Anda di halaman 1dari 7

KONSEP KETUHANAN, MANUSIA, DAN ALAM SEMESTA

Disusun Oleh:

Nama: Nasika Sarah Salsabila


NIM: 201811102
Kelas: E
Absen: 2

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)


Jalan Bintaro Permai Raya III, Bintaro, Pesanggrahan, RT.6/RW.1, Bintaro, Pesanggrahan, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12330
2018
ISI

Konsep Ketuhanan
1. Pemikiran Barat
Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut evolusionisme adalah sebagai
berikut:
a. Dinamisme
Menurut ajaran ini manusia jaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang
berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada
benda. Setiap mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada yang
berpengaruh negatif. Kekuatan ada pada pengaruh tersebut dengan nama yang berbeda-beda,
seperti mana (Malaysia), dan tuah (melayu), dan sakti (india) yakni kekuatan gaib.

b. Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayaai adanya roh
dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat
primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena
itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang
serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi.

c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-kelamaan tidak memberikan kepuasan,
karena terlalu banyak menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian
disebut Dewa mempunyai tugas dan kekuaasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa
yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masaalah angin, adapula yang
membidangi masalah air dan lain sebagainya.

d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh
karena itu dari dewa-dewa yang diakui mempunyai kekuatan yang sama. Lama kelamaan
kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa mengakui satu
dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah) bangsa lain.
Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteisme (Tuhan tingkat nasional).
e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Alam
monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional.
Evolusionisme ditentang oleh Andrew lang (1898) dia mengemukakan bahwa orang-
orang berbudaya rendah juga sama dengan monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka
mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat khas pada Tuhan mereka, yang
tidak mereka berikan pada wujud yang lain.
Dengan lahirnya pendapat Andrew lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme
menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana eropa mulai menentang evolusionisme dan mulai
memperkenalkan toeri baru.

2. Pemikiran Umat Islam


Sehubungan pemikiran Umat Islam terhadap Tuhan melibatkan beberapa konsepsi
keesaan Tuhan, diantaranya konsepsi Aqidah yaitu beberapa perkara wajib diyakini
kebenarannya oleh hati dan mendatangkan ketentraman jiwa menjadi keyakinan yang tidak
bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan dan konsepsi Tauhid yaitu esensi peradaban Islam
dan esensi tersebut adalah pengesaan Tuhan, tindakan yang mengesakan Allah sebagai yang Esa,
pencipta yang mutlak dan penguasa segala yang ada.

Konsep Alam Semesta


Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al
Anbiya ayat 30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan satu
kesatuan yang padu.
“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya
dan kepada bumi, “ Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa”. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka hati”
“ Maka Dia menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya`” ( Fushshilat 11-12)
Surat ini menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-
bintang dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject
utama penciptaan alam semesta, yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan
bintang-bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam
semesta ini diciptakan selama 6 masa.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menu-
runkan air dari langit.
“Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah
matinya.”. (QS`An Nahl ; 65). Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal? Padahal waktu itu
belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air.
Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”(QS Al- Mu’minun; 18)
Perhatikan kalimat “lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi” , ini menerangkan bahwa air
bukanlah pemukim asli bumi tetapi pendatang (alien).
“ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
“ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “
(QS Tha Ha ; 53)
“ Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air … (QS An Nur ; 45).
Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke
bumi, maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah
tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang
menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung
maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.
Misteri berikutnya adalah dikatakan dalam Al Qur’an bahwa langit dan bumi dulunya
adalah suatu yang padu. Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.
“ ………bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
kami pisahkan antara keduanya……. “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
Selanjutnya Allah swt katakan menciptakan langit dari asap (lihat kembali surat Al
Fushilat ayat 11). Bumi, sebelum Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada
mulanya adalah sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut.
Tetapi tanpa perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung lumpur dan lahar
yang sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas, seperti sebatang besi yang
membara misalnya, apabila disiram air akan menyebabkan munculnya asap dan uap air.
Demikian juga dengan bola panas bumi pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap
dan uap air. Apa bedanya asap dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan
uap bersifat kohesip (tidak mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt ciptakan
menjadi langit yang tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang pertama Allah ciptakan
bintang-bintang. Darimana Allah swt ciptakan bintang-bintang. Wallahu a’lam, tidak ada
penjelasan dalam Al Qur’an. Allah swt Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada
menjadi ada.

Konsep Manusia
Manusia telah berupaya memahami dirinya selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran
yang pasti dan meyakinkan tentang dirinya tak mampu mereka peroleh hanya dengan
mengandalkan daya nalarnya yang subyektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan
dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secara lebih utuh, yakni Allah Sang Maha
Pencipta yang telah menurunkan kitab suci Al-Qur’an yang diantara ayat-ayat -Nya memberikan
gambaran kongkrit tentang manusia.
Penyebutan nama manusia dalam Al-Qur’an tidak hanya satu macam. Berbagai istilah
digunakan untuk menunjukkan berbagai aspek kehidupan manusia, diantaranya:
 Dari aspek historis penciptaannya, manusia disebut dengan Bani Adam (Q. S. Al-‘Araaf:
31).
 Dari aspek biologis, manusia disebut dengan basyar, yang mencerminkan sifat-sifat fisik
kimia – biologisnya (Q. S. Al-Mukminun: 33).
 Dari aspek kecerdasannya, disebut dengan insan, yakni makhluk terbaik yang diberi akal
sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan (Q. S. Ar-Rahman: 3-4).
 Dari aspek sosiologisnya, disebut annas, yang menunjukkan sifatnya yang berkelompok
sesama jenisnya (Q. S. Al-Baqarah: 21).
 Dari aspek posisinya, disebut ‘abdun (hamba), yang menunjukkan kedudukannya sebagai
hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada –Nya.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://currikicdn.s3-us-west-2.amazonaws.com/resourcedocs/54d3775e84d96.pdf

2. http://melyme-agama.blogspot.com/2012/07/alam-semesta-menurut-pandangan-
islam.html

3. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196509171990011-
ACENG_KOSASIH/Konsep_Manusia_Utuh.pdf

Anda mungkin juga menyukai