Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Januari 2019

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

GONORRHEA

OLEH :

SITTI JAI FITRI DEWI JALIAS 162 2017 2015

AKSANI TAQWIM 162 2017 2014

PEMBIMBING : dr. Lisa Yuniati, M. Kes, Sp. KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Sitti Jai Fitri Dewi Jalias
NIM : 162 2017 2015
Judul Referat : Gonorrhea

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu kulit
dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Januari 2019


Mengetahui,
Supervisor

dr. Lisa Yuniati, M. Kes, Sp. KK


LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Aksani Taqwim
NIM : 162 2017 2014
Judul Referat : Gonorrhea

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu kulit
dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Januari 2019


Mengetahui,
Supervisor

dr. Lisa Yuniati, M. Kes, Sp. KK


BAB I

PENDAHULUAN

Gonorrhoeae adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya


keluar cairan putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra
eksternum) sesudah melakukan hubungan kelamin. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Insidensi tertinggi terjadinya
penyakit ini adalah di negara berkembang.
Gonorrhoeae Biasanya ditandai dengan uretritis purulen kelamin
dan disuria. Infeksi juga bisa tanpa gejala, terutama pada wanita. Penderita
Pembawa asimtomatik lebih mungkin menularkan penyakit dibandingkan
orang dengan infeksi terbuka. Demikian pula, infeksi anorektal dan faring,
yang tidak jarang terjadi pada wanita dan pria yang melakukan hubungan
seksual dengan pria, sering terjadi tanpa gejala akan tetapi tetap merupakan
sumber penularan yang potensial. Kejadian gonorrhoeae diperkirakan
Global adalah sekitar 62 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Komplikasi
yang terjadi pada penyakit gonorrhoeae ini adalah termasuk epididimitis
pada pria dengan risiko berikutnya infertilitas dan kehamilan ektopik.
Dalam sekitar 1% kasus, gonococcus menjadi invasif dan bakteremia
berkembang (Wong, 2011).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
`Gonorrhoeae adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya
keluar cairan putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra
eksternum) sesudah melakukan hubungan kelamin (Siregar, 2004).
Gonorrhoeae adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, sebuah Diplococcus gram ngatif yang reservoirnya adalah
manusia. infeksi ini hampir selalu dikontrak selama aktifitas seksual
(Freedberg, 2003).
Menurut kamus saku dorlan gonorrhoeae adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrheae yang sebagian besar
kasus ditularkan melalui hubungan seksual (Dorland, 1998).

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit gonorrhoeae adalah Gonokokus yang ditemukan
oleh Neissr pada tahun 1879, dan kemudian baru ditemukan pada tahun
1982. Setelah ditemukan kemudian kuman tersebut dimasukan dalam grup
Neisseria dan pada grup ini dikenal 4 spesies dan diantaranya adalah N.
gonorrhoeae, N. meningitidis dimana kedua spesies ini bersifat patogen.
Kemudian 2 spesies lainnya yang bersifat komensel diantaranya adalah N.
catarrhalis dan N. pharyngis sicca. Keempat spesies dari grup neisseria ini
sukar untuk dibedakan kecuai dengan menggunakan tes fermentasi.
Gonokokus termasuk golongan bakteri diplokok berbentuk seperti biji kopi
yang bersifat tahan terhadap asam dan mempunyai ukuran lebar 0,8µ dan
mempunyai panjang 1,6µ. Dalam sediaan langsung yang diwarnai dengan
pewarnaan gram, kuman tersebut bersifat gram negatif, tampak diluar dan
didalam leukosit, kuman ini tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering, tidak tahan terhadap suhu diatas 39oc, dan kuman ini
tidak tahan terhadap zat desinfektan (Djuanda, 2008); (Barakbah, 2005);
(wolff, 2005).

C. EPIDEMIOLOGI
Insidensi tertinggi terjadi di negara berkembang. Prevalensi
disseminated gonococcal infection (DGI) pada wanita hamil: 10% di Afrika,
5% di Amerika Latin, 4% di Asia.10 Insiden gonorrhoeae di Amerika Serikat
meningkat secara dramatis pada tahun 1960 dan awal 1970 mencapai lebih
dari 1 juta kasus dilaporkan setiap tahun. Diperkirakan bahwa kurang dari
sepertiga dari kasus baru dilaporkan. Pada tahun 1980, terjadi penurunan
lambat dalam kasus yang dilaporkan kepada sekitar 700.000 per tahun.
Penurunan bertahap terus dengan kurang dari 400.000 kasus gonorrhoeae
dilaporkan pada tahun 2000. Tren penurunan infeksi melambat, tapi terus
berlanjut sampai 1997 (Freedberg, 2003); (wolff, 2005).

D. PATOGENESIS
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran
genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut
yang mengarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis
dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna
kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada
pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi
di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi
cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan
salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba (Daili, 2009).
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi
kulit (terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada
tangan, lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya
terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. (Daili, 2009).
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap
serum tetapi relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya,
gonococci yang masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi
yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap
penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang
memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya (Daili,
2009).

E. PATOFISIOLOGI
Infeksi dimulai dengan adhesi pada sel mukosa ( urethra, vagina,
rectum, tenggorokan) kemudian penetrasi ke submukosa dan menyebar baik secara
langsung maupun hematogen (Daili, 2009).
1. Langsung
Pada pria menyebabkan prostatitis dan epididymitis, sedangkan pada
wanita langsung menyebar ke kelenjar Bartholin, paraserviks, tuba falopii, dst
(Daili, 2009).
2. Hematogen
Hanya 1% kasus, kebanyakan dari asymptomatic infection pada wanita.
Inidisebabkan adanya kelainan pertahanan tubuh, misalnya. Defisiensi
C6-9 atau bakteri yang kebal terhadap antibodi dan komplemen, bakteri
dengan protein porin A pada dinding sel kemudian menginaktivasi C3b.
Manifestasi berupa arthritis, lesikulit, dan tenosynovitis (Daili, 2009).

F. TANDA DAN GEJALA


Masa tunas gonorrhoeae sangat singkat yaitu sekitar 2 hingga 5 hari
pada pria. Sedangkan pada wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat
adanya kecenderungan untuk bersifat asimptomatis pada wanita (Manuaba,
2008).
Keluhan subjektif yang paling sering timbul adalah rasa gatal,
disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung uretra yang
kadang-kadang dapat disertai darah dan rasa nyeri pada saat ereksi. Pada
pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak kemerahan, edema,
ekstropion dan pasien merasa panas. Pada beberapa kasus didapati pula
pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral maupun bilateral
(Manuaba, 2008).
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari
pria. Pada wanita, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak
pernah didapati kelainan objektif. Adapun gejala yang mungkin dikeluhkan
oleh penderita wanita adalah rasa nyeri pada panggul bawah, dan dapat
ditemukan serviks yang memerah dengan erosi dan sekret mukopurulen
(Manuaba, 2008).

G. MANIFESTASI KLINIS PADA RONGGA MULUT


Manifestasi oral penyakit gonorrhea adalah stomatitis (adanya ulcer
pada faring atau gingiva) yang dikarenakan daerah mulut tidak berkeratin
jadi lebih muda terjadi luka (ulcer), atropi papilla lidah bagian tengah,
terdapat nanah yang keluar dari gingiva dan selain itu juga terjadi atritis
pada sendi rahang.

H. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis dilakukan dengan cara yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Daili, 2009).
1. Anamnesis
Pertanyaan yang diajukan kepada pasien dengan dugaan IMS
gonorrhoeae meliputi:
a. Keluhan dan riwayat penyakit saat ini.
b. Keadaan umum yang dirasakan.
c. Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik
dengan penekanan pada antibiotik.
d. Riwayat seksual yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar
pernikahan, berganti-ganti pasangan, kontak seksual dengan
pasangan setelah mengalami gejala penyakit, frekuensi dan jenis
kontak seksual, cara melakukan kontak seksual, dan apakah
pasangan juga mengalami keluhan atau gejala yang sama.
e. Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan IMS atau
penyakit di daerah genital lain.
f. Riwayat penyakit berat lainnya.
g. Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu kepada
bayinya.
h. Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS,
misalnya erupsi kulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri
perut bawah, gangguan haid, kehamilan dan hasilnya.
i. Riwayat alergi obat.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus
memperhatikan hal penting seperti kerahasiaan pribadi pasien. Pada
pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Mula-mula inspeksi
daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit
di atasnya. Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit
sekitarnya, adanya pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya.
Lakukan inspeksi skrotum, apakah asimetris, eritema, lesi superfisial
dan palpasi isi skrotum dengan hati-hati. Perhatikan keadaan penis
mulai dari dasar hingga ujung. Inspeksi daerah perineum dan anus
dengan posisi pasien sebaiknya bertumpu pada siku dan lutut (Daili,
2009).
Pada pasien wanita, pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai keadaan di
dalam vagina, gunakan spekulum dengan informed consent kepada
pasien terlebih dahulu. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai
ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta
deteksi kelainan pada adneksa (Daili, 2009).

3. Pemeriksaan penunjang
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan
dengan menggunakan lidi kapas yang dimasukkan ke dalam uretra.
Sedangkan pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan
dengan spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan
kemudian dioleskan ke kaca objek bersih (Daili, 2009).

I. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa (Wilson, 2009)
a. Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan
tentang:
1) Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya
2) Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya.
4) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai
kondom jika tidak dapat dihindarkan
5) Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang
b. Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.
2. Medikamentosa (Wilson, 2009)
a. Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap
penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi
penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan.
b. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit
ditambah 1 gr probonesid per-oral sebelum penyuntikan penicillin
merupakan pengobatan yang memadai.
c. Spectinomycin berguna untuk penderita yang alergi penisilin,
penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang juga tersangka
menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis . Dosis:
2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
d. Kanamisin baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan
pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. Dosis : 2 gr IM
3. Tindak lanjut
Kontrol dilakukan pada hari ke-7 untuk diperiksa klinis maupun
laboratoris.
4. Kriteria kesembuhan
Penderita urethritis gonorrhoeae dinyatakan sembuh bila setelah
7 hari sesudah pengobatan tanpa hubungan seksual penderita secara
klinis maupun lab. dinyatakan baik. Bila dalam waktu kurang dari 7
hari, disertai hubungan seksual dan ternyata dalam pemeriksaan klinis
dan laboratoris masih positif, penderita dinyatakan reinfeksi.
Sedangkan bila diluar kriteria tersebut diatas dianggap relaps.

J. PROGNOSIS
Infeksi gonorrhoeae yang belum menyebar melalui aliran darah ke
daerah lain hampir selalu dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Gonorrhoeae yang telah menyebar merupakan infeksi yang lebih serius tapi
hampir selalu dapat membaik dengan pengobatan.
BAB III

KESIMPULAN

1. Gonorrhoeae adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya keluar cairan


putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra eksternum) sesudah
melakukan hubungan kelamin.
2. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae, yang
termasuk golongan bakteri diplokok berbentuk seperti biji kopi yang bersifat
tahan terhadap asam dan mempunyai ukuran lebar 0,8µ dan mempunyai
panjang 1,6µ
3. Insidensi tertinggi terjadinya penyakit ini adalah di negara berkembang.
4. Gonorrhoeae Biasanya ditandai dengan uretritis purulen kelamin dan disuria.
Infeksi juga bisa tanpa gejala, terutama pada wanita.
5. Manifestasi oral penyakit gonorrhea ini dapat berupa ulcer (stomatitis), atropi
papillah lidah atau keluarnya pus dar gingiva.
6. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan pada penatalaksanaan gonorrhoeae ini.
DAFTAR PUSTAKA

Barakbah, J. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
th
Daili, S.F., 2009. Gonore. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4 ed.
Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 65-76.

Devrajani, Bikha R. 2010. Frequency And Pattern Of Gonorrhoea At Liaquat


University Hospital, Hyderabad (A hospital Based Descriptive Study).

Djuanda, Adhi, Mochtar, Aisah, Siti. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Kelima. Jakarta : FKUI

Freedberg, IM. 2003. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. USA:


McGraw-Hill

Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat Obstetric-Ginekologi Dan Obstetric-


Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. Hlm: 296-299.

Marcus, Ulrich. 2010. Reported Incidence Of Gonorrhoea And Syphilis In East And
West Germany.

Siregar,R.S.2004. Sari Pati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta, hal : 299

Wilson, Walter R. 2009. Current Diagnosis & Treatment In Infectious Diseases.


USA: The McGraw- -Hill Companies.

Wolff K, Richard AJ, Dick S. 2005. fitzpatrick's color atlas and synopsis of clinical
dermatology. English: McGraw-Hill Professional.

Wong, Brian. 2011. Gonococcal Infections. diakses 1 November 2013 dari


http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview

Anda mungkin juga menyukai