Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Radiografi sefalometri merupakan suatu bentuk reproduksibilitas
radiografi tengkorak yang digunakan secara ekstensif di bidang kedokteran gigi
guna menilai hubungan gigi dengan rahang dan rahang dengan tulang wajah (e
book esensial).Sefalometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran
yang bersifat kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk
mendapatkan informasi mengenai pola kraniofasial.1
Dewasa ini, bidang kedokteran gigi sudah mengalami perkembangan yang
baik di segala sektor, tidak terkecuali sektor radiografi dental.Radiologi adalah
cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi pengion dan bentuk-bentuk
energi lainnya (bukan pengion) untuk keperluan diagnostik dan terapi yang
meliputi energi pengion oleh radiator dan bahan radioaktif seperti sinar X, sinar
gamma, pancaran energi pengion, (electron, neutron, positron dan proton). Energi
bukan pengion seperti gelombang ultrasonik, gelombang infrared, gelombang
magnetik dan gelombang mikro.Kini bukan hanya sistem fotografi konvensional
saja yang diterapkan dalam bidang kedokteran gigi, tetapi sistem digital pun telah
tersedia walaupun masih belum begitu populer karena alasan biaya yang mahal.2-3
Radiografi digital sudah lama dilakukan dibidang kedokteran walaupun di
bidang kedokteran gigi baru diterapkan sekitar tahun 1980 berupa foto intra
oral.Radiografi digital adalah suatu pencitraan sinar X dimana sensor-sensor sinar
X digital digunakan untuk menggantikan film fotografi konvensional. Proses
kimiawinya digantikan dengan sistem komputer yang terhubung dengan layar
monitor atau laser printer. Beberapa penelitian menyebutkan radiografi digital
dapat menggantikan sistem film konvensional guna mendapatkan kualitas
radiograf yang lebih baik untuk diagnosis dengan mengurangi paparan dari radiasi
pengion sehingga paparan radiasi terhadap pasien pun dapat diminimalisir.4-5
. Sefalometri mempunyai beberapa manfaat antara lain untuk mempelajari
pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial dengan cara membandingkan
sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu berbeda serta untuk
mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.1
Penampakan sefalogram (tracing)membutuhkan pengetahuan tentang
anatomi kepala serta penampilan radiografi dari struktur titik-titik acuan
sefalometri. Anatomi serta titik acuan tersebut mutlak untuk diketahui dan
dipahami untuk menghindari kesalahan penapakan (tracing) yang pada akhirnya
akan mempengaruhi hasil pembacaan sefalogram.

1
BAB II
RADIOGRAFI SEFALOMETRI KONVENSIONAL
Alat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram
terdiri atas sefalostat atau sefalometer, tabung tembus sinar, pemegang kaset
beserta kaset yang berisi film dan layar pengintensif (intensifying
screen).Pemegang kaset diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang
tajam.Layar pengintensif digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang
tidak diperlukan. Bagian sefalometer yang diletakkan pada telinga (ear rod)dapat
digerakkan sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala pasien. Tabung sinar
harus dapat menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus
jaringan keras dan dapat menggambarkan jaringan keras dan jaringan lunak secara
jelas.1

2.1 Perlengkapan dan peralatan yang dipakai dalam pembuatan radiograf


sefalometri1,6
1. Sefalostat
Sefalostat merupakan peralatan untuk mengambil radiograf sefalometri yang
terdiri atas: (gambar 1)
- Alat utama untuk mengambil radiograf dimana kepala pasien diposisikan
dan distabilisasi menggunakan ear rod sampai posisi pasien telah sesuai
dengan standar (beberapa unit kadang-kadang mempunyai penanda
infraorbita atau infraorbital guide rods)
- Fixed-anti scatter grid merupakan komponen yang berfungsi untuk
mencegah tersebarnya foton hingga proses pengambilan radiograf pasien
selesai serta mendegradasi hasil gambar akhir.
- Kaset yang terdiri dari layar pengintensif dan bertindak sebagai film. Pada
umumnya berukuran 18 x 24 cm
- Aluminium wedge filter merupakan bagian dari sefalostat yang diposisikan
antara pasien dan bagian depan dari kaset atau dilekatkan pada tubehead
yang menutupi bagian dari tabung. Hal ini berfungsi untuk menipiskan
tabung X-ray pada area jaringan lunak pada wajah karena jaringan tersebut
harus mendapatkan gambaran densitas yang cukup guna menghasilkan
suatu bayangan radiografi secara jelas.
- Peralatan sumber X-ray posisinya harus tetap dan sama kira-kira 2 meter
dari sefalostat dan film (gambar 2), sehingga secara berturut-turut
radiograf dapat direproduksi dan disamakan. Produksi sinar X-ray yang
berkualitas harus memenuhi syarat seperti harus cukup berpenetrasi
kedalam film, meminimalisir magnetifikasi antara sisi kiri dan sisi kanan
mandibula serta harus dapat menjamin ketajaman titik tengah dari
Sella,nasion dan subspina.

2
Gambar 2.1.Posisi pasien saat pengambilan foto sefalometri.

Gambar2.2. (A) Posisi proyeksi lateral sefalometri terlihat dari sisi depan.

2.2 Teknik Pengambilan Foto Sefalometri


A.Proyeksi lateral atau profil
Proyeksi lateral dapat diambil dengan cara pasien diinstruksikan untuk
oklusi sentrik, mulut terbuka atau dalam keadaan istirahat. Kepala pasien difiksasi
pada sefalometer, bidang sagital tengah terletak 60 inchi atau 152,4 cm dari pusat
sinar X dan wajah sebelah kiri dekat dengan film. Pusat berkas sinar X sejajar
sumbu transmetal (ear rod) sefalometer. Jarak bidang sagital tengah dengan film
18 cm. FHP (Frankfurt Horizontal Plane) sejajar lantai, pasien duduk tegak
dengan kedua telinga setinggi ear rod.1,6
B. Proyeksi postero-anterior/frontal
Pada proyeksi postero anterior, tabung diputar 90 derajat sehingga arah
sinar X tegak lurus sumbu transmeatal.1,6

C. Oblique Sefalogram
Oblique sefalogram kanan dan kiri dibuat dengan sudut 45 dan 135
terhadap proyeksi lateral.Arah sinar X dari belakang guna menghindari
superimposisi dari sisi mandibula yang satunya.FHP sejajar lantai. Oblique
sefalogram sering digunakan untuk analisis subjek pada periode gigi campuran.1,6
2.3Processing Film

3
Tahapan pengolahan film konvensional terdiri atas tahap developing
(pengembangan),rinsing (pembilasan), fixing (penetapan), washing(pencucian)
dan drying (pengeringan).3
- Developing
Developing merupakan langkah pertama dalam memproses film. Suatu larutan
kimia digunakan dalam proses developing. Larutan developing bertujuan
untuk menghaluskan emulsi film selama proses ini berlangsung. Pada tahap
ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran.Developing merupakan
perubahan butir-butir perak halida didalam emulsi yang telah mendapat
penyinaran menjadi perak metalik. Sementara butiran perak halida yang tidak
mendapat penyinaran tidak akan mengalami perubahan. Perubahan menjadi
perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena
sinar X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film.3
Larutan developer terdiri atas bahan pelarut.Bahan yang digunakan
sebagai pelarut adalah air bersih yang tidak mengandung mineral.Bahan
developer adalah bahan yang dapat mengubah perak halida menjadi perak
metalik. Didalam lembaran film, bahan developingakan bereaksi dengan
memberikan elektron kepada kristal perak bromida untuk menetralisir ion
perak sehingga kristal perak halidayang tadinya telah terkena penyinaran
menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa mempengaruhi kristal yang tidak
terkena penyinaran. Bahan yang biasa digunakan adalah jenis benzena
(C6H6).3
Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi
pada film mudah diterobos oleh bahan developing (mudah diaktifkan).Bahan
yang mengandung alkali ini disebut bahan akselerator yang umumnya terdapat
pada potasium karbonat (Na2CO3 / K2CO3) atau potasium hidroksida
(NaOH/KOH) yang mempunyai sifat dapat larut dalam air.Selain itu, pada
tahap ini juga terdapat bahan penahan (restrainer) yang berfungsi untuk
mengendalikan aksi reduksi bahan developer terhadap kristal yang tidak
terpapar, sehingga tidak terjadi kabut (fog) pada bayangan film. Bahan yang
sering digunakan adalah kaliumbromida.3
Selain bahan-bahan diatas, cairan developer juga mengandung bahan-
bahan tambahan seperti bahan buffer dan bahan pengeras (hardening agent).
Fungsi dari bahan buffer adalah untuk mempertahankan pH cairan sehingga
aktivitas cairan developer relatif konstan. Sedangkan fungsi dari bahan
pengeras adalah untuk mengeraskan emulsi film yang diproses.3
- Rinsing
Setelah proses developing, rendaman air digunakan untuk mencuci
atau membilas film. Pembilasan digunakan untuk menghilangkan
developer dari film dan menghentikan proses developing. Pada waktu film
dipindahkan dari cairan developer, sejumlah cairan tersebutakan terbawa
pada permukaan film dan juga didalam emulsi filmnya.3
Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan developer
agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan developer yang
tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun
film telah dikeluarkan dari larutan pengembang. Apabila pembangkitan

4
masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik
(dichroic fog) sehingga hasil radiograf tidak memuaskan.Proses yang
terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan
dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara
merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air
yang mengalir selama 5 detik.3
- Fixing
Setelah proses pembilasan, kemudian difiksasi. Suatu larutan kimia
yang dikenal sebagai fiksator digunakan dalam proses fiksasi. Tujuan dari
fiksator adalah untuk menghilangkan kristal perak halida yang tidak
terpapar dan terkena energi emulsi film. Senyawa tersebut bersifat larut
dalam air yang selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian.3
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi
lanjutan yang dilakukan oleh cairan developer yang terserap oleh emulsi
film. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk
memberikan perlindungan terhadap kerusakan guna mengendalikan
penyerapan uap air.3
- Washing
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk
perak kompleks dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan
bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan
air mengalir agar air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.3
- Drying
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film.Tujuan
pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil
akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas
dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak.3
Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan
adalah dengan udara. Tiga faktor penting yang mempengaruhinya, antara
lain suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati
emulsi.

BAB III
RADIOGRAFI SEFALOMETRI DIGITAL

Digital radiografi adalah sebuah bentuk pencitraan sinar_X, dimana sensor-


sensor sinar-X digital digunakan untuk menggantikan film fotografi
konvensional.Selain itu, processing kimiawinya juga digantikan oleh sistem
komputer yang terhubung dengan monitor atau laser printer. Sebuah sistem
digital radiografi terdiri dari 5 komponen utama, yaitu X-ray source, Detektor,
Analog-Digital Converter, Computer, dan Output Device.5
Prinsip kerja digital radiografi pada intinya menangkap sinar-X tanpa
menggunakan film. Sebagai ganti film sinar X, digunakan sebuah penangkap
gambar digital untuk merekam gambar sinar X dan mengubahnya menjadi file

5
digital yang dapat ditampilkan atau dicetak untuk dibaca dan disimpan sebagai
bagian rekam medis pasien.5
Sumber yang digunakan untuk menghasilkan X-ray pada radiografi
digitalsama dengan sumber X-ray pada radiografi konvensional. Oleh karena itu,
untuk merubah radiografi konvensional menjadi radiografi digital tidak perlu
mengganti pesawat X-ray.Detektor berfungsi sebagai penerima gambar yang
menggantikan keberadaan kaset dan film.Ada dua tipe alat penangkap gambar
digital, yaitu Flat Panel Detectors (FPDs) dan High Density Line Scan Solid State
Detectors.5
1.Flat Panel Detectors (FPDs)
FPDs adalah jenis detektor yang dirangkai menjadi sebuah panel tipis.
Berdasarkan bahannya, FPDs dibedakan menjadi dua, yaitu:
A. Amorphous Silicon
Amorphous Silicon (a-Si) tergolong teknologi penangkap gambar tidak
langsung karena sinar-X diubah menjadi cahaya.Dengan detektor-detektor a-Si,
sebuah sintilator pada lapisan terluar detektor (yang terbuat dari Cesium Iodida
atau Gadolinium Oksisulfat), mengubah sinar-X menjadi cahaya.Cahaya
kemudian diteruskan melalui lapisan photoiodida a-Si dimana cahaya tersebut
dikonversi menjadi sebuah sinyal keluaran digital.Sinyal digital kemudian
dibaca oleh film transistor tipis (TFTs) atau oleh Charged Couple Device
(CCDs).Data gambar dikirim ke dalam sebuah computer untuk
ditampilkan.Detektor a-Si adalah tipe FPD yang paling banyak dijual di
industri digital imaging saat ini.

B. Amorphous Selenium (a-Se)


Amorphous Selenium (a-Se) dikenal sebagai detektor langsung karena
tidak ada konversi energi sinar-X menjadi cahaya. Lapisan terluar dari flat
panel adalah elektroda bias tegangan tinggi. Elektrode bias mempercepat energi
yang ditangkap dari penyinaran sinar X melalui lapisan selenium. Foton-foton
sinar-X mengalir melalui lapisan selenium menciptakan pasangan pada lubang
elektron.Lubang-lubang elektron tersebut tersimpan dalam selenium
berdasarkan pengisian tegangan bias.Pola (lubang-lubang) yang terbentuk pada
lapisan selenium dibaca oleh rangakaian TFT atau Elektrometer Probes untuk
diinterpretasikan menjadi citra.

2.High Density Line Scan Solid State Device


Tipe penangkapan gambar yang kedua pada radiografi digital adalah High
Density Line Scan Solid State Device. Alat ini terdiri dari Photostimulable Barium
Fluoro Bromide yang dipadukan dengan Europium (BaFlBr:Eu) atau Fosfor
Cesium Bromida (CsBr).
Detektor fosfor merekam energi sinar-X selama penyinaran dan dipindai
(scan) oleh sebuah dioda laser linear untuk mengeluarkan energi yang tersimpan
yang kemudian dibaca oleh sebuah penangkap gambar digital Charge Coupled
Devices (CCDs).Data gambar kemudian ditransfer oleh Radiografer untuk
ditampilkan dan dikirim menuju area kerja radiolog.

6
Komponen selanjutnya dari radiografi digital ini adalahAnalog to Digital
Converter.Komponen ini berfungsi untuk mengubah data analog yang dikeluarkan
detektor menjadi data digital yang dapat diinterpretasikan oleh komputer.
Komputer berfungsi untuk mengolah data, memanipulasi gambar, menyimpan
data-data, dan menghubungkannya dengan output device.
Sebuah sistem radiografi digital memiliki monitor untuk menampilkan
gambar. Melalui monitor ini, radiografer dapat menentukan layak atau tidaknya
gambar untuk diteruskan kepada area kerja radiolog. Selain monitor, output device
dapat berupa laser printer apabila ingin diperoleh data dalam bentuk fisik
(radiograf). Media yang digunakan untuk mencetak gambar berupa film khusus
(dry view) yang tidak memerlukan proses kimiawi untuk mengasilkan gambar.
Gambar yang dihasilkan dapat langsung dikirimkan dalam bentuk digital kepada
radiolog di ruang baca melalui jaringan work station.
3.1 Tomografi
Film konvensional yang berbasis tomografi merupakan teknik radiografi
untuk memperlihatkan struktur jaringan anatomi yang berada pada sebuah bidang
jaringan dimana struktur anatomi diatas dan dibawahnya terlihat kabur, sedangkan
menurut Richard R Chalton (1992), tomografi adalah teknik radiografi untuk
memperlihatkan gambaran lapisan-lapisan tubuh tertentu dengan cara
mengaburkan lapisan atas dan bawahnya. Dewasa ini, tomografi konvensional
dipakai untuk melihat struktur anatomi yang memerlukan tingkat kekontrasan
tinggi seperti temporomandibular joint (TMJ) dan untuk keperluan diagnosis
dental implan.7
Pesawat tomografi terdiri dari beberapa bagian. Adapun bagian-bagiannya
sebagai berikut:
1.. Tiang penghubung (Telescopic Rod) merupakan penghubung tabung rontgen
dengan tempat kaset yang dapat bergerak saat paparn (movement cassette
tray) tiang penghubung ini menghubungkan fokus pada tabung sinar X
sampai pada cassette tray.
2. Fulkrum yaitu titik gerak yang dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan
kedalaman lapisan yang dikehendaki.
3. Tabung sinar X
4. Meja kontrol ( control table )yang berfungsi mengatur faktor paparan
5. Panel kontrol yang berfungsi mengatur penyudutan tabung, jarak sinar X
dengan meja, ketinggian fulkrum dan mengatur kolimasi.

7
Gambar 3.1.Prinsip kerja tomografi
Prinsip tomografi adalah mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari
suatu lapisan tertentu dari organ tubuh dengan cara menggerakkan 2 diantara 3
komponen,.3 komponen tersebut adalah tube, kaset dan objek.Tabung sinar x dan
penerima gambar (kaset) bergerak berlawanan arah pada sebuah titik yang
dinamakanfulkrum (pivot point).Fulkrum merupakan titik gerak dari tabung sinar
x dan penerima gambar.Tebal lapisan gambar yang tergambar dalam foto
tergantung pada besar kecilnya sudut pergerakan tabung. Makin kecil sudutnya
maka lapisan yang tergambar akan semakin tebal, sudut yang makin besar maka
lapisan yang tergambar akan semakin tipis.

3.2 Cone Beam Computed Tomography (CBCT)

Film konvensional berbasis tomografi dan tomografi komputerisasi


(Computed Tomography) merupakan suatu teknik pencitraan yang dapat melihat
struktur jaringan keras gigi untuk mengevaluasi kondisi patologis, trauma dan
perencanaan diagnosis oral. Beberapa tahun belakangan ini dikembangkan suatu
metode baru yang dinamakan Cone Beam Computed Tomography (CBCT) dimana
metode ini lebih efisien dibandingkan dengan tomografi konvensional ataupun
tomografi komputerisasi (CT Scan) guna keperluan diagnosis oral.7
Scanner cone beam menggunakan suatu kesatuan digital yang
menyediakan area detektor dua dimensi daripada detektor linear seperti pada CT,
yang dikombinasikan dengan satu 3D sinar xray dan kolimasi sirkular sehingga
resultan sinar berada pada bentuk tabung, yang selanjutnya dinamai cone beam.
CBCT menghasilkan set data volumetrik. Dimensi voxel bergantung pada ukuran
pixel area detektor, sehingga unit CBCT secara umum memberikan resolusi voxel
yang isotropik seimbang pada keseluruhan tiga dimensi.7
Teknik cone beam meliputi suatu pemindaian rotasional yang meluas 180
derajat dari sumber x-ray dan suatu area yang bergerak timbal-balik secara
sinkron di seputar kepala pasien. Program software yang menggabungkan
algoritma meliputi proyeksi back-filter yang dipakai dalam proyeksi data ini untuk
menghasilkan suatu set data 3D yang dapat digunakan untuk menghasilkan

8
gambaran rekonstruksi utama pada 3 dataran yaitu dataran aksial, dataran sagital
dan dataran koronal.7
CBCT dapat dilakukan pada pasien dengan tiga posisi yaitu posisi duduk,
berdiri dan supine.Kebanyakan sistem pencitraan CBCT menggunakan suatu
lintasan melingkar yang lengkap atau suatu sudut pemindaian 360 derajat untuk
mendapatkan data proyeksi. Persyaratan fisik ini biasanya diperlukan untuk
menghasilkan data proyeksi yang adekuat untuk merekonstruksi gambar 3
dimensi.7

Gambar 3.2. Alat radiografi digital

Aplikasi spesifik CBCT di bidang kedokteran gigi antara lain:7

Keperluan diagnosis dan rencana perawatan pembuatan dental implan


Perawatan ortodontik
Melokalisasi kanalis alveolar inferior
Untuk kepentingan menganalisa dan mendiagnosa kelainan pada
temporomandibular joint (TMJ)
Melihat kondisi maksilofasial yang kompleks

3.3 Teknik Pemotretan Sefalometri Digital.


Ketika akan melakukan pemotretan sefalometri, pasien diinstruksikan
melepas semua aksesoris yang berbahan metal seperti kalung, cincin, gelang,
anting, dan kacamata. Pasien juga diinstruksikan memakai apron. Kemudian
operator (radiografer) melakukan pengaturan-pengaturan berikut ini:
1. Memilih jenis radiografi
2. Penyesuaian alat terhadap pasien
3. Menyesuaikan dosis radiasi
4. Persiapan Paparan Radiografi

9
Gambar 3.3.Persiapan pemotretan sefalometri dengan alat radiografi digital

Gambar 3.4. Hasil Radiografi Sefalometri secara digital

3.4 Kelebihan dan Kekurangan Radiografi Digital

10
Kelebihan yang dimiliki radiografi digital antara lain:
1. Cepat dan efisien karena tidak membutuhkan kamar gelap untuk
pencetakan.
2. Hasil lebih akurat.
3.Sistem sinar-X dapat tetap digunakan dengan dilakukan modifikasi.
4. Tidak membutuhkan ahli komputer karena perangkat lunak yang digunakan
untuk mengatur gambar mudah digunakan.
5. Angka penolakan film dapat ditekan.
Kekurangan radiografi digital antara lain :
1. Dibutuhkan dana yang besar untuk menggantikan fasilitas radiografi
konvensional menjadi digital.
2. Kesalahan faktor paparan yang terlalu parah tidak dapat diperbaiki.

BAB IV
TITIK-TITIK ACUAN UNTUK ANALISIS
SEFALOMETRI LATERAL

Sefalogram lateral akan memberikan informasi mengenai relasi sagital


dan vertikal yaitu meliputi skeletal kraniofasial,profil jaringan lunak, gigi, faring,
tulang vertebra servikal. Struktur ini dan relasinya satu sama lain akan diukur
secara linier dan anguler bedasarkan tanda-tanda sefalometrik dengan cara
penapakan. 9
4.1. Tanda-tanda Penting (Landmarks) Sefalometri.
Landmarks adalah titik-titik yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam
pengukuran-pengukuran atau dapat digunakan untuk membentuk suatu bidang.
Landmarks sefalometri yang ideal letaknya harus diketahui, memiliki relevansi
anatomi dan tidak dipengaruhi oleh proses pertumbuhan. Landmarks sefalometri
dibagi menjadi dua kelompok yaitu landmarks lateral yaitu titik-titik acuanyang
terlihat pada sefalogram lateral dan landmarks postero-anterior yaitu titik-titik
yang terlihat pada sefalogram frontal, dimana masing-masing landmarkterdiri atas
struktur-struktur median dan lateral.8,9
Landmarksyang akan dibahas pada makalah iniadalah titik-titik referensi
pada sefalometri lateral . Gambar 3.1 dan 3.2 menunjukkan landmark sefalometri
lateral. Titik-titik referensi pada sefalometri lateral yaitu 8,9:
1. Titik A (Subspinal = Ss), titik terdalam pada kurvatur premaksila yang
terletak antara spina nasalis anterior dan prosthion.
2. Anterior nasal spina (ANS) atau spina nasalis anterior, prosesus spinosus
maksila yang membentuk proyeksi paling anterior dari dasar cavum
nasalis.
3. Titik B (Supramental =Sm), titik terdalam dan paling posterior dari kontur
antara intra dental dengan pogonion.
4. Basion (Ba), titik yang terletak di tengah-tengah dan paling posterior dari
batas depan foramen magnum.
5. Frontal, titik paling atas dan paling depan dari tulang frontalis.

11
6. Glabela (Gl), titik terdepan dari tulang frontalis yang terletak pada bidang
sagital kira-kira setinggi orbital ridge.
7. Gnathion (Gn), gnathion ditentukan dengan membuat sudut antara batas
bawah mandibula dengan bidang fasial. Titik perpotongan kedua bidang
ini diproyeksikan ke batas luar symphisis dan dinamakan gnathion.
8. Infradental (Id), titik paling anterior dan superior dari tulang lamella yang
menutupi insisif pertama bawah.
9. Insisif inferior (Ii), titik insisal pada gigi insisif sentral bawah yang terletak
paling anterior.
10. Insisif superior (Is), titik insisal pada gigi insisif sentral atas yang terletak
paling anterior.
11. Menthon (Me), titik paling inferior dari symphisis.
12. Nasion (N), titik paling anterior dari sutura nasofrontalis.
13. Opistion (Op), titik paling posterior dari foramen magnum.
14. Pogonion (Pg), titik paling anterior dari symphisis pada mandibula.
15. PNS (Spina Nasalis Posterior), titik paling posterior dari palatum durum.
16. Prostion (Pr), titik terdepan dari prosesus alveolaris maksila, yang terletak
antara kedua insisif pertama atas atau titik proyeksi paling bawah dan
paling anterior maksila.
17. Titik R, titik tengah dari garis tegak lurus yang ditarik dari pusat sela
tursika ke bidang Bolton (BP-Na).
18. Sela tursika (S), titik tengah fossa pituitari dari tulang sphenoidalis.
19. Sutura speno-occipital (So), titik paling superior dari sutura tersebut.
20. Artikulare (Ar), titik yang merupakan pertemuan antara batas luar dan
bawah dari basis cranial dengan batas belakang ramus mandibula.
21. Titik Bolton (BP), titik tertinggi pada bagian atas kurvatur fossa
retrokondilar atau titik yang terletak di antara opistion dengan basion.
22. Kondilion (Co), titik paling posterior dan superior dari kondilus
mandibula.
23. Gonion (Go), titik yang terletak antara titik paling inferior dan titik paling
posterior dari sudut mandibula. Gonion merupakan sudut perpotongan
antara garis singgung batas bawah dan batas posterior dari mandibula.
24. Orbitale (Or), titik terendah dari tepi bawah orbita.
25. Porion (Po), titik ini merupakan registrasi dari alat rontgen yang
merupakan titik paling atas dari meatus akustikus eksternus.
26. Pterigomaksilaris fisur (PTM), titik paling anterior dan bawah dari
bayangan radiolusen yang menyerupai titik air mata dimana bagian
anterior dari bayangan tersebut adalah pertemuan kurvatura bagian
anterior dan posterior dari fisura pterigomaksilare.

12
Gambar 4.1. Titik-titik referensi dalam sefalometri lateral.
(Kusnoto, 1977)

Gambar 4.2 Titik-titik referensi pada sefalometri lateral.


(Kusnoto ,1977)

13
4.2. Bidang dan Garis
Dua buah titik apabila dihubungkan akan membentuk garis, sedangkan
bidang terbentuk dari garis-garis yang menghubungkan paling sedikit tiga buah
titik. Garis dan bidang dalam sefalogrammemberikan gambaran sebagai suatu
garis sehinggasering dipermasalahkan. Beberapa bidang dan garis yang
seringdigunakan dalam sefalometri adalah8,9 :
1. Bidang Frankfurt horizontal (FHP), garis yang menghubungkan titik terbawah
dari orbita kiri (Or) dan titik paling atas dari proyeksi ear rod pada alat
sefalostat. Atau garis yang menghubungkan titik porion dan titik orbita serta
sejajar lantai.
2. Bidang Mandibula (Mandibular Plane-Downs), garis singgung dari batas
bawah mandibula.
3. Bidang Mandibula (Mandibular Plane-Steiner), garis yang menghubungkan
antara titik Gonion dengan Gnation.
4. Bidang Oklusal (Occlusal Plane), garis yang ditarik melalui titik pertemuan
antara insisif atas dan bawah dengan titik pertemuan antara bonjol mesiobukal
dari molarpertama atas dan bawah pada waktu oklusi.
5. Bidang Palatal (Palatal Plane (Pt.P) atau spina plane (Sp.P)), garis yang
menghubungkan ANS dengan PNS.
6. Bidang Estetik (Esthetic Plane), garis yang melalui puncak hidung ke titik
paling anterior dari jaringan lunak dagu.
7. Sumbu Y (Y-aksis = Downs), garis yang menghubungkan sela tursika dan
Gnation.
8. Bidang Sela Nasion (Sella Nasion Plane), garis yang melalui titik S dan
Nasion.

Gambar 4.3 Beberapa bidang dan garis sefalometri.

14
(Sulandjari, 2008)

Gambar 4.4 Bidang mandibula (Sulandjari, 2008)

BAB V
KESIMPULAN

Sefalometri merupakan salah satu jenis radiograf yang sering dipakai


didalam dunia kedokteran gigi.Radiografi sefalometri berguna untuk melihat
perkembangan dan pertumbuhan individu dalam hubungan kranio
fasial.Umumnya radiograf sefalometri digunakan sebagai penunjang diagnosis
sebelum dilakukan perawatan ortodonti.
Dewasa ini, bidang radiografi kedokteran gigi telah mengalami kemajuan
pesat seiring dengan keperluan pemeriksaan radiografi yang lebih
akurat.Gambaran radiografi yang dihasilkan oleh sistem radiografi konvensional,
kini sudah dapat diperbaiki oleh sistem radiografi digital.Walaupun demikian,
secanggih apapun peralatan radiografi, pancaran radiasi yang dihasilkan tetap
memberikan dampak kepada pasien.
Titik-titik acuan pada sefalometri harus diketahui dan dipahami untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam analisis sefalometri lateral.Landmark ini
merupakan acuan dalam menganalisis sefalogram, penggunaan landmark ini
bervariasi sesuai dengan metode analisis sefalometrik lateral yang digunakan.

15

Anda mungkin juga menyukai