Tugas Perstruktur Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampuh , Dr TAUFIQ RAMDHANI S.Th.I , M.Sos
Oleh :
NAMA : DEWI RISKA PUTRI
NIM : E1Q019016 KELAS : PENDIDIKAN FISIKA B
PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2019 Fakta-Fakta Kebenaran Al-Qur’an yang Terungkap Secara Ilmiah : Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin, ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Al- Hadits. Semakin berkembangnya zaman maka semakin pula kemajuan dalam bidang keilmuan, banyak penemuan-penemuan yang telah ditemukan oleh para ilmuan dan ternyata sudah ada di dalam kitab suci Al-Qur’an sejak 14 abad lalu, hal tersebut menunjukkan terdapat hubungan / interkoneksi antara ilmu pengetahuan, agama, dan filsafat (sebagai penafsir atau pengambil kesimpulan melalui pemahaman manusia). Agama menuntun kita untuk menjalankan hidup yang lebih teratur, ilmu menunjukkan kebenaran melalu pencarian secara keilmuan, dan filsafat mencari keilmuan melalui pemikiran dan pemahaman, semuanya dapat saling terhubung atau terinterkoneksi, dimana keilmuan bisa bersumber dari agama yang memnjadi acuan, ilmu sebagai pembuktian kebenaran agama, filsafat dapat menjadi sesuatu penyimpulan agr tidak adanya kesalah fahaman dalam menjelaskan ilmu dan agama, dan masih banyak lagi. Al-Qur’an merupakan penyampurna kitab-kitab sebelumnya dan masih terjaga kemurniannya, kita ketahui Al-Qur’an merupakan kitab suci agama Islam, isinya banyak terkandung kebenaran yang sudah terbukti, baik secara ilmiah yang disimpulkan melalui filsafat hal tersebut yang menyebabkan adanya hubungan antara agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat. Berikut merupakan fakta-fakta dari al-qur’an yang terungkap secara ilmiah : 1. Fakta Bahwa Besi Diturunkan dari Langit (Angkasa) Dalam kehidupan kesehariannya manusia memerlukan alat bantu untuk beraktivitas seperti alat transfortsi tempat tinggal, alat masak, dan sebagainya banyak peralatan yang memerlukan komponen besi. Besi adalah salah satu logam berat yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Dalam Al-Qur’an Surah Al-Hadidd ayat 25 menjelaskan bahwa allah menurunkan besi yang memiliki kekuatan hebat dan memiliki banyak manfaat bagi manusia. Dr. Strogh dari NASA USA telah melakukan riset observasi dan uji laboratorium, bahwa bumi tidak memproduksi besi, dan besi berasal dari batuan meteor luar angkasa dalam hal ini darai langit dan hal tersebut dapat dikaitkan dengan ayat dari Surah Al-Hadidd berikut “Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan kami turunkan (anzalnaa) besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal allah Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. “Dalam ayat ini, kata “anzalnaa” memiliki arti “kami turunkan” digunakan untuk menunjuk besi. Apabila diartikan secara kiasan kata “anzalnaa” menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk member manfaat bagi manusia. Apabila mengartikan kata itu secara harfiah, yakni “secara bendawi diturunkan dari langit”, maka diperoleh arti bahwa besi diturunkan dari langit. Beberpa ilmuwan telah berhasil membuktikan kebenaran ayat itu. Partikel besi tidak berasal dari bumi melainkan berasal dari benda-benda luar angkasa. Paling tidak, terdapat Sembilan ayat dalam Al-Qur’an yang membahas dan menjelaskan tentang besi. Salah satunya, “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernanung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal digunung- gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyampurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS An- Nahl: ayat 81). 2. Proses Penciptaan Manusia Melaui 3 Tahap Dalam Al-Qur’an Surah Az-Zumar ayat 6 dijelaskan, manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan. “Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari bintang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?’’ Perkembangan ilmu biologi modern telah berhasil mengungkap petunjuk dari ayat itu. Pertumbuhan bayi didalam rahim melewati tiga tahap (tiga kegelapan). Al-Qur’an menggunakan istilah ‘kegelapan’ karena memang proses penciptaan manusia dalam perut ibu terjadi didalam rahim yang gelap. Tahap-tahap itu, pertama, Pre-embrionik, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel kemudian menjadi segumpal sel yang membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot, sel-sel penyusunnya mengatur diri mereka sendiri untuk membentuk tiga lapisan. Kedua, tahap Embrionik yang berlangsung lima setengah minggu. Bayi pada tahp itu disebut ‘’embrio’’. Organ dan sistem tubuh bayi juga mulai terbentuk. Ketiga tahap fetus yang dimulai sejak kehamilan bulan 8 hingga lahir. Pada tahap ini bayi telah menyerupai manusia dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. 3. Fakta Garis Edar Tata Surya Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al-Qur’an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam kea rah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana. Mengenai fenomena tata surya dan garis edar sudah tertulis di dalam Al-Qur’an, antara lain dalam Surah Al Anbiya ayat 33 dan surah Yasin ayat 38-40; ‘’Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di alam garis edarnya.’’ (QS Al- Anbiya:33). “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianla ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.’’ (QS Yaa sin : 38-40). 4. Daging Babi yang Berbahaya Bagi Manusia yang Dilarang Dalam Al-Qur’an Berdasarkan Firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat yang ke 3 dan Al- Qur’an surat Al-An’am ayat yang ke 145. ‘’Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama-nama Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan..’’(QS. 5:3) Bedasarkan penelitian yang dilakukan Prof. A.V. Nalbandov (penulis buku : Adap-tif Physiology on Mammals and Birds) menyebutkan bahwa kantung urine (vesica urinaria) babi sering bocor, sehingga urine babi merembas kedalam daging. Akibatnya, daging babi tercemar kotorannya sendiri yang mestinya dibuang bersama urine. Dan hal tersebut membuat daging babi sangat berbahaya jika dimakan manusia. 5. Fakta Bahwa Bumi itu Bulat Al-Qur’an mengungkap bentuk bemi yang bulat melalui ayat berikut. ‘’Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.’’ Surah Az – Zumar ayat 5. Dalam bahasa Arab yang digunakan adalah Kawwara, yang bermakna tumpang tindih atau melingkar, seperti gulungan kain turban dikepala. Peristiwa tumpang tindih atau melingkar silih bergantinya siang dan malam hanya dapat terjadi ketika Bumi berbentuk bulat. Namun para ilmuan barat baru menyatakan bahwa bumi itu datar pada beberapa abad terakhir sedangkan al-qur’an sudah menerangkan sejak 14 abad yang lalu. BERPEGANG DENGAN KEBENARAN, TANPA MENGKONFRONTASIKANNYA DENGAN PERKATAAN MANUSIA Allah SWT Berfirman yang artinya, ‘’Dia-lah yang mengutus Rasulnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama- agama, meskipun orang-orang myusrik benci. (QS ; Ash Shaf:9). Dalam ayat ini, Allah memberikan nikmat kepada manusia dengan mengutus Rasul dan Nabi terbaik kepada mereka dengan membawa sebaik-baik kitab dan risalah-Nya, yang mencakup penjelasan antara yang haq dan bathil, ilmu yang bermanfaat, amal shalih dan semua yang dibutuhkan oleh hamba demi kemaslahatannya di dunia dan akhirat, agar Allah mrninggikan diatas semua agama dengan hujjah (argument) dan penjelasan, dan agar Allah memenangkan orang-orang yang teguh melaksanakannya dengan pedang dan panah. Allah memerintahkan kepada kaum mukminin agar berpegang teguh dengan agama yang benar dan manhaj yang jelas ini, dalam semua urusan mereka, supaya mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat. Allah memperingatkan kepada mereka agar tidak berpaling atau berpegang dengan agama yang lain. Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya ‘’ikutilah apa yang diturunkan kepada Rab-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya). (QS ; Al A’raf:3). Para ahli tafsir mengatakan, yang dimaksud (dengan kata maa, Red) adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena ia sebagai penjelas dan tafsir bagi Qur’an. Allah swt berfirman yang artinya ‘’dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya’’ maksudnya ialah jangablah kalian menjadikan mereka sebagai pemimpin dan mengikuti hawa nafsu mereka dan meninggalkan al haq karenanya. Banyak dalil-dalil syarak, atsar dari para sahabat, para tabi’in dan para imam kaum muslimin yang memotivasi agar berpegang teguh dengan wahyu dan petunjuk yang dibawa Nabi Sallahu’alaihi wa sallam tanpa membantahnya dengan perkataan manusia, meskipun orang itu memiliki derajat dan kedudukan tinggi. Apalagi sampai mendahulukan perkataan dan pendapat mereka daripada firman Allah Azza wa Jalla dan Sabda Rasul Sallahu’alaihi wa sallam. Bagi setiap mukallaf, wajib untuk mengikuti kebenaran apabila jelas baginya tanpa tergantung kepada seseorang dalam menerima kebenaran. Banyak nash-nash (teks-teks) yang menunjukkan, bahwa jalan keselamatan bisa dicapai dengan berpegang kepada kebenaran, bukan kepada pribadi-pribadi (tertentu, Red). Berdasarkan dengan kebenaran, perkataan – perkataan dan pendapat-pendapat itu ditimbang, sehingga menjadi jelas benar atau salahnya suatu perkataan atau pendapat. Adapun bergantung kepada orang-orang tertentu, mengikuti perkataan, pendapat dan ijtihad mereka kemudian langsung menerimanya tanpa melihat kesesuaiannya dengan kebenaran yang dibawa Nabi Sallahu’alaihi wa Sallam dari Allah, maka demikian ini merupakan cara yang berbahaya dan bertentangan dengan petunjuk Salafush Shalih. Dikatakan oleh Imam Syatibi, ‘’menjadikan seseorang sebagai hakim, tanpa memandang keberadaannya sebagai perantara hukum syar’i yang dituntut secara syar’i, sesungguhnya merupakan kesesatan. Dan hujjah penentu dan hakim tertinggi adalah syari’at, bukan yang lainnya. Kemudian kami katakan, demikianlah manhaj para sahabat Rasulullah, dan siapa saja yang membaca sejarah dan nukilan-nukilan dari merka serta mempelajari keadaan mereka, pasti akan mengetahui hal ini dengan ilmu yang yakin.’’. Beliau juga berkata, ‘’Sungguh, kebanyakan orang tersesat akibat berpaling dari dalil-dalil dan (kemudian) bergantung kepada manusia. Mereka keluar dari (pemahaman, Pent) para sahabat dan tabi;in. Mereka memperturutkan hawa nafsu dengan tanpa ilmu, sehingga keluar dari jalan yang lurus.’’ Beliau juga mengatakan, bahwa mengekor kepada pribadi-pribadi merupakan cirri orang sesat. DALIL-DALIL WAJIBNYA BERPEGANG KEPADA KEBENARAN Dibawah ini, terdapat beberapa dalil syar’I dan atsar-atsar tentang kewajiban berpegang teguh kepada kebenaran dan mengenyampingkan ketergangtungan kepada pribadi-pribadi tertentu. Allah swt berfirman yang artinya, ‘’Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendenngar lagi Maha Mengetahui. (QS ; Al-Hujurat:1). Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata, ‘’Ayat ini memuat adab kepada Allah, RasulNya, mengagungkan, menghormati serta memuliakanNya. Allah memerintahkan kepada kaum mukmin dengan sesuatu yang menjadi konsekuensi keimanan mereka kepada Allah dan RasulNya. Yaitu dengan menjalankan perintah- peintah Allah dan menjauhi laranganNya. Dan hendaknya mereka berjalan mengikuti perintah Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dalam semua urusan, tidak mendahului Allah dan RasulaNya; tidak mengatakan sesuatu; sehingga Allah mengatakannya. Mereka tidak memeritahkan, sehingga Allah memerintahkannya. Disini juga terdapat larangan yang keras mendahulukan perkataan selain Rasulullah daripada sabdanya. Apabila Sunnah Rasulullah telah jelas, maka wajib mengikuti dan mendahulukannya daripada perkataan yang lainnya, siapapun juga. Allah swt berfirman yang artinya, ‘’Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika ada wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad). Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikutpun; dan Allah akan member balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali Imran:144). Syeikh Abdurrahman As Sa’di mengatakan : ‘’Dalam ayat yang mulia ini terdapat petunjuk dari allah untuk para hamba agar kokoh dalam satu kondisi, tidak goyah keimanannya atau sebagian konsekuwensi keimanannya akibat kevakuman pemimpin, walaupun itu sulit. Demikian ini tidak dapat direalisir, kecuali dengan mempersiapkan semua urusan agama dengan sejumlah orang yang memiliki kemampuan. Apabila hilang salah satunya, maka ada orang lain yang menggantikan. Dan hendaknya semua kaum mukmin memiliki tujuan menegakkan agama Allah dan berjihad semampunya. Dan hendaknya mereka tidak memiliki tendensi pemimpin tertentu, dengan demikian semua urusan mereka menjadi stabil’’. Hadist Nabi Sallahu’alaihi wa Sallam yang artinya, ‘’Umar bin Khattab (datang) kepada Nabi Sallahu’alaihi wa sallam sambil membawa sebuah kitab yang ia dapatkan dari sebagian Ahli kitab. Kemudian Nabi dibacakan kitab tersebut. Nabi marah dan bersabda, ‘’ Apakah engkau merasa bingung dengan apa yang ada di dalamnya, wahai putra Khattab? Demi Dzat, yang jiwaku berada di tanganNya. Sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa sesuatu yang jelas. Janganlah kalian bertanya kepada Ahli Kitab tentang satu hal, karena (Mungkin, Red) mereka akan memberitahu kalian suatu kebenaran, akan tetapi kalian mendustakannya. Atau mereka mengabarkan satu kebatilan, akan tetapi kalian percaya. Demi Dzat, yang jiwaku berada di tanganNya. Seandainya Musa masih hidup, maka wajib baginya untuk mengikutiku. (HR Ahmad, Ibnu Abi Ashim, dan dinyatakan hasan oleh Al Albani). Dari Anas bin Malik Berkata : Rasulullah Sallahu’alaihi wa Salam bersabda, yang artinya : ‘’Janganlah kalian merasa heran dengan amalan seseorang, sehingga kalian melihat amalan akhir hayatnya, karena mungkin seseorang beramal pada suatu waktu dengan amalan yang shalih, yang seandainya ia mati, maka ia masuk surge. Akan tetapi ia berubah dan mengamal perbuatan yang jelek. Dan mungkin seseorang beramal pada suatu waktu dengan suatu amalan jelek, yang seandainya ia mati, maka akann masuk neraka. Akan tetapi ia berubah dan beramal dengan amalan shalih. Maka apabila Allah menginginkan satu kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan menunjukinya sebelum ia meninggal dan memberikan taufik kepadanya untuk beramal shalih. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ashim dalam kitab As Sunnah 1/174. Syaikh Al Albani mengatakan,’’Sanadnya shahih). Dalam suatu firmannya yang lain, yang artinya : ‘’Akan keluar atau akan ada pada kalian satu kaum yang beribadah dan taat beragama, sehingga kalian mersa takjub dengan mereka dan mereka bangga dengan diri mereka. Mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ashim, Syaikh Al Albani mengatakan, ‘’Sanadnya shahih’’). TIGA HAL YANG MENGHANCURKAN AGAMA Dari Umar bin Khattab, bahwa Rasulullah Sallahu’alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya :’’ Tiga hal yang meghancurkan agma; kesalahan seorang alim, perdebatan orang munafiq dengan menggunakan Al-Qur’an dan para imam yang menyesatkan. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Kitab Jami’ Bayan ilmu Wa Fadlihi). Dan dari Ibnu Abbas Radiyallahu’anhu, dia mengatakan,’’Celakalah orang-orang yang mengekor karena kesalahan- kesalahan orang alim.’’. Beliau bertanya : ‘’Bagaimana itu bisa terjadi?’’ ia berkata,’’Seorang alim berkata tentang sesuatu berdasarkan pendapatnya, kemudian sang pengikut mendapatkan orang yang lebih tahu tentang Rasulullah dari imamnya, tapi ia meninggalkan perkataan orang yang lebih tahu tersebut, kemudian pengikut itu berlalu.’’ Ali bin Abi Thalib Radiyallahu’anhu berkata,’’Janganlah kalian mengambil seseorang sebagai tauladan, karena kadang seseorang beramal dengan amalan ahli surge, kemudian ia berbalik karena ilmu Allah dan beramal dengan amalan ahli neraka, kemudian ia mati, sehingga menjadi ahli neraka. Dan kadang seseorang beramal dengan amalan ahli neraka, kemudian ia berbalik karena ilmu Allah dan beramal dengan amalan ahli surga, kemudian ia mati, lalu ia menjadi ahli surga. Kalaupun engkau harus mengikuti seeorang, maka ikutilah orang-orang yang sudah mai bukan orang yang masih hidup. (Al Jami’, Ibnu Abdil Barr). TAULADAN TERBAIK Ibnu Mas’ud Radiyallahu’anhu berkata, ‘’ingatlah. Jangan sekali-kalli salah seorang diantara kalian bertaqlid kepada seseorang dalam masalah agama, jika panutannya beriman, ia ikut beriman, dan jika panutannya kufur, ia ikut kufur. Sesugguhnya tidak ada tauladan pada manusia.’’ Beliau juga berkata : ‘’Barang siapa diantara kalian yang ingin menjadikan seseorang sebagai panutan, maka jadikanlah orang yang sudah mati sebagia panutan. Karena yang masih hidup tidak aman dari fitnah. Mereka (yang sudah mati itu, Red) adalah para sahabat Rasulullah. Mereka adalah orang-orang yang paling utama (generasi terbaik) dari umat ini, hati mereka paling bertakwa, paling alam ilmunya, dan paling sedikit menyusahkan diri. Allah memilih mereka untuk menemani NabiNya, menegakkan agamaNya. Maka, fahamilah keutamaan mereka dan ikutilah jejak mereka. Sesungguhnya mereka berada diatas jalan yang lurus.’’ Abdullah bin Mubarak berkata,’’Bisa jadi seseorang yang memiliki kebaikan dan atsar yang baik dalam islam, terjatuh kepada kekeliruan dan kesalahan, maka janganlah diikuti kesalahan serta kekeliruan orang tersebut.’’ Imam malik berkata : Tidaklah setiap perkataan orang itu harus diikuti, walaupun ia memiliki keutamaan, berdasarkan Firman Allah swt yang artinya:’’yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. (Az Zumar:18). Az Zuhri berkata: Para ulama kita terdahulu mengatakan.’’Berpegang teguh dengan Sunnah adalah keselamatan, dan ilmu akan dicabut dengan cepat. Hidupnya ilmu, berarti kekokohan agama dan dunia, sedangkan hilangnya ilmu, berarti kepunahan semmua itu.’’ Al Auza’i mengatakan, ‘’Dikatakan, lima hal yang ditempuh oleh sahabat Nabi dan para tabi’in ; berpegang teguh dengan jamaah, mengikuti Sunnah, memakmurkan masjid, membaca Al-Qur’an dan berjihad dijalan Allah.’’ Mujahid mengatakan, ‘’Tidak ada seorangpun perkataannya (boleh, Red) diambil dan ditinggalkan, kecuali Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam.’’ Ibnu Khuzaimah berkata, ‘’Tidaklah ada seorangpun yang boleh berkata, kecuali bila telah benar kabar dari Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam.’’ BERPEGANG TEGUH DENGAN SUNNAH Selayaknya bagi yang ingin mencari kebenaran dan mengikuti Sunnah agar mengingatkan dirinya dengan dasar yang agung dan jalan yang jelas ini. Yaitu berpegang teguh dengan Sunnah dan peri hidup para salafush shalih, berupa penggangguan terhadap dalil-dalil dan tidak mempertentangkannya dengan perkataan siapapun, apalagi mendahulukan perkataan orang atas dalil tersebut. Dan hendaknya tidak tertipu dengan kebaikan seseorang ataupun dengan amalan seseorang. Karena orang yang masih hidup tidak aman dari fitnah. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang di ikuti adalah Nabi Sallallahu’alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, yang Allah telah memberikan tazkiyah (pengakuan, Red) kepada mereka. Allah swt telah berfirman didalam kitab-Nya dan Nabi telah wafat. Dia ridha atas mereka dan para tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik. Rasulullah Sallallahu’alaihi wa Sallam elah bersabda tentang mereka yang artinya;’’Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian setelahnya, kemudian yang setelahnya. (Muttafaq’alaih). STANDARISASI KEBENARAN DALAM ISLAM Sudah suatu kelaziman dalam berbagai bidang keahlian maupun produk tertentu harus memenuhi standarnya; sehingga keabsahan, kualitas dan validasinya terjamin dan dapat dipertanggung jawabkan. Kalau tidak demikian halnya, tentu semua orang bisa berkata atau berbohong dan melanggar berbagai aturan main dan kaidah yang sudah baku yang ditetapkan dan disepakati para ahli pada setiap bidang keilmuan. Demikian pula halnya pemahaman terhadap agama, harus sesuai dengan standarisasi yang berlaku dalam islam; agar kita tidak terbalik dalam berjalan, kita ingin maju tapi malah mundur jadinya, maju dalam pemikiran tapi mundur dalam keimanan. Karena pada akhir-akhir ini terjadi semacam kerancuan dalam standarisasi keabsahan pemahaman agama. Sehingga timbul berbagai asumsi dan opini-opini yang menyesatkan dalam keyakinan beragama. Maka selayaknyalah seorang muslim mampu memilih dan memilih mana yang harus diterima dan mana yang harus ditolak. Agar tida terbalik dalam menilai sebuah permasalahan, yang benar dianggap salah, dan yang salah dianggap benar. Tentu untuk sampai pada titik penentuan pilihan tersebut harus mengenali standarisasinya. Dewasa ini banyak orang menjadikan gelar, kedudukan, kekayaan, ketenaran, kesepuhan, peninggalan kuno dan galian fosil sebagai standarisasi. Padahal itu bukan standarisasi untuk menentukan kebenaran dalam islam. Islam memiliki standar yang valid dan akurat dalam menilai sebuah pandangan dan pendapat. Sehingga pandangan dan pendapat itu berlaku kebenarannya dimana dan kapan saja; tanpa dibatasi oleh masa dan tempat tertentu. Karenanya, berbagai pandangan dan pendapat para ulama dapat diadobsi dan diterima di zaman sekarang; walaupun masa mereka sudah amat jauh berlalu. Yang dimaksud disini adalah adalah pendapat-pendapat yang benar-benar sesuai dengan standarisasi yang terapat dalam islam. Berikut ini dipaparkan sebagian dari standarisasi kebenaran dalam islam, sesuai dengan apa yang diamalkan dan dipraktekkan oleh generasi terbaik umat ini; yang selanjutnya diikuti oleh para Ulama terkemuka pada setiap generasi mereka. 1. Berpegang Kepada Al-Qur’an. Meyakininya Sebagai Wahyu yang Mutlak Kebenarannya. Maka Segala Pendapat Dan Pandangan Yang Bertentangan Dengan Kebenaran Al-Qur’an Dinyatakan Sesat Dan Batil Secara Mutlak. Imam Syafi’I berkata:’’Setiap orang yang berbicara berdasarkan al-qur’an dan Sunnah, maka (ucapan) itu adalah ketentuan yang wajib diikuti. Dan setiap otang yang berbicara tidak berlandaskan kepada al-qur’an dan sunnah, maka (ucapannya) itu adalah kebingungan’’(1). Al Muzany dan ar-Rabi’ berkata:’’pada suatu hari saat kami berada di samping imam Syafi’I, tiba-tiba datang seorang orang tua lalu ia berkata kepada imam Syafi’I;’’Aku ingin bertanya.’’ Jawab imam Syafi’I;’’Silakan.’’Lalu ia berkata:’’Apakah hujjah dalam agama Allah Azza wa Jalla ?’’Maka imam Syafi’I menjawab:’’Kitab Allah Azza wa Jalla (al-qur’an). ‘’Ia bertanya lagi:’’Kemudian apa?’’Jawab Syafi’I:’’Sunnah Rasulullahu’alaihi wa Sallam’’(2). Disini terlihat bahwa Iman Syafi’I sangat mengagungkan al-qur’an dalam berdalil. Menurut imam Syafi’I mestinya setiap orang menjadikan al-qur’an sebagai pedomaan saat menentukan sebuah hukum atau berpendapat. Jika hal ini ia dilakukan, maka pendapatnya berhak untuk diterima. Sebaliknya bila tidak pendapatnya adalah sebuah kebingungan. Orang tersebut adalah sibingung yang membuat kebingungan ditengah masyarakat. Betapa banyak orang zaman sekarang yang membuat kebingungan ditengah masyarakat dengan pendapat-pendapatnya. Baik dalam hal keyakinan beragama maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap orang seolah-olah bebas melontarkan segala pendapat yang terlintas dibenaknya, tanpa pertimbangan terlebih dahulu. Bahkan menurut Imam Syafi’I pendapat dan pemahaman yang tidak berdasarkan kepada dalil al-qur’andan hadits-hadits Rasululllahualaihi wa Sallam adalah bisikan-bisikan setan. Betapa banyak di zaman sekarang orang yang mengikuti bisikan-bisikan setan. Semoga Allah Azza wa Jalla melindungi kaum muslimin dari fitnah mereka. Berkata al-Muzany: Aku mendengar Syafi’I berkata:’’Barang siapa yang mempelajari al- qur’an telah tinggi kedudukannya’’(3). Demikianlah Imam Syafi’I rahimahullah sangat menghargai orang-orang yang mempelajari al-qur’a, sebagai motivasi bagi mereka agar bersugguh-sungguh utuk mempelajari al-qur’an. Sekaligus menegaskan kepada kita untuk menghormati orang yang mempelajari dan mengamalkan hukum-hukum al-qur’an. Oleh sebab itu Allah Azza wa Jalla mengangkat derajat orang yang mempelajari dan mengamalkanhukum-hukum al-qur’an. Oleh sebab itu Allah Azza wa Jalla mengangkat derajat orag yang mempelajari al-qur’an dan merendahkan derajat orang yang tidak mau mempelajari dan mengamalkan al-qur’an. Rasulullahhu’alaihi wa Sallam brsabda yang artinya ;’’Sesungguhnya Allah meninggikan dengan kitab ini (al-qur’an) kedudukan beberapa kaum dan merendahkan dengannya kedudukan yang lain (HR . Muslim). Allah Azza wa Jalla mengangkat derajat orang yang mau menerima ajaran al-qur’an dan berjuang untuk menegakkannya ditengah-tengah umat manusia. Sebaliknya Allah Azza wa Jalla hinakan dan rendahkan orang-orang mengamalkannya dan berjuang untuk menegakkannya ditengah-tengah umat manusia. Sebagian orang di masa sekarang ada yang meremehkan orang-orang yang mempelajari dan mengamalkan al-qur’an dalam berakidah, beribadah, bermu’alah dan berakhlak. Apalagi yang mengajak untuk menjalankan al-qur’an, dalam segala aspek kehidupan. Mereka diejek dengan berbagai tuduhan – tuduhan dusta. Sebaliknya, orang-orang yang merusak ajaran al-qur’an justru disanjung dan dipuji. Bahkan sebagian mereka berani mengatakan bahwa sebab keterbelakangan adalah akibat menjalankan al-qur’an. Mereka menganggap teori-teori mereka jauh lebih hebat daripada al-qur’an. Demi Allah Azza wa Jalla, sesungguhnya ini adalah suatu kekufuran dan kebohongan yang nyata terhadap al- qur’an. Hal ini tidak beda dengan sikaf kaum kafir, mereka sudah merasa cukup dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh rasul-rasul. Justru, mereka memandang enteng dan memperolok-olok keterangan yang dibawa rasul-rasul itu. Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya:’’Maka tat kala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diurtus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang senantiasa mereka perolok-olokan (al-Mukmin/40:38). Banyak sekali ayat maupun hadits Rasulullahu’alaihi wa Sallam meneragkan tantang wajibnya berpegang kepada al-qur’an, firman Allah Azza wa Jalla yang artinya:’’Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (al-A’raf/7:3). Dalam pengalaman, seorang muslim tidak boleh membeda-bedakan antara al-qur’an dan sunnah. Orang yang membeda-bedakan al-qur’an dan sunnah dalam ha; pengalamannya, sesungguhnya ia telah membeda-bedakan pula antara taat kepada Allah Azza wa Jalla dan taat kepada Rasul-Nya. Ini adalah sikap yang dianggap menyelisihi al-qur’an itu sendiri, berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla yang artinya:’’Sesungguhnya orang- orang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan;’’Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir tehadap sebahagian (yang lain)’’, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediaakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan’’. (an – Nisa/4/150-151). Sebagai konsekuensi ketaatan kita kepada Nabi Sallallahualaihi wa Sallam, kita wajib menerima semua yang beliau peritahkan dan beliau sampaikan, termasuk hadist-hadist yang berkategori ahad. Karena Allah Azza wa Jalla berfirman:’’Apa yang dibawa Rasul kepada kalian, maka ambillah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka ditinggalkanlah. (al-Hasyr/59:7). Orang yang menolak sunnah niscaya mereka akan ditimpa oleh fitnah kesesatan waktu didunia dan diancam azab yang pedih di akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman;’’Maka . Dan hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa adzab yang pedih. (an-Nur/24:63). Tidak Membedakan Dalam Msalah Ibadah Dan Masalah Akidah. Dalam mengamalkan dan menrima sunnah kita tidak boleh membeda-bedakan antara hadits ahad dalam masalah akidah dan masalah ibadah, sebagaimana pandangan orang- orang ahli kalam. Firman Allah Aza wa Jalla yang artinya:’’Maka dari rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasakan dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. 9an- Nisa/4:65). Dalam segala hal yang berbeda pandangan baik secara akidah maupun ibadah dan seterusnya; mereka tidak wajib mengembalikannya kepada al-qur’an dan sunnah berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla yang artinya:’’Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlinan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar benar-benar beriman kepada allah dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama. (an-Nisa/4:59). 2. Dalam Memahami Al-Qur’an Dan Sunnah Merujuk Kepada Pemahaman Para Sahabat. Dalil yang mewajibkan untuk merujuk dalam memahami kitab dan sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shaleh, berikut diantaranya : Allah Azza wa Jalla berfirman:’’Orang- orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyedialan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.(at-Taubah/9:100). Imam ibnu Katsir berkata ketia menafsirkan ayat diatas:’’Maka sesungguhnya Allah yang Maha agung telah memberitahu, bahwa Allah Azza wa Jalla telah ridha terhadap generasi terkemuka yang terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Maka celakalah orang yang membenci dan mencela mereka. Atau membenci dan mencela sebagian mereka, terutama penghulu para sahabat yang terbaik dan paling mulia setelah Rasulullahi’alaihi wa Sallam. Yang aku maksud as- Shiddiq yang mulia, khalifah yang agung, Abu Bakar bin Quhafah Radiyallahu anhu. Sesungguhnya kelompok yang hina dari orang-orang Rfudhah memusuhi para sahabat yang mulia, mereka membenci para sahabat. Kita berlindung dengan dari hal yang demikian. Ini menunjukkan bahwa mereka terbalik, dan hati mereka terlungkup. Peringkat kebaikan tertinggi yang diberikan Nabi Sallahu’alaihi wa Sallam bagi para sahabat, Tabi’in dan Tabi’at dalam hadits ini adalah dalam segi pemahaman dan pengamalan ilmu serta dalam hal menyampaikannya kepada umat. Secara tidak langsunng terkabdung didalamnya perintah bagi umat untuk menjadikan mereka sebagai panutan dan acuan dalam memahami dan mengamlkan al-qur’an dan sunnah serta untuk menyampaikanya kepada umat manusia.