Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK TRACING &

IDENTIFIKASI LANDMARK
Nama :
M. Ilham Ridhani
Naura Ifthinan Luthfiana
Salsabila Muhtar
Moch. Andhika Firdausi Rachfa
Noor Hildayanti
Vena Paramita Djunaidy
Mustika Meisy R
TRACING SUPPLIES AND EQUIPMENT

1) Sefalogram lateral berukuran 8x10 inci (pasien 6) Tracing protractor template untuk menggambar gigi
dengan asimetris wajah biasanya membutuhkan (optional). Sebagian alat ini (misalnya, Unitek
jenis headfilm frontal anteroposterior). Corp) memiliki lubang untuk memudahkan tracing
2) Kertas asetat (tebal 0,003 inci, 8x10 inci). pada bagian ear rods (bagian sefalometer yang
dipasangkan pada telinga pasien).
3) Pensil kertas 3H yang halus dan runcing.
7) Gips dental dipotong mencapai intercuspidation
4) Selotip. maksimal saat oklusi.
5) Beberapa potong kardus (diusahakan warna hitam) 8) Viewbox (rheostat variabel diperlukan, tetapi tidak
ukuran ±6x12 inci & tabung sinar tembus. harus).
9) Rautan pensil dan penghapus.
Jacobson A, 1995.
Jacobson A, 1995.
GENERAL CONSIDERATION
◦ Menempatkan cephalogram pada viewbox dengan gambar pasien menghadap ke kanan (Sesuai kesepakatan, pelat kepala
lateral bagian kanan untuk sebagian besar analisis ortodontik).
◦ Rekatkan keempat sudut radiograf ke viewbox
◦ Gambar 3 garis berbentuk salib pada radiograf dengan pulpen hitam (2 di dalam tengkorak & 1 di atas area vertebra serviks)
◦ Tanda silang registrasi tersebut memungkinkan untuk reorientasi pelacakan asetat pada film untuk pemeriksaan selanjutnya
atau jika film tergeser selama prosedur pelacakan, kejadian tersebut sering terjadi.
◦ Letakkan film matte acetate di atas radiograf & rekatkan radiograf dan viewbox (sisi mengkilap dari film asetat diletakkan di
bawah pada radiograf). Setelah menempelkan film asetat, telusuri ketiga tanda silang registrasi.

Jacobson A, 1995.
◦ Cetak nama pasien, catat nomor, umur dalam tahun dan bulan, tanggal pengambilan cephalogram, dan nama Anda di pojok
kiri bawah pelacakan asetat.
◦ Mulailah menjiplak. Gunakan tekanan halus; bila memungkinkan, buat garis gambar tanpa berhenti dan/atau mengangkat
pensil dari film asetat, hindari penghapusan. Perhatikan cetakan gigi saat menggambar gigi M dan gigi I, serta hati-hati dalam
menggambar.
◦ Garis samar pada outline profil jaringan lunak (misalnya ANS, nasion) mudah divisualisasikan dengan menutupi area
radiopak yang terang dari radiograf dengan satu atau lebih kertas karton hitam.
◦ Untuk aplikasi tertentu seperti serial atau studi pasca perawatan, akan sangat membantu untuk tracing sebanyak mungkin
anatomi di area dasar tengkorak, palatum, dan mandibula (termasuk kanal mandibula bila terlihat) untuk memberikan dasar
yang lebih baik saat superpositioning serial radiograf.

Jacobson A, 1995.
Teknik Tracing Stepwise
Bagian 1: Profil jaringan lunak, Kranium eksternal, vertebra

1. Gambarlah 3 pencatatan menyilang

2. Tracing profil jaringan lunak. Cahaya yang datang melalui struktur tulang radiopak (cahaya yang
intens) seringkali perlu disamarkan untuk lebih memvisualisasikan bayangan jaringan lunak yang
samar  Gunakan lembar penutup karton

3. Tracing kontur eksternal cranium dari tulang frontal (tidak termasuk Os. nasal & Os. Occipital).

4. Tracing outline dari atlas dan axis (cervical vertebra pertama & kedua). Dens atau odontoid process
dari axis bisa sebagai panduan untuk menemukan titik basion. Odontoid process 'menunjuk' ke basion.

Setelah menyelesaikan langkah 1 – 4, overlay template 1 (Lihat bagian dalam cover untuk template) dan
evaluasi hasil tracing.

Jacobson A, 1995.
Bagian 2: Basis kranial, internal border cranium, sinus frontal, dan ear rods

5. - Tracing internal border cranium.


- Tabel dalam dari cranium kurang terlihat jelas daripada outline luar karena permukaan internalnya
yang irregular.
- Tempatkan garis tracing pada pertemuan antara struktur radiopak dan radiolusen

6. Tracing atap orbital, pisahkan bola mata dari fossa kranial anterior. Tracing sepanjang aspek superior
tulang sphenoid ke fossa pituitary.

7. Tracing outline dari fossa pituitary atau sella turcica dan spine-like anterior dan posterior clinoid
process secara bilateral.

8. Tracing planum sphenoidale yang terletak di anterior sella turcica. Outline yang samar dan berwarna
menunjukkan permukaan superior dari cribriform plate tulang ethmoid.

Jacobson A, 1995.
9. Tracing outline sinus frontal yang bilateral.

10. Bila terlihat, tracing dorsum sella. Lanjutkan sampai aspek superior dari basis tengkorak posterior/clivus.
11. Tracing secara posterior bagian superior, midline dari tulang occipital, berakhir di tepi anterior foramen
magnum.
12. Tracing outline dasar fossa kranial tengah yang tampak bilateral (margin superior dari sayap besar tulang
sphenoid).
13. Tracing ear rods kiri dan kanan.

Setelah menyelesaikan bagian 2, overlay Template 2 dan periksa progressnya

Jacobson A, 1995.
Anatomi Landmark dan struktur untuk Bagian 1 dan 2

Jacobson A, 1995.
Bagian 3: Maxilla dan Struktur Terkait (Termasuk Os. Nasal dan
Pterygomaxillary Fissures)

14. Tracing outline tulang hidung dan sutura nasofrontalis.

15. Tracing outline thin nasal dan tulang maxilla yang mengelilingi hidung. Terkadang bagian
nasomaxillary dapat diidentifikasi.

16. Tracing margin orbital lateral dan infraorbital ridges

17. Tracing outline key ridges secara bilateral, yang mewakili processus zygomatic.

18. Tracing garis bilateral dari pterygomaxillary fissure. Pterygomaxillary fissure berguna untuk
menemukan poterior nasal spine (PNS).

19. Tracing anterior nasal spine (ANS).

Jacobson A, 1995.
20. Tracing garis superior dari dasar hidung yang memisahkan rongga mulut dan hidung. Tracing struktur
yang paling radiopak.

21. Tracing batas posterior dari tulang palatum / PNS.

22. Tracing gigi M1 rahang atas dan bawah. Jika hubungan molar tidak simetris gambarlah dengan garis
putus-putus. CEJ bisa digambar jika diinginkan. Premolar harus diperhatikan untuk membentuk bidang
fungsional oklusi.

23. Tracing garis anterior maxilla dari ANS secara inferior.

24. Tracing gigi insisif maxilla. jika gigi insisif kurang baik, maka perlu memperhatikan posisi yang normal
untuk gigi insisif tersebut. Tracing saluran pulpa dapat dilakukan untuk memastikan kemiringan gigi.

Jacobson A, 1995.
Bagian 4: Mandibula

25. Tracing batas anterior sipmpisis mandibula termasuk lapisan tulang di akar gigi insisif bawah.

26. Tracing internal dari simfisis.

27. Tracing batas inferior mandibula.

28. Tracing aspek posterior dari ramus yang biasanya terlihat sebagai struktur bilateral.

Jacobson A, 1995.
29. Tracing kondilus mandibula yang jarang terlihat pada sefalogram karena kepadatan tulang di
sekitarnya.

30. Jika terlihat, tracing mandibular notches dan coronoid prosesses

31. Tracing aspek anterior dari ramus pada prosesus alveolar dan yang membungkus gigi M mandibula.
Stuktur ini seringkali kurang jelas dan biasanya berguna untuk superposisi radiografi.

32. Tracing gigi M1 mandibula.

33. Tracing gigi insisif mandibula, jika gigi insisif mengalami kerusakan parah dapat memperhatikan posisi
gigi insisif yang lebih normal. Tracing saluran akar jika terlihat.

Jacobson A, 1995.
Anatomi Landmark dan struktur untuk Bagian 3 dan 4

Jacobson A, 1995.
Landmark Sefalometri
1) Anterior Nasal Spine (ANS)
Ujung anterior dari prosesus maksila pada batas bawah dari cavum nasal.
2) Articulare (Ar)
Titik pertemuan antara batas posterior ramus mandibula dan batas inferior dari
basis kranial posterior (Os. Occipital).
3) Basion (Ba)
Titik paling bawah dari foramen magnum.
4) Bolton (Bo)
Titik paling tinggi di titik kondil tulang oksipital.
5) Gonion (Go)
Titik pada curvatura angulus mandibula yang terletak dengan membagi dua
sudut yang dibentuk oleh garis-garis yang bersinggungan dengan ramus
mandibula dan batas inferior mandibula.
Kula K dan Ghoneima A, 2018; Jacobson A, 1995.
Landmark Sefalometri
6) Gnathion (Gn)
Titik diantara pogonion dan menton.
7) Menton (Me)
Titik paling inferior dari tulang dagu.
8) Nasion (N)
Titik paling anterior dari sutura frontonasalis.
9) Orbitale (Or)
Titik terendah dari tepi inferior orbita.
10) Posterior Nasal Spine (PNS)
Titik paling posterior dari palatum durum.

Kula K dan Ghoneima A, 2018; Jacobson A, 1995.


Landmark Sefalometri
11) Pogonion (Pog)
Titik paling anterior dari tulang dagu.
12) Porion (Po)
Titik paling superior dari meatus acusticus externus.
13) Subspinale (A)
Titik terdalam pada cekungan antara ANS dan prosthion.
14) Supramentale (B)
Titik terdalam pada cekungan antara infra dental dan pogonion.
15) Pterygomaxillare (Ptm)
Kontur fissura pterygomaxillary yang dibentuk di anterior oleh tuberositas retromolar maksila dan di
posterior oleh kurva anterior dari prosesus pterygoid dari tulang sphenoid.

Kula K dan Ghoneima A, 2018; Jacobson A, 1995.


Kula K dan Ghoneima A, 2018
Stepwise Identification of Landmarks
Pertama, cari porion dan ortibale untuk membuat Frankfort horizontal plane.
◦ Orbitale: letakkan salah satu ujung garis bersinggungan dengan tepi atas telinga dan
ujung lainnya menyentuh tepi infraorbital orbit; titik ini adalah orbitale.
◦ Porion: Gunakan orbitale sebagai titik referensi dan buat garis lurus dari titik orbital,
tentukan titik terluar dan paling tinggi dari telinga sebagai porion.

◦ Sella: titik bagian tengah fossa pituitari (Hipofisis)

◦ Nasion: aspek paling anterior dari sutura frontonasal

◦ Basion: titik paling rendah pada tepi anterior foramen magnum.

◦ Ptm: Puncak dari fisura ptcrygomaxillary yang berbentuk tetesan air mata.

◦ ANS: Ujung anterior spina nasalis.

◦ PNS: Buat garis tegak lurus pada Frankfort Horizontal, cari PNS di titik paling posterior
dari tulang palatina.
Jacobson A, 1995.
◦ Point A: Gunakan garis tegak lurus ke Frankfort Horizontal, cari titik paling posterior
di cekungan antara ANS dan prosesus alveolar rahang atas.

◦ Point B: titik paling posterior di antara cekungan dagu dan prosesus alveolar rahang
bawah.

◦ Pogonion: Pindahkan garis tegak lurus ke depan FH. lalu kembali ke tempat pertama
kali menyentuh dagu.

◦ Menton: Dengan menggunakan garis sejajar dengan FH, gerakkan ujung lurus ke atas
sampai pertama kali menyentuh bagian bawah batas simfisis mandibula.

◦ Gnathion: Berada di antara titik pogonion dan menton pada simfisis.

◦ Gonion: Menggunakan dua garis, satu bersinggungan dengan inferior batas rahang
bawah dan garis singgung lainnya ke posterior ramus, cari letak gonion pada
pertemuan sudut mandibula dengan membagi dua sudut yang dibentuk oleh dua garis.

◦ Articulare: Titik articulare berada di batas posterior ramus dan basis cranial inferior.

Jacobson A, 1995.
Daftar Pustaka
Jacobson A. Radiographic Cephalometry From Basic to Videoimaging. Carol Stream: Quintessence
Publishing Co; 1995. p. 53-63.
Kula K, Ghoneima A. Cephalometry in Orthodontics: 2D and 3D. Batavia: Quintessence Publishing Co;
2018. p. 25.

Anda mungkin juga menyukai