Oleh :
(116062)
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari bangunan
rumah sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan instalasi gawat
darurat. Pelayanan kesehatan kritis diberikan kepada pasien yang sedang mengalami
keadaan penyakit yang kritis selama masa kedaruratan medis dan masa krisis (Depkes RI
2012).
Intensive care unit atau unit perawatan intensif adalah salah satu bagian dari unit ruang
perawatan pasien yang ada di Rumah Sakit yang khusus merawat pasien dengan kondisi
kritis. Ruangan ini dilengkapi dengan berbagai tim medis termasuk perawat didalamnya
yang sudah mendapatkan keahlian khusus dalam menangani pasien dengan kondisi kritis.
Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai peralatan-peralatan khusus untuk
penatalaksanaan terapi dan bantuan hidup pasien yang sebagian tidak ditemukan di unit-
unit ruang perawatan yang lain. Hal ini sesuai dengan konsep definisi dari University of
California Davis Health System (2009) bahwa ICU merupakan unit yang merawat pasien
dengan penyakit kritis yang mengalami kegagalan akut satu atau lebih organ vital yang
dapat mengancam jiwa dalam waktu dekat dan pasien dengan post operasi mayor yang
memerlukan propilaksis monitoring ketat, sehingga memerlukan staff khusus dan
peralatan khusus. Penggunaan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang di
tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien kritis yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa juga tertera dalam Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
ICU di Rumah Sakit Kep.Menkes RI nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari laporan touring ruang ICU ini adalah:
1. Apakah pengertian ICU?
2. Apa pengertian ventilator mekanik?
3. Apa saja bagian dari ventilator mekanik?
4. Apa saja mode ventilator mekanik?
5. Bagaimana setting dari ventilator mekanik?
6. Bagaimana sirkuit ventilator mekanik?
7. Bagaimana cara monitoring ventilator mekanik?
8. Bagaimana cara melakukan weaning ventilator mekanik?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan dari disusunnya laporan touring ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang ruang ICU dan macam-macam alat yang terdapat di ruang ICU di
SMC RS Telogorejo semarang.
2. Tujuan khusus
Mengetahui dan memahami tentang:
a. Pengertian ICU?
PEMBAHASAN
A. Pengertian ICU
Intensive care unit atau unit perawatan intensif adalah salah satu bagian dari unit ruang
perawatan pasien yang ada di Rumah Sakit yang khusus merawat pasien dengan kondisi
kritis. Ruangan ini dilengkapi dengan berbagai tim medis termasuk perawat didalamnya
yang sudah mendapatkan keahlian khusus dalam menangani pasien dengan kondisi kritis.
Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai peralatan-peralatan khusus untuk
penatalaksanaan terapi dan bantuan hidup pasien yang sebagian tidak ditemukan di unit-
unit ruang perawatan yang lain. Hal ini sesuai dengan konsep definisi dari University of
California Davis Health System (2009) bahwa ICU merupakan unit yang merawat pasien
dengan penyakit kritis yang mengalami kegagalan akut satu atau lebih organ vital yang
dapat mengancam jiwa dalam waktu dekat dan pasien dengan post operasi mayor yang
memerlukan propilaksis monitoring ketat, sehingga memerlukan staff khusus dan
peralatan khusus.
Ruang Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari bangunan
rumah sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan instalasi gawat
darurat Pelayanan kesehatan kritis diberikan kepada pasien yang sedang mengalami
keadaan penyakit yang kritis selama masa kedaruratan medis dan masa krisis (Depkes RI
2012). Salah satu peralatan dasar yang terdapat di ruang ICU adalah ventilator mekanik.
Ventilasi mekanik rutin diperlukan pada pasien dewasa kritis di unit perawatan intensif.
Tujuan utama penggunaan ventilator mekanik adalah untuk menormalkan kadar gas
darah arteri dan keseimbangan asam basa dengan memberi ventilasi adekuat dan
oksigenasi. (Grossbach, 2011).
D. Mode Ventilator
Menurut West (2003), pola ventilasi dibagi menjadi:
1. Intermittent Posiive Pressure Ventilation (IPPV) Intermittent Posiive Pressure
Ventilation (IPPV) terkadang disebut pernapasan tekanan positif intermiten (Intermitten
Positive Pressure Breathing/IPPB) dan merupakan pola umum berupa pengembangan
paru oleh penerapan tekanan positif ke jalan napas dan dapat mengempis secara pasif
pada FRC. Dengan ventilator modern, variabel utama yang dapat dikendalikan meliputi
volume tidal, frekuensi napas, durasi inspirasi versus ekspirasi, kecepatan aliran
inspirasi, dan konsentrasi oksigen inspirasi.
2. Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)
Pada pasien ARDS, perbaikan PO2 arterial yang besar sering kali dapat dicapai dengan
mempertahankan tekanan jalan napas positif yang kecil pada akhir ekspirasi. Nilai
sekecil 5 cm H2O sering kali bermanfaat. Akan tetapi, tekanan setinggi 20 cm H2O
atau lebih kadang kala digunakan. Katup khusus tersedia untuk memberi tekanan.
Keuntungan PEEP adalah alat ini memungkinkan konsentrasi oksigen inspirasi
diturunkan sehingga mengurangi risiko toksisitas oksigen.
E. Setting Ventilator
Sundana, K. (2014, hlm. 73) menyebutkan bahwa hal yang paling penting dalam setting
ventilator yaitu memahami jenis ventilator yang digunakan karena ada beberapa produk
menggunakan setting yang berbeda.
Cara setting ventilator:
1. Frekuensi pernafasan permenit
2. Besarnya volume tidal (VCMV)/tekanan atau pressure (PCMV)
3. Perbandingan antara waktu inspirasi dan waktu ekspirasi
4. FiO2
Fraksi oksigen yang dihirup (FiO2) adalah persentase oksigen yang dihantarkan
dengan range antara 21%-100% untuk mengoptimalkan pertukaran gas pada pasien.
Fraksi dituliskan dalam bentuk decimal. Efek FiO2 dapat ditingkatkan dengan
manipulasi volume per menit dan PEEP.
5. PEEP (positive end expiratory pressure)
Adalah tekanan positif akhir ekspirasi yang digunakan untuk mempertahankan tekanan
paru positif pada akhir ekspirasi untuk mencegah terjadinya kolaps paru dan
meningkatkan pertukaran gas dalam alveoli. Nilai PEEP biasanya antara 5-15 mmHg,
maksimal 12 untuk anak.
6. I:E (Inspirasi : ekspirasi)
Merupakan ratio Perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Nilai normalnya
yaitu 1:2
7. Volume Tidal/ Tidal Volume
Merupakan jumlah udara yang keluar masuk paru dalam satu kali nafas, atau sama
dengan jumlah udara yang diberikan ventilator dalam satu kali nafas. Nilai normal 10
–15 ml per kgBB untuk dewasa dan 6-8 ml per kgBB untuk anak
8. Minute Volume
Merupakan jumlah udara yang keluar masuk dalam satu menit, atau jumlah udara yang
diberikan ventilator dalam satu menit. Nilainya = volume tidal x RR
9. Pressure atau Volume Limit
Batas atas tekanan atau volume yang diberikan pada pasien. Volume limit yang terlalu
tinggi dapat berakibat trauma paru.
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal volume
istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan adalah 10-
15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan untuk meminimalkan atelektase.
Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam gas. Karena
resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level rendah.
PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi oksigen. PEEP
digunakan untuk mencegah kolaps alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveoli-kapiler.
Macam-macam setting ventilator, (Pranggono, 2011, hlm 19). menurut sifatnya dibagi
menjadi 3 yaitu:
1. Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah siklusnya berdasarkan volume. Mesin akan berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan.
Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien
tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
2. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator tipe ini adalah siklusnya yang menggunakan tekanan. Mesin
akan berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah
ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan
pasif. Kerugian pada tipe ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara
yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil,
penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
3. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator tipe ini adalah siklusnya berdasarkan waktutu ekspirasi
atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan
kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit) normal dengan rasio I:E (inspirasi :
ekspirasi ) sebesar 1:2.
F. Sirkuit Ventilator
Dalam Sudana, K (2014, hlm. 157) Humidifier yang terletak pada bagian inspiratory
sirkuit dibutuhkan untuk dua alasan. Pertama, adanya artificial airway memungkinkan
udara memasuki paru-paru tanpa harus melalui proses pelembaban udara pada jalan
napas atas yang normal. Kedua, aliran gas yang cepat dan volume yang besar yang
diberikan melalui ventilator mekanik memerlukan alat pelembab untuk menghindari
kekeringan membrane dalam paru. Tekanan dalam tubing circuit harus dipantau agar
tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Tekanan airway secara dinamik akan ditampilkan
pada kontrol panel ventilator.
Tubing circuit pada ventilator tradisional dilengkapi dengan cup pengumpul air untuk
mencegah penyumbatan oleh gas lembab yang mengalami kondensasi. Akan tetapi
sekarang ini pada umumnya digunakan kawat panas yang berjalan pada bagian ekspirator
dan bagian inspiratory sirkuit. Kawat-kawat tersebut akan mempertahankan suhu gas agar
agar sama dengan atau mendekati suhu tubuh sehingga menurunkan kondensasi gas yang
lembab dan mencegah terbentuknya air. Obat-obatan tertentu misalnya bronkodilator atau
steroid juga dapat dialirkan ke paru-paru melalui alat pembentuk aerosol yang terletak
pada bagian inspiratory sirkuit. Tubing sirkuit pada ventilator dipertahankan agar
rangkaiannya tetap tertutup sehingga ventilasi dan oksigenasi pasien tidak terputus-putus
dan juga untuk mencegah pneumonia nosokomial.
G. Monitoring Ventilator
Pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan pemantauan terus menerus terhadap efek
hemodinamik yang tidak diinginkan dan efek merugikan pada paru akibat tekanan positif
di saluran udara. Elektrokardiografi rutin, pulse oksimetri, dan monitoring tekanan
intraarterial langsung sangat berguna. Yang terakhir ini juga memungkinkan pengambilan
sampel darah arteri untuk analisis gas darah. 17 Catatan- asupan cairan masuk dan keluar
diperlukan untuk menilai keseimbangan cairan secara akurat. Kateter urin sangat
membantu. pemantauan vena sentral dan/ atau tekanan arteri pulmonalis diindikasikan
pada hemodinamik pasien stabil dan mereka yang dengan output urin yang rendah. Foto
polos dada setiap hari umumnya dilakukan untuk menilai TT dan posisi lini tengah,
mencari bukti barotrauma paru, membantu mengevaluasi keseimbangan cairan, dan
memantau perkembangan penyakit paru.
Tekanan udara saluran napas (baseline, puncak, dan rerata), VT yang dihirup dan
dihembuskan (mekanik dan spontan), dan konsentrasi fraksi oksigen harus dimonitor.
Pemantauan parameter ini tidak hanya memungkinkan penyesuaian optimal dari setting
ventilator tapi membantu mendeteksi masalah dengan TT, sirkuit bernapas, dan ventilator.
Pengisapan/suction periodik sekresi jalan napas yang tidak adekuat dan adanya gumpalan
sekret yang besar pada klinis tampak sebagai peningkatan tekanan puncak inflasi dan
penurunan VT yang dihembuskan. Selain itu, peningkatan mendadak tekanan puncak
inflasi bersama- sama dengan hipotensi tiba-tiba kemungkinan terjadi pneumotoraks.
H. Weaning Ventilator
Penghentian atau penyapihan (weaning) sudah harus direncanakan pada saat mulai
aplikasi ventilasi mekanik, semakin cepat penyapihan dilakukan, pasien akan terhindar
dari masalah yang dapat timbul akibat pemakaian ventilasi mekanik yang
berkepanjangan.1 Penyapihan dari ventilator mekanik dapat didefinisikan sebagai proses
pelepasan ventilator baik secara langsung maupun bertahap. Tindakan ini biasanya
mengandung dua hal yang terpisah tapi memiliki hubungan erat yaitu pemutusan
ventilator dan pelepasan jalan nafas buatan.
Kriteria penyapihan
Penyapihan bisa dimulai apabila seluruh kriteria berikut dapat dipenuhi. Apabila salah
satu parameter tersebut belum optimal, maka proses penyapihan belum bisa dilaksanakan:
1. Penyakit primer sebagai penyebab telah membaik
2. Tonus otot pernapasan masih cukup kuat
3. Memenuhi kriteria yang berlawanan dengan kriteria untuk aplikasi ventilasi mekanik.
4. Kondisi faktor non respirasi, seperti kesadaran, status hemodinamik, metabolik dan
suhu tubuh, keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa serta normalisasi sistem
organ yang lain.
Syarat-syarat penyapihan Proses penyapihan dilakukan apabila memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Memenuhi kriteria penyapihan
2. Pasien bebas dari pengaruh sisa obat pelumpuh otot, sedatif, atau narkotik.
3. Sebaiknya dimulai pada siang hari
4. Dipantau oleh dokter spesialis yang terkait
5. Disiapkan alat atau obat untuk mengantisipasi kegagalan proses penyapihan.
A. Jadwal Kegiatan
Touring di ruang Intensive Care Unit (ICU) dilakukan pada hari Senin, tanggal 10
Oktober 2019 pukul 12.00-13.00 WIB dengan rangkaian jadwal sebagai berikut:
Jam Kegiatan
12.00
Datang ke Ruang ICU SMC RS Telogorejo Semarang
WIB
12.00
Melihat keseluruhan ruangan intensive (ICU, PICU)
WIB
12.10 Dipandu dan dijelaskan masing-masing ruang intensive
WIB (ICU, PICU) beserta alat yang terdapat didalamnya
Memperhatikan proses persiapan ventilator (pemasangan
12.15
selang inspirasi dan ekspirasi serta cara melakukan
WIB
kalibrasi mesin)
12.30 Memperhatikan proses setting ventilator dan pemilihan
WIB mode ventilator
12.40 Dipersilahkan untuk dokumentasi ruangan dan alat di
WIB ruang ICU
12.50 Ditunjukkan ruangan NICU beserta alat yang terdapat
WIB didalamnya
13.00
Selesai touring ruang intensive (ICU, NICU, PICU)
WIB
Dokumentasi
humadifier
Gambaran monitor
mesin ventilator
DAFTAR PUSTAKA
Iwan, P. dan Saryono. (2010). Mengelola Pasien dengan Ventilator Mekanik. Jakarta:
Rekatama.
Jevon, P & Ewens, B. 2009. Pemantuan Pasien Kritis. Edisi Kedua. Alih Bahasa: Vidhia
Umami. Jakarta: Erlangga Medical series
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Nomor: HK.02.04/I/1966/11 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan
Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit. Jakarta