Oleh :
Aola Isnadiya
(114010)
A. LATAR BELAKANG
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membram semi permeable
sebagai pemisah darah (Haryono, 2013 hlm.97).
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Adapun tujuan dari disusunnya laporan touring ini adalah untuk
memberikan gambaran tentang hemodialisa di SMC RS Telogorejo
semarang.
2. Tujuan khusus
Mengetahui dan memahami tentang:
a. Pengertian hemodialisa
b. Prinsip hemodialisa
c. Indikasi dilakukan hemodialisa
d. Persiapan untuk melakukan hemodialisa
e. Prosedur hemodialisa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membram semi permeabel
sebagai pemisah darah (Haryono, 2013 hlm.97).
B. Prinsip Hemodialisa
Setiati, et al (2014, hlm.2192) menyebutkan bahwa hemodialisis dapat
didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan komposisi solute darah oleh
larutan lain (cairan dialisat) melalui membrane semipermeabel (membrane
dialisis). Saat ini terdapat berbagai definisi hemodialisis, tetapi pada
prinsipnya hemodialisis adalah suatu proses pemisahan atau penyaringan atau
pembersihan darah melalui suatu membran yang semipermeabel yang
dilakukan pada pasien dengan gagguan fungsi ginjal baik yang kronik maupun
akut.
Ultrafiltrasi adalah aliran konveksi (air dan zat terlarut) yang terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan hidrostatik maupun osmotik. Air dan zat terlarut
dengan berat molekul kecil dapat dengan mudah melalui membran
semipermeabel, sedangkan zat terlarut dengan berat molekul besar tidak akan
melalui membran semipermeabel. Ultrafiltrasi terjadi sebagai akibat dari
perbedaan tekanan positif pada kompartmen darah dengan tekanan negative
yang terbentuk dalam kompartmen dialisat yang dihasilkan oleh pompa
dialisat atau transmembran pressure (TMP).
C. Indikasi Hemodialisa
Daurgirdas et al (2007 dalam Kandarini 2012, hlm.11) menyebutkan bahwa
indikasi HD dibedakan menjadi HD Emergency atau HD segera dan HD
kronik. Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan.
1. Indikasi hemodialisis segera antara lain
a. Kegawatan ginjal klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
b. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
c. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
d. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5
mmol/l )
e. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
f. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
g. Ensefalopati uremikum
h. Neuropati/miopati uremikum
i. Perikarditis uremikum
j. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)
k. Hipertermia
l. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran
dialisi
D. Persiapan Hemodialisa
Mangun (2017, hlm.2) menyebutkan bahwa persiapan hemodialisa adalah
sebagai berikut:
1. Persiapan psikologi dari pasien
a. Sebaiknya pasien diberi pengetahuan tentang hemodialisa
b. Jika pasien rawat inap, dapat diantarkan ke ruang hemodialisa
c. Beberapa ada yang trauma psikis yang tidak dapat dihindarkan karena
dengan hemodialisa tidak dapat ditentukan
d. Untuk melawan trauma dengan membuat pasien mengerti bahwa
ribuan pasien dengan keadaan yang sama dapat mempertahankan
hidupnya dengan hemodialisa
2. Persiapan fisik
a. Menimbang berat badan
b. Observasi keadaan umum
c. Observasi tanda-tanda vital
d. Mengatur posisi pasien dengan nyaman
3. Persetujuan tindakan
a. Izin / persetujuan tindakan tertulis
b. Pasien dan keluarga harus mendapatkan informasi yang jelas tentang
hemodialisa
c. Izin tindakan merupakan pertanggungjawaban yang sah
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : Hb (darah rutin), HbsAg, Anti HCV, HIV/AIDS, dll
b. HbsAG (+) untuk pemisahan mesin
c. Anti HCV (+/-) untuk dilakukan tindakan re use
5. Pembuatan jalan masuk untuk hubungan sirkulasi
a. AV shunt (cimino ± 1 bulan kemudian baru dapat dipakai)
b. CVC langsung bisa digunakan apabila tidak ada perdarahan
c. Femoralis dalam keadaan darurat
6. Bahan yang diperlukan
Bahan pokok :
a. Dialyzer
b. Blood line
c. Fistula
d. Konsentrat (acid, bicarbonat)
Bahan habis pakai
a. NaCl, spuit, Heparin
b. Alas (kain dan perlak)
c. Sarung tangan
d. Bak dan mangkok stenlis
e. Desinfektan
f. Klem, alat pengikat
g. Gelas ukur
h. Oban antihistamin b/p
7. Persiapan mesin
Fulling : pengisian mesin
Soaking : pelembaban dialyzer
Cleansing : pembersihan blood line dari pengawet
E. Prosedur Hemodialisa
Prosedur hemodialisa menurut Haryono (2013 hlm.97) menjelaskan bahwa
setelah pengkajian pra dialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa
keamanan peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisa. Akses
ke system sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula
atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialIsis dua lumen. Dua
jarum berlubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk mengkanulasi
fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena
subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka dalam kondisi
aseptik sesuai dengan kebijakan institusi.
Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh
pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan
sebagai aliran “arterial”. Keduanya untuk membedakan darah yang masuk
kedalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan
untuk meletakkan jarum. Jarum “arterial” diletakkan paling dekat dengan
anastomosis AV pada fistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah.
Kantong cairan normal salin yang diklep selalu disambungkan ke sirkuit tepat
sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari
pasien dapat diklem sementara cairan normal salin yang diklem dibuka dan
memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah.
Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialisis
diberikan melalui port obat-obatan. Penting untuk diingat, bagaimanapun,
bahwa kebanyakan obat-obatan ditunda pemberiannya sampai dialisis selesai
kecuali memang diperintahkan.
Darah yang melewati dialisis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang
post dialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialisis diakhiri dengan
mengklem darah dari pasien, membuka aliran selang normal salin, dan
membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser
dibuang ke dalam perangkat akut, meskipun program dialisis kronik sering
membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.
A. Jadwal Kegiatan
Touring di ruang Hemodialisa dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 29 April 2017
pukul 08.00-10.00 WIB dengan rangkaian jadwal sebagai berikut:
Jam Kegiatan
08.00 WIB Datang ke Ruang Hemodialisa SMC RS Telogorejo Semarang
Melihat cara mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk
08.10 WIB
melakukan hemodialisa
Ditunjukkan nama dan fungsi dari masing-masing alat yang akan
08.20 WIB
digunakan dalam hemodialisa
08.35 WIB Ditunjukkan cara persiapan untuk dialis.
Ditunjukkan proses dialisis dari pemasangan di akses vaskuler
08.45 WIB
sampai proses dialisis.
09.00 WIB Dijelaskan tentang proses dan cara kerja mesin dialisis
09.10 WIB Ditunjukkan ruangan reuse
09.20 WIB Ditunjukkan ruang dan tempat penyimpanan alat
09.35 WIB Dipersilahkan untuk dokumentasi mesin dan alat dialisis
09.50 WIB Ditunjukkan cara penulisan RM pada pasien hemodialisa
10.00 WIB Selesai touring ruang hemodialisa
B. Dokumentasi
Gambaran keseluruhan
mesin Hemodialisa
Selang to kidney:
mengalirkan cairan dialisat
dari mesin ke dialiser
AV fistula / Cimino
Setiati, S., Alwi, I., Sudaya, A.W., Simadibrata, M., Setiyohadi, B., dan Syam, A.F.
(2014).
Buku ajar ilmu penyakit dalam (ed). Jakarta: Interna Publishing.