cukup besar sehingga
sah dan valid secara statistik, secara numerik atau dalam angka untuk merata-
ratakan teknik dan interpolasi, juga dapat menentukan catatan mayoritas
longitudinal optimum yang tersedia dalam koleksi data Bolton.
Standar lateral tahunan berkisar dari umur 1 tahun sampai 18 tahun,
sedangkan standar frontal dari usia 3 tahun sampai 18 tahun. Radiograf frontal
tidak diambil 2 tahun pertama awal kehidupan karena sulitnya menempatkan anak
sesuai posisi dan waktu yang diperlukan untuk mengekspos lebih lama. Sebagian
besar sefalogram lateral diambil dengan posisi anak berbaring. Gambar 2.2
menunjukkan gabungan tracing tahunan. Standar Bolton lateral dan frontal yang
secara grafik menunjukkan kesimetrisan dan keseragaman pola morfologis usia 1
tahun sampai 18 tahun. Sefalogram ini di-superpose dalam hubungan Bolton.
Gambar 2.2

3
Standar Bolton
BAB III
PERBANDINGAN STANDAR BOLTON
3.1 Kecepatan Pertumbuhan
Terdapat periode percepatan dan perlambatan dalam kemajuan
perkembangan individual, terutama yang berhubungan dengan kecepatan
pertumbuhan saat pubertas. Namun perubahan-perubahan yang terjadi, berubah
pada usia-usia kronologis yang berbeda, dan berbeda juga pada tiap individu.
Perubahan kecepatan pertumbuhan ini tergantung pada perbedaan umur
kronologis tiap individu. Akibatnya rata-rata metode tracing yang digunakan
untuk menetapkan standar dalam suatu gambaran tracing, menghapuskan adanya
variasi secara individual, sehingga standar ini pada dasarnya memperlihatkan pola
tambahan yang seragam. Patokan yang harus tetap kita pegang adalah standar
Bolton, meskipun standar Bolton selalu memperhatikan keseragaman kemajuan
pertumbuhan secara lengkap. Adanya individu yang bervariasi menyebabkan
adanya perubahan yang besar dalam waktu berbeda selama proses pertumbuhan
dan perkembangan.
3.2 Simetri Frontal
Tracing frontal akhir yang membentuk standar Bolton tahunan pada
proyeksi P-A telah ditracing dengan metode rata-rata yang sama atau interpolasi.
Untuk menghilangkan terjadinya asimetri minor kiri dan kanan, setiap tracing
tahunan dibalikkan diatas tracing frontal itu sendiri, kemudian dilengkapi dengan
rata-rata berikutnya. Ini memberikan struktur kanan-kiri yang simetris.
3.3 Indeks Sefalik dan Fasial

4
Gambar 3.1

Indeks sefalik dan fasial


Indeks sefalik, seperti diterangkan oleh antropologis, merupakan suatu
perbandingan ukuran kranial pada bidang horizontal. Rasio ini menghubungkan
dimensi lateral kranium dengan ukuran P-A, dan terdiri atas 3 kategori umum.
Seperti yang terlihat dari gambar 3.1, indeks fasial menggambarkan
hubungan analogi antara tinggi dan lebar wajah dan memberikan tipe
leptoprosopic, mesoprosopic, dan euryprosopic. Tracing sefalometri frontal dari
standar Bolton sama pada pola morfologi mesoprosopic dan digunakan sebagai
ukuran lateral, ketika diambil pada bidang midsagital untuk menentukan
pengukuran bizygomatic, bigonial, atau lebar lengkung gigi sebagaimana
dibedakan dari kedua tipe lainnya.
3.4 Kronologi Erupsi Gigi
Saat melihat maturasi tiap gigi secara standar dan mengikuti gigi-gigi
tersebut selama erupsi klinisnya, semua pola standar akan terlihat sedikit lebih
lambat secara kronologis daripada waktu erupsi gigi yang diumumkan oleh
statistik lain dalam hal waktu erupsi gigi. Secara umum, keterlambatan waktu
erupsi gigi pada kelompok optimum mungkin signifikan, karena semakin
panjangnya ukuran wajah yang terus-menerus tumbuh sebelum erupsi gigi tetap
dewasa, semakin besar proses alami menempatkan mereka pada posisi yang tepat
dalam rongga mulut dan menciptakan lengkung yang normal.
3.5 Kualifikasi Penggunaan
Penggunaan yang ditekankan sebelumnya, dapat berguna pada tahap ini :
suatu catatan kasus sefalometri akan dibandingkan secara langsung dengan

5
standar-standar dalam bentuk transparan, pengambilannya harus dalam keadaan
standar.
Pemakaian standar transparan memungkinkan kita untuk melakukan
superposisi secara langsung diatas radiografi tanpa tahap tracing selanjutnya, dan
para praktisi yang secara rutin lebih sering memandang wajah dari aspek lateral
dengan jaringan lunak menghadap ke kiri dibandingkan ke kanan, akan dengan
mudah membalik transparansi dan melakukan superpose dengan cara yang biasa
mereka lakukan. Pola superposisi tidak ada yang dijadikan standar, walaupun
beberapa perbandingan memberikan mereka kemudahan dalam komunikasi.
Penggunaan standar adalah untuk menyingkap variasi kasus individual sehingga
memungkinkan seorang praktisi untuk mengembangkan rencana perawatan.
3.6 Standar Laki-laki dan Perempuan
Pola untuk laki-laki dan perempuan sama secara morfologi, kecuali dalam
hal ukuran, yang berawal pada pertengahan remaja. Dimorfisme dalam hal ukuran
dimulai kira-kira saat usia 14 tahun dalam wajah Bolton, namun hal itu tidak
definitif dan overlap dapat terjadi diantara kedua jenis kelamin. Dalam
membandingkan laki-laki dan perempuan dari segi linier, wajah yang digunakan
dalam standar Bolton memiliki derajat overlapping yang terdapat pada kedua
kelompok dalam semua usia. Ini ditunjukkan melalui pengukuran Bo-Na, Y Axis,
panjang maksila dan mandibula, dan wajah bagian atas anterior dan tinggi wajah
bagian bawah. Adanya kesamaan ini, dapat ditarik kesimpulan secara rasional
untuk menggunakan standar tunggal, daripada satu untuk laki-laki dan standar lain
untuk perempuan.

6
Gambar 3.2

Perbandingan linier tracing laki-laki dan perempuan

3.7 Dimorfisme Seksual


Fenomena laju pertumbuhan ke usia dewasa biasanya terjadi dari usia 10
dan 12 tahun untuk perempuan dan 12 dan 14 tahun untuk laki-laki. Meskipun
begitu, pertumbuhan minimal berlanjut hingga usia 18 tahun; dimana laki-laki
diamati tumbuh secara aktif saat menuju usia 18 dan 19 tahun. Sesungguhnya
dimofisme seksual ini adalah karakteristik seksual sekunder yang muncul setelah
pubertas dan selama tahun-tahun usia dewasa.

7
Gambar 3.3

Pertumbuhan kraniofasial pada dimorfisme seksual


Gambar 3.3 menunjukkan sembilan daerah kraniofasial yang menunjukkan
variasi antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan yang paling familiar adalah
ukuran sinus frontalis dan ridge supraorbital yang lebih besar pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan hidung yang lebih besar dan dagu yang lebih
menonjol pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Selain itu, terdapat
perbedaan pada sudut gonial dan oksipital kondil dan oksipital protuberansia.

Tabel 3.1

8
Dimorfisme seksual dalam pola kraniofasial
3.8 Perbedaan Rasial
Tiga ras utama pada manusia antara lain Kaukasia, Negro, dan Oriental,
atau kategori yang lebih besar dibagi menjadi lima, yaitu Kaukasoid, Negroid,
Mongoloid, Australoid, dan Kapoid. Perbedaan rasial memberi variasi pada
ukuran kranial, indeks sefalik, proporsi nasal, ukuran rahang dan gigi, jenis
rambut, warna mata, dan faktor-faktor lain. Standar Bolton adalah standar untuk
ras Kaukasia, namun dapat digunakan sebagai alat pengukur untuk menunjukkan
daerah variasi rasial dentofasial.
Penggunaan Standar Bolton dalam perbandingan rasial ditunjukkan pada
gambar 3.4. Anak laki-laki Negro berusia 11 tahun dengan bimaxillary protrusion,
kondisi yang berhubungan dengan ras negro. Dengan superposisi standar 11
tahun dengan tracing anak tersebut dalam relasi Bolton, dapat diamati basis
kranial yang lebih panjang, posisi lebih anterior dari tengah wajah, dan penonjolan
yang jelas dari prosesus alveolar dan gigi geligi mandibula. Reorientasi dari
standar pada nasion dan pogonion memberi gambaran bimaxillary protrusion dan
akibatnya pada posisi bibir.

Gambar 3.4
Perbandingan standar bolton dengan ras negro

3.9 Tinggi, Berat, dan Usia Skeletal

9
Informasi mengenai tinggi, berat, dan usia skeletal berguna dalam
mempertimbangkan hubungan individual dengan pola normal atau proses maturasi
dihubungkan dengan teman sebayanya. Grafik 3.1 menunjukkan nilai tengah dan
rentang perkembangan dalam populasi wajah Bolton. Kelompok yang digunakan
dalam standar Bolton menunjukkan nilai tengah dan rentang untuk perempuan dan
laki-laki terpisah. Kenaikan tinggi dan berat untuk perempuan kira-kira terjadi
pada usia 14 tahun, sedangkan pada laki-laki akan meningkat pada usia 18 tahun.
Grafik usia skeletal 3.1 C, menunjukkan rentang maturasi skeletal yang
signifikan untuk setiap tahun kronologis tapi menempatkan nilai tengah untuk
laki-laki dan perempuan dan kelompoknya, pada posisi hingga usia 17 tahun. Pada
usia tersebut, perempuan sudah mencapai usia dewasa sedangkan kelompok laki-
laki melanjutkan menyelesaikan proses maturasinya.
Grafik 3.1

10

Anda mungkin juga menyukai