Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL KEGIATAN TOURING HEMODIALISA

SMC RS TELOGOREJO SEMARANG

Oleh :

Aola Isnadiya

(114010)

PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG
201
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membram semi permeable
sebagai pemisah darah (Haryono, 2013 hlm.97).

Hemodialisis efektif mengeluarkan cairan, elektrolit dan sisa metabolisme


tubuh, sehingga secara tidak langsung bertujuan untuk memperpanjang umur
pasien. Walaupun hemodialisis berfungsi mirip dengan cara kerja ginjal,
tindakan ini hanya mampu menggantikan sekitar 10% kapasitas ginjal normal.
Di Amerika Serikat, lebih dari 300.000 orang membutuhkan dialisis agar
dapat bertahan hidup (Corwin, 2009, hlm. 710).

Hemodialisis masih merupakan terapi pengganti ginjal utama disamping


peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal di sebagian besar Negara di dunia.
Terdapat lebih dari 2 juta pasien yang saat ini menjalani hemodialisis di
seluruh dunia. Hemodialisis terbanyak dilakukan di Amerika Serikat yang
mencapai sekitar 350.000 orang, Jepang 300.000 orang, sedangkan di
Indonesia mendekati 15.000 orang.

Setiati, et al (2014, hlm.2192) Keluhan akan dialisis yang tinggi menyebabkan


pertumbuhan unit dialisis yang cepat di seluruh Indonesia. Terapi ini harus
dilakukan seumur hidup secara teratur sebanyak 2-3 kali per minggu atau
lebih, serta biaya untuk penambahan obat-obatan atau tindakan lain yang
dilakukan karena terjadi komplikasi.
Berbagai teknik dialisis saat ini telah dikembangkan dan diaplikasikan untuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas, serta untuk mencapai kualitas hidup
yang optimal dengan efisiensi yang tinggi.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari laporan touring hemodialisa ini adalah:
1. Apakah pengertian hemodialisa?
2. Bagaimana prinsip hemodialisa?
3. Apa sajakah indikasi dilakukan hemodialisa?
4. Apa saja persiapan untuk melakukan hemodialisa?
5. Bagaimana prosedur hemodialisa?

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Adapun tujuan dari disusunnya laporan touring ini adalah untuk
memberikan gambaran tentang hemodialisa di SMC RS Telogorejo
semarang.

2. Tujuan khusus
Mengetahui dan memahami tentang:
a. Pengertian hemodialisa
b. Prinsip hemodialisa
c. Indikasi dilakukan hemodialisa
d. Persiapan untuk melakukan hemodialisa
e. Prosedur hemodialisa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membram semi permeabel
sebagai pemisah darah (Haryono, 2013 hlm.97).

B. Prinsip Hemodialisa
Setiati, et al (2014, hlm.2192) menyebutkan bahwa hemodialisis dapat
didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan komposisi solute darah oleh
larutan lain (cairan dialisat) melalui membrane semipermeabel (membrane
dialisis). Saat ini terdapat berbagai definisi hemodialisis, tetapi pada
prinsipnya hemodialisis adalah suatu proses pemisahan atau penyaringan atau
pembersihan darah melalui suatu membran yang semipermeabel yang
dilakukan pada pasien dengan gagguan fungsi ginjal baik yang kronik maupun
akut.

Hemodialisis merupakan gabungan dari proses difusi dan ultrafiltrasi. Difusi


adalah pergerakan zat terlarut melalui membran semipermeabel berdasarkan
perbedaan konsentrasi zat atau molekul. Laju difusi terbesar terjadi pada
perbedaan konsentrasi molekul terbesar. Ini adalah mekanisme utama untuk
mengeluarkan molekul kecil seperti urea, kreatinin, elektrolit, dan untuk
penambahan serum bikarbonat. Laju difusi sebanding dengan suhu larutan
(meningkatkan gerakan molekul secara acak) dan berbanding terbalik dengan
viskositas dan ukuran molekul yang dibuang (molekul besar akan terdifusi
dengan lambat).

Dengan meningkatkan aliran darah yang melalui dialiser, akan meningkatkan


klirens dari zat terlarut dengan berat molekul rendah (seperti urea, kreatinin,
elektrolit) dengan tetap mempertahankan gradient konsentrasi yang tinggi. Zat
terlarut yang terikat protein tidak dapat dibuang melalui difusi karena protein
yang terikat tidak dapat melalui membran. Hanya zat terlarut yang tidak
terikat protein yang dapat melalui membran atau terdialisis.

Ultrafiltrasi adalah aliran konveksi (air dan zat terlarut) yang terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan hidrostatik maupun osmotik. Air dan zat terlarut
dengan berat molekul kecil dapat dengan mudah melalui membran
semipermeabel, sedangkan zat terlarut dengan berat molekul besar tidak akan
melalui membran semipermeabel. Ultrafiltrasi terjadi sebagai akibat dari
perbedaan tekanan positif pada kompartmen darah dengan tekanan negative
yang terbentuk dalam kompartmen dialisat yang dihasilkan oleh pompa
dialisat atau transmembran pressure (TMP).

Nilai ultrafiltasi tergantung pada perbedaan/gradient tekanan per satuan


waktu. Karakteristik membran menentukan tingkat filtrasi, membran high flux
mempunyai permukaan kotak yang lebih tipis dan memiliki pori-pori yang
besarsehingga mempunyai tahanan yang rendah untuk filtrasi. Permeabilitas
membran diukur dengan koefisien ultrafiltrasi dengan satuan mL/mmHg/jam
dengan kisaran antara 2-50 mL/mmHg/jam.

Selain kemampuan difusi dan filtrasi, membran dialisis yang sintetik


mempunyai kemampuan untuk mengadsorbsi protein, seperti sitokin,
interleukin, dan lain-lain. Sehingga dapat mengurangi konsentrasi interleukin
dan protein lain yang terlibat dalam proses inflamasi atau sindrom uremia. Hal
ini tentu sangat bermanfaat pada pasien dengan inflamasi.

C. Indikasi Hemodialisa
Daurgirdas et al (2007 dalam Kandarini 2012, hlm.11) menyebutkan bahwa
indikasi HD dibedakan menjadi HD Emergency atau HD segera dan HD
kronik. Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan.
1. Indikasi hemodialisis segera antara lain
a. Kegawatan ginjal klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
b. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
c. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
d. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5
mmol/l )
e. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
f. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
g. Ensefalopati uremikum
h. Neuropati/miopati uremikum
i. Perikarditis uremikum
j. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)
k. Hipertermia
l. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran
dialisi

2. Indikasi Hemodialisis Kronik


Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan
seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis.
Menurut K/DOQI dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien
yang mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis
dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal tersebut di
bawah ini:
a. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
b. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
c. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
e. Komplikasi metabolik yang refrakter

D. Persiapan Hemodialisa
Mangun (2017, hlm.2) menyebutkan bahwa persiapan hemodialisa adalah
sebagai berikut:
1. Persiapan psikologi dari pasien
a. Sebaiknya pasien diberi pengetahuan tentang hemodialisa
b. Jika pasien rawat inap, dapat diantarkan ke ruang hemodialisa
c. Beberapa ada yang trauma psikis yang tidak dapat dihindarkan karena
dengan hemodialisa tidak dapat ditentukan
d. Untuk melawan trauma dengan membuat pasien mengerti bahwa
ribuan pasien dengan keadaan yang sama dapat mempertahankan
hidupnya dengan hemodialisa
2. Persiapan fisik
a. Menimbang berat badan
b. Observasi keadaan umum
c. Observasi tanda-tanda vital
d. Mengatur posisi pasien dengan nyaman
3. Persetujuan tindakan
a. Izin / persetujuan tindakan tertulis
b. Pasien dan keluarga harus mendapatkan informasi yang jelas tentang
hemodialisa
c. Izin tindakan merupakan pertanggungjawaban yang sah
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : Hb (darah rutin), HbsAg, Anti HCV, HIV/AIDS, dll
b. HbsAG (+) untuk pemisahan mesin
c. Anti HCV (+/-) untuk dilakukan tindakan re use
5. Pembuatan jalan masuk untuk hubungan sirkulasi
a. AV shunt (cimino ± 1 bulan kemudian baru dapat dipakai)
b. CVC langsung bisa digunakan apabila tidak ada perdarahan
c. Femoralis dalam keadaan darurat
6. Bahan yang diperlukan
Bahan pokok :
a. Dialyzer
b. Blood line
c. Fistula
d. Konsentrat (acid, bicarbonat)
Bahan habis pakai
a. NaCl, spuit, Heparin
b. Alas (kain dan perlak)
c. Sarung tangan
d. Bak dan mangkok stenlis
e. Desinfektan
f. Klem, alat pengikat
g. Gelas ukur
h. Oban antihistamin b/p
7. Persiapan mesin
Fulling : pengisian mesin
Soaking : pelembaban dialyzer
Cleansing : pembersihan blood line dari pengawet

E. Prosedur Hemodialisa
Prosedur hemodialisa menurut Haryono (2013 hlm.97) menjelaskan bahwa
setelah pengkajian pra dialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa
keamanan peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisa. Akses
ke system sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula
atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialIsis dua lumen. Dua
jarum berlubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk mengkanulasi
fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena
subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka dalam kondisi
aseptik sesuai dengan kebijakan institusi.

Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh
pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan
sebagai aliran “arterial”. Keduanya untuk membedakan darah yang masuk
kedalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan
untuk meletakkan jarum. Jarum “arterial” diletakkan paling dekat dengan
anastomosis AV pada fistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah.

Kantong cairan normal salin yang diklep selalu disambungkan ke sirkuit tepat
sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari
pasien dapat diklem sementara cairan normal salin yang diklem dibuka dan
memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah.

Transfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke sirkuit


pada keadaan ini dan dibiarkan menetes, dibantu pompa darah. Infus heparin
dapat diletakkan sebelum ataupun sesudah pompa darah, tergantung peralatan
yang digunakan.

Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir


kedalam kompartmen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan
dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati detector udara dan
foam yang mengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksiadanya
udara.

Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialisis
diberikan melalui port obat-obatan. Penting untuk diingat, bagaimanapun,
bahwa kebanyakan obat-obatan ditunda pemberiannya sampai dialisis selesai
kecuali memang diperintahkan.
Darah yang melewati dialisis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang
post dialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialisis diakhiri dengan
mengklem darah dari pasien, membuka aliran selang normal salin, dan
membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser
dibuang ke dalam perangkat akut, meskipun program dialisis kronik sering
membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.

Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan


dialisis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan
sarung tangan wajib digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis.

Prosedur pelaksanaan hemodialis:


1. Mesin dihidupkan
2. Hubungan tubbing ke dialisat pekat
3. Lakukan setting:
a. Keluarkan dialiser dari pembungkusnya
b. Pasang peralatan tersebut ke dalam mesin sesuai dengan tempatnya
c. Melalui arteri line pasangkan NaCl 0,9 %
4. Setelah mesin siap, lakukan priming dengan posisi dialiser biru diatas dan
merah dibawah.
a. Hubungkan ujung vemous line ke matkan
b. Alirkan NaCl ke dalam sirkulasi dengan kecepatan 100 ml/menit
c. Buble trap diisi ¾ bagian
d. Keluarkan udara dari sirkulasi
e. Setelah semua sirkuit terisi, udara bersih, aliran dimatikan (Qb di
nolkan)
f. Ujung arteri line dan ujung venous line diklem kemudian dihubungkan
memakai konektor dan klem dibuka lagi, putar Qb 100-200 ml/menit.
Pastikan udara dalam sirkulasi sudah bersih.
5. Proses soaking, yaitu menyambung aliran dialisat dengan dialiser. Pada
proses soaking posisi dialiser merah diatas dan biru dibawah.
6. Lakukan sirkulasi ±5 menit, berikan heparin 1000v dalam sirkulasi.
BAB III
KEGIATAN TOURING

A. Jadwal Kegiatan
Touring di ruang Hemodialisa dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 29 April 2017
pukul 08.00-10.00 WIB dengan rangkaian jadwal sebagai berikut:
Jam Kegiatan
08.00 WIB Datang ke Ruang Hemodialisa SMC RS Telogorejo Semarang
Melihat cara mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk
08.10 WIB
melakukan hemodialisa
Ditunjukkan nama dan fungsi dari masing-masing alat yang akan
08.20 WIB
digunakan dalam hemodialisa
08.35 WIB Ditunjukkan cara persiapan untuk dialis.
Ditunjukkan proses dialisis dari pemasangan di akses vaskuler
08.45 WIB
sampai proses dialisis.
09.00 WIB Dijelaskan tentang proses dan cara kerja mesin dialisis
09.10 WIB Ditunjukkan ruangan reuse
09.20 WIB Ditunjukkan ruang dan tempat penyimpanan alat
09.35 WIB Dipersilahkan untuk dokumentasi mesin dan alat dialisis
09.50 WIB Ditunjukkan cara penulisan RM pada pasien hemodialisa
10.00 WIB Selesai touring ruang hemodialisa
B. Dokumentasi

Gambaran keseluruhan
mesin Hemodialisa

Heparin infusion maintenance,


diberikan selama proses dialisis
untuk menghindari pembekuan
darah. Heparin harus habis 1 jam
sebelum dialisis selsai

Blood pump yaitu suatu alat yang


menyebabkan darah dapat mengalir
dalam sirkulasi darah. Kecepatan
blood pump berpengaruh pada
kadar ureum creatinin, sehingga
berbeda pada masing-masing
pasien.
Tempat terjadinya proses
Dializer
penyaringan

Selang to kidney:
mengalirkan cairan dialisat
dari mesin ke dialiser

Membran semi permeabel,


berfungsi sebagai pengganti
ginjal

Selang from kidney:


mengalirkan dialisat ke
mesin kemudian dibuang

Buble trap berfungsi untuk menahan


gelembung udara dalam sirkulasi darah

Klem detector, secara


otomatis akan
mengeklem jika
terdapat udara
Akses Vaskuler

AV fistula / Cimino

Arterial line Venous line


(in let): (out le)t:
mengalirkan mengalirkan
darah dari
darah dari
pasien ke
Double lumen / CVC dialiser dialiser ke
pasien
Lemari penyimpanan
alat dializer

Alat pencucian khusus


untuk dializer re-use yang
digunakan oleh pasien
dengan penyakit menular

Alat pencucian untuk


dializer re-use
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. (2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Haryono, Rudy. (2013). Keperawatan medical bedah: system perkemihan.


Yogyakarta: Rapha Publishing.

Kandarini, Yenny. (2012). Peranan ultrafiltrasi terhadap hipertensi intradiastolik


dan hubungannya dengan perubahan kadar: Endothelin-1, Asymmetric
Dimethaylarginin dan Nitric Oxide.
http://www.pps.unud.ac.id/disertasi/pdf_thesis/unud-57-197584832-disertasi
dr yenny kandarini sppd-kgh pdf.pdf. diperoleh tanggal 1 Mei 2017.

Mangun, Idam. (2017). Persiapan hemodialisa. Materi slide kuliah.

Setiati, S., Alwi, I., Sudaya, A.W., Simadibrata, M., Setiyohadi, B., dan Syam, A.F.
(2014).
Buku ajar ilmu penyakit dalam (ed). Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai