Anda di halaman 1dari 3

Patofisiologi

Patofisiologi IMS mempunyai perbedaan dari setiap penyakit, dikarenakan oleh etiologi
yang berbeda-beda. Semua IMS yang mempunyai etiologi berbeda itu akan ditularkan oleh
masing-masing patogen penyebab saat terjadinya hubungan seksual. Berikut adalah patofisiologi
dari beberapa IMS yang sering terjadi:

1. Sifilis
Sifilis merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik yang disebabkan oleh Treponema
palidum. Penularan sifilis melalui hubungan seksual. Penularan juga dapat terjadi secara
vertikal dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah
atau transfer jaringan yang sudah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat-
alat kesehatan.

2. Gonorrhea
Gonorrhea merupakan suatu infeksi pada mukosa yang disebabkan oleh bakteri kokus
gram negatif Neisseria gonorrhoeae yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual atau
perinatal. Daerah yg yg paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel
kuboid yaitu yg beluk berkembang, yakni pada vagina wanita sebelum pubertas

3. Chlamydia
Pada fase awal akan memasuki sel dan membentuk badan inklusi yang menjadi badan
dasar dari perkembangan organisme ini. Setelah proses maturasi berjalan sempurna, sel-
sel tersebut akan ruptur dalam 2-3 hari, dan kemudian masuk ke dalam sel-sel lain untuk
melanjutkan proses replikasi. Akibat dari siklus kehidupan organisme ini, Chlamydia
trachomatis, tidak dapat dikultur pada media artifisial.
Infeksi C. trachomatis pada sel epitel menyebabkan respon awal berupa infiltrasi
neutrofil, yang diikuti dengan invasi limfosit, makrofag, sel-sel plasma dan eosinofil.
Masa inkubasi dari infeksi klamidia biasanya berkisar antara 7-21 hari. Walau infeksi
tersering terjadi pada traktus genitalia, infeksi ekstragenital juga dapat terjadi. Infeksi
pada umumnya akan menyebabkan inflamasi pada uretra (pria) atau serviks (wanita).
Sekitar 50% pria yang terinfeksi dan 80% wanita yang terinfeksi tidak menyadarinya
karena asimtomatik.

4. Trikomoniasis
Trikomoniasis merupakan suatu penyakit infeksi protozoa yang menyerang pada traktus
urogenitalis bagian bawah baik pada pria maupun wanita dan disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis, pada umumnya penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual.
Pada pria biasanya asimtomatik dan prevalensinya lebih rendah dibandingkan pada
wanita. Keadaan dimana lingkungan kurang baik dapat terjadi infeksi secara tidak
langsung melalui alat mandi seperti lap mandi, handuk atau alat sanitasi seperti toilet
seat.

5. HIV/AIDS
Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 < 200μL
meskipun tidak ada tanda gejala yang terlihat atau tanpa infeksi oportunistik. HIV
ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang terinfeksi atau sekret dari kulit
yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi.
Molekul reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat oleh HIV dalam tahap
infeksi. HIV terutama akan menyerang limfosit CD4. Limfosit CD4 berikatan kuat
dengan gp120 HIV sehingga gp41 dapat memerantarai fusi membrane virus ke membran
sel. Dua ko-reseptor permukaan sel, CCR5 dan CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein
gp120 dan gp41 dapat berikatan dengan reseptor CD4. Koreseptor menyebabkan
perubahan konformasi sehingga gp41 dapat masuk ke membran sel sasaran.
Selain limfosit, monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi HIV. Monosit dan
makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak
dihancurkan oleh virus. HIV bersifat politronik dan dapat menginfeksi beragam sel
manusia, seperti sel Natural Killer (NK), limfosit B, sel endotel, sel epitel, sel langerhans,
sel dendritik, sel mikroglia dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfusi dengan
limfosit CD4, maka berlangsung serangkaian proses kompleks kemudian terbentuk
partikel-partikel virus baru dari yang terinfeksi.
Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan provirus atau mungkin
mengalami siklus-siklus replikasi sehingga menghasikan banyak virus. Infeksi pada
limfosit CD4 juga dapat menimbulkan sitopatogenitas melalui beragam mekanisme
termasuk apoptosis (kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi sel lebih lanjut),
atau pembentukan sinsitium (fusi sel).

Daftar Pustaka

Alfari, N., Kapantow, M., & Pandaleke, T. (2016). Profil Trikooniais di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Prof. Dr. R. Kandou Manado Periode 1 Januari 2011-31 Desember 2015.
Jurnal e-Clinic, 1-7.

Pitasari, D. A., & Martodiharjo, S. (2019). Study Retrospektif: Profil Infeksi Gonore. Berkala
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 41-45.

Reza, N. R., & SHW, T. (2015). Pemeriksaan Laboratorium Infeksi Chlamydia Trachomatis
Pada Saluran Genital. Telaah Kepustakaan, 144-149.

Suryani, D. P., & Sibero, H. T. (2014). Syphilis. Jurnal Majority , 7-16.

Yuliyanasari, N. (2016). Global Burden Desease-Human Immunodeficiency Virus-Acquired


Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS). Universitas Muhammadiyah Surabaya, 1-
13.

Anda mungkin juga menyukai