Oleh :
NIM : 40220020
Wildan Akasyah, S.Kep. Ns., M.Kep Sri Wahyuni, S.Kep. Ns., M.Kep
NIK. NIK.
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada konsisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi (Aspiani, 2015).
Gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu
keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan untuk
kemampuanya ada hanya kalau di sertai peninggian tekanan ventrikel kiri (Sujono
Riadi, 2011).
Saat ini dikenal istilah gagal jantung kiri, kanan dan kombinasi atau kongestif. Pada
gagal jantung kiri terdapat bendungan paru, hipotensi, dan vasokontriksi perifer yang
menyebabkan penurunan perfusi jaringan. Gagal jantung kanan ditandai dengan adanya
edema perifer, asites dan peningkatan tekanan vena jugularis. Gagal jantung kongestif
merupakan gabungan kedua gambaran tersebut. Namun demikian, definisi tersebut
tidak terlalu bermanfaat karena baik kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan sering
terjadi secara bersamaan (Muttaqin, 2014).
B. KLASIFIKASI
Menurut Aspiani (2015), pada gagal jantung kongestif atau Congestive Heart
Failure (CHF) terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York
Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas. Klasifikasi
penyakit gagal jantung kongestif sesuai dengan kelasnya :
1. Kelas I
a. Tidak ada batasan aktivitas fisik
b. Aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan dispnea napas, palpitasi, atau
keletihan berlebihan
2. Kelas II
a. Gangguan aktivitas fisik ringan
b. Merasa nyaman ketika beristirahat
c. Aktivitas fisik biasa menimbulkan keletihan, dan palpitasi
3. Kelas III
a. Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata
b. Merasa nyaman ketika beristirahat
c. Aktivitas fisik yang tidak biasanya menyebabkan dispnea napas, palpitasi, atau
keletihan berlebihan
4. Kelas IV
a. Tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun tanpa merasa tidak nyaman
b. Gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada saat istirahat
c. Ketidaknyaman semakin bertambah ketika melakukan aktivitas fisik apapun
C. ETIOLOGI
Etiologi gagal jantung kongestif menurut Brunner & Suddarth (2013) yaitu :
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Peningkatan afterload akibat hipertensi sitemik maupun pulmonal mengakibatkan
beban kerja jantung meningkat dan hipertrofi otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi
mikoard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi pada akhirnya hipertrofi otot jantung
tadi lama-kelamaan tidak dapat berfungsi secara normal dan akhirnya akan terjadi
gagal jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (stenosis katup semilunar),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade pericardium, pericarditis
konstriktif), pengosongan jantung abnormal (inefisiensi katup AV), peningkatan
mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik dapat
menyebabkan gagal jantung.
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor sistemik yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan anemia
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas elektrolit dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Tambayong (2010) gagal jantung kongestif dimanifestasikan sesuai
klasifikasinya :
a. Gagal jantung kiri, ditandai :
1. Edema Pulmo (penumpukan cairan pada rongga dada)
2. Dispnea
3. Wheezing
4. Mudah lelah
5. Ansietas
b. Gagal jantung kanan, ditandai :
1. Oedem depend (penumpukan cairan pada daerah distal dari jantung)
2. Hepatomegali (pembesaran hati)
3. Asites (penumpukan cairan pada rongga peritoneum)
4. Distensi vena jugularis (adanya bendungan pada vena jugularis)
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal jantung diakibatkan dari kelelahan miokard akan
menyebabkan kontraktilitas ventrikel menurun sehingga terjadi peningkatan volume
residu ventrikel. Dari peningkatan volume residu ventrikel akan menyebabkan
hipertropi miokard dan menjadi penurunan kontraksi mengakibatkan penurunan curah
jantung, efek ke depan menimbulkan oliguria dan kelemahan ketidakmampuan atrium
kanan memompakan darah ke paru-paru sehingga terjadi intoleransi aktivitas. Efek ke
belakang akan terjadi edema paru karena ketidakmampuan ventrikel kiri memompakan
darah keseluruh tubuh menyebabkan darah kembali ke paru-paru menimbulkan
peningkatan pernafasan dypsnea dan ortopneu mengakibatkan gangguan pertukaran gas
dan pola nafas tidak efektif. Dari peningkatan volume residu ventrikel akan mengalami
peningkatan kebutuhan O2 untuk kompensasi sehingga mengakibatkan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2 miokard dan terjadi injury iskemik dan
infark. Dari peningkatan volume residu ventrikel juga menyebabkan dilatasi ventrikel
yang dimana bisa menyebabkan total pertahanan sistem perifer meningkat sehingga
mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan artiole (peningkatan
afterload), akan menyebabkan gagal jantung.
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom bila curah jantung berkurang,
sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung berkurang, sistem saraf
simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.
Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung. Volume sekuncup yaitu jumlah darah yang dipompa
pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor : preload, kontraktilitas dan afterlod.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut
otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan. (Smeltzer, 2012).
F. WOC
A. KOMPLIKASI
a. Kegagalan organ tubuh lain
Salah satu organ yang bisa mengalami kegagalan fungsi adalah ginjal. Hal
ini terjadi karena pada penderita gagal jantung kongestif, aliran darah ke ginjal
akan berkurang. Jika tidak diberikan pengobatan, dapat berujung kepada kerusakan
organ ginjal atau gagal ginjal. Penumpukan cairan juga bisa terjadi pada organ hati.
Ketika kondisi ini tidak ditangani, maka dapat terjadi gangguan fungsi hati.
b. Gangguan katup jantung
Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan peningkatan tekanan aliran
darah jantung. Kondisi ini lama-lama dapat menyebabkan gangguan katup jantung.
Gagal jantung kongestif stadium lanjut juga dapat menyebabkan pembengkakan
jantung atau membesarnya jantung, sehingga fungsi katup jantung tidak dapat
berjalan dengan normal.
c. Aritmia
Aritmia atau gangguan irama jantung dapat diderita oleh pasien gagal
jantung kongestif. Aritmia ini dapat terjadi karena gangguan aliran listrik jantung
yang berfungsi mengatur irama dan detak jantung. Jika penderita gagal jantung
kongestif kemudian menderita aritmia, maka akan berisiko tinggi terkena stroke.
Penderita juga rentan mengalami tromboemboli, yaitu sumbatan pada pembuluh
darah akibat bekuan darah yang terlepas.
d. Henti jantung mendadak
Salah satu komplikasi berbahaya yang perlu diwaspadai pada gagal jantung
kongestif adalah henti jantung mendadak. Ketika fungsi jantung terganggu dan
tidak tertangani, lama kelamaan kinerja jantung akan mengalami penurunan drastis
dan berisiko mengalami henti jantung mendadak. Ada beberapa hal yang
menyebabkan kondisi ini dapat terjadi pada gagal jantung kongestif. Di antaranya
karena jantung tidak mendapat cukup oksigen, terjadi gangguan saraf yang
mengatur fungsi jantung, atau akibat perubahan bentuk jantung.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik menurut Doenges, Moorhouse, Geisster (2000) yaitu :
a. EKG : hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemik dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia misal : takikardi, fibrilasi atrial,
kenaikan segmen ST/T.+.
b. Scan jantung (Multigated Alquistion/MUGA) : memperkirakan gerakan dinding.
c. Katerisasi jantung : tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri dan stenosis katup atau
insufisiensi. Juga mengkaji potensi arteri kororer.
d. Rontgen dada : dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertropi bilik, perubahan pembuluh darah mencerminkan
peningkatan tekanan pulmonal, bulging pada perbatasan jantung kiri dapat
menunjukkan aneurisma ventrikel.
e. Enzim hepar : meningkat dalam gagal kongesti hepar.
f. Elektrolit : mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretik.
g. Oksimetri nadi : saturasi oksigen mugkin rendah terutama jika gagal jantung kanan
akut memperburuk penyakit paru abstruksi menahun atau gagal jantung kronis.
h. Blood Urea Nitrogen, Kreatinin : peningkatan blood nitrogen menandakan
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik blood ureanitrogen dan kreatin merupakan
indikasi gagal ginjal.
i. Albumin : mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau
penurunan sintesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti.
j. Hitung sel darah merah : mungkin terjadi anemia, polisitemia atau perubahan
kepekatan menandakan retensi urine. Sel darah putih mungkin meningkat
mencerminkan miokard infark akut, perikarditas atau status infeksi lain.
k. Pemeriksaan tiroid : peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid
sebagai pre pencetus gagal jantung kanan.
C. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis menurut Smeltzer (2012), meliputi :
a. Digitalis untuk kekuatan kontraksi jantung dengan efek peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah, peningkatan diuresis dan mengurangi
edema.
b. Diuretik diberikan untuk memacu sekresi natrium dan air melalui ginjal.
c. Vasodilator digunakan untuk mengurangi tekanan terhadap penyembuhan oleh
ventrikel dan peningkatan kapasitas vena.
d. Diet : pembatasan natrium dan lemak.
Penatalaksanaan pada klien dengan gagal jantung ditujukan untuk :
a. Memperbaiki kontraktilitas jantung dengan menghambat produksi angiotesin II dan
menurunkan tekanan darah.
b. Mengobati gejala dengan pemberian :
1. Diuretik (mengurangi kelebihan cairan)
2. Digitalis (meningkatkan Ca2+)
3. Nitrat (meningkatkan kapasitas vena, menurunkan venous return
menurunkan preload)
c. Menurunkan beban jantung dengan :
1. Pembatasan aktivitas : Bedrest total pada 12 jam pertama jika hemodinamik
stabil dan bebas sakit kepala.
2. Menghindari valsava dengan pencahar terutama untuk usia < 45 tahun
pemberian diet rendah garam.
3. Meningkatkan oksigen.
4. Pemberian oksigen.
5. Menurunkan konsumsi oksigen dengan bedrest.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan dengan intervensi selama 3x24 Observasi
imobilitas. jam maka toleransi 1. Identifikasi gangguan
aktivitas meningkat fungsi tubuh
dengan kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik
1. Kemudahan dalam dan emosional
melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari 4. Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
2. Kecepatan berjalan melakukan aktivitas
meningkat Terapeutik
3. Jarak berjalan 1. Sediakan lingkungan yang
meningkat nyaman dan rendah
4. Kekuatan tubuh stimulus
bagian atas 2. Lakukan latihan gerak
meningkat pasif atau aktif
5. Kekuatan tubuh 3. Berikan aktivitas distraksi
bagian bawah yang menenangkan
meningkat 4. Fasilitasi duduk di sisi
6. Keluhan lelah tempat tidur, jika tidak
menurun dapat berpindah atau
7. Perasaan lemah berjalan
menurun Edukasi
8. Tekanan darah 1. Anjurkan tirah baring
membaik 2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
2. Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung
jantung berhubungan intervensi selama 3x24 Observasi
dengan perubahan jam maka curah jantung 1. Identifikasi tanda/gejala
kontraktilitas. meningkat dengan primer penurunan curah
kriteria hasil : jantung (meliputi dipsnea,
1. Kekuatan nadi kelelahan, edema,
perifer meningkat ortopnea, paroxysmal
2. Palpitasi menurun nocturnal dyspnea,
3. Takikardia menurun peningkatan CVP)
4. Gambaran EKG 2. Identifikasi tanda/gejala
aritmia menurun sekunder penurunan curah
5. Lelah menurun jantung (meliputi
6. Edema menurun peningkatan berat badan,
7. PND menurun hepatomegali, distensi
8. Tekanan darah vena jugularis, palpitasi,
membaik ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri
dada
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
10. Monitor nilai laboratorium
jantung
11. Monitor fungsi alat pacu
jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
13. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesuai
3. Gunakan stocking elastis
atau pneumatik intermiten,
sesuai indikasi
4. Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
6. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
3. Anjurkan berhenti
merokok
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian
5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Rosdhal, Carolina Bunker. (2014). Buku ajar keperawatan dasar. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa. Agung
waluyo. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
Data umum
: Ny. S
Nama
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kediri
No. Registrasi : 13122020
Diagnosa medis : Gagal Jantung Kongesiv
Tanggal MRS : 13 Desember 2020 Pukul : 13.00
Tanggal pengkajian : 16 Desember 2020 Pukul : 08.00
Bila pasien di IGD
Data khusus
1. Subyektif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research (Data Obyektif)
Intensitas
No Diskripsi
Nyeri
1 Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak nyeri
Pasien mengatakan sedikit nyeri atau
2 Nyeri Ringan ringan Menurut
Pasien nampak gelisah Wong
Pasien mengatakan nyeri masih bisa Baker
ditahan/sedang (Data
3 Nyeri Pasien nampak gelisah
Sedang Pasien mampu sedikit berpartisipasi
dalam keperawatan
Pasien mengatakan nyeri tidak dapat
ditahan/berat
4 Nyeri Berat Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien
berubah
Pasien mengataan nyeri tidak
5 Nyeri Sangat tertahankan/sangat berat
Berat Perubahan ADL yang mencolok
( Ketergantungan ), putus asa
Obyektif) :
A. Airway
Snoring Ya Tidak
Gurgling Ya Tidak
Stridor Ya Tidak
Wheezing Ya Tidak
Perdarahan Ya Tidak
Benda asing Ya Tidak
Sebutkan :-
B. Breathing
Gerakan dada Simetris Asimetris
Gerakan paradoksal Ya Tidak
Retraksi intercosta Ya Tidak
Retraksi suprasternal Ya Tidak
Retraksi substernal Ya Tidak
Retraksi supraklavikular Ya Tidak
Retraksi Intraklavikula Ya Tidak
Gerakan diafragma Normal Tidak
C. Circulation
Akral tangan dan kaki Hangat Dingin
Kualitas nadi Kuat Lemah
CRT <2dtk >2dtk
Perdarahan Ya Tidak
Foto Rontgent
USG
CT-Scan
MRI
Endoscopy
Lain-lain
Paru-paru
Pola nafas, irama Teratur Tidak teratur
Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Takhipnea Lain-lain
Suara nafas vesikuler bronkial bronkovesikuler
Suara nafas tambahan Ronkhi Wheezing Stridor
Crackles Lain-lain
Batuk Ya Tidak
Produktif Ya Tidak
Sputum Warna : Jumlah :
Bau : Konsistensi :
Jantung
Iktus cordis teraba pada ICS II
Irama jantung Regular irreguler
S1/s2 tunggal ya Tidak
Bunyi jantung murmur Gallops rhitme Lain-lain
tambahan
Nyeri dada Ya Tidak
Pulsasi Sangat kuat Kuat, teraba Lemah
Teraba Hilang timbul Tidak teraba
CVP ada Tidak ada
Tempat CVP subklavia Brachialis Femoralis
Pacu jantung Ada Tidak
Jenis : Permanen Sementara
Abdomen
Jejas Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
Distensi Ya Tidak
Massa Ya Tidak
Peristaltic usus Ya, 20x/menit Tidak
Mual Ya Tidak
Muntah Ya Tidak
Frekuensi : Jumlah : Warna :
Pembesaran hepar Ya Tidak
Pembesaran linen Ya Tidak
Ekstremitas
Deformitas Ya Tidak
Contusion/memar Ya Tidak
Abrasi/luka babras Ya Tidak
Penetrasi/luka tusuk Ya Tidak
Burns/luka bakar Ya Tidak
Tenderness/kekakuan Ya Tidak
Leserasi/jejas Ya Tidak
Swelling/bengkak Ya Tidak
Restraint Ya Tidak
Kontraktur Ya Tidak
Parese Ya Tidak
Plegi Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
Pulsasi Sangat kuat Kuat, teraba Lemah
Teraba Hilang timbul Tidak teraba
Fraktur Ya Tidak
Crepitasi Ya Tidak
Kekuatan otot
5 5
3 3
Oedema
- -
+ +
Kulit
Turgor Baik Sedang Jelek
Decubiktus Ada Tidak Lokasi :
Pelvis/genetalia
Deformitas Ya Tidak
Swelling/bengkak Ya Tidak
Perdarahan Ya Tidak
Instability Ya Tidak
Crepitasi Ya Tidak
Kebersihan genital Bersih Kotor
Priapsimus Ya Tidak
Incontinensia urin Ya Tidak
Retensi urin Ya Tidak
2.
Pola eliminasi
Pemenuhan eliminasi
No Sebelum sakit Setelah sakit
BAB/BAK
1. Jumlah/waktu Pagi Pagi
BAK: 2 kali BAK: 1 kali
BAB: 1 kali BAB: 1 kali
Siang Siang
BAK: 2 kali BAK: 2 kali
BAB: - BAB: -
Malam Malam
BAK: 2 kali BAK: 1 kali
BAB: - BAB: -
6. Cara mengatasi
masalah - -
3.
Pola istirahat tidur
Pemenuhan Istirahat
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi :- Pagi :-
Siang : 2 jam Siang : 1 jam
Malam : 7-8 jam Malam : 6 jam
2 Gangguan tidur
- -
4.
Pola kebersihan diri
Pemenuhan Personal
No Sebelum Sakit Setelah Sakit
Hygiene
1. Frekuensi mencuci 3 kali seminggu
-
rambut
2. Frekuensi Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari
3. Frekuensi Gosok gigi 3 kali sehari 2 kali sehari
4. Memotong kuku 2 kali seminggu -
5. Ganti pakaian 2-3 kali sehari 1 kali sehari
ANALISA DATA
N ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1. DS : Ketidakadekuatan Intoleransi
- Pasien mengeluh dalam memompa Aktivitas
mengalami pembatasan
aktifitas karena adanya Terjadi penumpukan
bengkak pada kedua kaki darah
kanan dan kiri
- Pasien mengeluh pusing Interior dan superior
dan merasa lemah vena cava
DO :
- Pasien tampak lemah Darah balik ke seluruh
- Terdapat oedema tubuh
ekstremitas (kaki kanan
dan kiri) Terutama di area distal
- EKG : nekrose inferior jantung
dan injury anteroseptal
- Diaphoresis (+) Oedema ekstremitas
- PND (+)
- TTV :
TD : 90/60 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 26 x/menit
S : 37 0C
- Kekuatan otot :
5 5
3 3
- Oedema :
- -
+ +
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan dengan intervensi selama Observasi
imobilitas. 3x24 jam maka 1. Identifikasi gangguan
toleransi aktivitas fungsi tubuh
meningkat dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan
kriteria hasil : emosional
1. Kemudahan 3. Monitor pola dan jam tidur
dalam melakukan 4. Monitor lokasi dan
aktivitas sehari- ketidaknyamanan selama
hari meningkat melakukan aktivitas
2. Kecepatan Terapeutik
berjalan 1. Sediakan lingkungan yang
meningkat nyaman dan rendah
3. Jarak berjalan stimulus
meningkat 2. Lakukan latihan gerak pasif
4. Kekuatan tubuh atau aktif
bagian atas 3. Berikan aktivitas distraksi
meningkat yang menenangkan
5. Kekuatan tubuh 4. Fasilitasi duduk di sisi
bagian bawah tempat tidur, jika tidak
meningkat dapat berpindah atau
6. Keluhan lelah berjalan
menurun Edukasi
7. Perasaan lemah 1. Anjurkan tirah baring
menurun 2. Anjurkan melakukan
8. Tekanan darah aktivitas secara bertahap
membaik 3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
2. Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung
jantung berhubungan intervensi selama Observasi
dengan perubahan 3x24 jam maka curah 1. Identifikasi tanda/gejala
kontraktilitas. jantung meningkat primer penurunan curah
dengan kriteria jantung (meliputi dipsnea,
hasil : kelelahan, edema, ortopnea,
1. Kekuatan nadi paroxysmal nocturnal
perifer meningkat dyspnea, peningkatan CVP)
2. Palpitasi 2. Identifikasi tanda/gejala
menurun sekunder penurunan curah
3. Takikardia jantung (meliputi
menurun peningkatan berat badan,
4. Gambaran EKG hepatomegali, distensi vena
aritmia menurun jugularis, palpitasi, ronkhi
5. Lelah menurun basah, oliguria, batuk, kulit
6. Edema menurun pucat)
7. PND menurun 3. Monitor tekanan darah
8. Tekanan darah 4. Monitor intake dan output
membaik cairan
5. Monitor berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
10. Monitor nilai laboratorium
jantung
11. Monitor fungsi alat pacu
jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
13. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesuai
3. Gunakan stocking elastis
atau pneumatik intermiten,
sesuai indikasi
4. Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
6. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian
5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI