Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL

“KEUTAMAAN DAN KEBENARAN DALAM A-QUR’AN”


Tugas Perstruktur Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampuh , Dr TAUFIQ RAMDHANI S.Th.I , M.Sos

Oleh :

NAMA : DEWI RISKA PUTRI


NIM : E1Q019016
KELAS : PENDIDIKAN FISIKA B

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
Fakta-Fakta Kebenaran Al-Qur’an yang Terungkap Secara Ilmiah :
Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin, ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Al-
Hadits. Semakin berkembangnya zaman maka semakin pula kemajuan dalam bidang keilmuan,
banyak penemuan-penemuan yang telah ditemukan oleh para ilmuan dan ternyata sudah ada di
dalam kitab suci Al-Qur’an sejak 14 abad lalu, hal tersebut menunjukkan terdapat hubungan /
interkoneksi antara ilmu pengetahuan, agama, dan filsafat (sebagai penafsir atau pengambil
kesimpulan melalui pemahaman manusia).
Agama menuntun kita untuk menjalankan hidup yang lebih teratur, ilmu menunjukkan
kebenaran melalu pencarian secara keilmuan, dan filsafat mencari keilmuan melalui pemikiran
dan pemahaman, semuanya dapat saling terhubung atau terinterkoneksi, dimana keilmuan bisa
bersumber dari agama yang memnjadi acuan, ilmu sebagai pembuktian kebenaran agama, filsafat
dapat menjadi sesuatu penyimpulan agr tidak adanya kesalah fahaman dalam menjelaskan ilmu
dan agama, dan masih banyak lagi.
Al-Qur’an merupakan penyampurna kitab-kitab sebelumnya dan masih terjaga
kemurniannya, kita ketahui Al-Qur’an merupakan kitab suci agama Islam, isinya banyak
terkandung kebenaran yang sudah terbukti, baik secara ilmiah yang disimpulkan melalui filsafat
hal tersebut yang menyebabkan adanya hubungan antara agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat.
Berikut merupakan fakta-fakta dari al-qur’an yang terungkap secara ilmiah :
1. Fakta Bahwa Besi Diturunkan dari Langit (Angkasa)
Dalam kehidupan kesehariannya manusia memerlukan alat bantu untuk beraktivitas
seperti alat transfortsi tempat tinggal, alat masak, dan sebagainya banyak peralatan yang
memerlukan komponen besi. Besi adalah salah satu logam berat yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan. Dalam Al-Qur’an Surah Al-Hadidd ayat 25 menjelaskan bahwa allah
menurunkan besi yang memiliki kekuatan hebat dan memiliki banyak manfaat bagi
manusia. Dr. Strogh dari NASA USA telah melakukan riset observasi dan uji
laboratorium, bahwa bumi tidak memproduksi besi, dan besi berasal dari batuan meteor
luar angkasa dalam hal ini darai langit dan hal tersebut dapat dikaitkan dengan ayat dari
Surah Al-Hadidd berikut “Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Alkitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan kami turunkan
(anzalnaa) besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa
yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal allah Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. “Dalam ayat ini, kata “anzalnaa”
memiliki arti “kami turunkan” digunakan untuk menunjuk besi.
Apabila diartikan secara kiasan kata “anzalnaa” menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk
member manfaat bagi manusia. Apabila mengartikan kata itu secara harfiah, yakni
“secara bendawi diturunkan dari langit”, maka diperoleh arti bahwa besi diturunkan dari
langit. Beberpa ilmuwan telah berhasil membuktikan kebenaran ayat itu.
Partikel besi tidak berasal dari bumi melainkan berasal dari benda-benda luar angkasa.
Paling tidak, terdapat Sembilan ayat dalam Al-Qur’an yang membahas dan menjelaskan
tentang besi. Salah satunya, “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernanung dari apa
yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal digunung-
gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian
(baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah
menyampurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS An-
Nahl: ayat 81).
2. Proses Penciptaan Manusia Melaui 3 Tahap
Dalam Al-Qur’an Surah Az-Zumar ayat 6 dijelaskan, manusia diciptakan dalam tubuh
ibunya dalam tiga tahapan. “Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia
jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang
berpasangan dari bintang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi
kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu,
Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia;
maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?’’
Perkembangan ilmu biologi modern telah berhasil mengungkap petunjuk dari ayat itu.
Pertumbuhan bayi didalam rahim melewati tiga tahap (tiga kegelapan). Al-Qur’an
menggunakan istilah ‘kegelapan’ karena memang proses penciptaan manusia dalam perut
ibu terjadi didalam rahim yang gelap. Tahap-tahap itu, pertama, Pre-embrionik, zigot
tumbuh membesar melalui pembelahan sel kemudian menjadi segumpal sel yang
membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot, sel-sel penyusunnya
mengatur diri mereka sendiri untuk membentuk tiga lapisan.
Kedua, tahap Embrionik yang berlangsung lima setengah minggu. Bayi pada tahp itu
disebut ‘’embrio’’. Organ dan sistem tubuh bayi juga mulai terbentuk.
Ketiga tahap fetus yang dimulai sejak kehamilan bulan 8 hingga lahir. Pada tahap ini bayi
telah menyerupai manusia dengan wajah, kedua tangan dan kakinya.
3. Fakta Garis Edar Tata Surya
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al-Qur’an ini telah ditemukan melalui pengamatan
astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak
dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam kea rah bintang Vega
dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh
kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari.
Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan
menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu
gerakan serupa yang terencana. Mengenai fenomena tata surya dan garis edar sudah
tertulis di dalam Al-Qur’an, antara lain dalam Surah Al Anbiya ayat 33 dan surah
Yasin ayat 38-40; ‘’Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di alam garis edarnya.’’ (QS Al-
Anbiya:33).
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianla ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui, telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,
sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk
tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun
tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.’’ (QS
Yaa sin : 38-40).
4. Daging Babi yang Berbahaya Bagi Manusia yang Dilarang Dalam Al-Qur’an
Berdasarkan Firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat yang ke 3 dan Al-
Qur’an surat Al-An’am ayat yang ke 145.
‘’Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama-nama Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi
nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan..’’(QS. 5:3)
Bedasarkan penelitian yang dilakukan Prof. A.V. Nalbandov (penulis buku : Adap-tif
Physiology on Mammals and Birds) menyebutkan bahwa kantung urine (vesica urinaria)
babi sering bocor, sehingga urine babi merembas kedalam daging. Akibatnya, daging
babi tercemar kotorannya sendiri yang mestinya dibuang bersama urine. Dan hal tersebut
membuat daging babi sangat berbahaya jika dimakan manusia.
5. Fakta Bahwa Bumi itu Bulat
Al-Qur’an mengungkap bentuk bemi yang bulat melalui ayat berikut. ‘’Dia menciptakan
langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan
menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing
berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.’’ Surah Az – Zumar ayat 5.
Dalam bahasa Arab yang digunakan adalah Kawwara, yang bermakna tumpang tindih
atau melingkar, seperti gulungan kain turban dikepala. Peristiwa tumpang tindih atau
melingkar silih bergantinya siang dan malam hanya dapat terjadi ketika Bumi berbentuk
bulat. Namun para ilmuan barat baru menyatakan bahwa bumi itu datar pada beberapa
abad terakhir sedangkan al-qur’an sudah menerangkan sejak 14 abad yang lalu.
BERPEGANG DENGAN KEBENARAN, TANPA MENGKONFRONTASIKANNYA
DENGAN PERKATAAN MANUSIA
Allah SWT Berfirman yang artinya, ‘’Dia-lah yang mengutus Rasulnya dengan
membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-
agama, meskipun orang-orang myusrik benci. (QS ; Ash Shaf:9). Dalam ayat ini, Allah
memberikan nikmat kepada manusia dengan mengutus Rasul dan Nabi terbaik kepada mereka
dengan membawa sebaik-baik kitab dan risalah-Nya, yang mencakup penjelasan antara yang haq
dan bathil, ilmu yang bermanfaat, amal shalih dan semua yang dibutuhkan oleh hamba demi
kemaslahatannya di dunia dan akhirat, agar Allah mrninggikan diatas semua agama dengan
hujjah (argument) dan penjelasan, dan agar Allah memenangkan orang-orang yang teguh
melaksanakannya dengan pedang dan panah.
Allah memerintahkan kepada kaum mukminin agar berpegang teguh dengan agama yang
benar dan manhaj yang jelas ini, dalam semua urusan mereka, supaya mendapatkan kebahagiaan
didunia dan akhirat. Allah memperingatkan kepada mereka agar tidak berpaling atau berpegang
dengan agama yang lain. Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya ‘’ikutilah apa yang
diturunkan kepada Rab-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya.
Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya). (QS ; Al A’raf:3).
Para ahli tafsir mengatakan, yang dimaksud (dengan kata maa, Red) adalah Al-Qur’an dan
sunnah, karena ia sebagai penjelas dan tafsir bagi Qur’an.
Allah swt berfirman yang artinya ‘’dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin
selainNya’’ maksudnya ialah jangablah kalian menjadikan mereka sebagai pemimpin dan
mengikuti hawa nafsu mereka dan meninggalkan al haq karenanya.
Banyak dalil-dalil syarak, atsar dari para sahabat, para tabi’in dan para imam kaum
muslimin yang memotivasi agar berpegang teguh dengan wahyu dan petunjuk yang dibawa Nabi
Sallahu’alaihi wa sallam tanpa membantahnya dengan perkataan manusia, meskipun orang itu
memiliki derajat dan kedudukan tinggi. Apalagi sampai mendahulukan perkataan dan pendapat
mereka daripada firman Allah Azza wa Jalla dan Sabda Rasul Sallahu’alaihi wa sallam.
Bagi setiap mukallaf, wajib untuk mengikuti kebenaran apabila jelas baginya tanpa tergantung
kepada seseorang dalam menerima kebenaran. Banyak nash-nash (teks-teks) yang menunjukkan,
bahwa jalan keselamatan bisa dicapai dengan berpegang kepada kebenaran, bukan kepada
pribadi-pribadi (tertentu, Red). Berdasarkan dengan kebenaran, perkataan – perkataan dan
pendapat-pendapat itu ditimbang, sehingga menjadi jelas benar atau salahnya suatu perkataan
atau pendapat.
Adapun bergantung kepada orang-orang tertentu, mengikuti perkataan, pendapat dan
ijtihad mereka kemudian langsung menerimanya tanpa melihat kesesuaiannya dengan kebenaran
yang dibawa Nabi Sallahu’alaihi wa Sallam dari Allah, maka demikian ini merupakan cara yang
berbahaya dan bertentangan dengan petunjuk Salafush Shalih.
Dikatakan oleh Imam Syatibi, ‘’menjadikan seseorang sebagai hakim, tanpa memandang
keberadaannya sebagai perantara hukum syar’i yang dituntut secara syar’i, sesungguhnya
merupakan kesesatan. Dan hujjah penentu dan hakim tertinggi adalah syari’at, bukan yang
lainnya. Kemudian kami katakan, demikianlah manhaj para sahabat Rasulullah, dan siapa saja
yang membaca sejarah dan nukilan-nukilan dari merka serta mempelajari keadaan mereka, pasti
akan mengetahui hal ini dengan ilmu yang yakin.’’. Beliau juga berkata, ‘’Sungguh, kebanyakan
orang tersesat akibat berpaling dari dalil-dalil dan (kemudian) bergantung kepada manusia.
Mereka keluar dari (pemahaman, Pent) para sahabat dan tabi;in. Mereka memperturutkan hawa
nafsu dengan tanpa ilmu, sehingga keluar dari jalan yang lurus.’’ Beliau juga mengatakan, bahwa
mengekor kepada pribadi-pribadi merupakan cirri orang sesat.
DALIL-DALIL WAJIBNYA BERPEGANG KEPADA KEBENARAN
Dibawah ini, terdapat beberapa dalil syar’I dan atsar-atsar tentang kewajiban berpegang
teguh kepada kebenaran dan mengenyampingkan ketergangtungan kepada pribadi-pribadi
tertentu. Allah swt berfirman yang artinya, ‘’Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mendahului Allah dan Rasulnya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendenngar lagi Maha Mengetahui. (QS ; Al-Hujurat:1). Syaikh Abdurrahman As Sa’di
berkata, ‘’Ayat ini memuat adab kepada Allah, RasulNya, mengagungkan, menghormati serta
memuliakanNya. Allah memerintahkan kepada kaum mukmin dengan sesuatu yang menjadi
konsekuensi keimanan mereka kepada Allah dan RasulNya. Yaitu dengan menjalankan perintah-
peintah Allah dan menjauhi laranganNya. Dan hendaknya mereka berjalan mengikuti perintah
Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dalam semua urusan, tidak mendahului Allah dan
RasulaNya; tidak mengatakan sesuatu; sehingga Allah mengatakannya. Mereka tidak
memeritahkan, sehingga Allah memerintahkannya.
Disini juga terdapat larangan yang keras mendahulukan perkataan selain Rasulullah
daripada sabdanya. Apabila Sunnah Rasulullah telah jelas, maka wajib mengikuti dan
mendahulukannya daripada perkataan yang lainnya, siapapun juga. Allah swt berfirman yang
artinya, ‘’Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah jika ada wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad).
Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikutpun; dan Allah akan member balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali
Imran:144). Syeikh Abdurrahman As Sa’di mengatakan : ‘’Dalam ayat yang mulia ini terdapat
petunjuk dari allah untuk para hamba agar kokoh dalam satu kondisi, tidak goyah keimanannya
atau sebagian konsekuwensi keimanannya akibat kevakuman pemimpin, walaupun itu sulit.
Demikian ini tidak dapat direalisir, kecuali dengan mempersiapkan semua urusan agama dengan
sejumlah orang yang memiliki kemampuan. Apabila hilang salah satunya, maka ada orang lain
yang menggantikan. Dan hendaknya semua kaum mukmin memiliki tujuan menegakkan agama
Allah dan berjihad semampunya. Dan hendaknya mereka tidak memiliki tendensi pemimpin
tertentu, dengan demikian semua urusan mereka menjadi stabil’’.
Hadist Nabi Sallahu’alaihi wa Sallam yang artinya, ‘’Umar bin Khattab (datang) kepada
Nabi Sallahu’alaihi wa sallam sambil membawa sebuah kitab yang ia dapatkan dari sebagian
Ahli kitab. Kemudian Nabi dibacakan kitab tersebut. Nabi marah dan bersabda, ‘’ Apakah
engkau merasa bingung dengan apa yang ada di dalamnya, wahai putra Khattab? Demi Dzat,
yang jiwaku berada di tanganNya. Sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa
sesuatu yang jelas. Janganlah kalian bertanya kepada Ahli Kitab tentang satu hal, karena
(Mungkin, Red) mereka akan memberitahu kalian suatu kebenaran, akan tetapi kalian
mendustakannya. Atau mereka mengabarkan satu kebatilan, akan tetapi kalian percaya. Demi
Dzat, yang jiwaku berada di tanganNya. Seandainya Musa masih hidup, maka wajib baginya
untuk mengikutiku. (HR Ahmad, Ibnu Abi Ashim, dan dinyatakan hasan oleh Al Albani).
Dari Anas bin Malik Berkata : Rasulullah Sallahu’alaihi wa Salam bersabda, yang artinya
: ‘’Janganlah kalian merasa heran dengan amalan seseorang, sehingga kalian melihat amalan
akhir hayatnya, karena mungkin seseorang beramal pada suatu waktu dengan amalan yang
shalih, yang seandainya ia mati, maka ia masuk surge. Akan tetapi ia berubah dan mengamal
perbuatan yang jelek. Dan mungkin seseorang beramal pada suatu waktu dengan suatu amalan
jelek, yang seandainya ia mati, maka akann masuk neraka. Akan tetapi ia berubah dan beramal
dengan amalan shalih. Maka apabila Allah menginginkan satu kebaikan kepada seorang hamba,
Allah akan menunjukinya sebelum ia meninggal dan memberikan taufik kepadanya untuk
beramal shalih. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ashim dalam kitab As Sunnah 1/174. Syaikh Al
Albani mengatakan,’’Sanadnya shahih).
Dalam suatu firmannya yang lain, yang artinya : ‘’Akan keluar atau akan ada pada kalian
satu kaum yang beribadah dan taat beragama, sehingga kalian mersa takjub dengan mereka dan
mereka bangga dengan diri mereka. Mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari
busurnya. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ashim, Syaikh Al Albani mengatakan, ‘’Sanadnya
shahih’’).
TIGA HAL YANG MENGHANCURKAN AGAMA
Dari Umar bin Khattab, bahwa Rasulullah Sallahu’alaihi wa Sallam bersabda, yang
artinya :’’ Tiga hal yang meghancurkan agma; kesalahan seorang alim, perdebatan orang
munafiq dengan menggunakan Al-Qur’an dan para imam yang menyesatkan. (Dikeluarkan oleh
Ibnu Abdil Barr dalam Kitab Jami’ Bayan ilmu Wa Fadlihi). Dan dari Ibnu Abbas
Radiyallahu’anhu, dia mengatakan,’’Celakalah orang-orang yang mengekor karena kesalahan-
kesalahan orang alim.’’. Beliau bertanya : ‘’Bagaimana itu bisa terjadi?’’ ia berkata,’’Seorang
alim berkata tentang sesuatu berdasarkan pendapatnya, kemudian sang pengikut mendapatkan
orang yang lebih tahu tentang Rasulullah dari imamnya, tapi ia meninggalkan perkataan orang
yang lebih tahu tersebut, kemudian pengikut itu berlalu.’’ Ali bin Abi Thalib Radiyallahu’anhu
berkata,’’Janganlah kalian mengambil seseorang sebagai tauladan, karena kadang seseorang
beramal dengan amalan ahli surge, kemudian ia berbalik karena ilmu Allah dan beramal dengan
amalan ahli neraka, kemudian ia mati, sehingga menjadi ahli neraka. Dan kadang seseorang
beramal dengan amalan ahli neraka, kemudian ia berbalik karena ilmu Allah dan beramal dengan
amalan ahli surga, kemudian ia mati, lalu ia menjadi ahli surga. Kalaupun engkau harus
mengikuti seeorang, maka ikutilah orang-orang yang sudah mai bukan orang yang masih hidup.
(Al Jami’, Ibnu Abdil Barr).
TAULADAN TERBAIK
Ibnu Mas’ud Radiyallahu’anhu berkata, ‘’ingatlah. Jangan sekali-kalli salah seorang
diantara kalian bertaqlid kepada seseorang dalam masalah agama, jika panutannya beriman, ia
ikut beriman, dan jika panutannya kufur, ia ikut kufur. Sesugguhnya tidak ada tauladan pada
manusia.’’ Beliau juga berkata : ‘’Barang siapa diantara kalian yang ingin menjadikan seseorang
sebagai panutan, maka jadikanlah orang yang sudah mati sebagia panutan. Karena yang masih
hidup tidak aman dari fitnah. Mereka (yang sudah mati itu, Red) adalah para sahabat Rasulullah.
Mereka adalah orang-orang yang paling utama (generasi terbaik) dari umat ini, hati mereka
paling bertakwa, paling alam ilmunya, dan paling sedikit menyusahkan diri. Allah memilih
mereka untuk menemani NabiNya, menegakkan agamaNya. Maka, fahamilah keutamaan mereka
dan ikutilah jejak mereka. Sesungguhnya mereka berada diatas jalan yang lurus.’’ Abdullah bin
Mubarak berkata,’’Bisa jadi seseorang yang memiliki kebaikan dan atsar yang baik dalam islam,
terjatuh kepada kekeliruan dan kesalahan, maka janganlah diikuti kesalahan serta kekeliruan
orang tersebut.’’ Imam malik berkata : Tidaklah setiap perkataan orang itu harus diikuti,
walaupun ia memiliki keutamaan, berdasarkan Firman Allah swt yang artinya:’’yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. (Az Zumar:18).
Az Zuhri berkata: Para ulama kita terdahulu mengatakan.’’Berpegang teguh dengan Sunnah
adalah keselamatan, dan ilmu akan dicabut dengan cepat. Hidupnya ilmu, berarti kekokohan
agama dan dunia, sedangkan hilangnya ilmu, berarti kepunahan semmua itu.’’ Al Auza’i
mengatakan, ‘’Dikatakan, lima hal yang ditempuh oleh sahabat Nabi dan para tabi’in ; berpegang
teguh dengan jamaah, mengikuti Sunnah, memakmurkan masjid, membaca Al-Qur’an dan
berjihad dijalan Allah.’’ Mujahid mengatakan, ‘’Tidak ada seorangpun perkataannya (boleh,
Red) diambil dan ditinggalkan, kecuali Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam.’’
Ibnu Khuzaimah berkata, ‘’Tidaklah ada seorangpun yang boleh berkata, kecuali bila telah benar
kabar dari Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam.’’
BERPEGANG TEGUH DENGAN SUNNAH
Selayaknya bagi yang ingin mencari kebenaran dan mengikuti Sunnah agar
mengingatkan dirinya dengan dasar yang agung dan jalan yang jelas ini. Yaitu berpegang teguh
dengan Sunnah dan peri hidup para salafush shalih, berupa penggangguan terhadap dalil-dalil
dan tidak mempertentangkannya dengan perkataan siapapun, apalagi mendahulukan perkataan
orang atas dalil tersebut. Dan hendaknya tidak tertipu dengan kebaikan seseorang ataupun
dengan amalan seseorang. Karena orang yang masih hidup tidak aman dari fitnah. Sesungguhnya
sebaik-baik orang yang di ikuti adalah Nabi Sallallahu’alaihi wa Sallam dan para sahabatnya,
yang Allah telah memberikan tazkiyah (pengakuan, Red) kepada mereka. Allah swt telah
berfirman didalam kitab-Nya dan Nabi telah wafat. Dia ridha atas mereka dan para tabi’in yang
mengikuti mereka dengan baik. Rasulullah Sallallahu’alaihi wa Sallam elah bersabda tentang
mereka yang artinya;’’Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian setelahnya, kemudian
yang setelahnya. (Muttafaq’alaih).
STANDARISASI KEBENARAN DALAM ISLAM
Sudah suatu kelaziman dalam berbagai bidang keahlian maupun produk tertentu harus
memenuhi standarnya; sehingga keabsahan, kualitas dan validasinya terjamin dan dapat
dipertanggung jawabkan. Kalau tidak demikian halnya, tentu semua orang bisa berkata atau
berbohong dan melanggar berbagai aturan main dan kaidah yang sudah baku yang ditetapkan
dan disepakati para ahli pada setiap bidang keilmuan.
Demikian pula halnya pemahaman terhadap agama, harus sesuai dengan standarisasi
yang berlaku dalam islam; agar kita tidak terbalik dalam berjalan, kita ingin maju tapi malah
mundur jadinya, maju dalam pemikiran tapi mundur dalam keimanan. Karena pada akhir-akhir
ini terjadi semacam kerancuan dalam standarisasi keabsahan pemahaman agama. Sehingga
timbul berbagai asumsi dan opini-opini yang menyesatkan dalam keyakinan beragama.
Maka selayaknyalah seorang muslim mampu memilih dan memilih mana yang harus diterima
dan mana yang harus ditolak. Agar tida terbalik dalam menilai sebuah permasalahan, yang benar
dianggap salah, dan yang salah dianggap benar. Tentu untuk sampai pada titik penentuan pilihan
tersebut harus mengenali standarisasinya. Dewasa ini banyak orang menjadikan gelar,
kedudukan, kekayaan, ketenaran, kesepuhan, peninggalan kuno dan galian fosil sebagai
standarisasi. Padahal itu bukan standarisasi untuk menentukan kebenaran dalam islam.
Islam memiliki standar yang valid dan akurat dalam menilai sebuah pandangan dan
pendapat. Sehingga pandangan dan pendapat itu berlaku kebenarannya dimana dan kapan saja;
tanpa dibatasi oleh masa dan tempat tertentu. Karenanya, berbagai pandangan dan pendapat para
ulama dapat diadobsi dan diterima di zaman sekarang; walaupun masa mereka sudah amat jauh
berlalu. Yang dimaksud disini adalah adalah pendapat-pendapat yang benar-benar sesuai dengan
standarisasi yang terapat dalam islam.
Berikut ini dipaparkan sebagian dari standarisasi kebenaran dalam islam, sesuai dengan apa yang
diamalkan dan dipraktekkan oleh generasi terbaik umat ini; yang selanjutnya diikuti oleh para
Ulama terkemuka pada setiap generasi mereka.
1. Berpegang Kepada Al-Qur’an.
Meyakininya Sebagai Wahyu yang Mutlak Kebenarannya. Maka Segala Pendapat Dan
Pandangan Yang Bertentangan Dengan Kebenaran Al-Qur’an Dinyatakan Sesat Dan
Batil Secara Mutlak.
Imam Syafi’I berkata:’’Setiap orang yang berbicara berdasarkan al-qur’an dan Sunnah,
maka (ucapan) itu adalah ketentuan yang wajib diikuti. Dan setiap otang yang berbicara
tidak berlandaskan kepada al-qur’an dan sunnah, maka (ucapannya) itu adalah
kebingungan’’(1).
Al Muzany dan ar-Rabi’ berkata:’’pada suatu hari saat kami berada di samping imam
Syafi’I, tiba-tiba datang seorang orang tua lalu ia berkata kepada imam Syafi’I;’’Aku
ingin bertanya.’’ Jawab imam Syafi’I;’’Silakan.’’Lalu ia berkata:’’Apakah hujjah dalam
agama Allah Azza wa Jalla ?’’Maka imam Syafi’I menjawab:’’Kitab Allah Azza wa Jalla
(al-qur’an). ‘’Ia bertanya lagi:’’Kemudian apa?’’Jawab Syafi’I:’’Sunnah
Rasulullahu’alaihi wa Sallam’’(2).
Disini terlihat bahwa Iman Syafi’I sangat mengagungkan al-qur’an dalam berdalil.
Menurut imam Syafi’I mestinya setiap orang menjadikan al-qur’an sebagai pedomaan
saat menentukan sebuah hukum atau berpendapat. Jika hal ini ia dilakukan, maka
pendapatnya berhak untuk diterima. Sebaliknya bila tidak pendapatnya adalah sebuah
kebingungan. Orang tersebut adalah sibingung yang membuat kebingungan ditengah
masyarakat.
Betapa banyak orang zaman sekarang yang membuat kebingungan ditengah masyarakat
dengan pendapat-pendapatnya. Baik dalam hal keyakinan beragama maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Setiap orang seolah-olah bebas melontarkan segala pendapat
yang terlintas dibenaknya, tanpa pertimbangan terlebih dahulu.
Bahkan menurut Imam Syafi’I pendapat dan pemahaman yang tidak berdasarkan kepada
dalil al-qur’andan hadits-hadits Rasululllahualaihi wa Sallam adalah bisikan-bisikan
setan. Betapa banyak di zaman sekarang orang yang mengikuti bisikan-bisikan setan.
Semoga Allah Azza wa Jalla melindungi kaum muslimin dari fitnah mereka.
Berkata al-Muzany: Aku mendengar Syafi’I berkata:’’Barang siapa yang mempelajari al-
qur’an telah tinggi kedudukannya’’(3).
Demikianlah Imam Syafi’I rahimahullah sangat menghargai orang-orang yang
mempelajari al-qur’a, sebagai motivasi bagi mereka agar bersugguh-sungguh utuk
mempelajari al-qur’an. Sekaligus menegaskan kepada kita untuk menghormati orang
yang mempelajari dan mengamalkan hukum-hukum al-qur’an. Oleh sebab itu Allah Azza
wa Jalla mengangkat derajat orang yang mempelajari dan mengamalkanhukum-hukum
al-qur’an. Oleh sebab itu Allah Azza wa Jalla mengangkat derajat orag yang mempelajari
al-qur’an dan merendahkan derajat orang yang tidak mau mempelajari dan mengamalkan
al-qur’an. Rasulullahhu’alaihi wa Sallam brsabda yang artinya ;’’Sesungguhnya Allah
meninggikan dengan kitab ini (al-qur’an) kedudukan beberapa kaum dan merendahkan
dengannya kedudukan yang lain (HR . Muslim).
Allah Azza wa Jalla mengangkat derajat orang yang mau menerima ajaran al-qur’an dan
berjuang untuk menegakkannya ditengah-tengah umat manusia. Sebaliknya Allah Azza
wa Jalla hinakan dan rendahkan orang-orang mengamalkannya dan berjuang untuk
menegakkannya ditengah-tengah umat manusia.
Sebagian orang di masa sekarang ada yang meremehkan orang-orang yang mempelajari
dan mengamalkan al-qur’an dalam berakidah, beribadah, bermu’alah dan berakhlak.
Apalagi yang mengajak untuk menjalankan al-qur’an, dalam segala aspek kehidupan.
Mereka diejek dengan berbagai tuduhan – tuduhan dusta. Sebaliknya, orang-orang yang
merusak ajaran al-qur’an justru disanjung dan dipuji. Bahkan sebagian mereka berani
mengatakan bahwa sebab keterbelakangan adalah akibat menjalankan al-qur’an. Mereka
menganggap teori-teori mereka jauh lebih hebat daripada al-qur’an. Demi Allah Azza wa
Jalla, sesungguhnya ini adalah suatu kekufuran dan kebohongan yang nyata terhadap al-
qur’an.
Hal ini tidak beda dengan sikaf kaum kafir, mereka sudah merasa cukup dengan ilmu
pengetahuan yang diajarkan oleh rasul-rasul. Justru, mereka memandang enteng dan
memperolok-olok keterangan yang dibawa rasul-rasul itu. Allah Azza wa Jalla berfirman
yang artinya:’’Maka tat kala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diurtus kepada)
mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan
pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang
senantiasa mereka perolok-olokan (al-Mukmin/40:38).
Banyak sekali ayat maupun hadits Rasulullahu’alaihi wa Sallam meneragkan tantang
wajibnya berpegang kepada al-qur’an, firman Allah Azza wa Jalla yang
artinya:’’Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari rabbmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya). (al-A’raf/7:3).
Dalam pengalaman, seorang muslim tidak boleh membeda-bedakan antara al-qur’an dan
sunnah. Orang yang membeda-bedakan al-qur’an dan sunnah dalam ha; pengalamannya,
sesungguhnya ia telah membeda-bedakan pula antara taat kepada Allah Azza wa Jalla
dan taat kepada Rasul-Nya. Ini adalah sikap yang dianggap menyelisihi al-qur’an itu
sendiri, berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla yang artinya:’’Sesungguhnya orang-
orang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan;’’Kami beriman
kepada yang sebahagian dan kami kafir tehadap sebahagian (yang lain)’’, serta
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian
(iman atau kafir), merekalah orang-orang kafir sebenar-benarnya. Kami telah
menyediaakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan’’. (an –
Nisa/4/150-151).
Sebagai konsekuensi ketaatan kita kepada Nabi Sallallahualaihi wa Sallam, kita wajib
menerima semua yang beliau peritahkan dan beliau sampaikan, termasuk hadist-hadist
yang berkategori ahad. Karena Allah Azza wa Jalla berfirman:’’Apa yang dibawa Rasul
kepada kalian, maka ambillah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka ditinggalkanlah.
(al-Hasyr/59:7).
Orang yang menolak sunnah niscaya mereka akan ditimpa oleh fitnah kesesatan waktu
didunia dan diancam azab yang pedih di akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman;’’Maka .
Dan hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa adzab yang
pedih. (an-Nur/24:63).
Tidak Membedakan Dalam Msalah Ibadah Dan Masalah Akidah.
Dalam mengamalkan dan menrima sunnah kita tidak boleh membeda-bedakan antara
hadits ahad dalam masalah akidah dan masalah ibadah, sebagaimana pandangan orang-
orang ahli kalam.
Firman Allah Aza wa Jalla yang artinya:’’Maka dari rabbmu, mereka (pada hakikatnya)
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasakan dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. 9an-
Nisa/4:65).
Dalam segala hal yang berbeda pandangan baik secara akidah maupun ibadah dan
seterusnya; mereka tidak wajib mengembalikannya kepada al-qur’an dan sunnah
berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla yang artinya:’’Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlinan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-qur’an) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar benar-benar beriman kepada allah dan hari kemudian
yang demikian itu lebih utama. (an-Nisa/4:59).
2. Dalam Memahami Al-Qur’an Dan Sunnah Merujuk Kepada Pemahaman Para Sahabat.
Dalil yang mewajibkan untuk merujuk dalam memahami kitab dan sunnah sesuai dengan
pemahaman salafus shaleh, berikut diantaranya : Allah Azza wa Jalla berfirman:’’Orang-
orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) dari golongan Muhajirin dan
Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka
dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyedialan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai didalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah
kemenangan yang besar.(at-Taubah/9:100).
Imam ibnu Katsir berkata ketia menafsirkan ayat diatas:’’Maka sesungguhnya Allah yang
Maha agung telah memberitahu, bahwa Allah Azza wa Jalla telah ridha terhadap generasi
terkemuka yang terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik. Maka celakalah orang yang membenci dan mencela
mereka. Atau membenci dan mencela sebagian mereka, terutama penghulu para sahabat
yang terbaik dan paling mulia setelah Rasulullahi’alaihi wa Sallam. Yang aku maksud as-
Shiddiq yang mulia, khalifah yang agung, Abu Bakar bin Quhafah Radiyallahu anhu.
Sesungguhnya kelompok yang hina dari orang-orang Rfudhah memusuhi para sahabat
yang mulia, mereka membenci para sahabat. Kita berlindung dengan dari hal yang
demikian. Ini menunjukkan bahwa mereka terbalik, dan hati mereka terlungkup.
Peringkat kebaikan tertinggi yang diberikan Nabi Sallahu’alaihi wa Sallam bagi para
sahabat, Tabi’in dan Tabi’at dalam hadits ini adalah dalam segi pemahaman dan
pengamalan ilmu serta dalam hal menyampaikannya kepada umat. Secara tidak
langsunng terkabdung didalamnya perintah bagi umat untuk menjadikan mereka sebagai
panutan dan acuan dalam memahami dan mengamlkan al-qur’an dan sunnah serta untuk
menyampaikanya kepada umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai