Kelas E
Kelompok 3
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, yang telah memberikan
izin kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kompleks
Pulpa Dentin” tepat pada waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen kami
yang telah membimbing serta memberikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik dalam isi maupun
sistematikanya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dan
berguna untuk menambah pengetahuan para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
membantu dalam penyusunan karya tulis ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………..………..….………………...……i
DAFTAR ISI………………………………………………….……………...………………......ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………..……………..…………..……...…….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………....……..………...2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………....…………..…….2
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………….…………….....2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Jaringan Pulpa…………………………………………………..………....……..……3
2.2 Jaringan Dentin…………………………………………....……………………..……7
2.3 Jaringan Periradikuler…………………………………………....……..……………12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dentin merupakan pembentuk utama struktur gigi dan meluas hampir keseluruh panjang
gigi. Di bagian mahkota, dentin dilapisi enamel, di bagian akar dilapisi oleh sementum. Dentin
merupakan jaringan keras tetapi juga elastis yang tersusun dari tubulus-tubulus kecil tersusun
sejajar dalam matriks kolagen. Berdasarkan beratnya dentin terdiri dari 70% kristal hidroksiapatit
(anorganik), 20% merupakan zat organik yang tersusun dari kolagen dan substansi dasar
mukopolisakarida, 10% air dan berdasarkan volumenya terdiri dari 50% anorganik, 28% organik
dan 20% air.
Dentin dibentuk oleh odontoblas, dimulai dari pusat perkembangan di sepanjang Dentino
Enamel Junction (DEJ) dan akan menyebar ke dalam dan keluar sehingga membentuk ruang
pulpa. Lapisan bagian dalam dentin akan membentuk dinding pulpa. Odontoblas akan membatasi
dinding pulpa, dari sini akan berlanjut membentuk dan memperbaiki dentin.
1
Dentin pada mamalia dapat diklasifikasikan menjadi dentin primer, sekunder, dan dentin
tersier. Dentin primer disebut juga dentin regular atau tubular dentin, dan dibentuk sebelum gigi
erupsi. Dentin sekunder disebut juga dentin regular yang terbentuk seumur hidup. Dentin tersier
disebut juga dentin irregular, dan dibentuk disekitar injuri seperti karies atau preparasi kavitas,
dan dapat juga dibedakan menjadi dentin reaksioner dan dentin reparatif.
Respon terhadap stimuli luar datang dari pulpa gigi tetapi manisfestasinya terhadap
struktur dentin adalah pembentukan dentin baru. Pembentukan dentin tersier akan mencegah
meluasnya proses karies atau toksin. Meskipun pembentukan dentin sekunder berlangsung
seumur hidup, akan tetapi ini bukan merupakan respon terhadap stimuli eksternal, tetapi
berkontribusi sebagai fungsi barrier dentin.1
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jaringan pulpa gigi berasal dari neural crest. Proliferasi dan kondensasi sel ini
menyebabkan pembentukan papila dental yang akan menghasilkan pulpa yang matur. Pulpa yang
matur memiliki kesamaan dengan jaringan ikat embrionik, mempunyai kekhususan dengan
adanya sel-sel odontoblas di seluruh daerah perifer. Secara fisik, pulpa memiliki banyak saraf
sensoris dan kaya akan komponen mikrosirkulasi yang membuat pulpa menjadi jaringan yang
unik. Pengetahuan akan fungsi pulpa normal, komponennya, dan interaksinya penting dalam
memberikan kerangka pengertian terhadap perubahan yang terjadi pada kelainan pulpa.
1. Pulpa mempunyai peranan besar dengan adanya sel-sel odontoblas dalam membentuk
dentin baru baik secara fisiologis maupun sebagai respons terhadap stimuli dari luar.
2. Pada pulpa dijumpai persarafan yang memberikan sensitivitas dentin.
3. Pulpa sebagai jaringan ikat mampu memberi respons terhadap semua jejas yang terjadi
pada dentin, walau tidak secara langsung, dengan menstimulasi sel odontoblas.
3
4. Terkungkungnya pulpa dalam dentin memberikan lingkungan yang rendah adaptasi (low
compliance) yang mempengaruhi kemampuan pertahanan pulpa.
Dalam ruang pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti saraf, jaringan
vaskular, serabut jaringan ikat, substansi dasar, cairan interstisial, sel-sel seperti
odontoblas, fibroblas, makrofag, sel-sel imunokompeten seperti sel dendritik, sel mast,
limfosit, dan komponen seluler sel ektomesenkim yang tidak berdiferensiasi.
1. Sel Odontoblas
4
misalnya bone-sialoprotein, dentin sialoprotein, fosfoforin, osteokalsin,
osteonektin, dan osteopontin.
2. Sel Fibroblas
5
peningkatan setelah stimulasi dengan sitokin dan komponen-komponen
bakteri. Penemuan ini mendukung bahwa sel-sel fibroblas distimulasi oleh
sitokin-sitokin inflamatori dan produk-produk bakterial yang berperan
pada degradasi jaringan ikat selama inflamasi pulpa.
4. Sel-sel Immunokompeten
6
(2007), pada gigi insisivus tikus ditemukan makrofag yang mengaktifkan
antigen klas II empat kali lipat lebih banyak dari sel dendritik.
7
Gambar. Dentin primer dan dentin sekunder.
Dentin sekunder mulai terbentuk setelah gigi erupsi dan berlanjut dengan sangat
lambat sepanjang umur gigi dan perlahan-lahan akan memperkecil ruang pulpa seiring
bertambahnya umur. Strukturnya sangat mirip dengan dentin primer sehingga sulit untuk
membedakan keduanya. Schour (1988) menjelaskan bahwa terdapat 4 mikron dentin
sekunder yang terbentuk setiap hari. Pembentukan dentin sekunder lambat dan perlahan-
lahan, meningkat ketika mencapai usia 33-40 tahun. Pada gigi molar, pembentukan
dentin terlihat paling banyak di dasar pulpa, berkurang pada daerah atap, dan sedikit di
bagian samping.10 Dengan bertambahnya usia tinggi ruang pulpa akan menurun dengan
signifikan dalam arah oklusal-radikular tetapi tidak bertambah luas dalam arah
mesiodistal. Pada gigi anterior, dentin sekunder paling banyak terbentuk di bagian lingual
ruang pulpa, sebagai akibat gaya pengunyahan kemudian akan terbentuk di bagian insisal
dan puncak pulpa.
Dentin tersier adalah jaringan yang dibentuk sebagai respon yang terlokalisasi
terhadap stimulus eksternal yang kuat dalam penggunaan gigi geligi. Dentin tersier tidak
8
dibentuk oleh sel odontoblas yang sama dengan dentin primer dan sekunder. Dentin ini
dibentuk oleh odontoblast-like cell yang berdiferensiasi dari sel-sel yang ada dalam
pulpa. Sel odontoblas banyak terdapat dalam pulpa gigi yang baru erupsi akan tetapi akan
berkurang jumlahnya seiring bertambahnya usia. Dentin tersier memiliki struktur yang
tidak beraturan dan terlokalisasi pada daerah tubulus dentin yang terpapar.17
Dibandingkan dengan dentin primer, dentin tersier kurang sensitif terhadap suhu,
osmotik, dan rangsangan.
Dentin tersier merupakan dentin irregular yang dibentuk sebagai respon terhadap
stimuli abnormal, seperti keausan gigi, preparasi kavitas, material restorasi gigi, dan
karies. Dentin tersier sering juga disebut sebagai dentin irregular, dentin iritasi, dentin
reparatif, atau dentin pengganti.
Berdasarkan injuri dan iritasi yang diterima, misalnya prosedur restorasi atau
proses karies yang meluas, original odontoblast akan mati. Oleh karena sel ini merupakan
sel postmitosis, maka sel original odontoblast tidak bisa beregenerasi. Dalam keadaan
seperti ini dentin baru tidak akan terbentuk, sehingga terjadilah proses pembentukan
dentin perbaikan oleh sel odontoblas yang baru, disebut odontoblast-like cell.
Pembentukan sel odontoblas baru ini berasal dari populasi stem sel postnatal yang ada
pada jaringan pulpa. Sel-sel ini akan bergabung dan menyusun jaringan mineral di bawah
lapisan dentin. Odontoblast-like cell akan membentuk dentin tersier sesuai dengan tingkat
keparahan dan lamanya injuri. Pembentukan lapisan jaringan keras ini akan menambah
ketebalan lapisan dentin.
Dentin tersier terdiri dari 2 tipe, yaitu yang pertama adalah dentin reaksioner,
salah satu tipe dentin tersier yang memiliki struktur yang hampir sama dengan dentin
primer dan sekunder. Kedua yaitu dentin reparatif, tersusun dari tubulus yang tidak
beraturan atau tidak memiliki tubulus, dan dibentuk dari odontoblast-like cell. Keduanya
dibedakan berdasarkan tingkat keparahan injuri. 3
9
2.2.3.1 Dentin Reaksioner
10
perekrutan sel progenitor dan diferensiasi serta meningkatkan sekresi sel.18
Matriks dentin reaksioner disekresi olehprimary post-mitotic odontoblast (yang
juga membentuk dentin primer dan sekunder) sebagai respon terhadap stimulus
yang adekuat misalnya karies atau prepasrai kapitas. Sebaliknya matriks dentin
reparatif dibentuk sebagai reaksi terhadap stimulus oleh generasi baru
odontoblast-like cell setelah kehilangan primary post-mitotic odontoblast.
Segera setelah dentin terpapar karena karies atau preparasi gigi, original
odontoblast akan rusak. Pada injuri akibat trauma minor terhadap jaringan pulpa
gigi, original odontoblast yang tidak rusak akan terangsang membentuk
reaksioner dentin. Pada kasus yang lebih parah akibat trauma mekanis pada pulpa,
original odontoblastakan mati. Sel ini akan diganti oleh sel-sel pulpa yang tidak
berdiferensiasi.
11
dentin ini tidak berhubungan langsung dengan tubulus dentin primer, sehingga
batasan dentin primer dan dentin reparatif kurang permeabel terhadap benda dari
luar. Hal ini juga menyebabkan dentin kurang sensitif terhadap suhu, osmotik dan
rangsangan lainnya.
12
Sementum memiliki fungsi untuk memperbaiki fraktur akar dan resorpsi.
Penutupan akar yang belum dewasa pada prosedur apeksifikasi disempurnakan oleh
deposisi sementum atau jaringan yang memyerupai sementum. Selain itu, sementum juga
memiliki fungsi protektif. Sementum lebih resisten terhadap resorpsi daripada tulang.
fungsi lain dari sementum adalah pemeliharaan lebar periodontal dengan deposisi
sementum yang terus menerus dan penyumbatan foramina aksesori dan apikal setelah
perawatan saluran akar (Louis, 1995).
13
sebagian besar terletak sejajar dengan permukaan akar dan melingkar di sekitar
akar. Deposisi matriks yang cepat oleh sementoblas terjadi di ruang antasa sel
epitelial dari selubung akar Hertwig dan permukaan dentin yang memiliki peran
dalam penggabungan beberapa sementoblas. Cellular intrinsic fiber cementum
ditemukan di furkasi pada bagian apikal akar, resorpsi lama lacuna, dan daerah
fraktur akar. Sementum dengan tipe ini memiliki peranan penting sebagai jaringan
adaptif yang membawa dan mempertahankan gigi dalam posisi yang tepat dan
juga berperan dalam proses perbaikan meskipun tidak berfungsi secara langsung
pada perlekatan gigi. Hanya sementum dengan tipe ini yang dapat memperbaiki
kerusakan resoptif akar karena memiliki kemampuan untuk tumbuh lebih cepat
dari tipe sementum yang lain.
14
Gambar. Acellular extrinsic fiber cementum.
Ligamen adalah suatu ikatan, biasanya menghubungkan dua buah tulang. Akar
gigi dihubungkan dengan soketnya pada tulang alveolar melalui struktur jaringan ikat
yang disebut ligamen periodontal. Ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi
ke tulang rahang tetapi juga menjadi penopang gigi. Beban yang bervariasi akan diserap
oleh ligamen dan meneruskannya ke tulang pendukung.
2.3.2.1 Struktur
Ketebalan ligamen bervariasi dari 0,3-0,1 mm. Yang terlebar pada mulut
soket dan pada apeks gigi, dan tebal ligamen yang paling sempit yaitu pada aksis
rotasi gigi, yang terletak sedikit apikal pada pertengahan akar. Seperti pada bagian
rangka yang lain, stress fungsional dibutuhkan untuk mempertahankan integritas
ligamen periodontal. Bila stress fungsional besar, maka ketebalan ligamen juga
lebih tebal dan bila gigi tidak mendapat stress fungsional maka ligamen akan
menjadi tipis. Dengan terjadinya proses penuaan, ligamen akan menjadi tipis.
Mirip dengan jaringan ikat lainnya, periodontal ligamen terdiri dari sel-sel
dan kompartemen ekstraseluler yang terdiri dari konstituen matriks kolagen dan
nonkolagen. Meliputi sel-sel osteoblast, osteoklast, fibroblast. Sel epitel terletak
dari Malassez, monosit dan makrofag. Sel-sel mesenkimal dibeda-bedakan
menjadi cementoblast dan odontoclast. Kompartemen ekstraseluler yang utama
15
didefinisikan dengan baik kumpulan serat kolagen tertanam dalam bahan latar
belakang amorf dan dikenal sebagai bahan dasar.
Ligamen terdiri dari serabut jaringan ikat yang tersusun dengan teratur
pada matriks substansi dasar yang dilewati pembuluh darah dan saraf. Bundel
serabut yang berinsersio pada salah satu ujungnya di sementum dan ujung
lainnya pada dinding soket sebagai serabut Sharpey, yang diidentifikasikan
perkelempok sesuai dengan lokasinya.
1. Alveolar Crest : Mempertahankan gigi pada alveolus, menahan gaya lateral dan
melindungi struktur ligamen yang lebih dalam.
2. Oblique : Menahan gaya aksial.
3. Transseptal : Menahan gigi agar tidak kehilangan kontak.
4. Horizontal : Menahan gaya lateral.
5. Interradicular : Mencegah gigi dari tipping dan ekstrusi
6. Apical : Mencegah gigi dari tipping dan ekstrusi serta melindungi suplai pembuluh darah
dan saraf pada gigi.
16
Bundel ini berjalan bergelombang melintasi rongga antara akar dan
dinding alveolar. Pleksus intermediate ditemukan pada pemotongan ligamen
selama erupsi, dimana setelah itu pleksus akan menghilang.
Selain bundel serabut utama, ada serabut kolagen yang tersusun kurang
teratur dan serabut oksitalan yang mungkin berfungsi sebagai serabut pendukung,
atau serabut yang belum matang, atau memiliki peran sensorik pada ligamen.
Fibroblast tersusun sepanjang serabut kolagen; sementoblas mengelilingi
sementum ; sel-sel tulang, osteoblast dan osteoklas terdapat pada permukaan
tulang. Kelompok sel epithelial, cell rest of Malassez yang merupakan sisa
selubung akar Hertwig dapat ditemukan dekat sementum. Kelompok sel epitel
ketika berproliferasi dan mendapat rangsang inflamasi maka proliferasi sel epitel
cell rest of Malassez akan menghasilkan pembentukan kista.
1. Pergerakan awal gigi yang berhubungan dengan pergerakan cairan intravaskular dan
ekstravaskular melalui pembuluh darah dan melalui ruang tulang.
17
2. Bila beban meningkat , bundel serabut kolagen akan menahan tegangan dan memanjang.
Bundel serabut ini tidak elastis sehingga tidak mudah renggang.
3. Bila tekanan bertambah prosessus alveolaris akan berubah bentuk.
4. Bila beban cukup kuat dan lama, substansi gigi sendiri misalnya, dentin akan berubah
bentuk.
Semua gigi umumnya tidak atau sedikit dapat bergerak (mobile) dan
mobilitas gigi dipengaruhi oleh :
Prosesus alveolaris merupakan bagian dari maksila dan mandibula yang terdiri
dari tulang alveolar proper dan tulang penyangga. Tulang alveolar proper merupakan
tulang yang mengelilingi soket gigi sedangkan tulang penyangga merupakan plat kortikal
yang padat untuk menyangga tulang alveolar proper. Bagian tulang alveolar proper ini,
akan tampak daerah serat dari ligamen periodontal yang berhubungan ke dalam tulang
ini. Serat ini dikenal sebagai sharpey’s fibers.
2.3.3.1 Definisi
18
manusia, tulang alveolar ditemukan di bagian rahang bawah, dan rahang atas.
Tulang alveolar terdiri dari:
a. Alveolar bone proper (cribiform plate): Tulang kompak yang merupakan dinding dalam
soket.
b. Supporting alveolar bone: Terdiri dari cancellous trabeculae dan plate vestibular plate
oral berupa tulang kompak.
19
lainnya seperti natrium, magnesium dan flour. Garam-garam mineralnya dalam
bentuk kristal-kristal hidroksiapit yang hanya terlihat dengan ultra mikroskop.
Garam-garam mineral ini merupakan 65-70% dari struktur tulang. Matriks
organiknya terutama (90%) terdiri dari kolagen dan sejumlah kecil protein non
kalogen, glikoprotein, phoshoprotein, lipid dan proteoglikan. Kristal-kristal apatit
biasanya tersusun dengan panjangnya sejajar dengan panjang serat-serat kolagen,
dan dideposisikan pada dan diantara serat-serat kalogen tersebut. Dengan susunan
yang demikian, matriks tulang mampu menerima stres mekanis yang dideritanya
sewaktu berfungsi.
Meskipun jaringan tulang alveolar senantiasa berubah organisasi
intervalnya, bentuknya tidak berubah mulai dari anak-anak sampai dewasa.
Deposisi tulang baru oleh osteoblas senantiasa diimbangi oleh osteoklas selama
proses remodeling dan pembaharuan (renewal jarinngan).
2.3.3.4 Ciri-ciri
Tulang alveolar sangat tebal dan padat bila dibandingkan dengan jenis lain
dari tulang, sehingga dapat memberikan dukungan yang memadai untuk gigi,
bersama dengan titik penghubung untuk otot-otot yang terlibat dalam rahang dan
gusi yang memberikan perlindungan bagi gigi dan tulang. Tulang alveolar juga
dikenal sebagai proses alveolar. Yang terdiri dari soket-soket yang dirancang
untuk mengakomodasi akar dan bagian bawah gigi, dengan masing-masing soket
dipisahkan oleh septum interdental.
Gusi menempel pada proses alveolar, dan tulang mempunyai akomodasi
yang memungkinkan pembuluh darah untuk memasok darah ke gigi. Kerusakan
pada tulang alveolar dapat memiliki konsekuensi serius, termasuk resiko
kehilangan gigi dan septicemia jika kerusakan disebabkan oleh infeksi.
2.3.3.5 Fungsi
Tulang adalah cadangan kalsium bagi tubuh, dan tulang alveolar berperan
serta dalam memelihara keseimbangan kalsium dalam tubuh. Kalsium dilepas dari
tulang alveolar untuk memenuhi kebutuhan jaringan lainnya dan untuk memenuhi
20
kadar kalsium dalam darah. Tulang alveolar berfungsi sebagai pembentuk dan
penyokong gigi. Tulang alveolar merupakan penyangga gigi yang paling utama.
21
soket pada daerah tension; osteoklas dan resorpsi tulang terjadi pada daerah yang
mendapat tekanan.
Jumlah, kepadatan dan susunan trabekula cancellous juga dipengaruhi
oleh tekanan oklusal. Dengan eksperimen yang menggunakan analisa foto elastik
dapat ditunjukkan perubahan pola stres pada periodontium yang terjadi akibat
berubahnya intensitas tekanan oklusal. Trabekula tulang tersusun searah dengan
jalur stres stensil dan kompresif senlusal dengan subtansi tulang yang minimum.
Tekanan yang melampaui kapasitas adaptasi dari pola akan menimbulkan injury
yang disebut trauma dari oklusi. 3
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jaringan pulpa gigi merupakan suatu jaringan ikat yang berasal dari jaringan mesenkim,
berada di dalam ruang pulpa dan saluran akar gigi, mirip dengan jaringan ikat lainnya di dalam
tubuh tetapi memiliki karakteristik khusus.
Dentin merupakan salah satu jaringan keras gigi yang terletak di bawah lapisan enamel
yang menyusun sebagian besar gigi. Jaringan dentin gigi terdiri dari dentin primer, dentin
sekunder, dentin tersier, dentin reaksioner, dan dentin reparatif.
Jaringan periradikuler terdiri dari sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan apabila ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan. Atas perhatian para pembaca,
kami mengucapkan terima kasih.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Berkovitz, Holland, Moxham. 2009. Oral Histology, Anatomy and Embriology. 4th
edition. United Kingdom: Mosby Elsevier.
2. Fidya. Anatomi Gigi dan Mulut ed 1. UB Press: Malang. 2018: 26-27.
3. Samaranayake L. Essentials Microbiology for Dentistry. 5th edition. Edinburgh: Elsevier
Ltd.
24