TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2 Komponen Darah dan Derivat Plasma
A. Macam-macam Komponen Darah
1) Seluler
Darah utuh (whole blood)
Sel darah merah pekat (packed red blood cell): (1) sel darah merah
pekat dengan sedikit leukosit (packed red blood cell leukocytes
reduced), (2) sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell
washed), (3) sel darah merah pekat beku (packed red blood cell
frozen/packed red blood cell deglycerolized)
Trombosit konsentrat (concentrate platelet): Trombosit dengan
sedikit leukosit (platelet concentrate leukocytes reduced)
Granulosit feresis (granulocytes pheresis) [1]
2) Non Seluler
Plasma segar beku (fresh frozen plasma)
Plasma donor tunggal (single donor plasma)
Kriopresipitat faktor anti hemophilia (cryoprecipitate AHF) [1]
B. Macam-macam Derivat Plasma
1) Albumin
2) Imunoglobin
3) Faktor VIII dan Faktor IX pekat
4) Rh Imunoglobulin
5) Plasma ekspander sintetik [1]
6
normovolemik simptomatik termasuk anemia kronik pada kelainan ginjal
kronik dan kanker[5]
Pada orang dewS, 1 unit sel darah merah pekat akan meningkatkan Hb
sekitar 1 g/dL atau hematokrit 3-4%. Pemberian sel darah ini harus melalui
filter darah standar (170u). Hematokrit yang tinggi dapat menyebabkan
terjadinya hiperviskositas dan menyebabkan kecepatan transfusi menurun
sehingga untuk mengatasinya maka diberikan salin normal 50-100 mL
sebagai pencampur sediaan sel darah merah dalam CPD atau CPDA-1
tetapi harus hati hati karena dapat kelebihan beban [1]
Darah merah dicuci (saline washed red blood cell) 180 cc/unit:
meningkatkan massa sel darah merah, mengurangi risiko reaksi alergi
terhadap protein plasma[5]
Trombosit konsentrat (platelet concentrate) 50cc/unit: Perdarahan karena
trombositopenia atau trombopati [5]
Dosis yang biasanya digunakan pada perdarahan yang disebabkan karena
trombositopenia adalah 1 unit/10 kg BB, biasanya diperlukan 5-7 unit
pada orang dewasa. Satu kantong trombosit pekat yang berasal dari 450mL
darah lengkap diperkirakan dapt menaikkan jumlah trombosit sebanyak
90000-110000/ul/m2 luas permukaan tubuh; pada dewasa dengan berat
badan 70 kg diperkirakan dapat menaikkan 5000-10000/ul. Penghitungan
peningkatan jumlah trombosit yang dikoreksi (Corrected Count
Increment=CCI) dapat dihitung lebih akurat dengan memakai rumus:
7
Plasma beku (fresh frozen plasma) 220 cc: Pengobatan beberapa gangguan
koagulasi [5]
Kriopresipitat (cryoprecipitate/anti hemophili factor) 15 cc/unit: Defisiensi
faktor VIII, faktor XIII, fibrinogen, pengobatan penyakit von willebrand [5]
Darah merah minim leukosit (leucocyte poor RBC) 200 cc/unit:
Meningkatkan massa sel darah merah, mencegah reaksi demam karena
antibody leukosit, menurunkan kemungkinan aloimunisasi terhadap
leukosit atau terhadap antigen HLA. [5]
8
2.6 Prosedur Tindakan
Permintaan darah atau komponen
Formulir permintaan darah diisi lengkap, termasuk golongan darah ABO-
Rh yang selama ini diketahui, nama pasien dan nama orang tua atau suami,
reaksi transfusi yang pernah dialami, indikasi dan lain-lain
Formulir tersebut ditandatangani oleh dokter yang meminta, sedangkan
perawat ruangan menilai ulang kelengkapan dan kebenaran pengisian
formulir tersebut
Perawat mengambil sampel darah minimal 2 cc, paling baik 5 cc. Pada
sampel darah ini harus ditempelkan label yang kuat bertulisan nama
lengkap (sesuai formulir), jenis kelamin, umur, nomor rekam medic,
tanggal pengambilan dan ruang perawatan
Pemberian transfusi darah atau komponen
Identifikasi secara benar dan cermat bahwa nama pasien dan data lainnya
cocok dengan label pada darah/komponen darah yang akan diberikan,
begitu juga kebenaran indikasi transfusi pada pasien ini
Pada saat dimulai pemberian transfusi, pasien harus diawasi selama 5-10
menit pertama, kemudian diawasi secara periodic sampai tindakan
transfusi selesai.
Dokter harus berada di area yang terjangkau (di RS) selama pemberian
transfusi, sehingga bila timbul keadaan darurat dapat segera hadir
menanganinya.
Bila alatnya tersedia, darah/komponen darah dihangatkan dulu dengan alat
blood warmer, terutama pada kasus-kasus khusus antara lain pasien
dewasa yang menerima transfusi cepat dan berulang (>50 cc/kg/jam),
exchange transfusion pada bayi, anak-anak yang menerima transfusi
dengan volume besar (> 15 ml/kg/jam) dan infus cepat melalui kateter
vena sentral.
Pada orang dewasa kecepatan transfusi darah/komponen jangan melebihi
100 ml/menit, karena berkaitan dengan risiko tinggi henti jantung. Jangan
menyimpan darah pada suhu kamar lebih lama.
9
Bila kondisi klinik memerlukan waktu transfusi lebih dari 4 jam,
darah/komponen harus dicicil pengambilannya, sisanya disimpan di bank
darah rumah sakit sampai saat yang diperlukan.
Jangan menambah obat-obat ke dalam darah/komponen. Juga jangan
memberikan obat suntik bersamaan dengan pelaksanaan transfusi darah. [5]
10
1) Seseorang yang golongan darahnya A; pada sel darah merahnya
didapatkna antigen A dan dalam plasmanya terdapat anti B.
2) Seseorang yang golongan darahnya B; pada sel darah merahnya
didapatkna antigen B dan dalam plasmanya terdapat anti A.
3) Seseorang yang golongan darahnya O; pada sel darah merahnya tidak
didapatkan baik antigen A maupun antigen B (kosong), sebaliknya di
dalam plasmanya terdapat kedua anti yaitu anti A dan anti B.
4) Seseorang yang golongan darahnya AB; pada sel darah merahnya
didapatkan antigen A maupun antigen B, tetapi di dalam plasmanya
tidak ditemukan anti A maupun anti B. [6]
Sistem golongan darah yang diperiksa dalam pelaksanaan transfusi
darah secara rutin adalah sistem ABO dan Rhesus yang cara
penggolonggannya secara praktis dan dilihat pada tabel berikut:
11
Karena Rho (D) adalah aloantigen yang paling imunogenik, maka darah
yang didonorkan diperiksa ada tidaknya antigen ini. Sekitar 15 % orang
kaukasus tidak memiliki antigen D dan digolongkan sebagai Rh-negatif.
sekitar 80% orang berstatus Rh negatif yang menerima satu unit sel darah
merah Rh positif akan membentuk anti D antibodi yang dapat menimbulkan
reaksi transfusi hemolitik berat dan HDN. Karena itu, pasien Rh – negatif
selalu diberi komponen darah seluler Rh-negatif, kecuali dalam keadaan
darurat. Pembentukan anti D dapat diinduksi hanya dengan 0,5 mL sel darah
merah atau 0,04 mL sel darah merah bila diberikan sebagai injeksi berulang.
Perempuan Rh negatif paramenopause tidak boleh mendapat komponen darah
Rh-positif kecuali bila diberikan imunoglobulin yang jumlah cukup untuk
mencegah imunisasi primer; bila tidak kehamilan berikutnnya dengan anak
Rh-positif hampir selalu mencetuskan respon imun sekunder yang
menyebabkan HDN.
Antigen Rh C, c, E, dan e jauh kurang imunogenik (kurang dari 2
persen dari resipien yang rentan), dan melakukan percocokaan resipien
transfusi untuk antigen ini tidaklah praktis. Tentu saja pasien yang pernah
tersensitisasi harus diberi darah yang tidak mengandung antigen spesifik
sesuai. sekitar 20 persen donor tidak memiliki antigen c sehingga cocok
dengan resipien yang plasmanya mengandung anti-c. Namun, hanya 2 %
donor yang tidak memiliki antigen e, sehingga pasien yang telah membentuk
anti-e sulit dicarikan donor yang cocok. Bank darah sering memiliki daftar
terkomputerisasi fenotif donor untuk keadaan semacam ini, dan darah autolog
tetap merupakan pilihan untuk tindakan bedah elektif [9]
2.8 Seleksi Donor Darah
Donor darah harus memenuhi beberapa kriteria untuk dapat
mendonorkan darahnya, yaitu keadaan umum baik, usia 17-65 tahun, berat
baha 50 kg atau lebih, tidak demam (temperatur oral < 37,5C), frekuensi dan
irama denyut nadi normal, tekanan darah 50-100/90-180 mmHg, dan tidak
ada lesi kulit yang berat. [1]
12
Persyaratan lain adalah menjadi donor terakhir minimal 8 minggu yang
lalu, tidak hamil, tidak menderita simptomatik, pasca pembedahan (6 bulan
setelah operasi besar, luka operasi telah sembuh pada operasi kecil, minimal 3
hari setelah ekstraksi gigi atau pembedahan mulut), tidak ada riwayat kejang,
tidak ada riwayat perdarahan abnormal, tidak menderita penyakit infeksi yang
menular melalui darah. [1]
Calon donor yang baru saja mendapat imunisasi atau vaksinasi dapat
diterima sebagai donor jika tidak ada gejala setelah tindakan tersebut. Calon
donor yang baru bepergian ke daerah endemis dapat diterima menjadi donor 6
bulan setelah kembali dan terbukti tidak menunjukkan gejala dan tidak
minum obat antimalarial. [1]
13
Hemaferesis adalah istilah umum yang merujuk kepada
pengambilan whole blood dari seorang donor atau pasien, pemisahan
menjadi komponen-komponen darah, penyimpanan komponen yang
diinginkan dan pengambilan elemen yang tersisa ke donor atau pasien. [1]
B. Plasmaferesis
Plasmaferesis adalah prosedur di mana sejumlah unit darah dari
donor diambil untuk mendapatkan plasmanya, diikuti dengan
penginfusan kembali sel-sel darah merah donor. Teknik di dilakukan
untuk mendapatkan plasma atau fresh frozen plasma. Plasma yang
didapatkan juga dapat difraksinasi menjadi produk seperti albumin
serum dan gama globulin. Plasmaferesis biasanya dilakukan
menggunakan multibag system, namun dapat juga menggunakan
separasi darah sentrifugal. [1]
C. Sitaferesis
Sejumlah besar trombosit atau leukosit dapat dikoleksi dari donor
tunggal menggunakan sentrifugasi aliran intermiten atau kontinyu. [1]
D. Plateleferesis/trombaferesis
Plateleferesis adalah prosedur dimana trombosit dipisahkan secara
sentrifugal dari whole blood. [1]
E. Leukaferesis/granulositaferesis
Prosedur ini mengambil granulosit dan kemudian mengembalikan
darah sisanya ke donor. [1]
F. Transfusi autologous
Transfusi autologus adalah transfusi darah atau produk darah yang
berasal dari darah resipien sendiri. Prosedur ini sering dilakukan setelah
diketahui adanya risiko penularan penyakit, terutama infeksi HIV,
melalui transfusi darah. [1]
14
Uji cocok silang secara umum terdiri dari serangkaian prosedur yang
dilakukan sebelum transfusi untuk memastikan seleksi darah yang tepat
untuk seorang pasien dan untuk mendeteksi antibody ireguler dalam serum
resipien yang akan mengurangi atau mempengaruhi ketahanan hidup dari
sel darah donor setelah transfusi. [1]
Terdapat 2 jenis uji cocok-silang, mayor yaitu menguji reaksi antara sel
darah merah donor dengan serum resipien, dan minor yaitu menguji reaksi
antara serum donor dengan sel darah resipien. [1]
15
transfusi, biasanya terhadap sistem Rh, Kell (K), lalu Duffy (Fy),
dan Kid (Jk).
Aloantibodi bereaksi terhadap antigen leukosit, terdapat pada
resipien yang ditransfusi 2 lekosit dan trombosit, umumnya mereka
ini wanita multipara dengan multi transfusi.
Aloantibodi terhadap protein plasma., misalnya reaksi anafilaksis
disebabkan karena adanya anti IgA antibodi.
Reaksi transfusi hemolitik : segera, tertunda (delayed)
Berkembangnya antibodi yang dapat bereaksi dengan antigen
eritrosit menyebabkan perusakan eritrosit, biasanya eritrosit donor.
Klinis dapat berat, mengancam kehidupan atau ringan saja.
Hemolisis segera terjadi di dalam sirkulasi, yang lambat terjadi di
sistem retikuloendotelial. Umumnya terjadi karena kesalahan
pencataan adan ABO mismatching. Dapat juga hemolisis terjadi
pada darah resipien, bila plasma yang ditransfusikan mengandung
antibodi.
Reaksi transfusi hemolitik segera. Gejala dan keluhan transfusi
hemolitik segera, terjadi segera sesudah darah yang tidak cocok
dilakukan. Klinis kebanyakan berupa timbulnya panas, dapat dengan
menggigil. Dapat juga dengan cemas, nyeri dada atau punggung,
sesak napas, takikardia dan hipotensi. Keadaan mengancam
kehidupan pada adanya gagal ginjal akut, syok, dan koagulasi
intravaskular. Reaksi hemolisis segera ini terjadi pada 600.000
transfusi eritrosit, kematian meningkat hingga 44% bila darah
transfusi meningkat mencapai 1 L.
Reaksi transfusi hemolitik tertunda. Biasanya lebih ringan dari yang
segera dan terjadinya perusakan eritrosit terutama ekstravaskular.
Reaksi ini umumnya bersifat sekunder, terjadi sesudah kemasukan
antigen eritrosit, respons terbentuknya antibodi lambat, puncak
reaksi tercapainya juga lambat.
Reaksi febris transfusi
Terjadi pada 0,5-3% pasien yang diberikan transfusi, umumnya pada
yang sudah dengan multipel transfusi. Gambaran khas berupa
16
menggigil lalu diikuti panas, terjadi umumnya dalam waktu
beberapa jam sesudah transfusi. Pening, mual muntah dapat terjadi.
Kadang reaksinya dapat berat, termasuk dengan keluhan pulmonal,
tapi umumnya reaksi ini ringan. Reaksi ini disebabkan oleh
aloimunisasi terhadap antigen leukosit dan trombosit. Sebab lain
yaitu transfusi sitokin, yang berkembang di dalam trombosit asal
darah segar (whole blood) yang disimpan pada suhu kamar.
Kemungkinan adanya kontaminasi bakteri pada reaksi ini harus
dipertimbangkan.
Kerusakan paru akut karena transfusi
Umumnya berupa “respiratory distress” berat yang tiba-tiba,
disebabkan oleh sindrom edema pulmonanl non kardiogenik, mirip
“adult respiratory distress syndrome”. Menggigil, panas, nyeri dada,
hipotensi dan sianosis, sebagaimana umumnya edema paru, mungkin
ada. Radiologis nampak edema paru. Reaksi dapat terjadi dalam
beberapa jam selama transfusi. Pada walnya mungkin berat,
umumnya akan mereda dalam 48-96 jam dengan bantuan
pernapasan, tanpa gejala sisa. Ini disebabkan transfusi antibodi di
dalam plasma donor, yang bereaksi dengan granulosit resipien.
Diduga aglutinasi granulosit dan aktivasi komplemen terjadi dalam
jaringan vaskuler paru, menyebabkan endotel kapiler rusak sehingga
terjadi kebocoran cairan kedalam alveoli.
Reaksi transfusi alergi
Reaksi alerdi pada donor sering terjadi dengan angka kejadian
sekitar 1-3%, mungkin lebih tinggi lagi karena tak dilaporkan.
Gambaran berupa urtikaria, ‘skin rashes’, spasme bronkus, angio
edema sampai renjatan anafilaksis. Semua reaksi alergi ini
dipikirkan diperantarai oleh IgE resipien terhadap protein atau bahan
terlarut di dalam plasma donor, interaksi antara antigen dengan IgE
merangsang dikeluarkan antihistamin dari sel mast dan basofil.
Purpura pasca transfusi
Ini merupakan pengembangan trombositopeni yang mengancam
kehidupan, terjadi pada hari ke 5-10 sesudah transfusi. Ini
17
disebabkan oleh berkembangnya aloantibodi yang ditujukan kepada
antigen khusus trombosit. Kebanyakan pasien didahului oleh
kehamilan atau transfusi.
Pengaruh imunosupresi
Transfusi darah agenik tidak hanya berarti memberikan eritrosit, tapi
juga sejumah efektr se imun, produk sitokin, dan berbagai bahan,
yang dapat dikenali sistem kekebalan resipien sebagai antigen asing.
Substansi yang memodulasi sistem kekebalan host oleh bahan yang
ditransfusikan, meningkatkan kemungkinan sindrom klinis yang
umumnya dikenali dengan transfusion related immunodulation
Penyakit graft versus host
Semua sel darah mengandung ‘immunocompetent T lymphocyte’,
bila ditransfusikan ke resipien yang imunokompoten, maka sel
limfosit ini T ni akan memperbanyak diri, dan menyebabkan reaksi
penolakan donor transplan (reaksi penolakan). Reaksi penolakan
biasanya berupa panas, diikuti ‘rash’ kulit berupa eritema,
makulopapula mulai dari sentral ke tepi. Gangguan faal hati, nausea,
diare berdara. Leukopeni diikuti pansitopeni karena kegagalan
sumsum tulang. Umumnya terjadi reaksi penolakan pada 2-3 minggu
semenjak adanya keluhan yang pertama. Diagnosis berdasarkan
gambaran klinis, ditegakkan dengan biopsi hati.
Komplikasi Non Imunologi
Kelebihan (overload) volum
Transfusi eritrosit atau plasma dapat menyebabkan kelebihan cairan
di dalam sirkulasi. Pada anemia berat terjadi ekspansi volume
sehingga volum cairan normal, maka pada anemia dengan gagal
jantung, transfusi harus hati-hati karena dapat menyebabkan edema
paru yang fatal. Pada orang tua transfusi diberikan dengan ritme 2
ml darah/kg berat badan/jam
Transfusi masif : metabolik, hipotermi, pengenceran,
mikroembolisasi paru
Pengaruh metabolik, komposisi drah yang disimpan lain dengan
darah didalam sirkulasi, bila sejumlah besar darah simpanan
diberikan dengan cepat maka ion K menyebabkan risiko pada pasien
18
dengan gagal ginjal, syok dengan asidosis, atau pada hemolisis.
Adanya sitrat sebagai antikoagulan dapat menyebabkan
hipokalsemia
Lainnya : plasticizer, hemosiderosis transfusi
Infeksi : hepatitis A,B,C, delta dan lainnya; Virus sitomegalo; virus
Epstein Barr; Kontaminasi bakteri; sifilis; Parasit malaria,
babesiosis, tripanosoma; organisme lain [1]
19