Anda di halaman 1dari 6

ASPEK ETIK DAN LEGAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat

Kelas A Tingkat 3 Semester 6

S1 keperawatan
Di Susun Oleh :

Damar Prabantari AK.1.17.011

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


Jl. Soekarno Hatta, Cibiru Bandung. No. 754.
Cipadung kidul. Panyileukan. Kota Bandung. Jawa
Barat 4061
1. ASPEK ETIK DAN LEGAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. DEFINISI

Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang diharapkan dari manusia atau kelompok
tertentu/profesi tertentu seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan suatu
kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut kode etik.

B. PRINSIP ETIK DAN LEGAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT :


1) AUTONOMY
Berkaitan dg hak untuk membuat keputusan bagi dirinya misalnya seorang pasien yang
akan mengalami suatu tindakan seperti pembedahan, keputusan harus diputuskan oleh
pasien itu sendiri, tetapi tenaga kesehatan berkewajiban memberikan informasi yang rinci
sehingga pasien membuat keputusan secara benar.
2) BENEFICENCE (KEMURAHAN HATI/PEMANFAATAN)
Kewajiban melakukan yang terbaik meningkatkan mutu pelayan kesehatan
3) NON MALEFICENCE (TIDAK MERUGIKAN ORANG LAIN)
Kewajiban untuk tidka menimbulkan kerugian atau cedera bagi orang lain apalagi
membunuh. Perawat akan bersikap hati-hati, teliti dan cermat.
4) VERACITY (JUJUR).
Kewajiban menyampaikan atau mengatakan sesuatu dengan benar, tidak berbohong
apalagi menipu. Perawat berbicara benar, terbuka sehingga dapat dipercaya.
5) JUSTICE (ADIL).
Kewajiban berlaku adil kepada semua orang. Perawat berlaku adil, tidak membeda-bedakan
pasien baik aspek sosial, agama, suku dll.
6) FIDELITY (KOMITMEN).
Kewajiban untuk setia atau loyal dengan kesepakatan atau tanggung jawab secara
bersungguh terhadap tugas bebannya.
C. UNSUR-UNSUR YG PENTING DIPERHATIKAN DALAM KODE ETIK :
 Perawat memberikan pelayanan dg memperhatikan dan menghargai kemuliaan sso
sbgmanusia.
 Perawat melindungi hak azasi manusia.
 Perawat bertindak utk melindungi pasien dan masyarakat
 Perawat bertanggung jwb dan bertanggung gugat thd setiap tindakan dan
pengambilankeputusa keperawatan.
 Perawat mempertahankan kompetensinya dlm melaksanakan yan.kep.
 Perawat melatih diri dlm menetapkan informasi dan menggunakan kompetensiindividunya.
 perawat berpartisipasi aktif dlm kegiatan yg terkait dg pengembangan keilmuan dariprofesi
keperawatan.
 Perawat berpartisipasi dlm upaya profesi utk melaksanakan dan meningkatkan
standarprofesi serta meningkatkan mutu pelayanan
 Perawat berpartisipasi dlm upaya profesi utk melindungi masyarakat thd mis informasiserta
mempertahankan integritas keperawatan.
 Perawat berkolaborasi dg anggota & profesi kes lainnya & masyarakat.

D. MASALAH & DILEMA ETIKA DI UNIT GAWAT DARURAT :


 Kondisi klien menyebabkan klien tidak mampu mengambil keputusan untuk tindakan
kesehatannya.
 Penggunaan berteknologi tinggi dan kondisi klien yg kritis sering membuat asuhan yang
diberikan berfokus kepad perbaikan kondisi fisik sehingga kurang melakukan :
- Penghargaan terhadap klien sebagai manusia (dehumanisasi).
- Komunikasi dengan klien dan keluarga.
- Penkes utk klien dan keluarga.
 Konflik dengan sejawat atau tim kes lainnya.
 Keputusan menghentikan penggunaan ventilator/alat kes lainnya kepada klien.
E. LANDASAN HUKUM PELAYANAN GAWAT DARURAT

Dalam pelayanan gawat darurat dikenal prinsip cepat dan tepat, khususnya dalam kasus gawat
darurat dalam proses tindakan ini aspek hukum bagi tenaga kesehatan dan penderita sangat
penting untuk dipahami, untuk menghindari konflik dan kesalah pahaman yang dapat berakibat
terjadinya tuntutan hukum bagi pihak yang dirugikan.

a) UU NO 9 Tahun 1960 Pokok Kesehatan

b) UU NO 6 Tahun 1963 Tenaga Kesehatan

c) UU NO 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran

d) UU NO 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

e) UU NO 36 Tahun 2009 Kesehatan

f) UU NO 44 TAHUN 2009 Rumah sakit

g) PP NO 32 TAHUN 1996 Tenaga Kesehatan

h) PP NO 51 Tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian

i) Berbagai Peraturan Menteri Kesehatan

2. PERAN PERAWAT DALAM KEGAWAT DARURATAN


Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :

a. peran perawat

1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

2. Sebagai advokat klien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarg dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan & melindungi hak-
hak pasien meliputi :

- Hak atas pelayanan sebaik-baiknya

- Hak atas informasi tentang penyakitnya

- Hak atas privacy

- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

- Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.

3. Sebagai educator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Sebagai koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi


pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Sebagai kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan.

6. Sebagai konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,


perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan

7. Sebagai pembaharu

Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

b. FUNGSI PERAWAT DALAM KEGAWAT DARURATAN

1. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.

2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim
satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan
kerjasama tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim
perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.

3. CARA MENETAPKAN PENGKAJIAN EARLY MORNING SYSTEM


Empat tahapan metode Early Warning Sistem (EWS) dalam menangani kondisi pasien, hal itu
dijelaskan oleh Nursing Devalopment and Clinical Operation Devision Head Siloam Hospital,
Silvania. Parameter menentukan penangan terhadap pasien dalam metode Early Warning
Sistem

(EWS). Yakni tingkat kesadaran, respirasi atau pernafasan, saturasi oksigen, oksigen
tambahan, suhu, denyut nadi, dan tekanan darah atau sistolik.Skor ke tujuh instrumen
tersebut menentukan bentuk penanganan selanjutnya.

a. Jika, nilai EWS nol (0) maka diajurkan monitoring TTV dan pantau kondisi pasien minimal
1 kali. Kemudian, catat pada lembar observasi pasien dan ikuti petunjuk respon klinis
rendah atau hijau.

b. Selanjutnya, Skor 1-4 atau rendah (Hijau) dilakukan langkah-langkah seperti laporkan
hasil EWS pada dokter, verifikasi maksimal 1 jam, menentukan frekuensi monitoring perlu
ditambah atau eskalasi DPJP, lalu pantau setiap 4 jam dan catat. Jika, kedepannya
ditemukan skor di bawah 1 penangan ke klinis skor 0 tapi jika di atas 4 lanjutkan ke regulasi
tahap berikutnya.

c. Kuning atau skor EWS 5-6 Medium, pertama laporkan hasil kepada dokter atau pihak
terkait, lakukan verifikasi 30 menit sebelum, pantau setiap 1 jam sampai kondisi membaik,
dan catat. Jika, kondisinya menunjukan skor di bawah 5 maka tangani ke klinis skor rendah
atau hijau tapi kalau menunjukan di atas 6 tingkatkan observasi setiap 30 menit dan ikuti
petunjuk skor tinggi atau merah.

d. Tingkatan tertinggi EWS di atas 7 (Merah) prosedur penanganan pasien, yakni laporkan
hasil ke dokter, lakukan verifikasi, pemeriksaan, dan penanganan 15 menit sejak aktivasi
EWS, laporkan ke DPJP, informasikan kondisi pasien kepada keluarga. Jika, memburuk maka
dengan ijin DPJP konsultasikan ke intensivist buat rekomendasi rawat intensif.
DAFTAR PUSTAKA

Duncan, K., & McMullan, C. (2012). Early Warning System. Philadelphia: Lippincott
Williams& Wilkins.

Musliha, (2010), Keperawatan Gawat Darurat, Plus Contoh Askep Dengan pendekatan
NANDANIC NOC, Yogyakarta: Nuha Medika

National Clinical Effectiveness Comitee, (2013), National Early Warning Score,


Nationalclinical guideline No.1, Ireland : RCP. ISSN 2009-6259

Soekidjo, Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kegawat Daruratan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan (Kegawat Daruratan). Jakarta: CV
Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai