Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

PATOLOGI REPRODUKSI

Makalah

GONORHOE

Di susun Oleh :

YUANITA HAMDANI NIM. 2281A0719


LUCIA INDRA DEWI NIM. 2281A0721
LINDA PRADANA NIM. 2281A0722
SEPTIANA KHAIRUNNISA NIM. 2281A0723
CHRISNAWATI DHARA AYURIANI NIM. 2281A0724
RATTYH MAYANG SARY NIM. 2281A0728
ALSONA ZENYFER ERWATI NIM. 2281A0729
YULIANA KATODA NIM. 2281A0730
WANTI YULIDA NIM. 2281A0731
FITRIYANI PATTA NIM. 2281A0732

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit menular seksual (PMS) dimaksudkan sebagai penyakit yang ditularkan
secara langsung dari seseorang ke orang lain melalui kontak seks. Namun
penyakit gonorhoe ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang
dekat. Kuman  patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan,
transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.
Penyakit menular seksual juga disebut penyakit venereal merupakan penyakit
yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan
penyembuhan cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal
terhadap obat-obatan dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak
perjalanan yang dilakukan orang-orang melalui transportasi udara.
Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan
keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.  Salah satu di antara
PMS ini adalah penyakit gonorjoe yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae
yang menginfeksi selaput lendir saluran kencing,  leher rahim, dubur dan tenggorokan
atau selaput lender. Nama awam penyakit kelamin ini adalah “kencing nanah”. Masa
inkubasi 3-5 hari.
Gonorhoe adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan
tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva). Gonorhoe bisa menyebar melalui
aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita,
gonorhoe bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul
sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi gonorhoe?
2. Bagaimana etiologi dari gonorhoe?
3. Bagaimana patofisiologi dari gonorhoe?
4. Apa komplikasi dari gonorhoe?
5. Bagaimana cara pengobatan gonorhoe?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari gonorhoe.
2. Untuk mengetahui etiologi dari gonorhoe.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari gonorhoe.
4. Untuk mengetahui komplikasi dari gonorhoe.
5. Untuk mengetahui cara pengobatan dari gonorhoe.

1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini adalah untuk membantu mahasiswa agar mengerti apa itu
penyakit gonorhoea atau penyakit menular seks yang disebkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae. Dengan demikian supaya mahasiswa lebih hati-hati dalam bergaul karena
penyakit tersebut menular melalui ciuman dan kontak seks.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Gonorhoe adalah semacam penyakit kelamin yang berjangkit pada laki-laki atau
wanita yang sering kali melakukan hubungan kelamin dan berganti pasangan. Umumnya
hubungan kelamin atau hubungan seksual itu aman, yang tidak aman adalah hubungan
seksual yang delakukan dengan pasangan yang tidak sah yang dapat menyebarkan bibit
menular. Gonore (GO) adalah penyakit menular seksual (PMS) yang bersifat akut
disebabkan oleh kuman yang bernama Neisseria Gonorrhoaea suatu gram negative,
berbentuk biji kopi, letaknya intra atau ekstra seluler yang menginfeksi lapisan dalam
uretra, leher rahim, rektum (usus bagian bawah), tenggorokan maupun bagian putih mata
(Gonorhoaea Conjugtiva). Gonorhoe bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh
lainya terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonorhoe bisa naik ke saluran kelamin
dan menginfeksi selaput didalam panggul sehingga menimbulkan nyeri panggul dan
gangguan reproduksi.
Penyakit ini konon merupakan penyakit yang dibuat-buat oleh manusia yang tidak
baik, sehingga Tuhan pun memberi ganjaran setimpal kepada yang bersangkutan atau
kepada yang bersangkutan atau kepada orang yang melakukan perbuatan tercela itu.
Sedangkan hubungan seksual yang dilakukan dengan pasangan resmi melalui akad nikah,
biasanya segala kemungkinan perbuatan buruk berupa dihinggapi penyakit itu akan
terhindari. Penyakit gonorhoe merupakan hukuman kepada makhluk-Nya yang suka
melanggar aturan, sedangkan pada pasangan yang melakukan hubungan kelamin melalui
akad nikah biasanya jarang dijangkiti oleh penyakit berbahaya ini.

4
Ia merupakan penyakit menular seksual yang ditularkan melalui kontak seksual,
biasanya hibingan intim antara orang yang tidak diikat oleh tali perkawinan yang sah.
Karena itu penyakit kelamin ini dapat dianggap sebagai penyakit yang hanya berjangkit
pada pasangan yang suka berganti-ganti. Pada pasangan yang diikat oleh tali perkawinan
yang sah umumnya jarang terdapat penyakit yang menakutkan ini.
Selama beberapa abad bermacam nama telah digunakan untuk mendeskripsikan
infeksi yang disebabkan oleh N gonorrhoeae ini diantaranya; ‘strangury’ yang digunakan
oleh Hipocrates. Penamaan gonore sendiri diberikan oleh Galen (130 SM) untuk
menggambarkan eksudat uretra yang sifatnya seperti aliran air mata (flow of seed) dan M.
Neisser dikenalkan oleh Albert Neisser yang menemukan mikroorganisme tersebut pada
tahun 1879 dari pewarnaan apusan yang diambil dari vagina, uretra dan eksudat
konjungtiva.

2.2 Etiologi

Gonorhoe adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis
diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan
terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini
bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam
pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan
mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat
hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37° dan pH 7,2-
7,6 untuk pertumbuhan yang optimal.
Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan
4 tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat

5
pada permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili
akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.

2.3 Manifestasi Klinis


Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.
Masa tunas penyakit berkisar antara 2-5 hari (1-14 hari). Gejalanya berawal sebagai rasa
tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih
dan keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk
berkemih, bisa juga sakit waktu kencing. Yang semakin memburuk ketika penyakit ini
menyebar ke uretra bagian atas (orifisum uretra yang oedem dan eritematus), secret uretra
yang purulen serta lubang penis tampak merah dan membengkak.
Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.
Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan,
dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular.
Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Gonorhoe pada wanita sering mengenai
serviks sehingga terjadi servistis dengan gejala keputihan. Bila terjadi uretritis memberikan
disuri yang ringan. Mungkin juga disertai keradangan kandung kemih dengan gejala
polakisuri, nyeri perut bagian bawah dan terminal hematuri. Tetapi beberapa penderita
menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih,
keluarnya cairan dari vagina dan demam. Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim,
saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau
nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah yang keluar bisa berasal dari leher
rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus
(lubang dubur) bisa menderita gonorhoe pada rektumnya. Penderita merasakan tidak
nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus
tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding
rektum penderita. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang
penderita gonorhoe bisa menyebabakn gonorhoe pada tenggorokan (faringitis gonokokal).
Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri
tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa
terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonorhoe).

6
Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonorhoe dari ibunya selama proses persalinan,
sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar
nanah. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang
terkena. Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan.
2.4 Patofisiologi
Neisseria Gonorrhoaea adalah bakteri gram-negatif yang ditularkan melalui
hamper semua kontak seksual. Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks,
saluran anus, konjungtiva, dan faring. Infeksi dapat meluas melibatkan prostat, vas
deferens, vesikula seminalis, epididimis, serta testis pada pria; dan kelenjar Skene,
Bartholini, endometrium, arthritis, endokarditis, mioperikarditis, meningitis, dan hepatitis.
Pada pria akan timbul gejala dan tanda uretritis dalam waktu 2-5hari sampai 1
bulan setelah inokulasi. Tanda pertama adalah secret uretra yang purulen berwarna kuning
atau kuning kehijauan. Pada pria yang tidak disirkumsisi (khitan) dapat terjadi
balanopostitis sehingga timbul sekret dari bawah prepusium. Komplikasi balanopostitis
adalah fimosis akibat peradangan dan edema pada glans. Kurang dari 5% pria dengan
uretritis gonokok yang tidak berkomplikasi menjadi asimtomatik. Jika tidak diobari, dalam
waktu 10 sampai 14 hari, infeksi akan naik dari uretra anterior ke uretra posterior. Disuria
menjadi bertambah berat akan terjadi malaise, sakit kepala, serta limfadenopati regional.
Infeksi yang terus berlanjut menyebabkan prostatitis, epididimitis, dan sistitis.
Masa inkubasi pada wanita sedikitnya 2 minggu. Tempat primer dan infeksi adalah
endoserviks, dengan infeksi retra pada 70-90% kasus. Uretritis primer tanpa melibatkan
serviks jarang terjadi pada wanita, tetapi dapat terjadi pada mereka yang telah menjalani
histerektomi total. Lebih dari separuh wanita yang terinfeksi dengan gonorhoe tidak
mempunyai gejala, atau kalaupun ada hanya gejala ringan yang sering kali diabaikan.,
seperti sekret vagina, disuria, sering berkemih, sakit punggung belakang, serta nyeri
abdomen dan panggul. Pada pemeriksaan, serviks tampak bengkak dan rapuh, sering
disertai sekret purulen dan mukopurulen. Kelenjar Bartholoni mungkin terkena dampaknya
sehingga dapat terbentuk abses. Mukosa rektum dapat terinfeksi pada pria dan wanita
sebagai akibat otoinokulasi atau hubungan seksual melui anus. Infeksi pada faring adalah
akibat kontak seksual urogenital. Kunjungtivitas gonokok terjadi melalui kontaminasi
langsung pada mata melalui jari atau handuk. Neonetus mendapat konjungtivitas gonokok
pada persalinan saat melalui jalan lahir yang terinfeksi.

7
2.5 Komplikasi
Dapat timbul komplikasi berupa bartolitis, yaitu membengkaknya kelenjar
Bartholin sehingga penderita sukar jalan karena nyeri. Komplikasi dapat ke atas
menyebabkan kemandulan, bila ke rongga perut menyebabkan radang di perut dan usus.
Selain itu baik pada wanita atau pria dapat terjadi infeksi sistemik (seluruh tubuh) ke sendi,
jantung, selaput otak dan lain-lain. Pada ibu hamil, bila tidak diobati, saat melahirkan mata
bayi dapat terinfeksi, bila tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan.
Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah atau beberapa sendi, dimana sendi
menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas. Infeksi
melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah berisi nanah di
kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu
sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis). Bisa terjadi infeksi jantung
(endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang
menyerupai kelainan kandung empedu.

2.6 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap
nanah dimana ditemukan bakteri penyebab gonorhoe. Jika pada pemeriksaan
mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Jika
diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan
dibuat biakan. Diagnosa pada GO biasanya meliputi :

1) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan isiko penyebran infeksi dan


infeksi berulang

2) Resiko tinggi keorgan genitalian lain b/d respond penyebaran infeksi


gonorhoe

3) Ketidakpatuhan terhadap program terapi b/d misinterpretasi pengetahuan

2.7 Pengobatan

1. Medikamentosa
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler
(melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1

8
minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran
darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik
intravena (melalui pembuluh darah, infus).
1) Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin,
banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan
tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
2) Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid peroral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang
memadai.
3) Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita
yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
4) Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus.
Pada dasarnya pengobatan uretritisbaru diberikan setelah diagnosaditegakkan.
Fasilitas untuk menegakkandiagnosis penyebab uretritis secara pasti pada suatu daerah
kadang-kadang belumtersedia, sehingga diagnosis dengan mengandalkan tanda-tanda
klinis ataudengan pendekatan sindrom masih dipandang sangat efektif. Obat-obat yang
digunakan sebagai terapi uretritis tergantung beberapa faktor :
a. Pola resistensi menurut area geografi maupun sub populasi
b. Obat-obatan yang tersedia
c. Efektivitas yang dikaitkan dengan harga obat
d. Bila kemungkinan ada concomitant
Terapi uretritis gonore tanpa komplikasi :
a. Golongan Cephalosporin : Cefixime 400 mg /oral, Ceftriaxone 250 mg/IM
b. Golongan Quinolone : Ofloxacin 400 mg /oral, Ciprofloxacin 500 mg /oral
c. Spectinomycin : 2 gram/IM
d. Kanamycin : 2 gram/IM
Semua diberikan dalam dosis tunggal untuk Ciprofloxacin CDC menganjurkan untuk
tidak diberikan pada area geografi tertentu karena sudah resisten seperti Inggris,
Wales, Kanada sedangkan Asia, Kepulauan Pasifik, California dilaporkan masih peka
dan sensitif.
Terapi uretritis gonore dengan komplikasi :
a. Ciprofloxacin : 500 mg po /hari selama 5 hari
b. Ofloxacin : 400 mg po /hari selama 5 hari

9
c. Ceftriaxone : 250 mg IM /hari selama 3 hari
d. Spectinomycin : 2 gram IM /hari selama 3 hari
e. Kanamycin : 2 gram IM /hari selama 3 hari

EDUKASI
Penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat berpengaruh pada keberhasilan
pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular kembali dan dapat terjadi
komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas. Tidak ada cara pencegahan terbaik
kecuali menghindari kontak seksual dengan pasangan yang beresiko. Penggunaan
kondom masih dianggap yang terbaik. Pendidikan moral, agama dan seks perlu
diperhatikan
2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
1) Bahaya penyakit menular seksual
2) Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
4) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat dihindari.
5) Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
2.8 Patogenesis
Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis dari
mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam sel
host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme
perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam
patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin merupakan alasan
mengapa gonokokkus yang tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia.
Antibodi antipili memblok adhesi epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit.
Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan
ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan
endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini,
konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas
terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.

10
Seiring dengan organ reproduksi laki-laki dan perempuan kelamin, anus,
tenggorokan, mata, darah, kulit dan sendi juga dapat dipengaruhi. Setelah melalui tes
gonore, orang dapat pergi untuk perawatan yang diperlukan seperti yang ditentukan oleh
dokter. Pada tahap awal atau periode, satu dosis antibiotik dianjurkan. Hal ini sangat
mungkin untuk memiliki klamidia (STI lain) bersama dengan gonore. Bahkan, sangat
umum bagi seseorang untuk memiliki kedua infeksi. Untuk menghindari infeksi ulang
dianjurkan bahwa pasangan seksual yang terlibat juga harus menjalani perawatan. Hal ini
juga penting untuk tidak menikmati hubungan seks vaginal, oral atau anal seks sampai
perawatan selesai dan infeksi sembuh dari akarnya.

Jika tidak ada tanda-tanda penyembuhan bahkan setelah pengobatan dimulai, infeksi
gonore lain mungkin telah mempengaruhi tubuh, atau pengobatan mungkin telah gagal.
Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa bakteri gonorrhea menjadi resisten terhadap
antibiotik, dan sebagai akibat antibiotik yang diresepkan tidak lagi dapat membunuh
bakteri. Dalam situasi demikian sangat disarankan untuk pergi dalam tes kencing nanah
lagi dan mulai beberapa antibiotik lainnya. Setelah perawatan selesai, infeksi gonore tidak
akan kembali kecuali infeksi baru diangkat. Tetapi harus diingat bahwa pengobatan yang
tepat jika tidak diikuti, gonore dapat menyebar melalui berbagai cara seperti melalui aliran
darah ke bagian lain dari tubuh dan menyebabkan kerusakan serius dan masalah.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gonorhoe (GO) adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh
kuman yang bernama Neisseria Gonorhoe yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher
rahim, rektum (usus bagian bawah), tenggorokan maupun bagian putih mata
(Gonorhoaea Conjugtiva). Gonorhoe bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh
lainya terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin
dan menginfeksi selaput didalam panggul sehingga menimbulkan nyeri panggul dan
gangguan reproduksi.
Uretritis gonore (gonorrheae) merupakan penyakit hubungan seksual yang
disebabkan oleh kuman Neiserria gonorrheae yang menyerang uretra pada laki-laki dan
endocervix pada wanita, paling sering ditemukan dan mempunyai insiden yang cukup
tinggi. WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan setiap
tahun di seluruh dunia. Di Amerika Serikat diperkirakan dijumpai 600.000 kasus baru
setiap tahunnya. Neiserria gonorrheae merupakan kuman kokus gram negatif, berukuran
0,61,5µm, berbentuk diplokokus seperti biji kopi dengan sisi yang datar berhadap hadapan.
Kuman ini tidak motil dan tidak membentuk spora. Masa tunas gonore sangat
singkat, pada waktu masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumnya bersifat
asimtomatis. Umumnya penyulit akan timbul jika uretritis tidak cepat diobati atau
mendapat pengobatan yang kurang adekuat. Di samping penyulit, uretritis gonore pada
umumnya bersifat lokal sehingga penjalarannya sangat erat dengan susunan anatomi dan
faal alat kelamin. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium. Diagnosis pada laki-laki jauh lebih mudah daripada wanita, baik secara
klinis maupun laboratorium, karena pada wanita seringkali asimtomatis. Pada dasarnya
pengobatan uretritis baru diberikan setelah diagnosis ditegakkan. Antibiotik canggih dan
mahal tanpa didasari diagnosis, dosis dan cara pemakaian yang tepat tidak akan menjamin
kesembuhan dan bahkan dapat memberi dampak berbahaya dalam penggunaannya,
misalnya resistensi kuman penyebab.
Pengobatan yang benar meliputi :
pemilihan obat yang tepat serta dosis yang adekuat untuk menghindari resistensi kuman.
Melakukan tindak lanjut secara teratur sampai penyakitnya dinyatakan sembuh. Sebelum

12
penyakitnya benar-benar sembuh dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual.
Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati agar tidak terjadi fenomena ping pong.

3.2 Saran
Saran dari kelompok kami semoga dari pembuatan makalah ini banyak membantu
dalam pencegahan maupun dalam pengobatan . meskipun kami ketahui makalah yang
kami susun ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya mohon saran dan kritik
yang membangun demi tercapainya pembuatan makalah berikutnya agar lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn E, Moorhouse mary F, Geissler Alice C. 1999. Rencana Asuhan


Keperawatan. Edisi ke tiga, Penerbit Buku Kedokteran.
Saydam G. Syafni. 2012. Waspadai Penyakit Reproduksi Anda. Bandung: Pustaka Reka
Cipta
Barkabah Jusuf, Lumintang Hans, Murtiatutik Dwi. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi
BAG/SMF Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Edisi III. Surabaya
Muttaqin Arif, Sari Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan. Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika
Ernawati. URETRITIS GONORE. elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol%20Edisi
%20Khusus%20Desember%202010/URETRITIS%20GONORE.pdf. 02 Februari 2015

14

Anda mungkin juga menyukai