GONORRHEA
OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu kulit
dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu kulit
dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
`Gonorrhoeae adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya
keluar cairan putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra
eksternum) sesudah melakukan hubungan kelamin (Siregar, 2004).
Gonorrhoeae adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, sebuah Diplococcus gram ngatif yang reservoirnya adalah
manusia. infeksi ini hampir selalu dikontrak selama aktifitas seksual
(Freedberg, 2003).
Menurut kamus saku dorlan gonorrhoeae adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrheae yang sebagian besar
kasus ditularkan melalui hubungan seksual (Dorland, 1998).
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit gonorrhoeae adalah Gonokokus yang ditemukan
oleh Neissr pada tahun 1879, dan kemudian baru ditemukan pada tahun
1982. Setelah ditemukan kemudian kuman tersebut dimasukan dalam grup
Neisseria dan pada grup ini dikenal 4 spesies dan diantaranya adalah N.
gonorrhoeae, N. meningitidis dimana kedua spesies ini bersifat patogen.
Kemudian 2 spesies lainnya yang bersifat komensel diantaranya adalah N.
catarrhalis dan N. pharyngis sicca. Keempat spesies dari grup neisseria ini
sukar untuk dibedakan kecuai dengan menggunakan tes fermentasi.
Gonokokus termasuk golongan bakteri diplokok berbentuk seperti biji kopi
yang bersifat tahan terhadap asam dan mempunyai ukuran lebar 0,8µ dan
mempunyai panjang 1,6µ. Dalam sediaan langsung yang diwarnai dengan
pewarnaan gram, kuman tersebut bersifat gram negatif, tampak diluar dan
didalam leukosit, kuman ini tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering, tidak tahan terhadap suhu diatas 39oc, dan kuman ini
tidak tahan terhadap zat desinfektan (Djuanda, 2008); (Barakbah, 2005);
(wolff, 2005).
C. EPIDEMIOLOGI
Insidensi tertinggi terjadi di negara berkembang. Prevalensi
disseminated gonococcal infection (DGI) pada wanita hamil: 10% di Afrika,
5% di Amerika Latin, 4% di Asia.10 Insiden gonorrhoeae di Amerika Serikat
meningkat secara dramatis pada tahun 1960 dan awal 1970 mencapai lebih
dari 1 juta kasus dilaporkan setiap tahun. Diperkirakan bahwa kurang dari
sepertiga dari kasus baru dilaporkan. Pada tahun 1980, terjadi penurunan
lambat dalam kasus yang dilaporkan kepada sekitar 700.000 per tahun.
Penurunan bertahap terus dengan kurang dari 400.000 kasus gonorrhoeae
dilaporkan pada tahun 2000. Tren penurunan infeksi melambat, tapi terus
berlanjut sampai 1997 (Freedberg, 2003); (wolff, 2005).
D. PATOGENESIS
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran
genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut
yang mengarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis
dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna
kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada
pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi
di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi
cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan
salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba (Daili, 2009).
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi
kulit (terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada
tangan, lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya
terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. (Daili, 2009).
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap
serum tetapi relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya,
gonococci yang masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi
yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap
penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang
memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya (Daili,
2009).
E. PATOFISIOLOGI
Infeksi dimulai dengan adhesi pada sel mukosa ( urethra, vagina,
rectum, tenggorokan) kemudian penetrasi ke submukosa dan menyebar baik secara
langsung maupun hematogen (Daili, 2009).
1. Langsung
Pada pria menyebabkan prostatitis dan epididymitis, sedangkan pada
wanita langsung menyebar ke kelenjar Bartholin, paraserviks, tuba falopii, dst
(Daili, 2009).
2. Hematogen
Hanya 1% kasus, kebanyakan dari asymptomatic infection pada wanita.
Inidisebabkan adanya kelainan pertahanan tubuh, misalnya. Defisiensi
C6-9 atau bakteri yang kebal terhadap antibodi dan komplemen, bakteri
dengan protein porin A pada dinding sel kemudian menginaktivasi C3b.
Manifestasi berupa arthritis, lesikulit, dan tenosynovitis (Daili, 2009).
H. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis dilakukan dengan cara yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Daili, 2009).
1. Anamnesis
Pertanyaan yang diajukan kepada pasien dengan dugaan IMS
gonorrhoeae meliputi:
a. Keluhan dan riwayat penyakit saat ini.
b. Keadaan umum yang dirasakan.
c. Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik
dengan penekanan pada antibiotik.
d. Riwayat seksual yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar
pernikahan, berganti-ganti pasangan, kontak seksual dengan
pasangan setelah mengalami gejala penyakit, frekuensi dan jenis
kontak seksual, cara melakukan kontak seksual, dan apakah
pasangan juga mengalami keluhan atau gejala yang sama.
e. Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan IMS atau
penyakit di daerah genital lain.
f. Riwayat penyakit berat lainnya.
g. Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu kepada
bayinya.
h. Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS,
misalnya erupsi kulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri
perut bawah, gangguan haid, kehamilan dan hasilnya.
i. Riwayat alergi obat.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus
memperhatikan hal penting seperti kerahasiaan pribadi pasien. Pada
pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Mula-mula inspeksi
daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit
di atasnya. Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit
sekitarnya, adanya pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya.
Lakukan inspeksi skrotum, apakah asimetris, eritema, lesi superfisial
dan palpasi isi skrotum dengan hati-hati. Perhatikan keadaan penis
mulai dari dasar hingga ujung. Inspeksi daerah perineum dan anus
dengan posisi pasien sebaiknya bertumpu pada siku dan lutut (Daili,
2009).
Pada pasien wanita, pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai keadaan di
dalam vagina, gunakan spekulum dengan informed consent kepada
pasien terlebih dahulu. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai
ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta
deteksi kelainan pada adneksa (Daili, 2009).
3. Pemeriksaan penunjang
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan
dengan menggunakan lidi kapas yang dimasukkan ke dalam uretra.
Sedangkan pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan
dengan spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan
kemudian dioleskan ke kaca objek bersih (Daili, 2009).
I. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa (Wilson, 2009)
a. Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan
tentang:
1) Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya
2) Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya.
4) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai
kondom jika tidak dapat dihindarkan
5) Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang
b. Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.
2. Medikamentosa (Wilson, 2009)
a. Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap
penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi
penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan.
b. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit
ditambah 1 gr probonesid per-oral sebelum penyuntikan penicillin
merupakan pengobatan yang memadai.
c. Spectinomycin berguna untuk penderita yang alergi penisilin,
penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang juga tersangka
menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis . Dosis:
2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
d. Kanamisin baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan
pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. Dosis : 2 gr IM
3. Tindak lanjut
Kontrol dilakukan pada hari ke-7 untuk diperiksa klinis maupun
laboratoris.
4. Kriteria kesembuhan
Penderita urethritis gonorrhoeae dinyatakan sembuh bila setelah
7 hari sesudah pengobatan tanpa hubungan seksual penderita secara
klinis maupun lab. dinyatakan baik. Bila dalam waktu kurang dari 7
hari, disertai hubungan seksual dan ternyata dalam pemeriksaan klinis
dan laboratoris masih positif, penderita dinyatakan reinfeksi.
Sedangkan bila diluar kriteria tersebut diatas dianggap relaps.
J. PROGNOSIS
Infeksi gonorrhoeae yang belum menyebar melalui aliran darah ke
daerah lain hampir selalu dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Gonorrhoeae yang telah menyebar merupakan infeksi yang lebih serius tapi
hampir selalu dapat membaik dengan pengobatan.
BAB III
KESIMPULAN
Barakbah, J. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
th
Daili, S.F., 2009. Gonore. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4 ed.
Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 65-76.
Djuanda, Adhi, Mochtar, Aisah, Siti. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Kelima. Jakarta : FKUI
Marcus, Ulrich. 2010. Reported Incidence Of Gonorrhoea And Syphilis In East And
West Germany.
Wolff K, Richard AJ, Dick S. 2005. fitzpatrick's color atlas and synopsis of clinical
dermatology. English: McGraw-Hill Professional.