Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Transfusi Darah


Transfusi adalah pemasukkan darah lengkap atau komponen darah
[3]
darah secara langsung ke dalam aliran darah. Darah adalah suatu jaringan
ikat khusus dengan materi ekstrasel cair yang disebut plasma. [4]
Transfusi darah adalah tindakan memasukkan sel darah merah (darah
segar, packed red cell) ke dalam tubuh melalui vena dengan tujuan untuk
memberikan kebutuhkan sel darah merah sesuai indikasi. [5]
Adapun pengertian transfusi darah dapat ditemukan di dalam beberapa
peraturan, diantaranya:
Pasal 1 huruf (a) Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1980 Tentang Transfusi
Darah menyebutkan bahwa: “Transfusi darah adalah tindakan medic
memberikan darah kepada seorang penderita, yang darahnya telah tersedia
dalam botol atau plastic”
Pasal 1 huruf (c) Permenkes RI No. 478/Menkes/Perat/X/1990 Tentang
Upaya Kesehatan Di Bidang Transfusi Darah menyebutkan bahwa: “
Transfusi darah adalah tindakan medic memberikan darah kepada penderita
yang darahnya telah tersedia dalam kemasan yang memenuhi syarat
kesehatan, secara langsung ataupun tidak langsung. [6]
Komponen darah ialah bagian darah yang dipisahkan dengan cara
fisik/mekanik misalnya dengan cara sentrifugasi. Fraksi plasma adalah derivat
plasma yang diperoleh dengan cara kimia/fraksinasi dengan menggunakan
sejumlah besar plasma yang diproduksi dipabrik. Produk darah ialah istilah
umum yang mencakup kedua istilah komponen darah dan derivat plasma. [1]
Transfusi darah dapat menjadi intervensi yang menyelamatkan nyawa.
Namun, sama halnya dengan pengobatan lainnya, penanganan ini dapat
menyebabkan komplikasi akut atau komplikasi delayed dan membawa risiko
infeksi transfusion-transmissible, termasuk HIV, virus hepatitis, sifilis,
malaria, dan penyakit chagas. [7]

5
2.2 Komponen Darah dan Derivat Plasma
A. Macam-macam Komponen Darah
1) Seluler

Darah utuh (whole blood)

Sel darah merah pekat (packed red blood cell): (1) sel darah merah
pekat dengan sedikit leukosit (packed red blood cell leukocytes
reduced), (2) sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell
washed), (3) sel darah merah pekat beku (packed red blood cell
frozen/packed red blood cell deglycerolized)

Trombosit konsentrat (concentrate platelet): Trombosit dengan
sedikit leukosit (platelet concentrate leukocytes reduced)

Granulosit feresis (granulocytes pheresis) [1]
2) Non Seluler

Plasma segar beku (fresh frozen plasma)

Plasma donor tunggal (single donor plasma)

Kriopresipitat faktor anti hemophilia (cryoprecipitate AHF) [1]
B. Macam-macam Derivat Plasma
1) Albumin
2) Imunoglobin
3) Faktor VIII dan Faktor IX pekat
4) Rh Imunoglobulin
5) Plasma ekspander sintetik [1]

2.3 Indikasi Transfusi Darah


Sesuai dengan komponen darah yang ditransfusikan :

Darah lengkap (whole blood) 250-300 cc/unit: meningkatkan volume
darah merah dan volume plasma pada perdarahan akut dan pada
kehilangan darah >25% volume darah total.[5]
Dosis tergantung keadaan klinis pasien. Pada orang dewasa, 1 unit darah
lengkap akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dL atau hematokrit 3-4%. Pada
anak-anak darah lenfkap 8 mL/kg akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dL.
Pemberian darah lengkap sebaiknya melalui filter darah dengan kecepatan
tetesan tergantung keadaan klinis pasien, namun setiap unitnya sebaiknya
diberikan dalam 4 jam [1]

Darah merah pekat (packed red blood cells) 150-250 cc/unit:
meningkatkan massa sel darah merah dan kapasitas oksigen pada anemia

6
normovolemik simptomatik termasuk anemia kronik pada kelainan ginjal
kronik dan kanker[5]
Pada orang dewS, 1 unit sel darah merah pekat akan meningkatkan Hb
sekitar 1 g/dL atau hematokrit 3-4%. Pemberian sel darah ini harus melalui
filter darah standar (170u). Hematokrit yang tinggi dapat menyebabkan
terjadinya hiperviskositas dan menyebabkan kecepatan transfusi menurun
sehingga untuk mengatasinya maka diberikan salin normal 50-100 mL
sebagai pencampur sediaan sel darah merah dalam CPD atau CPDA-1
tetapi harus hati hati karena dapat kelebihan beban [1]

Darah merah dicuci (saline washed red blood cell) 180 cc/unit:
meningkatkan massa sel darah merah, mengurangi risiko reaksi alergi
terhadap protein plasma[5]

Trombosit konsentrat (platelet concentrate) 50cc/unit: Perdarahan karena
trombositopenia atau trombopati [5]
Dosis yang biasanya digunakan pada perdarahan yang disebabkan karena
trombositopenia adalah 1 unit/10 kg BB, biasanya diperlukan 5-7 unit
pada orang dewasa. Satu kantong trombosit pekat yang berasal dari 450mL
darah lengkap diperkirakan dapt menaikkan jumlah trombosit sebanyak
90000-110000/ul/m2 luas permukaan tubuh; pada dewasa dengan berat
badan 70 kg diperkirakan dapat menaikkan 5000-10000/ul. Penghitungan
peningkatan jumlah trombosit yang dikoreksi (Corrected Count
Increment=CCI) dapat dihitung lebih akurat dengan memakai rumus:

CCI = (Post tx plt ct) – (Pre tx plt ct) x BSA


(Plt transfused x 1011)
Post tx : pascatransfusi
Pre tx : pratransfusi
BSA : body surface area (luas permukaan tubuh)
Keberhasilan trasnfusi trombosit dapat dipantau dengan menghitung
jumlah trombosit (CCI) 1 jam pasca transfusi dimana CCI > 7,5-10 x 10 9/L
atau CCI >4,5 x 109/L yang diperiksa 18-24 jam pasca transfusi [1]

Trombosit aferesis (platelet apheresis) 300 cc/unit: Perdarahan karena
trombositopenia dan trombopati, kecocokan HLA [5]

7

Plasma beku (fresh frozen plasma) 220 cc: Pengobatan beberapa gangguan
koagulasi [5]

Kriopresipitat (cryoprecipitate/anti hemophili factor) 15 cc/unit: Defisiensi
faktor VIII, faktor XIII, fibrinogen, pengobatan penyakit von willebrand [5]

Darah merah minim leukosit (leucocyte poor RBC) 200 cc/unit:
Meningkatkan massa sel darah merah, mencegah reaksi demam karena
antibody leukosit, menurunkan kemungkinan aloimunisasi terhadap
leukosit atau terhadap antigen HLA. [5]

2.4 Kontraindikasi Transfusi Darah


Sesuai dengan komponen darah:

Darah lengkap: Anemia kronik normovolemik yang hanya memerlukan
peningkatan massal sel darah merah.

Darah merah dicuci: Bila sudah lebih dari 24 jam karena tenik pencucian
sistem terbuka menyebabkan penggunaannya terbatas 24 jam (risiko
kontaminasi bacterial)

Darah merah pekat dan darah merah minim leukosit: Hati-hati reaksi
transfusi hemolitik, transmisi infeksi virus, reaksi alergi dan demam

Trombosit konsentrat dan trombosit apheresis : Tidak efektif untuk pasien
dengan destruksi trombosit yang cepat, termasuk ITP dan KID yang tidak
diobati (kecuali pada perdarahan aktif), septicemia dan hipersplenisme

Plasma beku : Jangan diberikan bila tujuannya menambah volume darah

Kriopresipitat : Untuk kasus selain indikasi [5]
2.5 Persiapan
Bahan dan alat

Untuk transfusi darah lengkap, darah merah pekat, darah merah dicuci,
plasma beku dan kriopresipitat, gunakan set transfusi khusus dengan
penyaring/filter untuk blood set

Untuk transfusi trombosit konsentrasi atau trombosit aferesis, gunakan
infus set khusus untuk transfusi trombosit

Hanya infus NaCl 0,9% yang diizinkan untuk diberikan bersama
darah/komponen darah

Bila tersedia, dapat digunakan alat pemompa darah elktronik untuk
transfusi darah [5]

8
2.6 Prosedur Tindakan
Permintaan darah atau komponen
 Formulir permintaan darah diisi lengkap, termasuk golongan darah ABO-
Rh yang selama ini diketahui, nama pasien dan nama orang tua atau suami,
reaksi transfusi yang pernah dialami, indikasi dan lain-lain
 Formulir tersebut ditandatangani oleh dokter yang meminta, sedangkan
perawat ruangan menilai ulang kelengkapan dan kebenaran pengisian
formulir tersebut
 Perawat mengambil sampel darah minimal 2 cc, paling baik 5 cc. Pada
sampel darah ini harus ditempelkan label yang kuat bertulisan nama
lengkap (sesuai formulir), jenis kelamin, umur, nomor rekam medic,
tanggal pengambilan dan ruang perawatan
Pemberian transfusi darah atau komponen

Identifikasi secara benar dan cermat bahwa nama pasien dan data lainnya
cocok dengan label pada darah/komponen darah yang akan diberikan,
begitu juga kebenaran indikasi transfusi pada pasien ini

Pada saat dimulai pemberian transfusi, pasien harus diawasi selama 5-10
menit pertama, kemudian diawasi secara periodic sampai tindakan
transfusi selesai.

Dokter harus berada di area yang terjangkau (di RS) selama pemberian
transfusi, sehingga bila timbul keadaan darurat dapat segera hadir
menanganinya.

Bila alatnya tersedia, darah/komponen darah dihangatkan dulu dengan alat
blood warmer, terutama pada kasus-kasus khusus antara lain pasien
dewasa yang menerima transfusi cepat dan berulang (>50 cc/kg/jam),
exchange transfusion pada bayi, anak-anak yang menerima transfusi
dengan volume besar (> 15 ml/kg/jam) dan infus cepat melalui kateter
vena sentral.

Pada orang dewasa kecepatan transfusi darah/komponen jangan melebihi
100 ml/menit, karena berkaitan dengan risiko tinggi henti jantung. Jangan
menyimpan darah pada suhu kamar lebih lama.

9

Bila kondisi klinik memerlukan waktu transfusi lebih dari 4 jam,
darah/komponen harus dicicil pengambilannya, sisanya disimpan di bank
darah rumah sakit sampai saat yang diperlukan.

Jangan menambah obat-obat ke dalam darah/komponen. Juga jangan
memberikan obat suntik bersamaan dengan pelaksanaan transfusi darah. [5]

2.7 Sistem Golongan Darah Manusia


Sebelum melakukan transfusi, perlu untuk menentukan golongan darah
resipien dan golongan darah donor sehingga kedua darah tersebut dapat
dicocokkan dengan benar. [8]
Darah untuk keselamatan pasien oleh karena itu, untuk transfusi harus
dipilih darah yang cocok golongan darahnya antara darah donor dan darah
pasien. Seorang bernama Karl Landsteiner pada tahun 1900 mengumumkan
penemuannya tentang golongan-golongan darah manusia yang merupakan
kunci bagi terlaksananya transfusi darah. Terdapat dua macam antigen yang
diberi nama antigen A dan antigen B. Dari kedua macam antigen ini
kemudian dapat ditetapkan bahwa golongan darah manusia dibagi menjadi 4
macam yaitu: A, B, O, dan AB. [6]
Penemuan golongan darah dilandasi oleh dua macam faktor yang
ditemukan:
1) Faktor yang ditemukan pada permukaan luar sel darah merah
manusia; faktor ini dinamakan ANTIGEN, yaitu faktor yang
menentukan golongan darah manusia.
2) Faktor zat anti (anti body) yang terdapat di dalam plasma/serum
darah; faktor ini merupakan zat yang dapat menghancurkan antigen,
bilamana dicampurkan dengan antigen yang merupakan lawannya. [6]
Anti body golongan darah yang ditemukan dalam hubungan ini ialah
anti body yang bersifat alamiah (natural), yang berada dalam tubuh tanpa
mengalami rangsangan dari luar. Di dalam serum/plasma darah manusia
ditemukan dua macam zat anti masing-masing anti B dan anti A. Antibody M
merupakan lawan antigen B dan anti A merupakan lawan antigen A.

10
1) Seseorang yang golongan darahnya A; pada sel darah merahnya
didapatkna antigen A dan dalam plasmanya terdapat anti B.
2) Seseorang yang golongan darahnya B; pada sel darah merahnya
didapatkna antigen B dan dalam plasmanya terdapat anti A.
3) Seseorang yang golongan darahnya O; pada sel darah merahnya tidak
didapatkan baik antigen A maupun antigen B (kosong), sebaliknya di
dalam plasmanya terdapat kedua anti yaitu anti A dan anti B.
4) Seseorang yang golongan darahnya AB; pada sel darah merahnya
didapatkan antigen A maupun antigen B, tetapi di dalam plasmanya
tidak ditemukan anti A maupun anti B. [6]
Sistem golongan darah yang diperiksa dalam pelaksanaan transfusi
darah secara rutin adalah sistem ABO dan Rhesus yang cara
penggolonggannya secara praktis dan dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem ABO


Golongan Darah Antigen Antibodi
A A Anti-B
B B Anti-A
AB A dan B Tidak ada
O Tidak ada Anti A, Anti B, Anti A,B
sistem Golongan darah protein
sistem Rh
Sistem rhesus atau Rh merupakan sistem kedua terpenting setelah
sistem ABO pada praktik transfusi. Lokus Rh terletak di kromosum 1.
Determinan antigenik Rh bergantung pada interaksi (yang belum sepenuhnya
dipahami) antara protein membran sel darah merah hidrofobik berberat 30-
kDa sampai 32-kDa dengan penambahan pasca translasi molekul fosfolipid.
Lebih dari 40 fenotipe Rh telah berhasil didefinisikan secara serologis. bukti
terakhir mengidentifikasikan paling sedikit tiga lokus Rh tandem, yang agak
analog dengan kompleks HLA. Alel Rh menjelaskan struktur set pasangan
epitop , C atau c, E atau e, dan D, yang terakhir diperkirakan memiliki sebuah
alel silent, d. Epitop diwariskan sebagai halotipe, misal., Cde atau cde.

11
Karena Rho (D) adalah aloantigen yang paling imunogenik, maka darah
yang didonorkan diperiksa ada tidaknya antigen ini. Sekitar 15 % orang
kaukasus tidak memiliki antigen D dan digolongkan sebagai Rh-negatif.
sekitar 80% orang berstatus Rh negatif yang menerima satu unit sel darah
merah Rh positif akan membentuk anti D antibodi yang dapat menimbulkan
reaksi transfusi hemolitik berat dan HDN. Karena itu, pasien Rh – negatif
selalu diberi komponen darah seluler Rh-negatif, kecuali dalam keadaan
darurat. Pembentukan anti D dapat diinduksi hanya dengan 0,5 mL sel darah
merah atau 0,04 mL sel darah merah bila diberikan sebagai injeksi berulang.
Perempuan Rh negatif paramenopause tidak boleh mendapat komponen darah
Rh-positif kecuali bila diberikan imunoglobulin yang jumlah cukup untuk
mencegah imunisasi primer; bila tidak kehamilan berikutnnya dengan anak
Rh-positif hampir selalu mencetuskan respon imun sekunder yang
menyebabkan HDN.
Antigen Rh C, c, E, dan e jauh kurang imunogenik (kurang dari 2
persen dari resipien yang rentan), dan melakukan percocokaan resipien
transfusi untuk antigen ini tidaklah praktis. Tentu saja pasien yang pernah
tersensitisasi harus diberi darah yang tidak mengandung antigen spesifik
sesuai. sekitar 20 persen donor tidak memiliki antigen c sehingga cocok
dengan resipien yang plasmanya mengandung anti-c. Namun, hanya 2 %
donor yang tidak memiliki antigen e, sehingga pasien yang telah membentuk
anti-e sulit dicarikan donor yang cocok. Bank darah sering memiliki daftar
terkomputerisasi fenotif donor untuk keadaan semacam ini, dan darah autolog
tetap merupakan pilihan untuk tindakan bedah elektif [9]
2.8 Seleksi Donor Darah
Donor darah harus memenuhi beberapa kriteria untuk dapat
mendonorkan darahnya, yaitu keadaan umum baik, usia 17-65 tahun, berat
baha 50 kg atau lebih, tidak demam (temperatur oral < 37,5C), frekuensi dan
irama denyut nadi normal, tekanan darah 50-100/90-180 mmHg, dan tidak
ada lesi kulit yang berat. [1]

12
Persyaratan lain adalah menjadi donor terakhir minimal 8 minggu yang
lalu, tidak hamil, tidak menderita simptomatik, pasca pembedahan (6 bulan
setelah operasi besar, luka operasi telah sembuh pada operasi kecil, minimal 3
hari setelah ekstraksi gigi atau pembedahan mulut), tidak ada riwayat kejang,
tidak ada riwayat perdarahan abnormal, tidak menderita penyakit infeksi yang
menular melalui darah. [1]
Calon donor yang baru saja mendapat imunisasi atau vaksinasi dapat
diterima sebagai donor jika tidak ada gejala setelah tindakan tersebut. Calon
donor yang baru bepergian ke daerah endemis dapat diterima menjadi donor 6
bulan setelah kembali dan terbukti tidak menunjukkan gejala dan tidak
minum obat antimalarial. [1]

2.9 Pengambilan dan Pengumpulan Darah


A. Informasi utuk donor
Semua calon donor harus mendapat informed consent beserta
penjelasan mengenai risiko transfusi. Donor harus dijelaskan bahwa darah
akan diuji terhadap penyakit infeksi seperti hepatitis, sifilis, dan HIV. [1]
B. Reaksi selama dan sesudah donasi
Reaksi pada donor jarang terjadi. Reaksi yang dapat terjadi adalah
sinkop, rasa lemas, frekuensi nafas meningkat, pusing, pucat, dan mual.
Reaksi yang jarang terjadi adalah kejang, kehilangan kesadaran, atau
berkemih/defekasi involunter. Masalah pada jantung, bahkan serangan
jantung dapat terjadi walaupun sangat jarang. [1]
C. Uji terhadap darah donor
Pengujian yang dilakukan pada darah donor meliputi, a) penetapan
golongan darah berdasarkan ABO, b) penetapan golongan darah
berdasarkan Rhesus, c) uji terhadap antibodi yang tidak diharapkan,
dilakukan pada darah dari donor yang pernah mendapat transfusi atau
hamil, dan d) diuji terhadap penyakit infeksi, yaitu HBsAg, anti HCV, tes
serologi untuk sifilis, dan tes antibody HIV. [1]

2.10 Teknik Pengambilan Darah


A. Hemaferesis

13
Hemaferesis adalah istilah umum yang merujuk kepada
pengambilan whole blood dari seorang donor atau pasien, pemisahan
menjadi komponen-komponen darah, penyimpanan komponen yang
diinginkan dan pengambilan elemen yang tersisa ke donor atau pasien. [1]
B. Plasmaferesis
Plasmaferesis adalah prosedur di mana sejumlah unit darah dari
donor diambil untuk mendapatkan plasmanya, diikuti dengan
penginfusan kembali sel-sel darah merah donor. Teknik di dilakukan
untuk mendapatkan plasma atau fresh frozen plasma. Plasma yang
didapatkan juga dapat difraksinasi menjadi produk seperti albumin
serum dan gama globulin. Plasmaferesis biasanya dilakukan
menggunakan multibag system, namun dapat juga menggunakan
separasi darah sentrifugal. [1]
C. Sitaferesis
Sejumlah besar trombosit atau leukosit dapat dikoleksi dari donor
tunggal menggunakan sentrifugasi aliran intermiten atau kontinyu. [1]
D. Plateleferesis/trombaferesis
Plateleferesis adalah prosedur dimana trombosit dipisahkan secara
sentrifugal dari whole blood. [1]
E. Leukaferesis/granulositaferesis
Prosedur ini mengambil granulosit dan kemudian mengembalikan
darah sisanya ke donor. [1]
F. Transfusi autologous
Transfusi autologus adalah transfusi darah atau produk darah yang
berasal dari darah resipien sendiri. Prosedur ini sering dilakukan setelah
diketahui adanya risiko penularan penyakit, terutama infeksi HIV,
melalui transfusi darah. [1]

2.11 Uji Cocok-Silang


Uji cocok-silang (crossmatch) atau uji kompatibilitas adalah prosedur yang
paling penting dan paling sering dilakukan di laboratorium transfusi darah.

14
Uji cocok silang secara umum terdiri dari serangkaian prosedur yang
dilakukan sebelum transfusi untuk memastikan seleksi darah yang tepat
untuk seorang pasien dan untuk mendeteksi antibody ireguler dalam serum
resipien yang akan mengurangi atau mempengaruhi ketahanan hidup dari
sel darah donor setelah transfusi. [1]
Terdapat 2 jenis uji cocok-silang, mayor yaitu menguji reaksi antara sel
darah merah donor dengan serum resipien, dan minor yaitu menguji reaksi
antara serum donor dengan sel darah resipien. [1]

2.12 Manfaat Donor Darah


Menurut Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia ada lima manfaat
kesehatan yang didapatkan dari donor darah:
a) Menjaga kesehatan jantung
Tingginya kadar zat besi dalam darah akan membuat seseorang
menjadi lebih rentan terhadap penyakit jantung. Zat besih yang
berlebihan di dalam darah bisa menyebabkan oksidasi kolesterol.
Produk oksidasi tersebut akan menumpuk pada dinding arteri dan ini
sama dengan memperbesar peluang terkena serangan jantung dan
stroke.
b) Meningkatkan produksi sel darah merah
Saat sel darah merah berkurang maka sumsum tulang belakang akan
segera mengisi ulang sel darah merah yang telah hilang.
c) Membantu penurunan berat tubuh
Pemberian sekitar 450 mL darah, akan membantu proses pembakaran
kalori sekitar 650
d) Mendapatkan kesehatan psikologis
e) Mendeteksi penyakit serius
Salah satu syarat sebelum donor darah adalah mendeteksi penyakit
seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan malaria.

2.13 Komplikasi Transfusi Darah


Komplikasi pada transfusi darah dapat digolongkan menurut:
Komplikasi Imunologi
 Aloimunisasi : antigen eritrosit, antigen HLA
Aloantibodi bereaksi terhadap antigen eritrsit, sedikit saja resipien
dengan mutitransfusi berkembang menjadi aloantibodi eritrosit.
Umumnya terdapat pada mereka yang telah menerima sekitar 10 kali

15
transfusi, biasanya terhadap sistem Rh, Kell (K), lalu Duffy (Fy),
dan Kid (Jk).
Aloantibodi bereaksi terhadap antigen leukosit, terdapat pada
resipien yang ditransfusi 2 lekosit dan trombosit, umumnya mereka
ini wanita multipara dengan multi transfusi.
Aloantibodi terhadap protein plasma., misalnya reaksi anafilaksis
disebabkan karena adanya anti IgA antibodi.
 Reaksi transfusi hemolitik : segera, tertunda (delayed)
Berkembangnya antibodi yang dapat bereaksi dengan antigen
eritrosit menyebabkan perusakan eritrosit, biasanya eritrosit donor.
Klinis dapat berat, mengancam kehidupan atau ringan saja.
Hemolisis segera terjadi di dalam sirkulasi, yang lambat terjadi di
sistem retikuloendotelial. Umumnya terjadi karena kesalahan
pencataan adan ABO mismatching. Dapat juga hemolisis terjadi
pada darah resipien, bila plasma yang ditransfusikan mengandung
antibodi.
Reaksi transfusi hemolitik segera. Gejala dan keluhan transfusi
hemolitik segera, terjadi segera sesudah darah yang tidak cocok
dilakukan. Klinis kebanyakan berupa timbulnya panas, dapat dengan
menggigil. Dapat juga dengan cemas, nyeri dada atau punggung,
sesak napas, takikardia dan hipotensi. Keadaan mengancam
kehidupan pada adanya gagal ginjal akut, syok, dan koagulasi
intravaskular. Reaksi hemolisis segera ini terjadi pada 600.000
transfusi eritrosit, kematian meningkat hingga 44% bila darah
transfusi meningkat mencapai 1 L.
Reaksi transfusi hemolitik tertunda. Biasanya lebih ringan dari yang
segera dan terjadinya perusakan eritrosit terutama ekstravaskular.
Reaksi ini umumnya bersifat sekunder, terjadi sesudah kemasukan
antigen eritrosit, respons terbentuknya antibodi lambat, puncak
reaksi tercapainya juga lambat.
 Reaksi febris transfusi
Terjadi pada 0,5-3% pasien yang diberikan transfusi, umumnya pada
yang sudah dengan multipel transfusi. Gambaran khas berupa

16
menggigil lalu diikuti panas, terjadi umumnya dalam waktu
beberapa jam sesudah transfusi. Pening, mual muntah dapat terjadi.
Kadang reaksinya dapat berat, termasuk dengan keluhan pulmonal,
tapi umumnya reaksi ini ringan. Reaksi ini disebabkan oleh
aloimunisasi terhadap antigen leukosit dan trombosit. Sebab lain
yaitu transfusi sitokin, yang berkembang di dalam trombosit asal
darah segar (whole blood) yang disimpan pada suhu kamar.
Kemungkinan adanya kontaminasi bakteri pada reaksi ini harus
dipertimbangkan.
 Kerusakan paru akut karena transfusi
Umumnya berupa “respiratory distress” berat yang tiba-tiba,
disebabkan oleh sindrom edema pulmonanl non kardiogenik, mirip
“adult respiratory distress syndrome”. Menggigil, panas, nyeri dada,
hipotensi dan sianosis, sebagaimana umumnya edema paru, mungkin
ada. Radiologis nampak edema paru. Reaksi dapat terjadi dalam
beberapa jam selama transfusi. Pada walnya mungkin berat,
umumnya akan mereda dalam 48-96 jam dengan bantuan
pernapasan, tanpa gejala sisa. Ini disebabkan transfusi antibodi di
dalam plasma donor, yang bereaksi dengan granulosit resipien.
Diduga aglutinasi granulosit dan aktivasi komplemen terjadi dalam
jaringan vaskuler paru, menyebabkan endotel kapiler rusak sehingga
terjadi kebocoran cairan kedalam alveoli.
 Reaksi transfusi alergi
Reaksi alerdi pada donor sering terjadi dengan angka kejadian
sekitar 1-3%, mungkin lebih tinggi lagi karena tak dilaporkan.
Gambaran berupa urtikaria, ‘skin rashes’, spasme bronkus, angio
edema sampai renjatan anafilaksis. Semua reaksi alergi ini
dipikirkan diperantarai oleh IgE resipien terhadap protein atau bahan
terlarut di dalam plasma donor, interaksi antara antigen dengan IgE
merangsang dikeluarkan antihistamin dari sel mast dan basofil.
 Purpura pasca transfusi
Ini merupakan pengembangan trombositopeni yang mengancam
kehidupan, terjadi pada hari ke 5-10 sesudah transfusi. Ini

17
disebabkan oleh berkembangnya aloantibodi yang ditujukan kepada
antigen khusus trombosit. Kebanyakan pasien didahului oleh
kehamilan atau transfusi.
 Pengaruh imunosupresi
Transfusi darah agenik tidak hanya berarti memberikan eritrosit, tapi
juga sejumah efektr se imun, produk sitokin, dan berbagai bahan,
yang dapat dikenali sistem kekebalan resipien sebagai antigen asing.
Substansi yang memodulasi sistem kekebalan host oleh bahan yang
ditransfusikan, meningkatkan kemungkinan sindrom klinis yang
umumnya dikenali dengan transfusion related immunodulation
 Penyakit graft versus host
Semua sel darah mengandung ‘immunocompetent T lymphocyte’,
bila ditransfusikan ke resipien yang imunokompoten, maka sel
limfosit ini T ni akan memperbanyak diri, dan menyebabkan reaksi
penolakan donor transplan (reaksi penolakan). Reaksi penolakan
biasanya berupa panas, diikuti ‘rash’ kulit berupa eritema,
makulopapula mulai dari sentral ke tepi. Gangguan faal hati, nausea,
diare berdara. Leukopeni diikuti pansitopeni karena kegagalan
sumsum tulang. Umumnya terjadi reaksi penolakan pada 2-3 minggu
semenjak adanya keluhan yang pertama. Diagnosis berdasarkan
gambaran klinis, ditegakkan dengan biopsi hati.
Komplikasi Non Imunologi

Kelebihan (overload) volum
Transfusi eritrosit atau plasma dapat menyebabkan kelebihan cairan
di dalam sirkulasi. Pada anemia berat terjadi ekspansi volume
sehingga volum cairan normal, maka pada anemia dengan gagal
jantung, transfusi harus hati-hati karena dapat menyebabkan edema
paru yang fatal. Pada orang tua transfusi diberikan dengan ritme 2
ml darah/kg berat badan/jam

Transfusi masif : metabolik, hipotermi, pengenceran,
mikroembolisasi paru
Pengaruh metabolik, komposisi drah yang disimpan lain dengan
darah didalam sirkulasi, bila sejumlah besar darah simpanan
diberikan dengan cepat maka ion K menyebabkan risiko pada pasien

18
dengan gagal ginjal, syok dengan asidosis, atau pada hemolisis.
Adanya sitrat sebagai antikoagulan dapat menyebabkan
hipokalsemia

Lainnya : plasticizer, hemosiderosis transfusi

Infeksi : hepatitis A,B,C, delta dan lainnya; Virus sitomegalo; virus
Epstein Barr; Kontaminasi bakteri; sifilis; Parasit malaria,
babesiosis, tripanosoma; organisme lain [1]

19

Anda mungkin juga menyukai