Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI

PLEURA

Oleh :
1. Samsul Arifin

(201301127)

2. Hartini Tosafin

(201301129)

3. Ayu Fauziah

(201301135)

4. Lina Dwi A

(201301139)

5. Husnul Hatimah

(201301140)

6. Ari Dwi W

(201301142)

7. Intan Septya

(201301155)

8. Triani Ayu

(201301165)

9. Assafik Atu R (201301168)

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


Program S1 Keperawatan
Jl.Raya jabon Km 06 Mojokerto 61364 Telp/Fax:(0321)3902203
Website:stikes-ppni.ac.id Email:stikes ppni@yahoo.co.id
2014
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak
tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzane).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. (Price &Wilson,2006)
Efusi pleura dibagi menjadi dua yaitu :
1. Efusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura
tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh factor sistemik yang
mempengaruhi produksi dan absorbs cairan pleura seperti (gagal jantung
kongestif, atelektasis, sirosis, sindrom nefrotik, dan dialysis peritoneum).
2. Efusi pleura eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan
masuk kedalam, paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalaman paru
terdekat. Kriteria efusi pleura eksudat :
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat (LDH), lebih dari 0,6
c. LDH cairan pleura dua pertiga batas normal LDH serum
Penyebab efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empema, penyakit
merastasis ( mis : kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium), hemotorak,
infark paru, keganasan, rupture aneurisma aorta.I
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan
(terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura).
(Somantri, Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika)
Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang abnormal pada rongga pleura.
Efusi pleura bisa timbul dengan gejala sesak napas, nyeri dada, atau akiibat gejala
penyakit yang mendasari. Penyebab yang lebih sering diantaranya: gagal jantung

kongestif, pneumonia, karsinoma paru, metastasis paru, mesotelioma, emboli


paru, atau sindrom nefrotik.
(Gleadle, Jonathan.2005.Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta:Penerbit
Erlangga)
B. Etiologi
Efusi pleural adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan
produksi cairan , penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini di
sebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut: (Morton 2012)
1.
2.
3.
4.
5.

Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik


Peningkatan permeabilitas kapiler
Penurunan tekanan osmotic koloid darah
Peningkatan tekanan negative intrapleura
Kerusakan drainase limfatik ruang pleura

Penyebab Efusi Pleura :


Infeksi
-

Tuberculosis
Pneumonitis
Abses paru
Perforasi esophagus
Abses subfrenik

Noninfeksi
- Karsinoma paru
- Karsinoma pleura : primer ,sekunder
- Karsinoma mediastinum
- Tumor ovarium
- Bendungan jantung : gagal jantung ,perikarditis konstriktiva
- Gagal hati
- Gagal ginjal
- Hipotiroidisme
- Kilotoraks
- Emboli paru
Tampilan Cairan Efusi Pleura
Jernih , keknngan (tanpa darah)

Tumor jinak
Tumor ganas

Seperti susu

Tidak berbau (kilus)


Berbau (nanah)

Hemogarik

Tuberculosis
Pasca trauma
Empiema
Keganasan
Trauma

C. Manifestasi Klinis
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karna pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang.bila cairan banyak, penderita akan sesak
nafas
2. Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam , menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak
3. Deviasi trakea menjahui tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan
4. Pemeriksaaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karna
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernafasan , fremitus melemah(raba dan vokal), pada perkusi di dapati daerah
pekak, dalam keaddaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
( garis ellis damoiseu)
5. Di dapati segitiga garlan yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani di bagian
atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz , yaitu daerah pekak karna
cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultsi daerah ini di dapati
fesikular melemah dengan ronki
6. Pada permulaan dan ahir penyakit terdengar krepitasi pleura.

D.Tanda-tanda dan gejala


Tanda-tanda:

Deviasi trakea
Pergerakan dada berkurang
Perkusi pekak
Bunyi napas berkurang/tidak ada
Fremitus/resonansi vocal berkurang

Gejala:

Sesak napas
Nyeri dada
Pleuritik

E. Patofosiologis

Peradangan pleura
Gagal
Gagal jantung
jantung kiri
kiri
Obstruksi
Obstruksi vena
vena cava
cava
superior
superior
Asites
Asites pada
pada sirosis
sirosis hati
hati
dialysis
dialysis peritoneal
peritoneal
obstruksi
obstruksi fraktus
fraktus

Penumpukan
Penumpukan cairan
cairan pada
pada rongga
rongga
Peningkatan
tekanan
Peningkatan
tekanan
intra
intra pleura
pleura

urinarius
urinarius

Ekspansi nektrotik
paru
Terdapat
Terdapat jaringan
jaringan nektrotik pd
pd
terganggu
septa
septa
2
Kongesti
Ketidakcukupan
O
Kongesti pada
pada pembuluh
pembuluh
Ketidakcukupan
O2,,
limfe
Metabolisme
limfe
Metabolisme

Rearbsorbsi cairan
Sesak nafas
terganggu
Ketidak efektifan
pola nafas
Sering terbangun
saat tidur

Gangguan pola
istirahat tidur

Permeable
Permeable membrane
membrane kapiler
kapiler
meningkat
meningkat

Cairan
Cairan protein
protein dari
dari
getah
bening
masuk
getah bening masuk
ke
ke organ
organ pleura
pleura

kapiler
kapiler sistemik/
sistemik/
pulmonal
pulmonal

Penekanan
Penekanan pada
pada
Penurunan
Penurunan tekanan
tekanan
abdomen
abdomen
koloidosmatik
koloidosmatik &
&
pleura
pleura

Anoreksia

Penurunan
tekanan
Penurunan
tekanan
Gg.
kapiler
Gg. Tekanan
Tekanan
kapiler
intra
pleura
intra
pleura
hidrostatik
hidrostatik dan
dan koloid
koloid
osmotik
intrapleura
Ketidak
osmotikseimbangan
intrapleura
Ketidak
seimbangan
nutrisi
nutrisi kurang
kurang dari
dari
kebutuhan
kebutuhan tubuh
tubuh

transudat

Insufisiensi
oksigenasi
Gangguan
metabolisme O22

Konsentrasi
protein
Drainase
//
Konsentrasi
protein
Drainase // pungsi
pungsi
cairan
thorakosintesis
cairan pleura
pleura
thorakosintesis
meningkat
meningkat
Resiko
Resiko tinggi
tinggi thd
thd
tindakan
drainase
tindakan
drainase
dada
Eksudat dada

Eksudat

Nyeri
Nyeri :: terhadap
terhadap
tindakan
tindakan drainase
drainase

Resiko infeksi
Suplai
Suplai oksigen
oksigen
menurun
menurun

Energy berkurang

Sesak
Sesak kesulitan
kesulitan mendapat
mendapat

Intoleransi aktivitas

Deficit perawatan
diri

Peningkatan
Peningkatan
metabolisme
metabolisme anaerob
anaerob

2
O
O2

Peningkatan
Peningkatan produksi
produksi
asam
laktat
asam laktat

Ansietas

F. Penatalaksanaan
Langkah pertama yang dilakukan apabila timbul efusi pleura masif adalah melakukan
aspirasi cairan pleura (torakosinteisis).
1. Aspirasi cairan pleura (torakosinteisis)
2. Pleurodesis
Banyak penderita yang memerlukan penatalaksanaan invasife untuk menghilangkan
gejala efusi pleura.Penatalaksanaan tersebut diantaranya yakni:
a. Torakosentesis
Pasien dengan efusi masif harus selalu dilakukan pengeluaran cairan karena
cairan pleura akan menekan organ intratoraks.Tindakan tersebut dilakukan pada
sela iga ke-enam atau ke-tujuh pada garis midaksilaris atau aksilaris
posterior.Chest tube (kateter) dimasukan dengan teknik tertentu kedalam rongga
dalam rongga pleura yang dihubungkan dengan sistem water sealed drainage
(WSD)

dan

negative

continuous

suction

dengan

tekanan

15

20

mmH20.Pengeluaran cairan pleura dianjurkan tidak sekaligus (maksimal 1,5 liter)


karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan edema
paru reekspansi, Komplikasi lain adalah cedera

paru, hematotoraks,

pneumotoraks, emfisema subkutis, reflex vasovagal, hipotensi, gagal jantung dan


infeksi sekunder.
b. Pleurodesis
Pleurodesis telah terima sebagai terapi paliatif pada kasus efusi pleura ganas yang
berulang dengan memasukan bahan tertentu kedalam rongga pleura. Telah banyak
penelitian tentang keberhasilan penggunaan berbagai bahan kimia, antikanker,
talk, bakteri, sterois dan bahan lain dengan cara mengukur pengurangan produksi
cairan dan menilai reakumulasi cairan,
c. Bedah pintas pleuroperitoneal
Tindakan ini merupakan pilihan pada pasien dengan efusi yang menetap stelah
dilakukan tindakan pleurodesis, Pintas pleuroperitoneal dengan pompa Denver
dilakukan dengan bantuan toraskopi atau torakotomi mini. Komplikasi prosedur
ini yaitu infeksi dan penyebaran tumor ke peritoneum walaupun jarang terjadi.
d. Pleurektomi

Adalah tindakan dengan membuang pleura parietal yang menutupi deerah iga dan
mediastinium,pleuroktomi dengan VATS lebih aman walaupun belum banyak
digunakan.
Prosedur Torakosentesis
Prosedur aspirasi cairan atau udara dari dalam kavum pleura.Tindakan ini dapat
merupakan tindakan diagnostic ataupun terapeutik.
Alat dan bahan

Jarum torakosentesis steril


Stopcock three way (Kp)
Suction dan slang/ spuit pengisap
Duk steril
Sarung tangan steril
Botol penampung aspirat
Korentang
Bantal beberapa buah jika perlu
Kapas alcohol dalam tempatnya
Cairan
bethadine
dalam

tempatnya
Kasa
Plester
Obat anastesi local (lidokain) 2

ampul
Spuit 5 cc
Spuit 20 cc

Prosedur

Rasional

Terangkan prosedur yang akan

Meningkatkan

dilaksanakan

kerja

sama

hubungan saling percaya

Cuci tangan

Mengurangi infeksi silang

Dekatkan alat yang diperlukan


Persiapkan gambaran foto toraks

Memastikan

(foto

dan

sinar-x),cek

lokasi

pemasangan,

menghindari tindakan yang tidak

informed

diperlukan

concent.

Atur posisi klien membungkuk ke


depan,

memeluk

lutut,

posisi

Memperluas

daerah

pemajanan

untuk

tindakan

lutut-dada, sangga/ pertahankan

torakosintesis.Kondisi imobil sangat

dengan bantal.
Tentukan area penusukan melalui

diperlukan dalam tindakan ini

hasil foto Sinar-X, perkusi atau

USG
Persiapkan

obat-obatan

yang

diperlukan : isi spuit dengan


lidokain, dekatkan betadine dan
alcohol dekat klien, dekatkan

botol penampung aspirat


Bantu dokter memasang sarung
tangan

Dokter atau perawat melakukan

Desinfeksi dilakukan minimal dalam

desinfeksi : bersihkan daerah

diameter 5 cmdari daerah tempat

tempat

penusukan. Pemasangan duk untuk

penusukan

dengan

alcohol, lalu dengan betadine dan

mempersempit

alcohol lagi. Pasang duk steril


Dokter
mendorong
jarum

penusukan

torakosentesis hingga daerah yang


diperkirajkan

terdapat

cairan/

daerah

focus

udara

Pasang
stopcock

20cc

treeway

dengan

mengatur besarnya aliran aspirat

sebagian

yang keluar disamping memudahkan

adaptor lain diarahkan ke wadah/

pengeluaran cairan dalam jumlah

botol penampung aspirat

besar.

jarum

dan

Jika terdapat banyak cairan, jarum


dibiarkan

di

dada

dengan

Setelah jarum dilepaskan, lakukan

Menghindari terjadinya colaps paru


tiba-tiba dan reaksi lainnya yang

hemostat (aliran) kecil

Stopcock treeway digunakan untuk

disambung

dengan

spuit

tidak diinginkan

Mengurangi resiko pendarahan atau

tekanan pada daerah penusukan

masuknya udara ke dalam kavum

beberapa saat dan segera fiksasi

paru.

dan tutup dengan kasa dan plester

I.
II.

Komplikasi
Fibrotoraks
Efusi pleura yang tak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan
fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini dikenal dengan nama
fibrotoraks.jika fibrotoraks meluas, dapat menimbulkan hambatan mekanis yang
berat pada jaringan-jaringan yang terdapat dibawahnya. Pembedahan pengupasan
((dekortikasi), kadang kadang perlu dilakukan guna memisahkan membranmembran pleura tersebut

III. Atelektasis
Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan
artinya bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara
dan kolaps.
Atelektasis timbul karena alveoli kurang jadi berkembang atau tidak berkembang
IV. Fibrosis Paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan.Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan
sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan
atau nekrosis
V. Paru kolaps

Paru kolaps ini terjadi karena pneumotoraks terbuka

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura


A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
pasien baik fisik,mental,sosial maupun spiritual dapat ditentukan.
1. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien
atau keluarga pasien/saksi lain.
Data subjektif meliputi :
a. Biodata

Sesuai dengan etiologi penyebabnya,efusi pleura dapat timbul pada


seluruh usia. Status ekonomi(tempat tinggal) sangat berperan terhadap
timbulnya penyakit ini terutama yang didahului oleh tuberkulosis paru.
Klien dengan tuberkulosis paru sering ditemukan di daerah padat
penduduk dengan kondisi sanitasi kurang.
b. Riwayat kesehatan
1. keluhan utama
kebanyakan efusi pleura bersifat asimptomatik,gejala yang timbul
sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan
menyebabkan demam,menggigil,dan nyeri dada pleuritik, ketika efusi
sudah membesar dan menyebar kemungkinan timbul dispnea dan
batuk. Efusi pleura yang besar akan mengakibatkan napas pendek.
Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena,
dullness pada perkusi, dan penurunan bunyi pernapasan pada sisi yang
terkena.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien dengan efusi pleura terutama akibat adanya infeksi non-pleura
biasanya mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis paru.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ditemukan data penyakit yang sama ataupun diturunkan dari
anggota

keluarganya

yang

lain,

terkecuali

penularan

infeksi

tuberkulosis yang menjadi faktor penyebab timbulnya efusi pleura.


c. Pola kesehatan gordon
1. Pola persepsi tentang kesehatan
Menguraikan persepsi tentang kesehatan dan kesejahteraan,pengehuan
terhadap regimen kesehatan yang positif.
2. Pola nutrisi
Menguraikan kebiasaan makan sebelum sakit dan saat sakit tinggi
badan,berat badan usia.
3. Pola eliminasi
Menguraikan kebiasaan pola buang air besar dan kecil sebelum sakit
dan saat sakit.
4. Pola aktifitas

Menguraikan bagaimana aktifitas individu sebelum sakit dan saat


sakit.
5. Pola istirahat tidur
Menguraikan pola tidur individu sebelum sakit dan saat sakit.
6. Pola kognitif
Menguraikan kemampuan individu untuk menggunakan semua indra
dalam mengenai lingkungan rumah sakit.
7. Pola konsep diri
Menguraikan pemahaman kemampuan diri dan penghargaan atas diri
sendiri.
8. Pola peran hubungan
Menguraikan tanggung jawab rutin dan cara individu menjalin
hubungan dengan orang lain.
9. Pola seksualitas/reproduktivitas
Menguraikan pengetahuan atau persepsi individu mengenai seks dan
reproduksi.
10. Pola koping
Menguraikan kemampuan anak mengatasi dan menoleransi stres.
11. Pola nilai-nilai / kepercayaan
Menguraiakan nilai-nilai ,kepercayaan,tujuan hidup dan praktik
spiritual individu.
2. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
Pertama kali yang harus diperhatikan keadaan umum pasien,ttv,bb dan apakah
individu tampak lemas atau tidak.
2. pemeriksaan fisik
1. B1 (Breathing)
Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan yang disertai penggunaan
otot bantu pernapasan. Gerakan pernapasan ekspensi dada yang asimetris
(pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit, iga melebar, rongga dada
asimetris (cembung pada sisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif
dengan sputum purulen .

Palpasi

Pendorongan mediastinum kearah hemitoraks kontralateral yang


diketahui dari posisi trakea dan ictus cordis. Taktil fremitus menurun terutama

untuk efusi pleura yang jumlah cairannya >300 cc.Disamping itu, pada palpasi
juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

Perkusi
Suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah cairannya.

Auskultasi

Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit. Pada
posisi duduk, cairan semakin keatas semakin tipis.

2. B2 (Blood)
Inspeksi
Perlu diperhatikan letak ictus cordis normal yang berada pada ICS5
pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. pemeriksaan ini bertujuan
untuk megetahui ada tidaknya pergeseran jantung

Palpasi

Dilakukan untuk menghitung frekuensi jantung (heart rate) dan harus


memperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung. Selain itu,
perlu memeriksa adanya thrill , yaitu getaran ictus cordis

Perkusi

Dilakukan untuk menentukan batas jantung daerah mana yang


terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan apakah terjadi
pergeseran jantung karena pendorongan cairan efusi pleura.

Auskultasi

Dilakukan untuk menentukan bunyi jantung 1 dan 2 tunggal atau


galop dan adkah bunyi jantung 3 yang merupakan gejala payah jantung,serta
adakah mur-mur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulenci
darah.
3. B3 (brain)
Inspeksi
tingkat kesadaran perlu di kaji, setelah sebelumnya diperlukan
pemeriksaan GCS untuk menentukan apakah kelainan dalam keadaan
composmentis, somnolen atau koma. Selain itu fungsi-fungsi sensorik juga

perlu di kaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan


pengecapan.
4. B4 (Bladder)
Pengukuran volume outpute urine dilakukan dalam hubungannya dengan
intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliburia,
karena itu merupakan tanda awal syok.
5. B5 (bowel )
inspeksi,
hal yang perlu diperhatikan adalah apakah abdomen membuncit atau datar,
seperti perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu
perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau masa. Pada klien
biasanya didapatkan indikasi mual dan muntah, penurunan nafsu makan,
dan penurunan berat badan.
6. B6 (Bone)
Hal yang perlu di perhatikan adanya edema peritibial. Tekan pada kedua
ekstremitas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, serta dengan
pemeriksaan capilari revilltimo time. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
kekuatan otot untuk kemudian dibandingkan antara bagian kiri dan bagian
kanan.
B. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnasesis dan pemeriksaan fisik
saja , tapi terkadang mengalami kesulitan, sehingga perlu pemeriksaan
penunjang seperti sinar tembus dada. Diagnosis yang pasti bisa didapatkan
melalui tindakan torakosentesis dan biopsy pleura pada beberapa kasus.
Sinar tembusan dada
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk
bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari
pada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral kemedial ,pasti
terdapat udara dalam rongga tersebut yang bisa berasal dari luar atau dari
dalam paru paru itu sendiri.
Hal lain yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah
terdorongnya mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan . akan
tetapi , bila terdapat atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan ,
mediastinum akan tetap pada tempatnya.
Torakosentesis

Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostic maupun


terapeutik . torakosentesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi
aspirasi adalah pada bagian bawah paru di sela iga ke-9 garis aksila posterior
dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan
sebaiknya tidak lebih dari 1.000-1.500 cc pada setiap kali aspirasi, jika
dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak , maka akan menimbulkan syok
pleural ( hipotensi) atau edema paru. Eedema paru terjadi karena paru-paru
terlalu cepat mengembung.

1.Warna

Transudat
1. Kuning pucat , jernih

2. Bekuan
3. Berat jenis
4. leukosit
5. Eritrosit
6. Hitung Jenis

2.
3.<1018
4. <1000/uL
5.
Sedikit

7. protein Total
8. LDH
9Glukosa
10. Fibrinogen
11. Amilase
12. Bakteri

mesotel)
7. <50% serum
8. <60% serum
9. =plasma
10. 0,3-4 %
11. 12. -

6.

MN

(limfosit

Eksudat
1.
Jernih

,keruh,purulen,

hemoragik
2. -/+
3. > 1018
4. bervariasi ,> 1000/ uL
5.biasanya banyak
/ 6. terutama polimorfonuklear
(PMN)
7. > 50 % serum
8. > 60% serum
9. =/< Plama
10. 4-6 % atau lebih
11. >50% serum
12. -/+

Biopsy pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat
menunjukkan 50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberculosis dan tumor pleura.
Bila hasil biopsy pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsy ulangan .
komplikasi biopsy adalah pneumotorak , hemotorak , penyebaran infeksi atau
tumor pada dinding dada.
Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagnosis
Pemeriksaan penunjang lainnya :
Bronkoskopi : pada kasus kasus neoplasma , korpus alienum , abses paru
Scanning isotop : pada kasus kasus dengan emboli paru

Torakoskopi ( fiber-optic pleuroscopy) : pada kasus dengan neoplasma atau


TBC.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
2. Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia sekunder akibat tekanan pada struktur abdomen
3. Intoleran Aktivitas yang berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas
hidup sehari-hari, ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan
4. Nyeri Akut yang berhubungan dengan proses tindakan drainase
5. Resiko Infeksi yang berhubungan dengan proses tindakan drainase
6. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan batuk yang menetap
dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan

D. Intervensi
.1 Dx: Ketidakefektifan Pola Nafas yang berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga
pleura
Tujuan

: Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil :
-

Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada


pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi
nafas terdengar jelas.

Rencana tindakan :
a. Identifikasi faktor penyebab.
Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis
effusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.
b. Observasi kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap
perubahan yang terjadi.

Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita


dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan
kepala tempat tidur ditinggikan 60 90 derajat.
Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru
bisa maksimal.
d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon
pasien).
Rasional : Peningkatan RR dan tachicardi merupakan indikasi adanya penurunan
fungsi paru.
e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paruparu.
f. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk:
- Tindakan aspirasi cairan pleura (torakosintesis)
- Pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax.

Rasional : Tindakan torakosintesis untuk menghilangkan sesak nafas karena


akumulasi cairan pleura. Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan
dan mencegah terjadinya sianosis akibat hipoksemia. Dengan foto thorax dapat
dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang
paru.

2. Dx: Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh


yang berhubungan dengan anoreksia sekunder akibat tekanan pada
struktur abdomen
Tujuan

: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :
- Konsumsi lebih

40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil

laboratorium dalam batas normal.


Rencana tindakan :
a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya,


kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh.
b. Auskultasi suara bising usus.
Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya
gangguan pada fungsi pencernaan.
c. Lakukan oral hygiene setiap hari.
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
d. Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.
e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Agar kebutuhsn nutrisi terpenuhi secara optimal..
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit TKTP
Rasional : Diit TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan
pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua asam
amino esensial.
g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya
(zevity, ensure, socal, putmocare) jika intake diet terus menurun lebih 30 %
dari kebutuhan.
Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah asam
lemak dalam tubuh.

3. Dx: Intoleran Aktivitas yang berhubungan dengan insufisiensi oksigen


untuk aktifitas hidup sehari-hari, ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dengan kebutuhan
Tujuan

:Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin.

Kriteria hasil :
- Terpenuhinya

aktivitas

secara

optimal,

pasien

kelihatan

segar

dan

bersemangat, personel hygiene pasien cukup.


Rencana tindakan :
a. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas
serta adanya perubahan tanda-tanda vital.
Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas.
b. Bantu Px memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri.
c. Awasi Px saat melakukan aktivitas.
Rasional : Meminimalisir terjadinya cedera saat melakukan aktivitas.
d. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
Rasional : Memberi pendidikan pada px dan keluarga pada perawatan selanjutnya.
e. Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat.
Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan metabolisme.
f. Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu mengembalikan
pasien pada kondisi normal.

4. Dx: Resiko Infeksi yang berhubungan dengan proses tindakan drainase


Tujuan

: menghindari infeksi yang berlebih dari proses tindakan drainase

Kriteria hasil :
-

Mengidentifikasi cara pencegahan dan penurunan resiko penyebaran


infeksi

Mendemonstrasikan teknik/gaya hidup untuk meningkatkan lingkungan


yang aman terhadap penyebaran infeksi.

Rencana tindakan :

a. Jelaskan tentang patologi penyakit secara sederhana dan potensial


penyebaran infeksi melalui droplet air borne
Rasional: Membantu klien menyadari/menerima prosedur pengobatan dan
perawatan untuk mencegah penularan pada orang lain dan mencegah
komplikasi
b. Ajarkan

klien

untuk

batuk

dan

mengeluarkan

sputum

dengan

menggunakan tissue. Ajarkan membuang tissue yang sudah dipakai serta


mencuci tangan dengan baik
Rasional: Membiasakan perilaku yang penting untuk mencegah penularan
infeksi
c. Monitor suhu sesuai sesuai indikasi
Rasional: Reaksi febris merupakan indikator berlanjutnya infeksi
d. Observasi perkembangan klien setiap hari dan kultur sputum selama terapi
Rasional: Membantu memonitor efektif tidaknya pengonbatan dan respons
klien
5. Dx: Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan batuk
yang menetap dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan
Tujuan

: Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat


terpenuhi.

Kriteria hasil :
-

Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa mengalami
gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit dan
pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.

Rencana tindakan :
a. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.
Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang nyaman akan memperlancar
peredaran O2 dan CO2.
b. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan

pasien sebelum dirawat.


Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan
mengganggu proses tidur.
c. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.
Rasional : Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.
6. Dx: Nyeri Akut yang berhubungan dengan proses tindakan drainase
Tujuan

: pasien melaporkan nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :
-

Nyeri hilang atau terkontrol

tampak rileks

dapat melakukan aktifitas yang diingingkan atau dibutuhkan

Rencana tindakan :
a. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya terus
menerus, sakit, menusuk, terbakar. Buat rentang intensitas pada skala 0-10
Rasional : membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena efek dari tindakan
drainase. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat
nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesic, meningkatkan
kontrol nyeri.
b. Kaji pernyataan verbal dan nonverbal pada pasien.
Rasional : ketidaksesuaian antara petunjuk verbal atau non-verbal dapat
memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan atau keefektifan intervensi.
c. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya sering ubah posisi, gpijatan
punggung, sokongan bantal, dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya
visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat
Rasional: meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan
ketidaknyaman dan meningkatkan efek terapeutik analgesic.
d. Kolaborasi dengan tim medis : berikan analgesic rutin sesuai indikasi,
khususnya 45-60 menit sebelum tindakan nafas dalam atau latihan batuk.
Bantu dengan PCA atau analgesic melalui kateter epidural
Rasional: mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari puncak
periodi nyeri, alat dalam penyembuhan otot, memperbaiki fungsi pernapasan, dan
kenyamanan atau koping emosi

DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan.Jakarta:EGC
Carpenito,Lynda Juall.2007. Diagnosa Keperawatan Edisi 10.Jakarta: ECG
Dongoes, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperwatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Dorland, W.A.Newman.2011. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC
Engram, Barbara.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesisi dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta :
Penerbit Erlangga.

Kosasih, Alvin dkk.2008. Diagnosa & Tatalaksanaan Kegawatdaruratan Paru Dalam


Praktek Sehari-hari.Jakarta : CV.Sagung Seto.
Nurarif, Amin H & Hardhi Kusuma.2013.Aplikasi ASKEP Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA-NICNOC. Yogyakarta : Media Action.
Soeparman A. Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam jilid II ; 1990
Tamsuri, Anas.2008. Klien Gangguan Pernafasan : Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta :EGC.

Anda mungkin juga menyukai