Anda di halaman 1dari 22

Kisi-Kisi Ujian Sefalometri PPDGS Prosto

Pengertian
Sefalometri :
ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat kuantitatif terhadap bagian-bagian
tertentu dari kepala untuk mendapat informasi tentang pola kraniofasial.
Analisis sefalometri:
kumpulan angka yang diperoleh dari sefalogram yang berguna untuk diagnosa, rencana
perawatan, dan penilaian terhadap efek dari perawatan yang akan dilakukan. (Robert e Moyers,
1988).
Kegunaan Analisis Sefalometri

Menilai morfologi dan pertumbuhan kraniofasial


Diagnosa kelainan kraniofasial.

Prediksi hubungan morfologi di masa datang

Rencana perawatan

Evaluasi hasil perawatan

Tujuan interpretasi sefalometri menurut Rakosi (1993) adalah:


1. Untuk menganalisa struktur skeletal dan tipe wajah.
2. Menilai relasi vertikal dan sagital antara rahang atas dan rahang bawah.
3. Mengetahui jenis maloklusi skeletal dan dentoalveolar.
4. Menganalisa relasi gigi-geligi, dan menganalisa jaringan lunak berdasarkan etiologi dan
prognosis.(Rakosi)

Macam-macam analisis sefalometri:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Analisis Downs
Analisis Steiner
Analisis Sassouni
Analisis Rickets
Analisis Tweed
Analisis Wits
Analisis Wendell Wylie

Bidang Mandibula Metode Downs : garis yang menghubungkan titik inferior mandibula ke
Menton
Bidang Mandibula Metode Steiner: garis yang menghubungkan titik Gonion dan Gnation.
3 bidang mandibula:
1. Inferior mandibula ke menton
2. Gonion ke gnation
3. Gonion ke menton

Titik Orientasi Sefalometri Lateral

1. S-Sella, yaitu titik yang merepresentasikan titik tengah dari fosa pituitari (sela tursika),
merupakan titik yang dibentuk pada bidang medial.

Gambar 2. Sella tursika

2. Nnasion,
fronto nasal

yaitu titik terluar paling anterior dari sutura


pada garis median.

Gambar 3. Nasion

3. Me-menton, yaitu titik paling inferior pada simfisis mandibula (unilateral).

Gambar 4. Menton

4. PogPogonion, yaitu titik paling anterior dari tulang dagu pada bidang medial (unilateral)/
simfisis mandibula.

Gambar 5. Pogonion
5. GnGnation, yaitu titik paling anteroinferior pada simfisis dagu. Didapat dengan
mempertemukan garis yang tegak lurus dengan garis yang menghubungkan Me dan Pog.
Namun titik ini sering digambarkan dalam berbagai cara, termasuk sebagai titik terendah dari
dagu (sama dengan menton).

Gambar 6. Gnation
6. ATitik A (atau ss, subspinale), yaitu titik yang terletak paling dalam di konkavitas tengah
maksila di antara spina nasalis anterior dan prostion (unilateral).

Gambar 7. Titik A (subspinale)


7. BTitik B (atau sm, supramentale), yaitu titik paling dalam pada konkavitas tengah simfisis
mandibula antara infradental dan pogonion (unilateral).

Gambar 8. Titik B (supramentale)

8. Ans Anterior Nasal Spine (Spina nasal anterior), yaitu ujung paling anterior dari badan spina
nasalis anterior, pada bidang medial, dan berhubungan dengan titik akantion.

Gambar 9. Titik ANS (Anterior Nasal Spine)

9. Pns - Posterior nasal spine, yaitu titik paling posterior dari palatum durum.
10. OrOrbitale, yaitu titik paling rendah pada marjin inferior orbita, terletak di tengah antara
gambaran kanan dan kiri (bilateral).
11. PoPorion, yaitu titik superior dari meatus akutikus eksterna.
12. GoGonion, yaitu titik yang dibentuk dari pertemuan bidang ramus dan bidang mandibula.

13. Ba-Basion, yaitu titik yang terletak di tengah-tengah dan paling posterior dari batas depan
foramen magnum.
14. Ar-Artikulare, yaitu titik yangmerupakan pertemuan antara batas luar dan bawah dari basis
kranial dengan batas belakang ramus mandibula.
15. Bo-Bolton, yaitu titik tertinggi pada bagian atas kurvatur fossa retrokondilar.
16. Titik D :
titik pengukuran yang berada di tengah simfisis mandibula dalam hubungan anteroposterior
17. Ponion

Titik D

Titik - Titik Orientasi Foto Frontal


Landmark midline:
1. Crista Galli

: Titik paling atas dari crista galli.

2. Anterior Nasal Spine

: Titik tengah dari anterior nasal spine.

3. Incision superius Frontale (Isf): Titik kontak antara insisivus sentral atas.
4. Incision inferius frontale (Iif) : Titik kontak antara insisivus sentral bawah.
5. Menton ( Me)

: Titik tengah batas bawah dari simphisis


mandibula.

Landmark bilateral:
1. Eurion ( Eu )
Titik lateral yang paling prominen pada tulang parietal dan temporal yang merupakan titik
paling lateral dari cranium.
2. Latero-orbitale (Lo)

Perpotongan dari kontur orbital lateral dengan garis innominate dimana garis innominate
memperlihatkan permukaan temporal dari wing sphenoid.
3. Medio-orbitale (Mo)
Perpotongan dari kontur orbital medial dengan kontur paling atas dari wing sphenoid.
4. Zygion (Zy)
Titik paling luar dari zygomatic arch.
5. Maxillare (Mx)
Perpotongan dari kontur lateral dari prosesus alveolaris maksila dan kontur paling bawah dari
prosesus zygomatik maksila.
6. Mx6.bs
Titik lateral yang paling prominen dari permukaan bukal M1 atas.
7. Mn6.bs
Titik lateral yang paling prominen dari permukaan bukal M1 bawah.
8. Mastoidale (Ms)
Titik paling bawah dari prosesus mastoideus.
9. Mental foramen (Mf)
Pusat dari foramen mentale.
10. Gonion (Go)
Titik lateral dan posterior, paling bawah dari sudut mandibula.
11. Antegonion (Ag)
Titik paling atas dari antegonial notch.

Gambar 15. Titik orientasi dalam foto frontal

Titik titik pada jaringan lunak


Ns (Nasion) yaitu titik terdalam dari cekung antara dahi dan kontur jaringan lunak hidung pada
bidang midsagital.
Sn (Subnasion) yaitu titik dimana columella hidung bergabung dengan lapisan atas bibir atas
pada bidang midsagital.
Ls (Labrale superior) yaitu titik yang menunjukkan batas vermilion dari bibir atas pada bidang
midsagital.
Li (Labrale interior) yaitu titik yang menunjukkan batas vermilion dari bibir bawah pada
bidang midsagital.

Pog molle (Pogonion molle) yaitu titik yang paling menonjol pada kontur jaringan lunak dagu
pada bidang midsagital.

Gambar 2.3 Titik Referensi Analisis pada Jaringan Lunak


tr

: trichion

: jaringan lunak nasion

no

: ujung hidung

sn

:subnasalle

ss

: subspinale

ls:

: labrale superius

sto

:stomion

li

:labrale inferius

sm

: submentale

pog

: jaringan lunak pogonion

gn

: jaringan lunak gnathion

2 titik skeletal yang digunakan untuk menentukan garis referensi pada analisis profil jaringan
lunak
Or
P

:Orbitale
: Porion

SNA, SNB, ANB

Sudut SNA: Sudut yang dibentuk oleh garis SN dan titik A. Sudut ini menyatakan posisi
maksila yang diwakili titik A terhadap basis kranial (SN).
Normal SNA: 82 2 (80-84).

Sudut SNB: Sudut yang dibentuk oleh garis SN dan titik B. Sudut ini menyatakan posisi
mandibula terhadap basis kranial.
Normal SNB: 802 (78-82).

Sudut ANB: Perbedaan antara sudut SNA dan SNB dan menyatakan relasi maksila dan
mandibula yang besarnya dalam keadaan normal.

Normal ANB: 22 (0-4)

E-line (esthetic line) : Pn (pronasion) jaringan lunak ke pogonion (jaringan lunak), Garis yang
melalui puncak hidung ke titik paling anterior jaringan lunak dagu.
Interpretasi : apabila bibir atas dan bawah (labium superior anterior dan inferior anterior) berada
di depan e-line maka profil muka cembung; di belakang: cekung; datar sejajar e-line (Chandra
dan Fevriandi, 2015)
Garis yang melalui puncak hidung ke titik paling anterior jaringan lunak dagu.
Standar Bolton (Liwu, 2015)
Standar Bolton berhubungan dengan konsep umum tentang kondisi normal, bukan sebagai alat
ukur yang dibuat-buat, tetapi berasal dari kasus-kasus sebenarnya yang menunjukkan kondisi
morfologi dentofasial yang normal sesuai dengan susunannya dalam lengkung rahang.
Berikut sepintas akan dijelaskan kegunaan standar Bolton yang telah dipahami untuk
digunakan oleh praktisi kesehatan:
1. Kegunaan klinis
Perbandingan tiap individu pasien terhadap standar untuk mendapatkan diagnosa dalam
perawatan ortodonti, bedah mulut dan bedah maksilofasial akan memenuhi beberapa hal
sebagai berikut:
a. Sebuah penilaian mendalam dari tulang kraniofasial, termasuk membandingkan
ukuran dan hubungan antar tulang-tulang atau kelompok tulang dalam struktur
unit.
b. Sebuah analisa antara hubungan gigi-geligi dengan basis skeletal pendukungnya
serta lengkung gigi satu sama lain.
c. Perbedaan yang lebih mendalam antara beberapa faktor etiologi intrinsik dan
ekstrinsik.
2. Penelitian

Standar ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menghubungkan studi mengenai
kelainan perkembangan, memilih sampel yang mimiliki karakteristik atau kriteria dan
juga untuk interpretasi perubahan prosedur ortodonti dan intervensi bedah.
3. Pendidikan
Standar Bolton dapat dijadikan sebagai referensi dalam membandingkan kondisi normal
dan abnormal pada proses pertumbuhan dan variasi setiap pola dentofasial.
Hal-hal ini dibahas dalam proses pembelajaran:
a. Bahan pembelajaran mahasiswa dalam materi gigi geligi dan diagosa bedah bagi
praktisi yang telah selesai menjalani pedidikan atau yang masih dalam tahap
pendidikan.
b. Materi penjelasan pada suatu penyajian rencana perawatan untuk memahami
faktor diagnosa, prognosis, batasan spesifik pasien, latar belakang orangtua dan
faktor lainnya.

Untuk memudahkan interpretasi komponen-komponen kraniofasial maka disarankan


perbandingan berubah-ubah terhadap Standar Bolton, disebut sebagai Hubungan Standar Bolton
(BSC), dibuat untuk membandingkan ketiga komponen dasar skeletal dengan standar ini secara
langsung. Basis kranial yang digunakan terletak diantara titik Bolton (Bo) dan nasion (gambar
12), kemudian dibandingkan dengan standar sehingga memberikan hasil yang kronologis. Pada
bagian tengah wajah hubungan dimensi spina nasalis posterior terhadap point A dibandingkan
dengan standar maksila seperti yang telah di super pada proses penandaan kasus yang akan
dinilai. Penilaian ini diikutkansertakan pada hubungan maksila standar bolton (MX.BSC). Pada
bagian mandibula, petunjuk digunakan untuk menentukan panjang efektif dari mandibula yaitu
artikulasi Bolton ke gnasion, yang disingkat MN, BSC.

Segitiga Tweed

Segitiga diagnostik Tweed merupakan segitiga yang mempunyai bidang-bidang sebagai


berikut :
1.

2.

Bidang Frankfort Horisontal


Menurut Tweed, bidang ini dibuat dengan cara menghubungkan titik yang terletak 4,5
mm diatas titik tengah geometris dari ear rod dengan titik paling bawah dari orbita.
Bidang Mandibula
Garis ini merupakan garis singgung yang ditarik sepanjang batas yang paling bawah dari
mandibula. Pada bagian anterior akan bertemu dengan menton dan bagian posterior
memotong jarak antara batas bawah mandibula sebelah kiri dan kanan pada daerah sudut

3.

gonion diperpanjang sampai bertemu dengan bidang Frankfort.


Garis yang ditarik pada sumbu panjang gigi insisif pertama bawah
Garis sumbu gigi insisif pertama bawah yang diperpanjang kearah atas sampai bertemu
dengan bidang Frankfort dan kearah bawah bertemu dengan bidang mandibula.

Sudut- Sudut pada Analisis Tweed


Pertemuan dari ketiga bidang ini akan membentuk suatu segitiga yaitu dinamakan
segitiga Tweed dan terdapat tiga sudut yaitu :
1. FMPA (Frankfort-Mandibular Plane Angle)
Frankfort- Mandibular plane angle adalah sudut bidang Frankfort mandibular. Sudut ini
berguna untuk mengetahui hubungan pertumbuhan dalam arah vertikal dan dalam arah
antero-posterior. Normal: 16-28 derajat

Gambar 2. FMPA (Frankfort-Mandibular Plane Angle)


2. IMPA (Incisor-Mandibular Plane Angle)
Incisor- Mandibular plane angle adalah sudut bidang sumbu insisif mandibular
terhadap bidang mandibula.
Normal: 90o5o. IMPA dapat digunakan untuk mengetahui apakah dapat
dilakukan pergeseran ke lingual dari gigi insisif bawah, yaitu untuk mengurangi panjang
lengkung gigi.

3. FMIA (Frankfort Mandibular-Incisor Angle)


Frankfort mandibular incisor angle yaitu sudut yang dibentuk bidang
Frankfortdan bidang sumbu insisif mandibula.
Pada umumnya nilai rata-rata dari FMIA adalah kira-kira 25o dan IMPA = 90o
maka dengan sendirinya FMIA = 65o. Secara teoritis Tweed mengatakan bahwa agar
diperoleh estetik yang baik dan hasil yang stabil maka FMA = 24 o, IMPA = 87o, FMIA =
69o.

Gambar 4. FMIA (Frankfort Mandibular-Incisor Angle)


Teknik Pengambilan Foto Sefalometri

2.2.1 Proyeksi lateral atau profil


Dasar yang digunakan untuk menggambarkan proyeksi lateral adalah :
1. film diletakkan paralel ke bidang sagital dan kepala pasien.
2.
pasien diinstruksikan untuk oklusi sentrik, mulut terbuka atau dalam keadaan
istirahat. Kepala pasien difiksasi pada sefalometer, bidang sagital tengah terletak
3.

60 inchi atau 152,4 cm dari pusat sinar X dan wajah sebelah kiri dekat dengan film
pusat berkas sinar X sejajar sumbu transmetal (ear rod) sefalometer. Sinar X tegak

lurus antara film dengan bidang sagital.


4. jarak bidang sagital tengah dengan film 18 cm. FHP (Frankfurt Horizontal Plane)
sejajar lantai, pasien duduk tegak dengan kedua telinga setinggi ear rod (Whaites,
2007)
2.2.2 Proyeksi postero-anterior/frontal
Pada proyeksi postero anterior, tabung diputar 90 derajat sehingga arah sinar X
tegak lurus sumbu transmeatal (Wayan, 2011)
2.2.3 Oblique Sefalogram
Oblique sefalogram kanan dan kiri dibuat dengan sudut 45 0 dan 1350 terhadap
proyeksi lateral. Arah sinar X dari belakang guna menghindari superimposisi dari sisi
mandibula yang satunya. FHP sejajar lantai. Oblique sefalogram sering digunakan
untuk analisis subjek pada periode gigi campuran (Whaites, 2007)

Gambar 2.3. Penyusunan pembuatan sefalogram (Whaites, 2007)


Atas: Proyeksi Lateral

Bawah: Proyeksi Antero Posterior


Tengah: Jarak sumber sinar X terhadap objek film

Anda mungkin juga menyukai