Anda di halaman 1dari 7

KDTK

KELAS XI KEPERAWATAN
MATERI : INFEKSI
PERTEMUAN I :
KOMPETENSI DASAR :

3.1 Menganalisis Infeksi

4.1 Mengkomunikasikan terjadinya infeksi


A. Definisi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul jika
patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry
Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)

Infeksi merupakan infasi dan multiplikasi berbagai mikroorganisme ke dalam tubuh (


seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit) yang saat dalam keadaan normal, mikroorganisme
tersebut tidak terdapat di dalam tubuh.

B. Penyebab Infeksi
1. Bakteri
bakteri merupakan organisme yang memiliki satu sel. salah satu cara bakteri untuk
menginfeksi tubuh adalah dengan mengeluarkan toksin /racun yang dapat merusak
jaringan tubuh. Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia
yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan
infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap
mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik
maupun endemik. Contohnya :
a. Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene
b. Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan
hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi
pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
c. Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus,
Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien
yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah
dari semua infeksi di rumah sakit.
d. Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas
jahitan, paru, dan peritoneum.

2. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus,
termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis,
suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan
enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute
faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan
transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya.
Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah.
Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus,
Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat
ditularkan.

3. Jamur
Jamur merupakan organisme premitif yang dapat hidup di udara, tanah, tanaman
atau di dalam air. beberapa jamur juga hidup di dalam tubuh manusia. infeksi
jamur biasanya tidak berbahaya, tetapi beberapa di antaranya juga dapat
mengancam kehidupan. jamur merupakan penyebab banyak penyakit kulit.

4. Parasit
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang
dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama
pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya infeksi
dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans,
Cryptosporidium.

C. PROSES MASUKNYA INFEKSI


1. Reservoir
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak
berkembang biak. Reservoar yang paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai
mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh, cairan dan keluaran.
Untuk berkembang biak dengan cepat mkroorganismer memerlukan lingkungan
yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH dan cahaya.
2. Jalan masuk
merupakan lintasan masuknya mikroorganisme ketempatan penampungan dari berbagai
kuman. Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan
yang digunakan untuk keluar. Misalnya,pada saat jarum yang terkontaminasi
mengenai kulit klien, organisme masuk ke dalam tubuh. Setiap obstruksi aliran
urine memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra. Kesalahan pemakaian
balutan steril pada luka yang terbuka memungkinkan patogen memasuki jaringan
yang tidak terlindungi. Faktor- faktor yang menurunkan daya tahan tubuh
memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
3. inang / host
merupakan tempat berkembangnya mikroorganisme yang dapat didukung oleh
ketahanan kuman
4. jalan keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak,
mereka harus menemukan  jalan keluar jika mereka masuk ke pejamu lain dan
menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempat,
seperti kulit dan membran mukosa, traktus respiratoris, traktus urinarius, traktus
gastrointestinal, traktus reproduktif dan darah.
5. jalur penyebaran / cara penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu. Penyakit
infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum melalui cara yang
spesifik. Namun, mikroorganisme yang sama dapat ditularkan melalui satu rute.
Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi
layanan kesehatan, hampir semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat
penularan patogen.

penularan infeksi merupakan penularan bibit penyakit dari penderita., hewan yang
sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan beberapa
cara :
a. melalui kontak jasmaniah
b. kontak langsung
c. kontak tidak langsung

D. Faktor yang mempengaruhi proses infeksi


a. sumber penyakit
b. kuman penyakit
c. cara pembebasan sumber kuman
d. cara penularan
e. cara kuman untuk masuk
f. daya tahap tubuh
g. faktor lain seperti status gizi, faktor usia , kebiasaan
E. tanda-tanda Infeksi
Radang atau inflamasi  adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk menghilangkan
penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh
kerusakan asal (Mitchel & Cotran, 2003).
1. Calor / panas
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang
hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari  37
°C yaitu suhu di dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena
lebih banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak
terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang jauh di dalam tubuh, karena jaringan-
jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokal tidak menimbulkan
perubahan (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).

2. Dolor / nyeri
Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara.
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-
ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang
saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan
jaringan yang meradang. Pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit
(Abrams, 1995; Rukmono, 1973).

3. Rubor atau kemerahan


Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami
peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai
darah ke daerah peradangan. Dengan demikian, lebih banyak darah mengalir ke
mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.
Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena
peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh
tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti
histamin (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).

4. Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.
Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat
meradang. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair,
seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-
sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian
dari eksudat. (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
5. Functio Laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).
Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang
(Abrams, 1995)

F. Penularan infeksi
1. melalui kontak
a. tranmisi kontak langsung : terjadi melalui kontak kulit dengan kulit dan
berpindahnya organisme selama proses perawatan pada pasien, serta dapat juga
terjadi antara dua pasien
b. melalui percikan / droplet
terjadi karena adanya kontak dengan konjungtiva, membran mukosa hidung atau
mulut individu yang rentan terhadap percikan partikel yang mengandung
mikroorganisme, seperti batuk, bersin dan berbicara.
c. melalui udara / airbone
tranmisi airbone terjadi melalui penyebaran partikel-partikel kecil udara, baik
secara langsung maupun partikel debu yang mengandung mikroorganisme infeksius.
d. melalui prantara
prantara organisme yang ditularkan melalui benda-benda yang terkontaminasi
seperti makanan, air, dan peralatan yang digunakan selama proses perawatan.
e. melalui vektor
melalui vektor terjadi ketika vektor sperti nyamuk, lalat, tikus maupun binatang
pengerat.

G. INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi yang terjadi pada penderita-penderita yang sedang dalam proses
asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial. Nosokomial berasal dari Bahasa
Yunani, dari kata nososyang artinya penyakit dan komeoyang artinya merawat.
Nosokomion berarti tempatuntuk untuk merawat/rumah sakit. Jadi, infeksi
nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit
(Darmadi, 2008).Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab
meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortility) di rumah
sakit sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang
maupun di negara maju. Infeksi ini dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh
Semmelweis dan saat ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita perhatian
(Nasution, 2012).

H. SUMBER INFEKSI
1. Pasien
sumber utama yang dapat menyebabkan infeksi menyebar kepada pasien
lainnya, petugas kesehatan maupun pengunjung yang datang menjenguk
2. Petugas kesehatan
petugas yang bekerja dapat menyebarkan infeksi secara langsung dan dapat
menularkan berbagai kuman ke tempat lain
3. Pengunjung
pengunjung juga dapat berperan dalam penyebaran infeksi baik dari luar ke
rumah sakit maupun sebaliknya
4. sumber lainnya
dapat berupa lingkungan yang ada di sekitar rumah sakit, kebersihan
lingkungan, atau alat yang digunakan dalam perawatan .

Anda mungkin juga menyukai